Gambaran Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Timur Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Timur Penagihan Pajak dengan Surat Teguran 1. Pengertian Surat Teguran

4.1 Meneliti Estimasi Penerimaan Pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan. 4.2 Meneliti pengawasan kepatuhan formal WP serta penelitian dan analisa kepatuhan material WP atas pemenuhan kewajiban perpajakannya. 4.3 Meneliti pelaksanaan bimbinganhimbauan mengenai ketentuan perpajakan serta konsultasi teknis perpajakan kepada WP. 4.4 Meneliti pelaksanaan rekonsiliasi data Data Matching WP. 4.5 Meneliti usulan WP patuh.

E. Gambaran Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Timur

Berdasarkan data hingga awal Agustus 2014, jumlah pegawai KPP Pratama Medan Timur berdasarkan jabatankedudukannya adalah sebanyak 87 orang, dengan perincian sebagai berikut: 5 5 Sumber: Sub Bagian Umum KPP Pratama Medan Timur, 6 Agustus 2014. Universitas Sumatera Utara Tabel. 2.2: Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur.

F. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Timur

Berikut ini adalah tabel mengenai target penerimaan pajak beserta realisasi penerimaan pajak, yaitu: No. Unit Jumlah Pegawai Orang 1. Kepala Kantor 1 2. Kepala Sub. Bagian Umum 7 3. Fungsional Pemeriksa 11 4. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi 10 5. Kepala Seksi Pelayanan 14 6. Kepala Seksi Penagihan 4 7. Kepala Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 5 8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 4 9. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8 10. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7 11. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 8 12. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 8 Jumlah 87 Universitas Sumatera Utara ` Tabel. 2.3: Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2011 hingga tahun 2014. 6 Tahun dalam rupiah Target Penerimaan Realisasi Penerimaan Persentase Keterangan 2011 653.247.848.736 482.115.578.452 73,08 2012 683.835.000.000 627.794.918.382 91,81 2013 867.911.000.000 776.048.828.028 89,42 2014 968.754.732.000 438.959.923.065 45,31 s.d. Agustus 2014 6 Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi PDI pada KPP Pratama Medan Timur, tanggal 12 Agustus 2014. Universitas Sumatera Utara BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Kajian Teoritis 1. Dasar Hukum Pajak

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009. 2. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 7 7 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 Angka 1. 3. Pengertian Pajak Menurut Para Ahli Kutipan beberapa pengertian pajak yang dikemukakan para ahli adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Pengertian pajak menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal kontra prestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 8 b. Pengertian pajak menurut Prof. Dr. MJH. Smeets dalam buku De Economische Betekenis Belastingen terjemahan: Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. 9 Fungsi pajak berkaitan erat dengan manfaat yang diperoleh dari pemungutan pajak, setidaknya ada dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend regulasi atau fungsi mengatur dalam buku Marihot P. Siahaan, 2004:8, yaitu:

4. Fungsi Pajak

10 Fungsi budgetair penerimaan yang disebut juga sebagai fungsi utama pajak atau fungsi fiskal fiscal function adalah suatu fungsi dimana pajak digunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku. a. Fungsi BudgetairPenerimaan 8 Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia, Jakarta Barat: PT Indeks, 2010, hlm. 3. 9 Waluyo, Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2011, hlm. 2. 10 Marihot P. Siahaan, UTANG PAJAK, PEMENUHAN KEWAJIBAN, DAN PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004, hlm. 8. Universitas Sumatera Utara

b. Fungsi RegulerendRegulasi

Fungsi regulerend regulasi atau fungsi mengatur disebut juga fungsi tambahan, yaitu suatu fungsi dimana pajak digunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. 5. Pembagian Hukum Pajak Hukum pajak dibagi menjadi dua, yaitu: 11 Hukum Pajak Formil merupakan peraturan-peraturan mengenai berbagai cara mewujudkan hukum materiil menjadi suatu kenyataan. Bagian hukum ini memuat cara-cara penyelenggaraan mengenai penetapan suatu utang pajak, kontrol oleh pemerintah terhadap penyelenggaranya, kewajiban para Wajib Pajak sebelum dan sesudah menerima surat ketetapan pajak, kewajiban pihak ketiga, dan prosedur

