2.1.4 2.1.4
2.1.4 2.1.4 Uraian
Uraian Uraian
Uraian Kimia Kimia
Kimia Kimia
a. a.
a. a. Saponin
Saponin Saponin
Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida ataupun glikosida steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun
serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisa sel darah merah. Pola glikosida saponin kadang-kadang rumit,
banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum ialah asam glukuronat Harborne, 1987.
Keberadan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil
menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya
Marliana,2005. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan,
dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan dan beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal dua jenis saponin
yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai samping spirorektal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air
dan etanol tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonnya disebut sapogenin diperoleh dengan hidrolisi dalam suasan asam atau hidrolisis memakai enzim,
dan tanpa bagian gula ciri kelarutannya sama dengan ciri sterol lain Robinson, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Sapogenin steroida Sapogenin Triterpenoida
b. b.
b. b. Steroid
Steroid Steroid
Steroid
Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantrena. Dahulu steroida dianggap sebagai senyawa
satwa tetapi makin banyak senyawa steroida yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan fitosterol. Tiga senyawa yang biasa disebut fitosterol terdapat pada
hampir setiap tumbuhan tinggi yaitu: sitosterol, stigmasterol dan kampesterol Harborne,1987.
c. c.
c. c. Triterpenoid
Triterpenoid Triterpenoid
Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30
asiklik yaitu skualena. Triterpenoid dapat dibagi atas empat golongan yaitu triterpenoid sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung. Triterpena atau
steroid yang terutama terdapat sebagai glikosida. Triterpenoid merupakan senyawa yang tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan optik
aktif, yang umumnya sukar dicirikan karena tidak mempunyai kereaktifan kimia. Kebanyakan senyawa ini memberikan warna hijau-biru dengan pereaksi
Liebermann-Burchard asam asetat anhidrid-asam sulfat Harborne, 1987.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 2.1.5
2.1.5 2.1.5 Kandungan
Kandungan Kandungan
Kandungan kimia kimia
kimia kimia dan
dan dan
dan manfaat manfaat
manfaat manfaat
Teripang sudah ratusan tahun digunakan sebagai obat-obatan di Cina yang diyakini mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Efek
penyembuhan tersebut mungkin disebabkan senyawa bioaktif yang terdapat pada tubuh teripang seperti saponin triterpen glikosida Albuntana, 2011.
Saponin dihasilkan sebagai salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri secara kimiawi bagi teripang di alam. Selain diduga sebagai senyawa untuk
pertahanan diri dari predator, juga diyakini memiliki efek biologis, termasuk diantaranya sebagai anti jamur, sitotoksik melawan sel tumor, hemolisis,
aktivitas kekebalan tubuh dan anti kanker Pranoto, 2012. Bordbar, et al., 2011, mengatakan bahwa teripang kaya akan glikosida terutama triterpen
glikosida yang terbukti memiliki aktivitas antijamur dan antitumor. Triterpen glikosida dan glikosida lainnya seperti holothurin A dan B, teridentifikasi dari
fraksi n-butanol. Teripang secara spesifik mengandung sapogenin steroid, triterpen glikosida dan holostan yang berfungsi sebagai antibakteri,
antimikroba dan antijamur Bordbar, et al., 2011. Sebagai bahan pangan, teripang mempunyai nilai gizi yang cukup
tinggi dan rasanya sangat lezat. Teripang kering mempunyai kadar protein tinggi, yaitu 82 Widodo, 2013. Kandungan protein teripang yang cukup
tinggi ini menunjukkan bahwa teripang memiliki nilai gizi yang baik sebagai makanan. Protein pada teripang mempunyai asam amino yang lengkap, baik
asam amino esensial maupun asam amino non esensial. Asam amino sangat berguna dalam sintesa protein dalam pembentukan otot dan dalam
Universitas Sumatera Utara
pembentukan hormon Karnila, 2011. Kandungan gizi teripang secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini Widodo, 2013.
