Uji Aktivitas Ekstrak Teripang Bilalo {Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) Terhadap Jamur Candida Albiccm

(1)

UJI

UJI

UJI

UJI AKTIVITAS

AKTIVITAS

AKTIVITAS

AKTIVITAS EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK TERIPANG

TERIPANG

TERIPANG

TERIPANG BILALO

BILALO

BILALO

BILALO

((((Actinopyga

Actinopyga

Actinopyga

Actinopyga m

m

m

mauritiana

auritiana

auritiana

auritiana ((((Quoy)

Quoy)

Quoy)

Quoy) Gaimard

Gaimard

Gaimard

Gaimard)))) TERHADAP

TERHADAP

TERHADAP

TERHADAP JAMUR

JAMUR

JAMUR

JAMUR

C

C

C

Candida

andida

andida

andida aaaalbicans

lbicans

lbicans

lbicans

SKRIPSI

SKRIPSI

SKRIPSI

SKRIPSI

OLEH:

OLEH:

OLEH:

OLEH:

DINDA

DINDA

DINDA

DINDA AYYU

AYYU

AYYU

AYYU HANJAYA

HANJAYA

HANJAYA

HANJAYA

NIM

NIM

NIM

NIM 111524058

111524058

111524058

111524058

PROGRAM

PROGRAM

PROGRAM

PROGRAM EKSTENSI

EKSTENSI

EKSTENSI

EKSTENSI SARJANA

SARJANA

SARJANA

SARJANA FARMASI

FARMASI

FARMASI

FARMASI

FAKULTAS

FAKULTAS

FAKULTAS

FAKULTAS FARMASI

FARMASI

FARMASI

FARMASI

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS SUMATERA

SUMATERA

SUMATERA

SUMATERA UTARA

UTARA

UTARA

UTARA

MEDAN

MEDAN

MEDAN

MEDAN

201

201

201

2013333


(2)

UJI

UJI

UJI

UJI AKTIVITAS

AKTIVITAS

AKTIVITAS

AKTIVITAS EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK TERIPANG

TERIPANG

TERIPANG

TERIPANG BILALO

BILALO

BILALO

BILALO

((((Actinopyga

Actinopyga

Actinopyga

Actinopyga m

m

m

mauritiana

auritiana

auritiana

auritiana ((((Quoy)

Quoy)

Quoy)

Quoy) Gaimard

Gaimard

Gaimard

Gaimard)))) TERHADAP

TERHADAP

TERHADAP

TERHADAP JAMUR

JAMUR

JAMUR

JAMUR

C

C

C

Candida

andida

andida

andida aaaalbicans

lbicans

lbicans

lbicans

SKRIPSI

SKRIPSI

SKRIPSI

SKRIPSI

Diajukan Diajukan Diajukan

Diajukan untukuntukuntukuntuk melengkapimelengkapimelengkapimelengkapi salahsalahsalah satusalahsatusatusatu syaratsyaratsyaratsyarat untukuntukuntukuntuk memperoleh

memperolehmemperolehmemperoleh GelarGelarGelarGelar SarjanaSarjanaSarjanaSarjana FarmasiFarmasiFarmasiFarmasi padapadapadapada Fakultas

Fakultas Fakultas

Fakultas FarmasiFarmasiFarmasiFarmasi Universitas

Universitas Universitas

Universitas SumateraSumateraSumateraSumatera UtaraUtaraUtaraUtara

OLEH:

OLEH:

OLEH:

OLEH:

DINDA

DINDA

DINDA

DINDA AYYU

AYYU

AYYU

AYYU HANJAYA

HANJAYA

HANJAYA

HANJAYA

NIM

NIM

NIM

NIM 111524058

111524058

111524058

111524058

PROGRAM

PROGRAM

PROGRAM

PROGRAM EKSTENSI

EKSTENSI

EKSTENSI

EKSTENSI SARJANA

SARJANA

SARJANA

SARJANA FARMASI

FARMASI

FARMASI

FARMASI

FAKULTAS

FAKULTAS

FAKULTAS

FAKULTAS FARMASI

FARMASI

FARMASI

FARMASI

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS SUMATERA

SUMATERA

SUMATERA

SUMATERA UTARA

UTARA

UTARA

UTARA

MEDAN

MEDAN

MEDAN

MEDAN


(3)

PENGESAHAN

PENGESAHAN

PENGESAHAN

PENGESAHAN SKRIPSI

SKRIPSI

SKRIPSI

SKRIPSI

UJI

UJI

UJI

UJI AKTIVITAS

AKTIVITAS

AKTIVITAS

AKTIVITAS EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK TERIPANG

TERIPANG

TERIPANG

TERIPANG BILALO

BILALO

BILALO

BILALO

((((Actinopyga

Actinopyga

Actinopyga

Actinopyga m

m

m

mauritiana

auritiana

auritiana

auritiana ((((Quoy)

Quoy)

Quoy)

Quoy) Gaimard

Gaimard

Gaimard

Gaimard)))) TERHADAP

TERHADAP

TERHADAP

TERHADAP JAMUR

JAMUR

JAMUR

JAMUR

C

C

C

Candida

andida

andida

andida aaaalbicans

lbicans

lbicans

lbicans

OLEH:

OLEH:

OLEH:

OLEH:

DINDA

DINDA

DINDA

DINDA AYYU

AYYU

AYYU

AYYU HANJAYA

HANJAYA

HANJAYA

HANJAYA

NIM

NIM

NIM

NIM 111524058

111524058

111524058

111524058

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : 19 Oktober 2013

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt. Dra. Masfria, M.S., Apt. NIP 195304031983032001 NIP 195707231986012001

Pembimbing II, Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt. NIP 195304031983032001

Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt. Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt. NIP 195107231982032001 NIP 195008221974121002

Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt. NIP 195109081985031002

Medan, Oktober 2013 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,


(4)

KATA

KATAKATAKATA PENGANTARPENGANTARPENGANTARPENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Ekstrak Teripang Bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) Terhadap Jamur Candida albicans”. Terima kasih teristimewa, kepada Ibunda tercinta Hj. Rahmayani dan Ayahanda Alm Arraihan serta abangku Rara Hanjaya, Dimas Arry Hanjaya dan adikku Farra Dilla Hanjaya yang dengan sepenuh hati memberi doa dan dukungan lahir dan batin.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

2. Ibu Dra. Masfria, M.S., Apt., Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Suryadi Achmad. M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

3. Bapak dan ibu staf pengajar Fakultas Farmasi yang telah banyak membimbing penulis selama masa pendidikan.


(5)

4. Teman-teman penulis mbak uci, iza, dewi, leni, ambar dan rekan-rekan Farmasi Ekstensi angkatan 2011 yang tidak dapat disebut satu persatu, yang telah memberikan dukungan, saran dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaannya. Harapan saya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan kefarmasian.

Medan, Oktober 2013 Penulis,

Dinda Ayyu Hanjaya NIM 111524058


(6)

UJI

UJI

UJI

UJI AKTIVITAS

AKTIVITAS

AKTIVITAS

AKTIVITAS EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK TERIPANG

TERIPANG

TERIPANG

TERIPANG BILALO

BILALO

BILALO

BILALO

((((Actinopyga

Actinopyga

Actinopyga

Actinopyga mauritiana

mauritiana

mauritiana

mauritiana ((((Quoy)

Quoy)

Quoy) Gaimard)

Quoy)

Gaimard)

Gaimard)

Gaimard) TERHADAP

TERHADAP

TERHADAP

TERHADAP JAMUR

JAMUR

JAMUR

JAMUR

C

C

C

Candida

andida

andida

andida albicans

albicans

albicans

albicans

ABSTRAK ABSTRAK ABSTRAK ABSTRAK

Teripang diketahui mengandung berbagai jenis bahan aktif yang sangat berguna bagi manusia. Penelitian mengenai teripang sebagai bioaktif di Indonesia masih perlu dikembangkan, karena itu perlu dilanjutkan penelitian-penelitian mengenai khasiat dari teripang, misalnya sebagai antijamur. Senyawa antijamur dari teripang dan hewan laut lainnya menjadi salah satu sumber obat baru yang dapat dikembangkan karena potensinya besar. Tingkat keragaman yang tinggi dan keunikan senyawa baru yang ditemukan dalam organisme laut merupakan pengaruh dari tingginya biodiversitas organisme laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakterisasi, golongan senyawa kimia dan adanya aktivitas antijamur dari ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) terhadap jamur Candida albicans.

Serbuk simplisia dikarakterisasi dan diuji golongan senyawa kimia kemudian diekstraksi secara maserasi menggunakan tiga pelarut yaitu etanol, etil asetat dann-heksan.

Hasil makroskopik teripang yaitu berukuran 16,8 cm, lebar 4,9 cm dan berat 100 gram. Memiliki warna coklat kehitaman, berbau spesifik dan rasa asin. Hasil mikroskopik serbuk simplisia teripang terlihat adanya spikula. Hasil penetapan kadar air diperoleh 9,31%, kadar sari yang larut dalam air 32,45%, kadar sari yang larut dalam etanol 41,53%, kadar abu total 10,42%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 1,8%. Hasil uji golongan senyawa kimia yang diperoleh adalah senyawa golongan saponin dan steroid/triterpenoid. Hasil uji aktivitas antijamur menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas antijamur pada konsentrasi 500 mg/ml, 400 mg/ml dan 300 mg/ml dengan daya hambat 18,9 mm, 16,1 mm dan 14,4 mm, sehingga dapat dikatakan bahwa, ekstrak etanol teripang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan jamur, ini dibuktikan dengan diameter hambat yang besar sesuai persyaratan yaitu suatu zat dikatakan memiliki daya hambat yang memuaskan dengan diameter daerah hambatan lebih kurang 14 sampai 16 mm. Berbeda dibandingkan dengan ekstrak etil asetat pada konsentrasi 500 mg/ml memiliki daya hambat 11,9 mm yang belum memenuhi persyaratan dan ekstrak n-heksan tidak memiliki daya hambat untuk pengujian aktivitas antijamur. Ekstrak etanol teripang memiliki konsentrasi hambat minimum (KHM) sebesar 20 mg/ml dan diameter hambat sebesar 6,8 mm, untuk ekstrak etil asetat konsentrasi hambat minimum (KHM) sebesar 30 mg/ml dan diameter hambat sebesar 6,7 mm.

