Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak saat pengakuan adanya utang pajak, yaitu:
15
Utang pajak akan berakhir atau terhapus jika terjadi hal-hal sebagai berikut:
a. Ajaran Materiil
Ajaran materiil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena diberlakukannya undang-undang perpajakan. Dalam ajaran ini seseorang akan aktif
menentukan apakah dirinya dikenakan pajak atau tidak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ajaran ini konsisten dengan penerapan self assessment
system. b. Ajaran Formil
Ajaran formil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus pemerintah. Untuk menentukan apakah seseorang
dikenakan pajak atau tidak, berapa jumlah pajak yang harus dibayar, dan kapan jangka waktu pembayarannya dapat diketahui dalam surat ketetapan pajak tersebut.
Ajaran ini konsisten dengan penerapan official assessment system. 9. Berakhirnya Utang Pajak
16
a. PembayaranPelunasan
15
Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus, Jakarta: Salemba Empat, 2008, hlm. 12.
16
Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus, Jakarta: Salemba Empat, 2008, hlm. 13.
Universitas Sumatera Utara
Pembayaran pajak dapat dilakukan dengan pemotonganpemungutan oleh pihak lain, pengkreditan pajak luar negeri, maupun pembayaran sendiri oleh Wajib
Pajak ke kantor penerima pajak bank-bank persepsi dan kantor pos. b. Kompensasi
Kompensasi dapat diartikan sebagai kompensasi kerugian maupun
kompensasi karena kelebihan pembayaran pajak. c. Daluwarsa
Daluwarsa berarti telah lewat batas waktu tertentu. Jika dalam jangka waktu tertentu, suatu utang pajak tidak ditagih oleh pemungutnya maka utang pajak tersebut
dianggap telah lunasdihapusberakhir dan tidak dapat ditagih lagi. d. PembesanPenghapusan
Kewajiban pajak oleh Wajib Pajak tertentu dinyatakan hapus oleh fiskus karena setelah dilakukan penyidikan ternyata Wajib Pajak tidak mampu lagi
memenuhi kewajibannya. Hal ini biasanya terjadi karena Wajib Pajak mengalami
kebangkrutan maupun mengalami kesulitan likuiditas. B. Efektivitas dan Kontribusi
Pengertian efektivitas menurut para ahli, yaitu:
17
17
Sumber: http:yunitaardha.blogspot.com, update: 13 Agustus 2014.
Universitas Sumatera Utara
1. Sondang P. Siagian 2001:24 memberikan definisi sebagai berikut: “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang
secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai
tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati
sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. 2. Sementara itu Abdurahmat 2003:92, “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber
daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.”
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut
dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan.
Formula utuk mengukur efektivitas yang terkait dengan perpajakan adalah antara realisasi penerimaan pajak dengan potensi pajak.
Berikut ini adalah tabel mengenai klasifikasi pengukuran efektivitas, yaitu:
18
18
Sumber: Depdagri, Permendagri, Tahun 2011 .
Tabel 3.1: Klasifikasi Pengukuran Efektivitas M
Universitas Sumatera Utara
Persentase Kriteria
40 Sangat Tidak Efektif
41 - 60 Tidak Efektif
61 - 80 Cukup Efektif
81 - 90 Efektif
91 - 100 Sangat Efektif
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa apabila persentase yang dicapai lebih dari 100 persen berarti sangat efektif dan apabila persentase kurang dari 40 persen
berarti tidak efektif. Untuk mengukur seberapa kontribusi penerimaan pajak yang berasal dari
penerimaan tunggakan pajak yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak KPP, maka digunakan analisis rasio penerimaan tunggakan pajak. Dengan menggunakan
rasio ini, dapat diketahui apakah penerimaan tunggakan pajak cukup signifikan terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak KPP. Formula untuk Rasio
Penerimaan Tunggakan Pajak RPTP di Kantor Pelayanan Pajak KPP adalah sebagai berikut:
RPTP = Pencairan tunggakan pajak di KPP Penerimaan pajak di KPP
x 100
Universitas Sumatera Utara
Untuk menginterpretasikan rasio pencairan tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak digunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.2: Klasifikasi Kriteria Kontribusi
19
Persentase Kriteria
0,00 - 10 Sangat Kurang
10,10 - 20 Kurang
20,10 - 30 Sedang
30,10 - 40 Cukup Baik
40,10 - 50 Baik
Di atas 50 Sangat Baik
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa apabila persentase yang dicapai di atas 50 persen berarti sangat baik dan persentase yang dicapai kurang dari 10
berarti sangat kurang.
C. Penagihan Pajak 1. Dasar Hukum Penagihan Pajak
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 1997 Tentang Penagihan
Pajak Dengan Surat Paksa dalam buku Mohammad Zain, 2010:420.
19
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 tahun 1996.
Universitas Sumatera Utara