Tabel 2.1 Komposisi Kandungan Gizi Teripang Komposisi
Persentase Air
8,90 Protein
82,00 Lemak
1,70 Abu
8,60 Karbohidrat
4,80 Kalsium
0,308 fosfor
0,023 Zat besi
0,0417 Natrium
0,770 Kalium
0,091 Vitamin A
0,455 Vitamin B
0,00004 Tiamin
0,0007 Riboflavin
0,0004 Niasin
- Total kalori
385,00 kal100 g
2.2 2.2
2.2 2.2 Ekstraksi
Ekstraksi Ekstraksi
Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu
pelarut cair. Simplisia yang diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan
lain-lain Ditjen POM, 2000. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Ditjen POM, 1995.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 2.2.1
2.2.1 2.2.1 Metode
Metode Metode
Metode ekstraksi ekstraksi
ekstraksi ekstraksi
Menurut Ditjen POM 2000, ada beberapa metode ekstraksi: a. Cara dingin
Ekstraksi dengan cara dingin terdiri dari: 1. Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang kamar. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan
prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu terus-menerus.
Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
2. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
exhaustive extraction yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan,
tahap maserasi
antara, tahap
perkolasi sebenarnya
penetesanpenampungan ekstrak terus menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang jumlah nya 1 – 5 kali bahan.
b. Cara panas Ekstraksi dengan cara panas terdiri dari:
1. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan
Universitas Sumatera Utara
proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
2. Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingain balik.
3. Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50°C. 4. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C selama waktu tertentu 15-20 menit.
5. Dekok adalah infus dengan waktu yang lebih lama 30 menit dan temperatur sampai titik didih air.
2.3 2.3
2.3 2.3 Jamur
Jamur Jamur
Jamur 2.3.1
2.3.1 2.3.1
2.3.1 Tinjauan Tinjauan
Tinjauan Tinjauan mengenai
mengenai mengenai
mengenai Jamur Jamur
Jamur Jamur
Jamur merupakan tumbuhan yang tidak memiliki klorofil, sehingga tidak mampu melakukan fotosintesis untuk memelihara sendiri kehidupannya. Jamur
hanya bisa hidup sebagai parasit pada organisme hidup lain atau sebagai saprofit pada benda organisme mati Tan, 2002. Bagian tubuh yang vegetatif terdiri atas
benang-benang halus yang dinamakan hifa, yang seluruhnya merupakan miselium. Benang-benang itu ada yang bersekat-sekat ada yang tidak.
Jamur yang hidup didarat dapat menghasilkan spora yang terbentuk di dalam sel-sel khusus
Universitas Sumatera Utara
askus, jadi merupakan endospora, ada yang diluar basidium dan disebut eksospora. Di samping itu kebanyakan jamur dapat berkembang biak secara
aseksual dengan konidium
Tjitrosoepomo, 2009 .
Menurut Fardiaz, 1992 Jamur mempunyai ciri-ciri yang spesifik yaitu: 1. Mempuyai inti sel
2. Memproduksi spora 3. Tidak mempunyai klorofil
4. Dapat berkembang biak secara seksual maupun aseksual 5. Beberapa mempuyai bagian-bagian tubuh berbentuk filamen dengan
dinding sel yang mengandung selulosa atau kitin atau keduanya. Jamur merupakan divisi
Thallophyta, divisi ini meliputi tumbuhan yang memliki ciri utama tubuh yang berbentuk talus. Yang disebut talus ialah tumbuhan
yang belum dapat dibedakan dalam 3 bagian utamanya, yaitu akar, batang dan daun. Berdasarkan ciri-ciri utama yang berkaitan dengan cara hidupnya, divisi
Thallophyta dibedakan dalam 3 anak devisi, yaitu: ganggang algae, jamur fungi, dan lumut kerak
lichenes. Jamur dibedakan dalam dua kelas, Phycomycetes dan Eumycetes. Phycomycetes merupakan jamur yang memiliki hifa yang tidak
bersekat-sekat seperti pipa. Contoh Phycomycetes adalah jamur roti. Eumycetes
yaitu jamur yang memiliki miselium bercabang-cabang dan bersekat, dinding selnya terdiri atas kitin Tjitrosoepomo, 2009.