Kata Kata

KataKata kunci:kunci:kunci:kunci: Teripang bilalo, Actinopyga mauritiana, ekstrak teripang,


(7)

POTENCIACY

POTENCIACYPOTENCIACYPOTENCIACY TESTTESTTESTTEST ACTIVITYACTIVITYACTIVITYACTIVITY OFOF BILALOOFOF BILALOBILALOBILALO SEASEASEASEA CUCUMBERCUCUMBERCUCUMBERCUCUMBER ((((ActinopygaActinopygaActinopygaActinopyga mauritianamauritianamauritianamauritiana

(Quoy)

(Quoy)

(Quoy)

(Quoy) Gaimard)

Gaimard)

Gaimard)

Gaimard)

EXTRACTEXTRACTEXTRACTEXTRACT TOTOTOTO

C C C

Candidaandidaandidaandida albicansalbicansalbicansalbicansFUNGALFUNGALFUNGALFUNGAL

ABSTRACT ABSTRACTABSTRACTABSTRACT

Sea cucumbers are known to contain various types of active ingredients which are very useful for humans. Research on sea cucumbers as bioactive in Indonesia still needs to be developed, because it needs to be more research done on the efficacy of sea cucumber, such as a antifungal. Antifungal compounds from cucumbers and other marine animals become a source of new antifungal drugs can be developed because the potential is huge. A high level of diversity and uniqueness of the new compounds were found in marine organisms is the effect of the high diversity of marine organisms. The purpose of this experiment was to determine the antifungal activity of extracts of bilalo sea cucumber (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) to Candida albicans

fungal.

The simplicia powder was characterized botanicals and chemical compounds tested, then was extraction by maceration using three solvents, namely ethanol, ethyl acetate andn-hexane.

The results of macroscopic sized sea cucumber is 16.8 cm, width 4.9 cm and weighs 100 grams. Has a blackish brown color, specific smell and taste salty. Results of microscopic pollen sea cucumber simplicia seen a spicula. The water content of the simplex powder is 9.31%, the levels of water-soluble extract 32.45%, levels of ethanol-soluble extract 41.43%, total ash content 10.42%, and the acid insoluble ash content is 1.8%. Test results obtained compound is classes of saponin and seroid/triterpenoids. The result of antifungal activity show that ethanol extract have antifungal activity at a concentration of 500 mg/ml, 400 mg/ml and 300 mg/ml with inhibition of 18.9 mm, 16.1 mm and 14.4 mm, so it can be said that, the ethanol extract of sea cucumber may have the ability to inhibit fungal growth is evidenced by the large diameter of inhibition appropriate requirement that a substance is said to have a satisfactory power resistor with a diameter of approximately 14 local barriers to 16 mm. Different compared to the ethyl acetate extract at a concentration of 500 mg / ml had inhibition of 11.9 mm were not eligible and

n-hexane extract did not have the power resistor for testing antifungal activity. Sea cucumbers ethanol extract has the minimum inhibitory concentration (MIC) of 20 mg/ml and inhibitory diameter of 6.8 mm, for the ethyl acetate extract minimum inhibitory concentration (MIC) of 30 mg/ml and inhibitory diameter of 6.7 mm.

Keywords Keywords

KeywordsKeywords :::: Bilalo ssssea cucumber, Actinopyga mauritiana, sea cucumbers extract,antifungal,Candida albicans


(8)

DAFTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR ISIISIISIISI

JUDUL ...

Halaman i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... ABSTRAK ... iii v ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3 1.5 Manfaat Penelitian ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Uraian Hewan ... 2.1.1 Sistematika hewan ... 2.1.2 Habitat ... 2.1.3 Morfologi ... 2.1.4 Uraian kimia ... 2.1.5 Kandungan kimia dan manfaat ... 2.2 Ekstraksi ... 2.2.1 Metode ekstraksi ... 2.3 Jamur ... 2.3.1 Tinjauan mengenai jamur ...

4 5 5 5 6 6 7 9 10 11 12 12


(9)

2.3.2 Morfologi jamur ... 2.3.3 Reproduksi jamur ... 2.3.4 Fisiologi jamur ... 2.3.5 SistematikaCandida albicans... 2.3.6Candida albicans... 2.4 Media pertumbuhan mikroorganisme ... 2.5 Teknik biakan murni ... 2.6 Pemindahan biakan ... 2.7 Pengukuran aktivitas antimikroba ...

14 14 15 15 16 16 18 19 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

2.1 Alat ... 21

2.2 Bahan ... 21

2.3 Penyiapan Sampel ... 22

2.3.1 Pengumpulan sampel ... 22

2.3.2 Identifikasi sampel ... 22

2.3.3 Pengelolaan sampel ... 22

2.4 Pembuatan Pereaksi ... 23

2.4.1 Pereaksi asam klorida 2 N ... 23

2.4.2 Pereaksi asam sulfat 2 N ... 23

2.4.3 Pereaksi Mayer ... 23

2.4.4 Pereaksi Bouchardat ... 23

2.4.5 Pereaksi Dragendorff ... 23

2.4.6 Pereaksi Kloralhidrat ... 24

2.4.7 Pereaksi Liebermann-Burchard ... 24

2.5 Karakterisasi Simplisia ... 24 2.5.1 Pemeriksaan makroskopik ...

2.5.2 Pemeriksaan mikroskopik ...

24 24


(10)

2.5.3 Penetapan kadar air ... 24

2.5.4 Penetapan kadar sari larut dalam air ... 25

2.5.5 Penetapan kadar sari larut dalam etanol ... 25

2.5.6 Penetapan kadar abu total ... 26

2.5.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam ... 2.6 Pemeriksaan Senyawa Kimia ... 26 26 2.6.1 Pemeriksaan alkaloda ... 26

2.6.2 Pemeriksaan saponin ... 27

2.6.3 Pemeriksaan steroida/triterpenoida ... 27

2.7 Pembuatan Ekstrak ... 28

2.7.1 Ekstrak etanol ... 28

2.7.2 Ekstrakn-heksan ... 28

2.7.3 Ekstrak etil asetat ... 28

2.8 Sterilisasi Alat ... 29

2.9 Pembuatan Media ... 29

2.9.1 Potato Dextrose Agar ... 29

2.9.2 Larutan NaCl 0,9% ... 29

2.10 Pembuatan Stok Kultur Jamur ... 29

2.11 Penyiapan Inokulum Jamur ... 30

2.12 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak dengan berbagai konsentrasi ... 30

2.13 Metode Pengujian Efek Antijamur secaraIn vitro... 30

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1 Kesimpulan ... 37

5.2 Saran ... 37 38


(11)

DAFTAR PUSTAKA ...


(12)

DAFTAR DAFTAR

DAFTARDAFTAR TABELTABELTABELTABEL

Halaman Tabel 2.1

Tabel 4.1

Tabel 4.2 Tabel 4.3

Komposisi Kandungan Gizi Teripang Bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard) ... Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia Teripang Bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) ... Hasil Uji Senyawa Kimia Serbuk Simplisia Teripang Bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard) ... Hasil Pengukuran Diameter Daerah Hambatan Pertumbuhan Jamur Candida albicans Dari Ekstrak Etanol Teripang Bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) ...

8 27 28

30 Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Diameter Daerah Hambatan

Pertumbuhan JamurCandida albicans Dari Ekstrak Etil Asetat Teripang Bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy)

Gaimard) ... 30 Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Diameter Daerah Hambatan

Pertumbuhan Jamur Candida albicans Dari Ekstrak

n-Heksan Teripang Bilalo (Actinopyga mauritiana


(13)

DAFTAR DAFTAR

DAFTARDAFTAR LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Hewan Teripang ... 37

Lampiran 2. Hewan Teripang Segar ... 38

Daging Teripang ... 38

Simplisia Teripang ... 39

Serbuk Simplisia ... Gambar Mikroskopis Serbuk Simplisia Teripang... 39 40 Lampiran 3. Bagan Pembuatan Simplisia ... 41

Lampiran 4. Bagan Pembuatan Ekstrak Etanol ... 42

Bagan Pembuatan Ekstrak Etil asetat ... 43

Bagan Pembuatan Ekstrakn-heksan ... 44

Lampiran 5. Perhitungan Karakterisasi Simplisia ... Perhitungan Penetapan Kadar Air Simplisia ... 45 46 Perhitungan Kadar Sari Larut Dalam Air ... 47

Perhitungan Kadar Sari Larut Dalam Etanol ... 48

Perhitungan Kadar Abu Total ... 49 Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Lampiran 9.

Perhitungan Kadar Abu Tidak Larut Asam ... Bagan Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Teripang Bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard) ... Hasil Pengukuran Diameter Daerah Hambatan Pertumbuhan Jamur Candida Albicans Oleh Ekstrak Teripang Bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) ... Gambar Hasil Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Teripang Bilalo (Actinopyga mauritiana

(Quoy) Gaimard) ... Gambar Hasil Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etil Asetat Teripang Bilalo (Actinopyga mauritiana

(Quoy) Gaimard) ...

50 51

52

53 54


(14)

Lampiran 10. Gambar Hasil Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak

n-heksan Teripang Bilalo (Actinopyga mauritiana


(15)

UJI

UJI

UJI

UJI AKTIVITAS

AKTIVITAS

AKTIVITAS

AKTIVITAS EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK

EKSTRAK TERIPANG

TERIPANG

TERIPANG

TERIPANG BILALO

BILALO

BILALO

BILALO

((((Actinopyga

Actinopyga

Actinopyga

Actinopyga mauritiana

mauritiana

mauritiana

mauritiana ((((Quoy)

Quoy)

Quoy) Gaimard)

Quoy)

Gaimard)

Gaimard)

Gaimard) TERHADAP

TERHADAP

TERHADAP

TERHADAP JAMUR

JAMUR

JAMUR

JAMUR

C

C

C

Candida

andida

andida

andida albicans

albicans

albicans

albicans

ABSTRAK ABSTRAK ABSTRAK ABSTRAK

Teripang diketahui mengandung berbagai jenis bahan aktif yang sangat berguna bagi manusia. Penelitian mengenai teripang sebagai bioaktif di Indonesia masih perlu dikembangkan, karena itu perlu dilanjutkan penelitian-penelitian mengenai khasiat dari teripang, misalnya sebagai antijamur. Senyawa antijamur dari teripang dan hewan laut lainnya menjadi salah satu sumber obat baru yang dapat dikembangkan karena potensinya besar. Tingkat keragaman yang tinggi dan keunikan senyawa baru yang ditemukan dalam organisme laut merupakan pengaruh dari tingginya biodiversitas organisme laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakterisasi, golongan senyawa kimia dan adanya aktivitas antijamur dari ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) terhadap jamur Candida albicans.