a. Hukum Pajak Materiil

Hukum pajak materiil merupakan norma-norma yang menjelaskan keadaan perbuatan, dan peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak, siapa yang harus dikenakan pajak, dan berapa besar pajaknya. Dengan kata lain, hukum pajak materiil mengatur tentang timbulnya, besarnya, dan hapusnya utang pajak beserta hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak. b. Hukum Pajak Formil 11 Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus, Jakarta: Salemba Empat, 2008, hlm. 5. Universitas Sumatera Utara dalam pemungutannya. Hukum pajak formil dimaksudkan untuk melindungi fiskus dan Wajib Pajak serta memberi jaminan bahwa hukum materiilnya dapat diselenggarakan setepat mungkin. 6. Sistem Pemungutan Pajak Secara umum ada tiga sistem pemungutan pajak yang digunakan yaitu: 12 Self Assessment System merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang, kepercayaan, dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Dalam sistem ini, wajib pajak harus aktif untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya pajak terutang,

a. Official Assessment System

Official Assessment System merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang yang harus dibayar oleh wajib pajak. Dalam sistem ini, wajib pajak bersifat pasif dan menunggu penetapan pajak oleh fiskus, kemudian membayar pajak yang terutang sesuai besarnya ketetapan pajak yang ditetapkan oleh fiskus. b. Self Assessment System 12 Marihot P. Siahaan, UTANG PAJAK, PEMENUHAN KEWAJIBAN, DAN PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004, hlm. 22. Universitas Sumatera Utara sedangkan fiskus hanya bertugas memberikan arahan, pembinaan, dan pengawasan kepada wajib pajak agar dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya. c. Withholding System Withholding System merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. 7. Utang Pajak Utang pajak memiliki sifat memaksa yaitu pelunasan utang pajak dapat dipaksakan secara langsung oleh negara kepada wajib pajak. Paksaan ini dijamin oleh hukum, misalnya negara, melalui fiskus, dapat melakukan penyitaan atas barang milik wajib pajak yang tidak melunasi utang pajak kemudian dapat melelang barang sitaan tersebut guna pelunasan utang pajaknya. 13 Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan. 14

8. Timbulnya Utang Pajak

13 Marihot P. Siahaan, UTANG PAJAK, PEMENUHAN KEWAJIBAN, DAN PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004, hlm. 124. 14 Primandita Fitriandi, Yuda Aryanto, dan Agus Puji Priyono, Kompilasi Undang-Undang Perpajakan Terlengkap, Jakarta: Salemba Empat, 2010, hlm. 244. Universitas Sumatera Utara Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak saat pengakuan adanya utang pajak, yaitu: 15 Utang pajak akan berakhir atau terhapus jika terjadi hal-hal sebagai berikut:

a. Ajaran Materiil

Ajaran materiil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena diberlakukannya undang-undang perpajakan. Dalam ajaran ini seseorang akan aktif menentukan apakah dirinya dikenakan pajak atau tidak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ajaran ini konsisten dengan penerapan self assessment system. b. Ajaran Formil Ajaran formil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus pemerintah. Untuk menentukan apakah seseorang dikenakan pajak atau tidak, berapa jumlah pajak yang harus dibayar, dan kapan jangka waktu pembayarannya dapat diketahui dalam surat ketetapan pajak tersebut. Ajaran ini konsisten dengan penerapan official assessment system. 9. Berakhirnya Utang Pajak 16