Berdasarkan alat perkembangbiakannya, Eumycetes dibagi dalam 3 anak
kelas, yaitu : Ascomycetes berkembang biak dengan askospora, disamping itu juga
dengan konidium , Basidiomycetes berkembang biak dengan basidiospora,
kadang kadang juga dengan konidium dan Deuteromycetes yang tidak
Universitas Sumatera Utara
mempunyai askus atau basidium dan hanya berkembang biak dengan konidium saja Tjitrosoepomo, 2009
.
2.3.2 2.3.2
2.3.2 2.3.2 Morfologi
Morfologi Morfologi
Morfologi jamur jamur
jamur jamur
Jamur bersifat aerobik sehingga pertumbuhannya memerlukan oksigen. Sel jamur dapat didapar, pernafasan endogen pada medium eksternal yang
berbeda berada pada rentang pH 5-8, tetapi umumnya pada pH asam. Pernafasan eksogen dan pertumbuhan hifa dipengaruhi oleh perubahan pH
eksternal dimana mekanisme yang sesungguhnya belum diketahui. Karbondioksida sebanyak 10 dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan
jamur. Mikroorganisme memerlukan suplai makanan untuk sumber energi dan menyediakan unsur kimia dasar untuk pertumbuhan sel. Jamur dan kapang
mempunyai enzim hidrolitik, beberapa mempunyai enzim amylase, pektinase, proteinase dan lipase untuk mencerna bahan makanan Fardiaz, 1992.
2.3.3 2.3.3
2.3.3 2.3.3 Reproduksi
Reproduksi Reproduksi
Reproduksi jamur jamur
jamur jamur
Jamur bereproduksi baik secara aseksual dengan pembelahan, pembentukan tunas atau spora, maupun secara seksual dengan peleburan inti
dari kedua induknya. Pada pembelahan, sel akan membagi diri membentuk dua sel yang sama besar, sedangkan pada pertunasan budding, sel anak tumbuh
dari penonjolan kecil pada sel induk. Spora jamur dibentuk dari hifa udara atau hifa aerial hypae, dan dapat berupa spora seksual ataupun spora aseksual.
Spora aseksual dibentuk oleh hifa dari satu individu jamur. Bila spora aseksual bergerminasi, spora tersebut akan menjadi jamur yang secara genetik identik
Universitas Sumatera Utara
dengan induknya. Spora seksual dihasilkan dari fusi dua inti dengan tipe seks yang berlawanan dari satu spesies jamur yang sama Pratiwi, 2008.
2.3.4 2.3.4
2.3.4 2.3.4 Fisiologi
Fisiologi Fisiologi
Fisiologi Jamur Jamur
Jamur Jamur
Jamur memerlukan kondisi kelembapan yang tinggi, persediaan bahan organik dan oksigen untuk pertumbuhannya. Lingkungan yang hangat dan
lembab mempercepat pertumbuhan jamur. Jamur tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan yang mengandung banyak gula dengan tekanan osmotik
tinggi dan kondisi asam yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri. Jamur tumbuh dalam kisaran temperatur yang luas, dengan temperatur optimal
berkisar antara 22-30˚C. Spesies jamur patogenik mempunyai temperatur pertumbuhan optimal lebih tinggi, yaitu berkisar antara 30-37˚C. Beberapa
jamur mampu hidup pada temperatut 0˚C sehingga menyebabkan kerusakan produk yang disimpan pada penyimpanan dingin Pratiwi, 2008.