Serbuk simplisia dikarakterisasi dan diuji golongan senyawa kimia kemudian diekstraksi secara maserasi menggunakan tiga pelarut yaitu etanol, etil asetat dann-heksan.

Hasil makroskopik teripang yaitu berukuran 16,8 cm, lebar 4,9 cm dan berat 100 gram. Memiliki warna coklat kehitaman, berbau spesifik dan rasa asin. Hasil mikroskopik serbuk simplisia teripang terlihat adanya spikula. Hasil penetapan kadar air diperoleh 9,31%, kadar sari yang larut dalam air 32,45%, kadar sari yang larut dalam etanol 41,53%, kadar abu total 10,42%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 1,8%. Hasil uji golongan senyawa kimia yang diperoleh adalah senyawa golongan saponin dan steroid/triterpenoid. Hasil uji aktivitas antijamur menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas antijamur pada konsentrasi 500 mg/ml, 400 mg/ml dan 300 mg/ml dengan daya hambat 18,9 mm, 16,1 mm dan 14,4 mm, sehingga dapat dikatakan bahwa, ekstrak etanol teripang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan jamur, ini dibuktikan dengan diameter hambat yang besar sesuai persyaratan yaitu suatu zat dikatakan memiliki daya hambat yang memuaskan dengan diameter daerah hambatan lebih kurang 14 sampai 16 mm. Berbeda dibandingkan dengan ekstrak etil asetat pada konsentrasi 500 mg/ml memiliki daya hambat 11,9 mm yang belum memenuhi persyaratan dan ekstrak n-heksan tidak memiliki daya hambat untuk pengujian aktivitas antijamur. Ekstrak etanol teripang memiliki konsentrasi hambat minimum (KHM) sebesar 20 mg/ml dan diameter hambat sebesar 6,8 mm, untuk ekstrak etil asetat konsentrasi hambat minimum (KHM) sebesar 30 mg/ml dan diameter hambat sebesar 6,7 mm.

Kata Kata

KataKata kunci:kunci:kunci:kunci: Teripang bilalo, Actinopyga mauritiana, ekstrak teripang,


(16)

POTENCIACY

POTENCIACYPOTENCIACYPOTENCIACY TESTTESTTESTTEST ACTIVITYACTIVITYACTIVITYACTIVITY OFOF BILALOOFOF BILALOBILALOBILALO SEASEASEASEA CUCUMBERCUCUMBERCUCUMBERCUCUMBER ((((ActinopygaActinopygaActinopygaActinopyga mauritianamauritianamauritianamauritiana

(Quoy)

(Quoy)

(Quoy)

(Quoy) Gaimard)

Gaimard)

Gaimard)

Gaimard)

EXTRACTEXTRACTEXTRACTEXTRACT TOTOTOTO

C C C

Candidaandidaandidaandida albicansalbicansalbicansalbicansFUNGALFUNGALFUNGALFUNGAL

ABSTRACT ABSTRACTABSTRACTABSTRACT

Sea cucumbers are known to contain various types of active ingredients which are very useful for humans. Research on sea cucumbers as bioactive in Indonesia still needs to be developed, because it needs to be more research done on the efficacy of sea cucumber, such as a antifungal. Antifungal compounds from cucumbers and other marine animals become a source of new antifungal drugs can be developed because the potential is huge. A high level of diversity and uniqueness of the new compounds were found in marine organisms is the effect of the high diversity of marine organisms. The purpose of this experiment was to determine the antifungal activity of extracts of bilalo sea cucumber (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) to Candida albicans

fungal.

The simplicia powder was characterized botanicals and chemical compounds tested, then was extraction by maceration using three solvents, namely ethanol, ethyl acetate andn-hexane.

The results of macroscopic sized sea cucumber is 16.8 cm, width 4.9 cm and weighs 100 grams. Has a blackish brown color, specific smell and taste salty. Results of microscopic pollen sea cucumber simplicia seen a spicula. The water content of the simplex powder is 9.31%, the levels of water-soluble extract 32.45%, levels of ethanol-soluble extract 41.43%, total ash content 10.42%, and the acid insoluble ash content is 1.8%. Test results obtained compound is classes of saponin and seroid/triterpenoids. The result of antifungal activity show that ethanol extract have antifungal activity at a concentration of 500 mg/ml, 400 mg/ml and 300 mg/ml with inhibition of 18.9 mm, 16.1 mm and 14.4 mm, so it can be said that, the ethanol extract of sea cucumber may have the ability to inhibit fungal growth is evidenced by the large diameter of inhibition appropriate requirement that a substance is said to have a satisfactory power resistor with a diameter of approximately 14 local barriers to 16 mm. Different compared to the ethyl acetate extract at a concentration of 500 mg / ml had inhibition of 11.9 mm were not eligible and

n-hexane extract did not have the power resistor for testing antifungal activity. Sea cucumbers ethanol extract has the minimum inhibitory concentration (MIC) of 20 mg/ml and inhibitory diameter of 6.8 mm, for the ethyl acetate extract minimum inhibitory concentration (MIC) of 30 mg/ml and inhibitory diameter of 6.7 mm.

Keywords Keywords

KeywordsKeywords :::: Bilalo ssssea cucumber, Actinopyga mauritiana, sea cucumbers extract,antifungal,Candida albicans


(17)

BAB BAB BAB BAB IIII PENDAHULUAN PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

1.1 1.1

1.11.1 LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakang

Perairan laut Indonesia memiliki keanekaragaman biota laut sangat banyak yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan. Pemanfaatan biota laut saat ini, bukan hanya sekadar untuk konsumtif saja, tetapi mengarah kepada penelitian yang lebih maju, seperti penemuan obat-obatan berbahan dasar biota laut. Salah satu biota laut yang berpotensi menghasilkan senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan adalah teripang (Rasyid, 2008).

Teripang diketahui mengandung berbagai jenis bahan aktif yang sangat berguna bagi manusia. Penelitian mengenai teripang sebagai bioaktif di Indonesia masih perlu dikembangkan, karena itu perlu dilanjutkan penelitian-penelitian mengenai khasiat dari teripang, misalnya sebagai antijamur (Ramadany, 2009). Senyawa antijamur dari teripang dan hewan laut lainnya menjadi salah satu sumber obat antijamur baru yang dapat dikembangkan karena potensinya besar (Pranoto, 2012). Menurut Murniasih (2005), tingkat keragaman yang tinggi dan keunikan senyawa baru yang ditemukan dalam organisme laut merupakan pengaruh dari tingginya biodiversitas organisme laut.

Candida albicansmerupakan jamur yang secara normal hidup pada alat pencernaan, mulut, vagina dan kulit. Infeksi terjadi apabila ada pertumbuhan yang berlebih dari jamur tersebut. Infeksi yang paling sering dijumpai adanya non sistemik yang terlihat lesi pada kulit dan menunjukkan peradangan. Mutasi


(18)

genetika pada Candida albicans juga dapat menimbulkan resistensi sehingga pencarian senyawa baru sebagai antijamur yang masih terus dilakukan (Kusumaningtyas, 2008).

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakterisasi, golongan senyawa kimia dan pengaruh perbedaan pelarut dari ekstrak teripang yang mempunyai aktivitas antijamur, karena dari hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa teripang bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) memiliki aktivitas antijamur (Lawrence, 2006). Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian uji aktivitas antijamur ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) terhadap jamur Candida albicans

yang diharapkan dapat memberikan informasi dan bukti ilmiah untuk mengembangkan obat baru dari bahan alam bahari.

1.2 1.2

1.21.2 PerumusanPerumusanPerumusanPerumusan MasalahMasalahMasalahMasalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah karakterisasi serbuk simplisia teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard) dapat diketahui?

2. Golongan senyawa kimia apa yang terdapat dalam teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard)?

3. Apakah ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) mempunyai aktivitas antijamur terhadap jamur Candida albicans?


(19)

1.3 1.3

1.31.3 HipotesisHipotesisHipotesisHipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Karakteristik simplisia teripang bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur yang terdapat dalam Materia Medika Indonesia.

2. Golongan senyawa kimia yang terdapat dalam teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard) adalah alkaloid, saponin dan steroid/triterpenoid.

3. Ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) mempunyai aktivitas antijamur terhadap jamurCandida albicans.

1.4 1.4

1.41.4 TujuanTujuanTujuanTujuan PePePePenelitiannelitiannelitiannelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hasil karakterisasi dari serbuk simplisia teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard).

2. Untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat dalam teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard).

3. Untuk mengetahui adanya aktivitas antijamur pada ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) serta konsentrasi hambat minimumnya terhadap jamurCandida albicans.


(20)

1.5 1.5

1.51.5 ManfaatManfaatManfaatManfaat PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang aktivitas antijamur dari ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana


(21)

BAB BABBABBAB IIIIIIII TINJAUAN

TINJAUANTINJAUANTINJAUAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA

2.1 2.1

2.12.1 UraianUraianUraianUraian HewanHewanHewanHewan

Teripang adalah hewan tidak bertulang belakang dengan tubuh berbentuk silinder. Bentuk tersebut menyerupai mentimun sehingga teripang dikenal dengan nama mentimun laut (sea cucumber). Mulut dan anus terletak di ujung poros berlawanan, yaitu mulut di anterior dan anus di posterior, disekitar mulut teripang terdapat tentakel yang dapat dijulurkan dan ditarik dengan cepat. Teripang termasuk salah satu hewan berkulit duri atau

Echinodermata (Karnila, 2011). Namun demikian, tidak semua jenis teripang mempunyai duri pada kulitnya. Ada beberapa jenis teripang yang tidak berduri (Widodo, 2013). Teripang merupakan salah satu biota yang dapat dijadikan sebagai sumber senyawa bioaktif dari laut. Senyawa tersebut memiliki efek biologi seperti anti kanker, jamur, hemolisis dan aktivitas kekebalan tubuh (Albuntana, 2011).