a. PembayaranPelunasan

15 Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus, Jakarta: Salemba Empat, 2008, hlm. 12. 16 Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus, Jakarta: Salemba Empat, 2008, hlm. 13. Universitas Sumatera Utara Pembayaran pajak dapat dilakukan dengan pemotonganpemungutan oleh pihak lain, pengkreditan pajak luar negeri, maupun pembayaran sendiri oleh Wajib Pajak ke kantor penerima pajak bank-bank persepsi dan kantor pos. b. Kompensasi Kompensasi dapat diartikan sebagai kompensasi kerugian maupun kompensasi karena kelebihan pembayaran pajak. c. Daluwarsa Daluwarsa berarti telah lewat batas waktu tertentu. Jika dalam jangka waktu tertentu, suatu utang pajak tidak ditagih oleh pemungutnya maka utang pajak tersebut dianggap telah lunasdihapusberakhir dan tidak dapat ditagih lagi. d. PembesanPenghapusan Kewajiban pajak oleh Wajib Pajak tertentu dinyatakan hapus oleh fiskus karena setelah dilakukan penyidikan ternyata Wajib Pajak tidak mampu lagi memenuhi kewajibannya. Hal ini biasanya terjadi karena Wajib Pajak mengalami kebangkrutan maupun mengalami kesulitan likuiditas. B. Efektivitas dan Kontribusi Pengertian efektivitas menurut para ahli, yaitu: 17 17 Sumber: http:yunitaardha.blogspot.com, update: 13 Agustus 2014. Universitas Sumatera Utara 1. Sondang P. Siagian 2001:24 memberikan definisi sebagai berikut: “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. 2. Sementara itu Abdurahmat 2003:92, “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.” Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan. Formula utuk mengukur efektivitas yang terkait dengan perpajakan adalah antara realisasi penerimaan pajak dengan potensi pajak. Berikut ini adalah tabel mengenai klasifikasi pengukuran efektivitas, yaitu: 18 18 Sumber: Depdagri, Permendagri, Tahun 2011 . Tabel 3.1: Klasifikasi Pengukuran Efektivitas M Universitas Sumatera Utara Persentase Kriteria 40 Sangat Tidak Efektif 41 - 60 Tidak Efektif 61 - 80 Cukup Efektif 81 - 90 Efektif 91 - 100 Sangat Efektif Dari tabel diatas menunjukkan bahwa apabila persentase yang dicapai lebih dari 100 persen berarti sangat efektif dan apabila persentase kurang dari 40 persen berarti tidak efektif. Untuk mengukur seberapa kontribusi penerimaan pajak yang berasal dari penerimaan tunggakan pajak yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak KPP, maka digunakan analisis rasio penerimaan tunggakan pajak. Dengan menggunakan rasio ini, dapat diketahui apakah penerimaan tunggakan pajak cukup signifikan terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak KPP. Formula untuk Rasio Penerimaan Tunggakan Pajak RPTP di Kantor Pelayanan Pajak KPP adalah sebagai berikut: RPTP = Pencairan tunggakan pajak di KPP Penerimaan pajak di KPP x 100 Universitas Sumatera Utara Untuk menginterpretasikan rasio pencairan tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak digunakan kriteria sebagai berikut: Tabel 3.2: Klasifikasi Kriteria Kontribusi 19 Persentase Kriteria 0,00 - 10 Sangat Kurang 10,10 - 20 Kurang 20,10 - 30 Sedang 30,10 - 40 Cukup Baik 40,10 - 50 Baik Di atas 50 Sangat Baik Dari tabel di atas menunjukkan bahwa apabila persentase yang dicapai di atas 50 persen berarti sangat baik dan persentase yang dicapai kurang dari 10 berarti sangat kurang.

C. Penagihan Pajak 1. Dasar Hukum Penagihan Pajak

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa dalam buku Mohammad Zain, 2010:420. 19 Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 tahun 1996. Universitas Sumatera Utara b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24PMK.032008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dalam buku Primandita Fitriandi, 2010:256. c. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dalam buku Primandita Fitriandi, 2010:259. d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563KMK.042000 tentang Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa jo. Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-109PJ.2007 dalam buku Primandita Fitriandi, 2010:259. e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23PMK.032006 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 85KMK.032002 tentang Tata Cara Penyitaan Kekayaan Penanggung Pajak Berupa Piutang Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa jo. Kepdirjen Nomor KEP-459PJ.2002 dalam buku Primandita Fitriandi, 2010:260. 2. Defenisi, Tujuan, dan Fungsi Penagihan Pajak Defenisi penagihan pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 9 UU No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan UU No. 19 Tahun 2000, penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan Universitas Sumatera Utara menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Tujuan penagihan pajak adalah agar penanggung pajak melunasi utang pajaknya. Dengan demikian, jika utang pajak telah dilunasi, maka serangkaian tindakan tersebut tidak perlu dilanjutkan. Dengan demikian, serangkaian tindakan tersebut bisa jadi hanya sampai pada surat teguran, seandainya setelah surat teguran diterbitkan dan diterima penanggung pajak , utang pajak dilunasi. Fungsi penagihan pajak, yaitu: a. Sebagai tindakan penegakan hukum kepada wajib pajak atau penanggung pajak untuk mematuhi peraturan perundang-undangan. b. Sebagai tindakan pengamanan penerimaan pajak. Apabila banyak utang pajak yang tidak tertagih maka akan berpengaruh terhadap penerimaan negara. Oleh karena itu, tindakan penagihan pajak harus dilakukan secara efektif dan efisien untuk menjaga keamanan penerimaan pajak. 20 Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat

3. Dasar Penagihan Pajak

20 Ida Zuraida dan L.Y. Hari Sih Advianto, Penagihan Pajak, Bogor: Ghalia Indonesa, 2011, hlm. 38. Universitas Sumatera Utara Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak. 21 Peraturan perundang-undangan perpajakan menetapkan bahwa STP, SKPKB, serta SKPKBT dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 satu bulan sejak tanggal diterbitkan, kecuali untuk WP usaha kecil dan WP di daerah tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, jangka waktu pelunasan dapat diperpanjang menjadi paling lama 2 dua bulan.

4. Tindakan Penagihan Pajak

22 Tahapan tindakan penagihan pajak dilakukan dengan: Penagihan pajak dimulai 7 hari setelah jatuh tempo pembayaran Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, atau keptusanputusan lain yang belum dibayar lunas. 23 21 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 18 Angka 1.

a. Penerbitan Surat Teguran

22 www.pajak.go.id, update 24 juli 2014. 23 www.pajak.go.id, update 24 juli 2014. Universitas Sumatera Utara Kepada Wajib PajakPenanggug Pajak dengan jatuh tempo pembayaranpelunasan paling lambat 21 dua puluh satu hari setelah diterbitkan; b. Penerbitan Surat Paksa Kepada Wajib PajakPenanggung Pajak dengan jatuh tempo pembayaranpelunasan paling lambat 2x24 jam setelah penyampain Surat Paksa; c. Pelaksanaan Penyitaan Dilakukan terhadap assetharta Wajib PajakPenanggung Pajak, apabila jangka waktu 2x24 jam setelah penyampaian Surat Paksa ternyata jumlah pajak yang masih harus dibayar belum dilunasi atau dibayar. isi surat perintah melaksanakan penyitaan sebagaimana terlampir pada daftar lampiran 2 d. Pelaksanaan Lelang Terhadap assetharta Wajib PajakPenanggung Pajak yang telah disita dilakukan dengan jangka waktu paling cepat 2x14 hari sejak penyitaan. Apabila telah melewati jangka waktu 14 hari pertama belum dilunasi maka diakukan pengumuman lelang dan apabila jangka waktu 14 hari kedua telah terlampaui dan belum juga dilunasi maka pelaksanaan lelang akan diselenggarakan. Universitas Sumatera Utara Bagan 3.1: Jadwal dan Alur Tindakan Penagihan Pajak 24 Langkah awal dalam tindakan penagihan adalah penerbitan surat teguran. Surat teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang

D. Penagihan Pajak dengan Surat Teguran 1. Pengertian Surat Teguran

24 Sumber: Bahan Ajar PPt Penagihan Pajak dan Lelang oleh Bapak Bastari dan Bapak Adi Gampo. Universitas Sumatera Utara diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya. 25 Tabel 3.3: Penerbitan dan Pencairan Surat Teguran Tahun 2012 dan Tahun 2013 pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Timur Berikut ini adalah tabel mengenai penerbitan dan pencairan surat teguran di tahun 2012 dan tahun 2013 pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Timur, yaitu: 26 Tahun Surat Teguran Penerbitan Pencairan Lembar Rupiah Rupiah 2012 2.320 7.287.365.658 1.216.922.368 2013 823 10.359.943.680 1.281.455.570 Bentuk isi surat teguran, yaitu: sebagaimana terlampir pada daftar lampiran 3.

2. Tata Cara Penerbitan Surat Teguran

25 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Pasal 1 Angka 10. 26 Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Medan Timur, tanggal 12 Agustus 2014. Universitas Sumatera Utara Dalam hal wajib pajak tidak melunasi jumlah pajak yang masih dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, pajak yang masih harus dibayar tersebut ditagih dengan terlebih dahulu menerbitkan surat teguran. Surat teguran tersebut diterbitkan setelah lewat 7 tujuh hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran. 27 Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat teguran tidak perlu diterbitkan apabila: 1. penanggung pajak menyampaikan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran pajak; 2. dilakukan penagihan seketika dan sekaligus.

E. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa 1. Pengertian Surat Paksa