2.3.5 2.3.5
2.3.5 2.3.5 Sistematika
Sistematika Sistematika
Sistematika Candida
Candida Candida
Candida albicans albicans
albicans albicans
Sistematika Candida albicans menurut Dwidjoseputro, 1994 adalah
sebagai berikut: Divisio
: Thallophyta Kelas
: Deuteromycetes Bangsa
: Moniliales Suku
: Criptococcaceae Genus
: Candida
Spesies :
Candida albicans.
Universitas Sumatera Utara
2.3.6 2.3.6
2.3.6 2.3.6
Candida Candida
Candida Candida albicans
albicans albicans
albicans
Candida adalah flora normal terutama saluran pencernaan juga selaput mukosa, saluran pernafasan, vagina, uretra, kulit dan di bawah jari-jari. Di
tempat- tempat ini ragi dapat menjadi dominan dan menyebabkan keadaan-keadaan
patologik ketika daya tahan tubuh menurun. Candida albicans adalah jamur
lonjong bertunas yang menghasilkan pseudomisellium dalam biakan, jaringan
dan eksudat. Ukuran Candida albicans yaitu 2-3 μm x 4-6 μm. Candida
albicans dapat menimbulkan invasi dalam aliran darah, trombofiebitis, endo karditas atau infeksi pada mata dan organ lain.
Candida albicans mampu meragikan menghasilkan asam dan gas, tidak bereaksi dengan laktosa.
Peragian karbohidrat ini bersama-sama dengan sifat koloni dan morfologi koloni, membedakan Ca
ndida albicans dengan spesies Candida lainnya Jawetz, et al., 1986.
Jamur Candida albicans merupakan salah satu jamur patogen pada
manusia. Penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida albicans ini dikenal
dengan istilah kandidiasis atau kandidosis yaitu suatu penyakit jamur yang bersifat akut dan sub akut. Penyakit ini ditemukan diseluruh dunia dan dapat
menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan Jawetz, et al., 1995.
2.4 2.4
2.4 2.4 Media
Media Media
Media pertumbuhan pertumbuhan
pertumbuhan pertumbuhan mikroorganisme
mikroorganisme mikroorganisme
mikroorganisme
Pembiakan mikroorganisme dalam laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi
Universitas Sumatera Utara
mikroorganisme. Media biakan yang digunakan terdapat dalam bentuk padat, semi-padat dan cair.
Media biakan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu Lay, 1996:
a. Secara kimiawi, media biakan dibagi menjadi: 1. Media sintetik yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang
ditambahkan diketahui secara terperinci. Media sintetik sering digunakan untuk mempelajari sifat faal dan genetika mikroba. Contoh:
glukosa, kalium fosfat, magnesium fosfat dan magnesium sulfat. 2. Media non-sintetik yaitu media yang menggunakan bahan yang terdapat
di alam, bahan-bahan ini biasanya tidak diketahui kandungan kimia secara rinci. Contohnya: ekstrak daging, pepton dan kaldu daging.
b. Berdasarkan kegunaannya, dapat dibedakan menjadi: 1. Media selektif adalah media biakan yang mengandung paling sedikit
satu bahan yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan membolehkan perkembangbiakan mikroorganisme
tertentu yang ingin diisolasi. Contohnya: Manitol salt agar, Potato
dextrose agar dan Sabouraud agar.. 2. Media diferensial adalah media yang digunakan untuk membedakan
kelompok mikroorganisme tertentu yang tumbuh pada media biakan. Media diferensial ini biasanya mengandung bahan kimia yang dapat
digunakan oleh kelompok mikroorganisme tertentu. Bila berbagai kelompok mikroorganisme tumbuh pada media diferensial, maka dapat
Universitas Sumatera Utara
dibedakan kelompok mikroorganisme berdasarkan perubahan pada media biakan atau penampilan koloninya. Contohnya:
Blue Lactose agar.
2.5 2.5
2.5 2.5 Teknik