2.1.1 2.1.1

2.1.12.1.1 SistematikaSistematikaSistematikaSistematika hewanhewanhewanhewan

Determinasi/identifikasi sampel teripang di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, dengan hasil sebagai berikut:

Filum : Echinodermata Kelas : Holothuroidea Ordo : Aspidochirotida Famili : Holothuriidae Genus :Actinopyga


(22)

2.1.2 2.1.2

2.1.22.1.2 HabitatHabitatHabitatHabitat

Teripang dapat ditemukan hampir di seluruh perairan pantai di Indonesia, mulai dari daerah pasang-surut yang dangkal sampai perairan yang lebih dalam. Teripang lebih menyukai perairan yang jernih dan airnya relatif tenang. Umumnya, masing-masing jenis teripang mempunyai habitat yang spesifik, ada jenis teripang yang hidup berkelompok dan ada pula yang hidup soliter (sendiri). Makanan utama teripang adalah organisme-organisme kecil, detritus (hasil dari penguraian binatang laut yang telah mati) dan rumput laut. Jenis makanan lainnya adalah partikel-partikel pasir ataupun hancuran-hancuran karang, dan cangkang-cangkang hewan lainnya (Widodo, 2013).

Penyebaran teripang di Indonesia sangat luas. Beberapa daerah penyebarannya antara lain meliputi perairan pantai Madura, Bali, Lombok, Aceh, Bengkulu, Bangka, Riau dan sekitarnya, Belitung, Kalimantan (bagian barat, timur dan selatan), Sulawesi, Maluku, Timor dan Kepulauan Seribu (Widodo, 2013).

2.1.3 2.1.3

2.1.32.1.3 MorfologiMorfologiMorfologiMorfologi

Badan teripang berbentuk bulat panjang dan akan segera mengkerut bila diangkat dari permukaan air. Di seluruh permukaan badan teripang terdapat bintil-bintil halus. Teripang mudah dikenali karena warnanya indah. Bagian punggungnya berwarna hitam keungu-unguan atau kebiru-biruan. Sementara bagian perut, sisi sekitar mulut dan duburnya kemerah-merahan. Teripang hidup di daerah perairan berkarang atau berpasir yang ditumbuhi ilalang (sea grass) (Martoyo, 2006).


(23)

2.1.4 2.1.4

2.1.42.1.4 UraianUraianUraianUraian KimiaKimiaKimiaKimia a.

a.

a.a. SaponinSaponinSaponinSaponin

Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida ataupun glikosida steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisa sel darah merah. Pola glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum ialah asam glukuronat (Harborne, 1987).

Keberadan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Marliana,2005).

Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan dan beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal dua jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai samping spirorektal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonnya disebut sapogenin diperoleh dengan hidrolisi dalam suasan asam atau hidrolisis memakai enzim, dan tanpa bagian gula ciri kelarutannya sama dengan ciri sterol lain (Robinson, 1995).


(24)

Sapogenin steroida Sapogenin Triterpenoida

b. b.

b.b. SteroidSteroidSteroidSteroid

Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantrena. Dahulu steroida dianggap sebagai senyawa satwa tetapi makin banyak senyawa steroida yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (fitosterol). Tiga senyawa yang biasa disebut fitosterol terdapat pada hampir setiap tumbuhan tinggi yaitu: sitosterol, stigmasterol dan kampesterol (Harborne,1987).

c. c.

c.c. TriterpenoidTriterpenoidTriterpenoidTriterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik yaitu skualena. Triterpenoid dapat dibagi atas empat golongan yaitu triterpenoid sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung. Triterpena atau steroid yang terutama terdapat sebagai glikosida. Triterpenoid merupakan senyawa yang tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan optik aktif, yang umumnya sukar dicirikan karena tidak mempunyai kereaktifan kimia. Kebanyakan senyawa ini memberikan warna hijau-biru dengan pereaksi Liebermann-Burchard (asam asetat anhidrid-asam sulfat (Harborne, 1987).


(25)

2.1.5 2.1.5

2.1.52.1.5 KandunganKandunganKandunganKandungan kimiakimiakimiakimia dandandandan manfaatmanfaatmanfaatmanfaat

Teripang sudah ratusan tahun digunakan sebagai obat-obatan di Cina yang diyakini mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Efek penyembuhan tersebut mungkin disebabkan senyawa bioaktif yang terdapat pada tubuh teripang seperti saponin (triterpen glikosida) (Albuntana, 2011). Saponin dihasilkan sebagai salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri secara kimiawi bagi teripang di alam. Selain diduga sebagai senyawa untuk pertahanan diri dari predator, juga diyakini memiliki efek biologis, termasuk diantaranya sebagai anti jamur, sitotoksik melawan sel tumor, hemolisis, aktivitas kekebalan tubuh dan anti kanker (Pranoto, 2012). Bordbar, et al., (2011), mengatakan bahwa teripang kaya akan glikosida terutama triterpen glikosida yang terbukti memiliki aktivitas antijamur dan antitumor. Triterpen glikosida dan glikosida lainnya seperti holothurin A dan B, teridentifikasi dari fraksi n-butanol. Teripang secara spesifik mengandung sapogenin steroid, triterpen glikosida dan holostan yang berfungsi sebagai antibakteri, antimikroba dan antijamur (Bordbar, et al., 2011).

Sebagai bahan pangan, teripang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dan rasanya sangat lezat. Teripang kering mempunyai kadar protein tinggi, yaitu 82% (Widodo, 2013). Kandungan protein teripang yang cukup tinggi ini menunjukkan bahwa teripang memiliki nilai gizi yang baik sebagai makanan. Protein pada teripang mempunyai asam amino yang lengkap, baik asam amino esensial maupun asam amino non esensial. Asam amino sangat berguna dalam sintesa protein dalam pembentukan otot dan dalam


(26)

pembentukan hormon (Karnila, 2011). Kandungan gizi teripang secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini (Widodo, 2013).

Tabel 2.1 Komposisi Kandungan Gizi Teripang

Komposisi Persentase (%)

Air 8,90

Protein 82,00

Lemak 1,70

Abu 8,60

Karbohidrat 4,80

Kalsium 0,308

fosfor 0,023

Zat besi 0,0417

Natrium 0,770

Kalium 0,091

Vitamin A 0,455

Vitamin B 0,00004

Tiamin 0,0007

Riboflavin 0,0004

Niasin

-Total kalori 385,00 kal/100 g

2.2 2.2

2.22.2 EkstraksiEkstraksiEkstraksiEkstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair. Simplisia yang diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain (Ditjen POM, 2000).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang


(27)

2.2.1 2.2.1

2.2.12.2.1 MetodeMetodeMetodeMetode ekstraksiekstraksiekstraksiekstraksi

Menurut Ditjen POM (2000), ada beberapa metode ekstraksi: a. Cara dingin

Ekstraksi dengan cara dingin terdiri dari:

1. Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

2. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlah nya 1 – 5 kali bahan.

b. Cara panas

Ekstraksi dengan cara panas terdiri dari:

1. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan


(28)

proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

2. Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingain balik.

3. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.

4. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

5. Dekok adalah infus dengan waktu yang lebih lama (30 menit) dan temperatur sampai titik didih air.

2.3 2.3

2.32.3 JamurJamurJamurJamur 2.3.1 2.3.1

2.3.12.3.1 TinjauanTinjauanTinjauanTinjauan mengenaimengenaimengenaimengenai JamurJamurJamurJamur

Jamur merupakan tumbuhan yang tidak memiliki klorofil, sehingga tidak mampu melakukan fotosintesis untuk memelihara sendiri kehidupannya. Jamur hanya bisa hidup sebagai parasit pada organisme hidup lain atau sebagai saprofit pada benda organisme mati (Tan, 2002). Bagian tubuh yang vegetatif terdiri atas benang-benang halus yang dinamakan hifa, yang seluruhnya merupakan miselium. Benang-benang itu ada yang bersekat-sekat ada yang tidak. Jamur yang hidup


(29)

(askus), jadi merupakan endospora, ada yang diluar basidium dan disebut

eksospora. Di samping itu kebanyakan jamur dapat berkembang biak secara aseksual dengan konidium(Tjitrosoepomo, 2009).

Menurut Fardiaz, (1992) Jamur mempunyai ciri-ciri yang spesifik yaitu: 1. Mempuyai inti sel

2. Memproduksi spora 3. Tidak mempunyai klorofil

4. Dapat berkembang biak secara seksual maupun aseksual

5. Beberapa mempuyai bagian-bagian tubuh berbentuk filamen dengan dinding sel yang mengandung selulosa atau kitin atau keduanya.

Jamur merupakan divisi Thallophyta, divisi ini meliputi tumbuhan yang memliki ciri utama tubuh yang berbentuk talus. Yang disebut talus ialah tumbuhan yang belum dapat dibedakan dalam 3 bagian utamanya, yaitu akar, batang dan daun. Berdasarkan ciri-ciri utama yang berkaitan dengan cara hidupnya, divisi Thallophytadibedakan dalam 3 anak devisi, yaitu: ganggang(algae), jamur(fungi), dan lumut kerak (lichenes). Jamur dibedakan dalam dua kelas,Phycomycetes dan Eumycetes. Phycomycetes merupakan jamur yang memiliki hifa yang tidak bersekat-sekat seperti pipa. Contoh Phycomycetes adalah jamur roti. Eumycetes yaitu jamur yang memiliki miselium bercabang-cabang dan bersekat, dinding selnya terdiri atas kitin (Tjitrosoepomo, 2009).

Berdasarkan alat perkembangbiakannya, Eumycetes dibagi dalam 3 anak kelas, yaitu :Ascomycetes(berkembang biak dengan askospora, disamping itu juga dengan konidium), Basidiomycetes (berkembang biak dengan basidiospora, kadang kadang juga dengan konidium) dan Deuteromycetes (yang tidak


(30)

mempunyai askus atau basidium dan hanya berkembang biak dengan konidium saja) (Tjitrosoepomo, 2009).

2.3.2 2.3.2

2.3.22.3.2 MorfologiMorfologiMorfologiMorfologi jamurjamurjamurjamur

Jamur bersifat aerobik sehingga pertumbuhannya memerlukan oksigen. Sel jamur dapat didapar, pernafasan endogen pada medium eksternal yang berbeda berada pada rentang pH 5-8, tetapi umumnya pada pH asam. Pernafasan eksogen dan pertumbuhan hifa dipengaruhi oleh perubahan pH eksternal dimana mekanisme yang sesungguhnya belum diketahui. Karbondioksida sebanyak 10% dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Mikroorganisme memerlukan suplai makanan untuk sumber energi dan menyediakan unsur kimia dasar untuk pertumbuhan sel. Jamur dan kapang mempunyai enzim hidrolitik, beberapa mempunyai enzim amylase, pektinase, proteinase dan lipase untuk mencerna bahan makanan (Fardiaz, 1992).

2.3.3 2.3.3

2.3.32.3.3 ReproduksiReproduksiReproduksiReproduksi jamurjamurjamurjamur

Jamur bereproduksi baik secara aseksual dengan pembelahan, pembentukan tunas atau spora, maupun secara seksual dengan peleburan inti dari kedua induknya. Pada pembelahan, sel akan membagi diri membentuk dua sel yang sama besar, sedangkan pada pertunasan (budding), sel anak tumbuh dari penonjolan kecil pada sel induk. Spora jamur dibentuk dari hifa udara atau hifa aerial hypae, dan dapat berupa spora seksual ataupun spora aseksual. Spora aseksual dibentuk oleh hifa dari satu individu jamur. Bila spora aseksual bergerminasi, spora tersebut akan menjadi jamur yang secara genetik identik


(31)

dengan induknya. Spora seksual dihasilkan dari fusi dua inti dengan tipe seks yang berlawanan dari satu spesies jamur yang sama (Pratiwi, 2008).

2.3.4 2.3.4

2.3.42.3.4 FisiologiFisiologiFisiologiFisiologi JamurJamurJamurJamur

Jamur memerlukan kondisi kelembapan yang tinggi, persediaan bahan organik dan oksigen untuk pertumbuhannya. Lingkungan yang hangat dan lembab mempercepat pertumbuhan jamur. Jamur tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan yang mengandung banyak gula dengan tekanan osmotik tinggi dan kondisi asam yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri. Jamur tumbuh dalam kisaran temperatur yang luas, dengan temperatur optimal berkisar antara 22-30˚C. Spesies jamur patogenik mempunyai temperatur pertumbuhan optimal lebih tinggi, yaitu berkisar antara 30-37˚C. Beberapa jamur mampu hidup pada temperatut 0˚C sehingga menyebabkan kerusakan produk yang disimpan pada penyimpanan dingin (Pratiwi, 2008).

2.3.5 2.3.5

2.3.52.3.5 SistematikaSistematikaSistematikaSistematikaCandidaCandidaCandidaCandida albicansalbicansalbicansalbicans

Sistematika Candida albicans menurut Dwidjoseputro, (1994) adalah sebagai berikut:

Divisio : Thallophyta Kelas : Deuteromycetes Bangsa : Moniliales Suku : Criptococcaceae Genus :Candida


(32)

2.3.6 2.3.6

2.3.62.3.6 CandidaCandidaCandidaCandida albicansalbicansalbicansalbicans

Candida adalah flora normal terutama saluran pencernaan juga selaput mukosa, saluran pernafasan, vagina, uretra, kulit dan di bawah jari-jari. Di

tempat-tempat ini ragi dapat menjadi dominan dan menyebabkan keadaan-keadaan patologik ketika daya tahan tubuh menurun. Candida albicans adalah jamur lonjong bertunas yang menghasilkan pseudomisellium dalam biakan, jaringan dan eksudat. Ukuran Candida albicans yaitu 2-3 μm x 4-6 μm. Candida albicans dapat menimbulkan invasi dalam aliran darah, trombofiebitis, endo karditas atau infeksi pada mata dan organ lain. Candida albicans mampu meragikan menghasilkan asam dan gas, tidak bereaksi dengan laktosa. Peragian karbohidrat ini bersama-sama dengan sifat koloni dan morfologi koloni, membedakan Candida albicans dengan spesies Candida lainnya (Jawetz, et al., 1986).

Jamur Candida albicans merupakan salah satu jamur patogen pada manusia. Penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida albicans ini dikenal dengan istilah kandidiasis atau kandidosis yaitu suatu penyakit jamur yang bersifat akut dan sub akut. Penyakit ini ditemukan diseluruh dunia dan dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan (Jawetz, et al., 1995).

2.4 2.4

2.42.4 MediaMediaMediaMedia pertumbuhanpertumbuhanpertumbuhanpertumbuhan mikroorganismemikroorganismemikroorganismemikroorganisme


(33)

mikroorganisme. Media biakan yang digunakan terdapat dalam bentuk padat, semi-padat dan cair.

Media biakan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu (Lay, 1996):

a. Secara kimiawi, media biakan dibagi menjadi:

1. Media sintetik yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang ditambahkan diketahui secara terperinci. Media sintetik sering digunakan untuk mempelajari sifat faal dan genetika mikroba. Contoh: glukosa, kalium fosfat, magnesium fosfat dan magnesium sulfat.

2. Media non-sintetik yaitu media yang menggunakan bahan yang terdapat di alam, bahan-bahan ini biasanya tidak diketahui kandungan kimia secara rinci. Contohnya: ekstrak daging, pepton dan kaldu daging.

b. Berdasarkan kegunaannya, dapat dibedakan menjadi:

1. Media selektif adalah media biakan yang mengandung paling sedikit satu bahan yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan membolehkan perkembangbiakan mikroorganisme tertentu yang ingin diisolasi. Contohnya: Manitol salt agar, Potato dextrose agar dan Sabouraud agar..

2. Media diferensial adalah media yang digunakan untuk membedakan kelompok mikroorganisme tertentu yang tumbuh pada media biakan. Media diferensial ini biasanya mengandung bahan kimia yang dapat digunakan oleh kelompok mikroorganisme tertentu. Bila berbagai kelompok mikroorganisme tumbuh pada media diferensial, maka dapat


(34)

dibedakan kelompok mikroorganisme berdasarkan perubahan pada media biakan atau penampilan koloninya. Contohnya: Blue Lactose agar.

2.5 2.5

2.52.5 TeknikTeknikTeknikTeknik biakanbiakanbiakanbiakan murnimurnimurnimurni

Untuk dapat memperoleh biakan murni maka organisme yang akan diteliti harus dapat dipisahkan, sehingga diperoleh biakan murni yang hanya mengandung satu macam mikroorganisme. Cara untuk mendapatkan mikroorganisme yaitu:

a) Teknik Penggoresan Agar

Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Ose didinginkan setelah dipijarkan untuk menggores pada permukaan agar. Ose yang panas mematikan mikroorganisme, sehingga tidak terjadi pertumbuhan pada bekas goresan. Ose disentuhkan pada agar dengan beberapa goresan, ada beberapa teknik goresan yaitu: goresan T, goresan kuadran, goresan radian dan goresan sinambung.

b) Teknik agar tuang

Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel di dalam tabung. Pada cara ini, dilakukan pengenceran satu mata ose suspensi mikroorganisme dalam tiga tabung sehingga akan diperoleh lempengan dengan jumlah yang optimum untuk diisolasi.


(35)

c) Teknik agar sebar

Pengenceran dilakukan seperti teknik agar tuang. Pipet 0,1 ml cairan dari tabung pengencer dan biarkan cairan mengalir ke permukaan agar. Pada teknik ini sterilisasi penyebar dilakukan dengan mencelupkan ke dalam alkohol dan kemudian dipanaskan sehingga alkohol terbakar habis. Penyebar didinginkan dahulu sebelum digunakan untuk menyebarkan pada permukaan agar. Penyebaran cairan dilakukan dengan memutar agar (Lay, 1994).

2.6 2.6

2.62.6 PemindahanPemindahanPemindahanPemindahan BiakanBiakanBiakanBiakan

Pemindahan mikroorganisme dilakukan dengan teknik aseptis untuk memepertahankan kemurnian biakan selama pemindahan berulang kali. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam biakan cair atau padat. Dalam biakan cair, mikroorgansme menunjukkan ciri pertumbuhan tersendiri yaitu kekeruhan yang terjadi akibat pertumbuhan mikroorganisme. Selain dalam media cair, mikroorganisme juga memeperlihatkan pertumbuhan dengan ciri tertentu dalam biakan padat seperti agar miring (Lay, 1994).

2.7 2.7

2.72.7 PengukuranPengukuranPengukuranPengukuran aktivitasaktivitasaktivitasaktivitas antimikrobaantimikrobaantimikrobaantimikroba

Penentuan kepekaan bakteri patogen terhadap antibakteri tertentu dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode pokok yaitu dilusi atau difusi. Penting sekali menggunakan metode standar untuk mengendalikan semua faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba.


(36)

a. Metode dilusi

Metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian media diinokulasi bakteri uji dan dieramkan. Tahap akhir dimasukkan antimikroba dengan kadar yang menghambat atau mematikan. Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja (Jawetz, et al., 1995).

b. Metode difusi

Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram kertas saring berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada permukaan medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah inkubasi, diameter zona hambatan sekitar cakram dipergunakan mengukur kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik dan kimia, selain faktor antara obat dan organisme (Jawetz, et al., 1995).


(37)

BAB BAB BAB BAB IIIIIIIIIIII METODE METODE METODE

METODE PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimental. Tahap penelitian meliputi penyiapan bahan, karakterisasi simplisia, uji golongan senyawa kimia dan pembuatan ekstrak. Selanjutnya pengujian aktivitas antijamur dengan metode difusi agar menggunakan silinder logam. Parameter yang dilihat adalah besarnya diameter hambat pertumbuhan jamur. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.1 3.1

3.13.1 AlatAlatAlatAlat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, oven, tanur, rotary evaporator, krus porselin, desikator, inkubator, autoklaf, kompor gas, penangas air, jangka sorong, blender, jarum ose, kertas saring, lemari pendingin, mikroskop, neraca listrik, penangas air, pencadang logam (diameter 6 mm), pinset, Laminar air flow cabinet,pipet mikro, pinset, seperangkat alat penetapan kadar air dan kamera digital.

3.2 3.2

3.23.2 BahanBahanBahanBahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah teripang bilalo,

potato dextrose agar, jamur Candida albicans ATCC No. 10231 yang diperoleh dari laboratorium mikrobologi fakultas farmasi USU, natrium klorida, air suling, bahan kimia yang digunakan berkualitas pro analisa, yaitu: etanol,


(38)

etil asetat, n- heksan, asam klorida pekat, asam sulfat pekat, eter, kalium iodida, iodium, bismut (III) nitrat, asam asetat, asam asetat anhidrida, raksa (II) klorida, kloroform, kloralhidrat dan toluena.

3333.3.3.3.3 PenyiapanPenyiapanPenyiapanPenyiapan SampelSampelSampelSampel 3333.3.1.3.1.3.1.3.1 PengumpulanPengumpulanPengumpulanPengumpulan sampelsampelsampelsampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membanding kan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah teripang yang masih segar dari perairan Sabang, Aceh.

3333.3.2.3.2.3.2.3.2 IdentifikasiIdentifikasiIdentifikasiIdentifikasi sampelsampelsampelsampel

Identifikasi sampel dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Jakarta.

3333.3.3.3.3.3.3.3.3 PengolahanPengolahanPengolahanPengolahan sampelsampelsampelsampel

Teripang dibersihkan dari kotoran dengan cara mencuci di bawah air mengalir hingga bersih, kemudian dipisahkan dari bagian dalam perut dan di perkecil potongannya selanjutnya ditiriskan lalu ditimbang kemudian disebar diatas wadah. Sampel dikeringkan dengan cara diangin-anginkan diudara terbuka. Kemudian dikeringkan di lemari pengering. Teripang yang sudah kering ini disebut simplisia hewan. Kemudian simplisia diblender sampai menjadi serbuk, ditimbang beratnya. Selanjutnya simplisia disimpan dalam wadah plastik dan disimpan di tempat yang terlindung dari cahaya.


(39)

3.4 3.4

3.43.4 PembuatanPembuatanPembuatanPembuatan PereaksiPereaksiPereaksiPereaksi

Pembuatan larutan pereaksi asam klorida 2 N, asam sulfat 2 N, Mayer, Bouchardat, kloralhidrat (Depkes RI, 1995), Liebermann-Burchard dan Dragendorff (Harborne, 1987).

3333.4.1.4.1.4.1.4.1 PereaksiPereaksiPereaksiPereaksi aaaasamsamsamsam kkkkloridaloridaloridalorida 2222 NNNN

Sebanyak 16,67 ml asam klorida pekat dilarutkan dalam air suling hingga volume 100 ml.

3333.4.2.4.2.4.2.4.2 PereaksiPereaksiPereaksiPereaksi aaaasamsamsamsam ssssulfatulfatulfatulfat 2222 NNNN

Sebanyak 5,4 ml asam sulfat pekat dilarutkan dalam air suling hingga volume 100 ml.

3333.4.3.4.3.4.3.4.3 PereaksiPereaksiPereaksiPereaksi MayerMayerMayerMayer

Sebanyak 1,35 g raksa (II) klorida dilarutkan dalam 60 ml air suling. Kemudian pada wadah lain sebanyak 5 g kalium iodida dilarutkan dalam 10 ml air lalu campurkan keduanya dan ditambahkan air suling hingga 100 ml.

3.4.4 3.4.4

3.4.43.4.4 PereaksiPereaksiPereaksiPereaksi BouchardatBouchardatBouchardatBouchardat

Sebanyak 4 g kalium iodida, dilarutkan dalam sedikit air suling kemudian ditambahkan 2 g iodium, setelah semuanya larut ditambahkan air suling hingga 100 ml.

3333.4.5.4.5.4.5.4.5 PereaksiPereaksiPereaksiPereaksi DragendorffDragendorffDragendorffDragendorff

Sebanyak 0,85 g bismut (III) nitrat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 100 ml asam asetat glasial ditambahkan 40 ml air suling. Kemudian pada wadah lain ditimbang 8 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 20 ml air


(40)

suling, lalu campurkan kedua larutan sama banyak. Kemudian ditambahkan 20 ml asam asetat glasial dan diencerkan dengan air suling hingga 100 ml.

3333.4.6.4.6.4.6.4.6 PereaksiPereaksiPereaksiPereaksi KloralhidratKloralhidratKloralhidratKloralhidrat

Sebanyak 70 g kloralhidrat dilarutkan dalam 100 ml air.

3333.4.7.4.7.4.7.4.7 PereaksiPereaksiPereaksiPereaksi Liebermann-BurchardLiebermann-BurchardLiebermann-BurchardLiebermann-Burchard

Sebanyak 5 ml asam asetat anhidrida dicampurkan dengan 5 ml asam sulfat pekat kemudian ditambahkan etanol hingga 50 ml.

3333....5555 KarakterisasiKarakterisasiKarakterisasiKarakterisasi SimplisiaSimplisiaSimplisiaSimplisia 3333....5555.1.1.1.1 PemeriksaanPemeriksaanPemeriksaanPemeriksaan MakroskopikMakroskopikMakroskopikMakroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati sifat morfologi luar, warna, bau dan rasa dari teripang.

3333....5555.2.2.2.2 PemeriksaanPemeriksaanPemeriksaanPemeriksaan MikroskopikMikroskopikMikroskopikMikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia teripang. Serbuk simplisia ditaburkan diatas kaca objek yang telah ditetesi dengan larutan kloralhidrat dan tutup dengan kaca penutup, kemudian diamati di bawah mikroskop.

3333....5555.3.3.3.3 PenetapanPenetapanPenetapanPenetapan KadarKadarKadarKadar AirAirAirAir

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode azeotropi (destilasi toluen). Cara penetapan: ke dalam labu alas bulat dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml akuades, didestilasi selama 2 jam. Setelah toluena didinginkan dan volume air pada tabung penerima dibaca. Kemudian kedalam labu dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, dipanaskan hati–hati


(41)

selama 15 menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur, kurang lebih 2 tetes tiap detik, hingga sebagian air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua tersuling, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena yang telah jenuh. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume dibaca. Selisih kedua volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa (WHO, 1992).

3333....5555.4.4.4.4 PenetapanPenetapanPenetapanPenetapan KadarKadarKadarKadar SariSariSariSari LarutLarutLarutLarut DalamDalamDalamDalam AirAirAirAir

Sebanyak 5 g serbuk dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml air-kloroform dalam akuades sampai 1 liter) dengan menggunakan botol bersumbat warna coklat sambil sekali-kali dikocok salama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring, sejumlah 20 ml filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan yang telah dipanaskan dan ditara. Residu dipanaskan dalam oven pada suhu 105°C sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes, 1995).

3333....5555.5.5.5.5 PenetapanPenetapanPenetapanPenetapan KadarKadarKadarKadar SariSariSariSari LarutLarutLarutLarut DalamDalamDalamDalam EtanolEtanolEtanolEtanol

Sebanyak 5 g serbuk dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96 % dengan menggunakan botol bersumbat berwarna coklat sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan yang telah dipanaskan dan ditara. Residu dipanaskan dalam oven pada suhu 105°C


(42)

sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes, 1995).

3333....5555.6.6.6.6 PenetapanPenetapanPenetapanPenetapan KadarKadarKadarKadar AbuAbuAbuAbu TotalTotalTotalTotal

Lebih kurang 2 g zat yang telah digerus dan ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus porselin bersama isinya dipijarkan perlahan–lahan hingga arang habis, dinginkan, ditimbang sampai diperoleh bobot yang tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes, 1995).

3333....5555.7.7.7.7 PenetapanPenetapanPenetapanPenetapan KadarKadarKadarKadar AbuAbuAbuAbu YangYangYangYang TidakTidakTidakTidak LarutLarutLarutLarut DalamDalamDalamDalam AsamAsamAsamAsam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring dengan kertas saring, lalu cuci dengan air panas. Kemudian residu dan kertas saring dipijarkan sampai diperoleh bobot tetap, didinginkan dan ditimbang beratnya. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes, 1995).

3.6 3.6

3.63.6 PemeriksaaanPemeriksaaanPemeriksaaanPemeriksaaan SenyawaSenyawaSenyawaSenyawa KimiaKimiaKimiaKimia 3333....6666.1.1.1.1 PemeriksaanPemeriksaanPemeriksaanPemeriksaan aaaalkaloidalkaloidalkaloidalkaloida

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk uji alkaloida sebagai berikut:

a. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Mayer akan terbentuk endapan berwarna putih atau kuning.


(43)

b. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai kehitaman. c. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi

Dragendorff, akan terbentuk endapan merah atau jingga.

Alkaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari tiga percobaan diatas (Depkes, 1995).

3333....6666....2222 PemeriksaanPemeriksaanPemeriksaanPemeriksaan ssssaponinaponinaponinaponin

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, jika terbentuk buih yang mantap setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2N menunjukkan adanya saponin (Depkes, 1995).

3333....6666....3333 PemeriksaanPemeriksaanPemeriksaanPemeriksaan ssssteroida/teroida/teroida/teroida/ttttriterpenoidariterpenoidariterpenoidariterpenoida

Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, disaring, filtrat diuapkan dalam cawan penguap, dan pada sisanya ditambahkan 1 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann-Burchard). Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru hijau menunjukkan adanya steroida/triterpenoida (Harborne, 1987).


(44)

3.7 3.7

3.73.7 PembuatanPembuatanPembuatanPembuatan EkstrakEkstrakEkstrakEkstrak 3.7.1

3.7.13.7.13.7.1 EkstrakEkstrakEkstrakEkstrak etanoletanoletanoletanol

Sebanyak 100 g simplisia teripang dimasukkan kedalam wadah gelas bertutup (maserator), ditambahkan etanol 96% sampai serbuk terendam sempurna kemudian diaduk dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian disaring dan filtrat ditampung, dilakukan pengulangan selama 3 kali. Setelah itu ekstrak dipekatkan dengan rotari evaporator dan diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental.

3.7.2

3.7.23.7.23.7.2 EkstrakEkstrakEkstrakEkstraknnnn-heksan-heksan-heksan-heksan

Sebanyak 100 g simplisia teripang dimasukkan kedalam wadah gelas bertutup (maserator), ditambahkan n-heksan sampai serbuk terendam sempurna kemudian diaduk dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian disaring dan filtrat ditampung, dilakukan pengulangan selama 3 kali. Setelah itu ekstrak dipekatkan dengan rotari evaporator dan diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental.

3.7.3

3.7.33.7.33.7.3 EkstrakEkstrakEkstrakEkstrak EtilEtilEtilEtil asetatasetatasetatasetat

Sebanyak 100 g simplisia teripang dimasukkan kedalam wadah gelas bertutup (maserator), ditambahkan etil asetat sampai serbuk terendam sempurna kemudian diaduk dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian disaring dan filtrat ditampung, dilakukan pengulangan selama 3 kali. Setelah itu ekstrak dipekatkan dengan rotari evaporator dan diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental.


(45)

3333.8.8.8.8 SterilisasiSterilisasiSterilisasiSterilisasi AlatAlatAlatAlat

Alat-alat yang digunakan dalam uji aktivitas antijamur ini, disterilkan terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas disterilkan didalam oven pada suhu 170˚C selama 1 jam. Media disterilkan di autoklaf pada suhu 121˚C selama 15 menit. Jarum ose dan pinset dengan lampu bunsen (Lay, 1994).

3333.9.9.9.9 PembuatanPembuatanPembuatanPembuatan MediaMediaMediaMedia

3333.9.1.9.1.9.1.9.1 PotatoPotatoPotatoPotato DextroseDextroseDextroseDextrose AgarAgarAgarAgar (PDA)(PDA)(PDA)(PDA)

Sebanyak 39 gram serbuk PDA ditimbang, kemudian dilarutkan dalam aquadest sebanyak 1 liter, dipanaskan sampai mendidih untuk melarutkan semua serbuk PDA, disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121˚C selama 15 menit (Difco, 1953).

3333.9.2.9.2.9.2.9.2 LarutanLarutanLarutanLarutan NaClNaClNaClNaCl 0,9%0,9%0,9%0,9%

Komposisi : Natrium Klorida 9 g Air suling ad 1000 ml Cara Pembuatan :

Natrium klorida ditimbang sebanyak 0,9 g lalu dilarutkan dalam air suling steril sedikit demi sedikit dalam erlenmeyer 100 ml sampai larut sempurna, disterilkan di autoklaf pada suhu 121˚C selama 15 menit (Sonnenwirth, 1980).

3333.10.10.10.10 PembuatanPembuatanPembuatanPembuatan StokStokStokStok KulturKulturKulturKultur JamurJamurJamurJamur

Koloni jamur diambil dengan menggunakan jarum ose steril, lalu ditanam pada media potato dextrose agar miring dengan cara menggores.


(46)

Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 20-25˚C selama 48 jam (Ditjen POM, 1995).

3333.11.11.11.11 PenyiapanPenyiapanPenyiapanPenyiapan InokulumInokulumInokulumInokulum JamurJamurJamurJamur

Koloni jamur diambil dari stok kultur dengan jarum ose steril lalu disuspensikan dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml larutan NaCl 0,9% (Ditjen POM, 1995). Kemudian diukur kekeruhan larutan pada panjang gelombang 520 nm sampai diperoleh transmitan 25% (Cole, 1981).

3333.12.12.12.12 PembuatanPembuatanPembuatanPembuatan LarutanLarutanLarutanLarutan UjiUjiUjiUji EkstrakEkstrakEkstrakEkstrak DenganDenganDenganDengan BerbagaiBerbagaiBerbagaiBerbagai Konsentrasi.Konsentrasi.Konsentrasi.Konsentrasi.

Ekstrak ditimbang 1,5 g dilarutkan DMSO hingga 3 ml maka konsentrasi ekstrak adalah 500 mg/ml kemudian dibuat pengenceran selanjutnya sampai diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 400 mg/ml; 100 mg/ml; 200 mg/ml; 100 mg/ml; 90 mg/ml; 80 mg/ml; 70 mg/ml; 60 mg/ml; 50 mg/ml; 40 mg/ml; 30 mg/ml; 20 mg/ml dan 10 mg/ml.

3333.1.1.1.13333 MetodeMetodeMetodeMetode PengujianPengujianPengujianPengujian EfekEfekEfekEfek AntijamurAntijamurAntijamurAntijamur secarasecarasecarasecaraInInInIn VVVVitroitroitroitro

Ke dalam cawan petri dimasukkan 0,1 ml inokulum, kemudian ditambahkan 20 ml mediapotato dextrose agar steril yang telah dicairkan dan memiliki suhu mencapai 45˚C, kemudian dihomogenkan dan dibiarkan sampai media memadat. Setelah itu ditanamkan silinder logam. Selanjutnya masing-masing silinder logam dimasukkan ekstrak sebanyak 0,1 ml. Kemudian diinkubasi pada suhu 20-25˚C selama 48 jam. Selanjutnya diameter daerah hambat di sekitar silinder logam diukur dengan menggunakan jangka sorong.


(47)

BAB BABBABBAB IVIVIVIV HASIL

HASILHASILHASIL DANDANDANDAN PEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASAN

Hasil identifikasi hewan yang digunakan dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI hasilnya adalah hewan teripang filum Echinodermata, kelas Holothuroidea, ordo Aspidochirotida, famili Holothuriidae, genus Actinopyga

dan spesiesActinopyga mauritiana(Quoy dan Gaimard, 1833).

Hasil Karakterisasi simplisia secara makroskopik yaitu berukuran 16,8 cm, lebar 4,9 cm dan berat 100 gram. Memiliki warna coklat kehitaman, rasa asin dan berbau amis. Secara mikroskopik terlihat adanya spikula. Hasil penetapan kadar air yang dilakukan untuk mengetahui mutu terhadap simplisia hewan teripang bilalo adalah 9,31% dan hasilnya memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional SNI 01-2354.2-2006 yaitu 20%. Menurut Saifuddin (2011), kadar air menentukan stabilitas bentuk sediaan selanjutnya selama proses peyimpanan. Hasil pemeriksaan kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu total, kadar abu yang tidak larut asam dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1. Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia teripang bilalo.

No.

No.No.No. PemeriksaanPemeriksaanPemeriksaanPemeriksaan HasilHasilHasilHasil (%)(%)(%)(%)

1 Kadar air 9,31

2 Kadar sari larut dalam air 32,46

3 Kadar sari larut dalam etanol 41,43

4 Kadar abu total 10,42


(48)

Penetepan kadar sari dilakukan terhadap sari larut air dan sari larut etanol yang menyatakan jumlah zat tersari dalam air atau etanol. Penetapan kadar air dilakukan berhubungan dengan mutu simplisia agar tidak mudah ditumbuhi mikroorganisme. Kadar abu total yang didapat pada teripang sangat tinggi disebabkan Kulit teripang merupakan dinding tubuh yang terdiri dari kutikula yang merupakan lapisan pelindung yang tertutup kapur dan adanya duri-duri yang merupakan butir-butir kapur mikroskopis yang tersebar pada lapisan epidermis. Hasil penelitian sebelumnya yang mengukur kadar abu daging teripang dengan tidak melepaskan kulitnya menunjukkan kadar abu yang tinggi (Karnila, 2011). Penetapan kadar abu dilakukan dimana senyawa organik dan turunanya terdestruksi dan menguap. Sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik (Ditjen POM, 2000). Kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui kadar senyawa anorganik yang tidak larut dalam asam (Ditjen POM, 1995).

Hasil uji senyawa kimia serbuk simplisia teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard) dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2. Hasil uji golongan senyawa kimia serbuk simplisia teripang bilalo

No.

No.No.No. PemeriksaanPemeriksaanPemeriksaanPemeriksaan HasilHasilHasilHasil

1 Alkaloida

-2 Saponin +

3 Steroida/Triterpenoida +

Keterangan: + = mengandung golongan senyawa = tidak mengandung golongan senyawa


(49)

Hasil uji senyawa kimia pada serbuk simplisia teripang bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) menunjukkan adanya senyawa steroid/triterpenoid dan saponin. Saponin dihasilkan sebagai salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri secara kimiawi bagi teripang di alam. Selain diduga sebagai senyawa untuk pertahanan diri dari predator, juga diyakni memiliki efek biologis, termasuk diantaranya sebagai antijamur. Bordbar (2011), menyatakan bahwa saponin yang teridentifikasi dari teripang, struktur kimianya cukup dapat dibandingkan dengan obat herbal lainnya. Adanya satu atau lebih senyawa bioaktif dalam tubuh teripang juga memungkinkan kemampuan antijamur semakin besar.

Proses ekstraksi teripang dilakukan dengan menggunakan 3 pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya yaitu etanol (bersifat polar), etil asetat (bersifat semi polar) dan n-heksan (bersifat non polar). Penggunaan ketiga pelarut tersebut dipilih untuk menguji aktivitas ekstrak yang tepat sebagai antijamur. Ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang akan diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda pada pelarut yang berbeda kepolarannya (Pranoto, 2012).

Hasil uji aktivitas ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans dapat dilihat pada ketiga Tabel berikut.


(50)

Tabel 4.3. Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan jamur

Candida albicans dari ekstrak etanol teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard).

Konsentrasi Ekstrak Etanol

(mg/ml) Diameter Daerah Hambat (*)(mm)

500 18,9 400 16,1 300 14,4 200 11,1 100 10,6 90 10 80 8,1 70 8 60 7,6 50 7,1 40 7 30 6,9 20 6,8 10 -Blanko

-Keterangan : (*) = Hasil rata-rata tiga kali pengukuran (-) = Tidak ada daya hambat

Tabel 4.4. Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan jamur

Candida albicans dari ekstrak etil asetat teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard).

Konsentrasi Ekstrak Etil asetat

(mg/ml) Diameter Daerah Hambat (*)(mm)

500 11,9 400 11,6 300 11,2 200 11 100 10,5 90 9,8 80 9,5 70 9,2 60 8,4 50 8 40 7,1 30 6,7 20 -10 -Blanko


(51)

Tabel 4.5 Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan jamur

Candida albicans dari ekstrak n-heksan teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard).

Konsentrasi Ekstraknheksan

(mg/ml) Diameter Daerah Hambat (*)(mm)

500

-400

-300

-200

-100

-90

-80

-70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

-Blanko

-Keterangan : (*) = Hasil rata-rata tiga kali pengukuran (-) = Tidak ada daya hambat

Hasil pengukuran daerah hambat pada tabel di atas terlihat bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak yang diberikan akan menghasilkan daerah hambat yang semakin besar, hal ini disebabkan semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak. Diameter daerah hambat terbesar pada konsentrasi 500 mg/ml ekstrak etanol yaitu 18,9 mm, dan konsentrasi hambat minimum (KHM) adalah pada konsentrasi 20 mg/ml yaitu 6,8 mm, pada ekstrak etil asetat diameter daerah hambat pada konsentrasi 500 mg/ml ekstrak etanol yaitu 11,9 mm, dan konsentrasi hambat minimum (KHM) adalah pada konsentrasi 30 mg/ml yaitu 6,7 mm dan pada ekstrak n-heksan tidak memiliki diameter daya hambat. Senyawa antijamur pada teripang diduga bersifat polar, terbukti dari kemampuan ekstrak tersebut dalam menghambat pertumbuhan jamur lebih


(52)

dilihat dari daerah diameter hambat ekstrak etanol lebih besar dibandingkan ekstrak etil asetat dari teripang. Senyawa polar yang tertarik pada pelarut etanol adalah saponin. Kemampuan saponin sebagai anti jamur diperkuat oleh Cowan, (1999), yang menyatakan bahwa saponin berkontribusi sebagai antijamur dengan mekanisme menurunkan tegangan permukaan membran sterol dari dinding sel Candida albicans sehingga permeabilitasnya meningkat dan adanya pelepasan protein dan enzim dari dalam sel.

Sehingga dapat dikatakan bahwa, ekstrak etanol teripang bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) dapat memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan jamur ini dibuktikan dengan diameter hambat yang besar (sesuai) persyaratan yaitu suatu zat dikatakan memiliki daya hambat yang memuaskan dengan diameter daerah hambatan lebih kurang 14 sampai 16 mm (Ditjen POM, 1995).


(53)

BAB BAB BAB BAB VVVV KESIMPULAN

KESIMPULANKESIMPULANKESIMPULAN DANDANDANDAN SARANSARANSARANSARAN

4.1 4.1

4.14.1 KesimpulanKesimpulanKesimpulanKesimpulan

1. Hasil Karakterisasi simplisia teripang bilalo (Actinopyga mauritiana

(Quoy) Gaimard) diperoleh kadar air 9,31%, kadar sari larut dalam air 32,45%, kadar sari larut dalam etanol 41,43%, kadar abu total 10,42% dan kadar abu tidak larut asam 1,8%.

2. Hasil uji pemeriksaan gologan senyawa kimia terhadap serbuk simplisia teripang bilalo (Actinopyga mauritiana (Quoy) Gaimard) adalah positif terhadap golongan senyawa saponin dan steroid/triterpenoid.

3. Hasil uji aktivitas antijamur menunjukkan bahwa ekstrak etanol teripang memiliki aktivitas antijamur pada konsentrasi 500 mg/ml, 400 mg/ml dan 300 mg/ml dengan daya hambat 18,9 mm, 16,1 mm dan 14,4 mm dan konsentrasi hambat minimum (KHM) sebesar 20 mg/ml dan diameter hambat sebesar 6,8 mm, untuk ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksan tidak memiliki aktivitas antijamur karena pada konsentrasi 500 mg/ml memiliki daya hambat 11,9 mm untuk ekstrak etil asetat dan ekstrakn-heksan tidak memiliki daya hambat.

4.2 4.2

4.24.2 SaranSaranSaranSaran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat memformulasikan teripang untuk penggunaan topikal.


(54)

DAFTAR

DAFTAR

DAFTAR

DAFTAR PUSTAKA

PUSTAKA

PUSTAKA

PUSTAKA

Albuntana, A,. Yasman dan Wisnu, W. (2011). Uji Toksisitas Ekstrak Empat Jenis Teripang Suku Holothuriidea dari Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan Seribu, Jakarta Menggunakan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 3(1): 65-66. .

Bordbar, S. (2011). High-Value Componentsand Bioactives from Sea Cucumber for Functional Foods-A Review. Marine Drugs Journal.9(1): 1772.

Cole, G.T. (1981). Biology of Conidial Fungi Vol 2. New York: Academic Press Inc (London) Ltd. Hal. 444.

Cowan, M.M. (1999). Plant Product as Antimicrobial Agents. Oxford. Miamy University. Hal. 331.

Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Depkes RI. Hal. 322-326.

Difco Laboratories. (1977). Difco Manual of Dehydrated Culture Media and Reagents for Microbiology and Clinical Laboratory Procedures. Edisi ke-9. Detroit Michigan: Difco Laboratories. Hal. 32, 64.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 7.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1, 10-11.

Dwidjoseputro, D. (1994).Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Hal. 146.

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 35-38.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Terjemahan: Kosasih Padmawinato dan Iwang Suediro. Edisi kedua. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 147-148, 151, 234.

Jawetz., Melnick., dan Adelberg’s. (2005). Medical Microbiology.

Diterjemahkan oleh Mudihardi, E,. Kuntaman,. Eddy, B.W., Setio, H,. Dan Lindawati, A. Jakarta: Salemba Medika. Hal. 8, 313, 234-235.


(55)

Karnila, R,. Made, S,. Sukarno dan Tutik, W. (2011). Analisis Kandungan Nutrisi Daging dan Tepung Teripang Pasir (Holothuria scabraJ.) Segar.

Jurnal Terubuk. 39(2): 51-52.

Karnila, R,. Made, A,. Sukarno dan Tutik, W. (2011). Karakteristik Konsentrat Protein Teripang Pasir (Holothuria scabra J.) Dengan Bahan Pengekstrak Aseton.Jurnal Perikanan dan Kelautan. 16(1): 91.

Kusumaningtyas, E., Lusi, S., dan Estie A. (2008). Penentuan Golongan Bercak Senyawa Aktif Ekstrak n-heksan Alpinia galanga terhadap Candida albicans dengan Bioautografi dan Kromatogarfi Lapis Tipis.

Jakarta: Universitas Pancasila. Hal. 1-2.

Lawrence, A.J. (2006). Darwin Initiative For The Sustainable Use Of Sea Cucumber In Egypt. Egypt: Departement of Bioloical Science University of Hull. Hal. 18.

Lay, B.W. (1996). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal. 37-43.

Marliana, D.S., Venty, S., dan Suyono. (2005). Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol.Jurnal Biofarmasi.3(1): 29. Martoyo, J., Nugroho, A., dan Tjahjo, W. (2006). Budi Daya Teripang. Edisi

Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 14.

Murniasih, T. (2005). Substansi Kimia Untuk Pertahann Diri dari Hewan Laut Tak Bertulang Belakang.Jurnal Oseana. 30(2): 19-27.

Pranoto, E.N., Widodo, F.M., dan Delianis P. (2012). Kajian Aktivitas Bioaktif Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria scabra) Terhadap Jamur Candida albicans. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. 1(1): 1-8.

Pratiwi, S.T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 39-41.

Ramadany, H.M., Winarni dan Soepriandono. (2009). Pengaruh Pemberian Ekstrak Tiga Jenis Teripang Lokal Pantai Timur Surabaya Terhadap Hepar Mencit (Mus musculus) Setelah Infeksi Escherichia coli. Jurnal Fakultas Sains dan Teknologi.1(1): 2.

Rasyid, A. (2008). Biota Laut Sebagai Sumber Obat-Obatan. Jurnal Oseana. 33(1): 11-18.


(1)

Lampiran Lampiran

LampiranLampiran 5.5.5.5. (lanjutan)(lanjutan)(lanjutan)(lanjutan)

V. Perhitungan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam Sampel I : Berat sampel = 2,007 g

Berat abu = 0,062 g

% kadar abu = x 100%

= x 100%

= 3,08%

Sampel II : Berat sampel = 2,010 g Berat abu = 0,042 g

% kadar abu = x 100%

= x 100%

= 2,08%

Sampel III : Berat sampel = 2,004 g Berat abu = 0,010 g

% kadar abu = x 100%

= x 100%

= 0,4% % kadar abu tidak larut = dalam asam rata-rata

= = 1,8%


(2)

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 6.6.6.6.

Bagan uji aktivitas antijamur ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana

(Quoy) Gaimard).

Diambil 1 ose

Disuspensikan ke dalam tabung bertutup yang berisi 10 ml NaCl 0,9%

Diukur kekeruhan pada panjang gelombang 520 nm sampai diperoleh transmitan 25%

Dimasukkan 0,1 ml inokulum ke dalam cawan petri

Ditambahkan 20 ml media

potato dextrose agar ke dalam cawan petri

Dihomogenkan dan dibiarkan hingga memadat

Ditanamkan silinder logam Dimasukkan 0,1 ml ekstrak dengan berbagai konsentrasi Diinkubasi pada suhu 20-25˚C selama 48 jam

Diukur diameter daerah

hambatan disekitar silinder logam

Stok kultur

Inokulum jamur

Media padat

Hasil


(3)

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 7.7.7.7.

Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan jamur Candida albicansoleh ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard).

Konsentrasi KonsentrasiKonsentrasiKonsentrasi (mg/ml) (mg/ml)(mg/ml)(mg/ml)

Diameter Diameter Diameter

Diameter daerahdaerahdaerahdaerah hamabatanhamabatanhamabatanhamabatan (mm)(mm)(mm)(mm) Ekstrak

EkstrakEkstrakEkstrak etanoletanoletanoletanol EkstrakEkstrakEkstrakEkstrak etiletiletiletil asetatasetatasetatasetat EkstrakEkstrakEkstrakEkstrakn-n-n-n-heksanheksanheksanheksan D1

D1 D1

D1 D2D2D2D2 D3D3D3D3 D*D*D*D* D1D1D1D1 D2D2D2D2 D3D3D3D3 D*D*D*D* D1D1 D2D1D1 D2D2D2 D3D3D3D3 D*D*D*D*

500 19,1 18,8 19 18,9 11,7 11,6 12,4 11,9 - - -

-400 17 15,2 16,3 16,1 11,5 11,4 11,8 11,6 - - -

-300 14,9 14 14,5 14,4 11 11,2 11,4 11,2 - - -

-200 11,5 10,9 11 11,1 10,6 10,8 11,2 11 - - -

-100 10,9 10,4 10,6 10,6 10,3 10,5 10,8 10,5 - - -

-90 9,8 10 10,2 10 9,5 10,2 10 9,8 - - -

-80 8 8,5 8 8,1 9,2 9,6 9,8 9,5 - - -

-70 7,8 8,4 8 8 9 9,2 9,4 9,2 - - -

-60 7 7,9 7,8 7,6 8,6 8,2 8,5 8,4 - - -

-50 6,9 7,4 7,1 7,1 8,2 7,8 8,2 8 - - -

-40 6,7 7,3 7 7 7,1 7 7 7,1 - - -

-30 6,6 7,1 6,8 6,9 6,7 6,6 6,8 6,7 - - -

-20 - 6,9 6,7 6,8 - - -

-10 - - -

-Blanko - - -

-Keterangan Keterangan

KeteranganKeterangan ::::(D*) = Diameter hambatan rata-rata (-) = Tidak terdapat daerah hambatan (Blanko) = DMSO


(4)

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 8.8.8.8.

Gambar hasil uji aktivitas antijamur ekstrak etanol teripang bilalo(Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard).


(5)

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 9.9.9.9.

Gambar hasil uji aktivitas antijamur ekstrak etil asetat teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard).


(6)

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 10.10.10.10.

Gambar hasil uji aktivitas antijamur ekstrak n-heksan teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard).