Fernando Enrico Fermi : Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 232002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
manusia benar-benar mendalami dan mengerti isi agama, pastilah ia akan menjadi manusia yang baik dan tidak akan berbuat hal-hal yang merugikan atau kejahatan
walaupun menghadapi banyak godaan-godaan.
2. Faktor Ektern
Faktor ektern ini berpokok pangkal pada lingkungan. Lain halnya dengan faktor intern yang berpokok pangkal pada individu. Faktor ektern yang mempunyai
hubungan dengan kekerasan seksual terhadap anak-anak yaitu :
a. Faktor Media Massa
Media massa merupakan sarana informasi di dalam kehidupan sosial. Media massa seperti surat kabar, majalah, televisi, dan sebagainya itu merupakan juga alat
kontrol yang memegang peranan penting di dalam kehidupan bermasyarakat. Surat kabar berisikan publikasi yang memberikan informasi kepada
masyarkat tentang kejadian atau peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi ada kemungkinan pemberitaan surat kabar menjadi faktor terjadinya
kejahatan. Sutherland mengatakan :
”Surat kabar berisikan publikasi yang memberitakan kejahatan. Pada bagian lain publikasi memberikan suatu sensasi kejahatan tertentu yang timbul dari
publik untuk bertindak suatu pengaruh dari suatu kejahatan yang kuat dalam masyarakat”.
36
36
H. Hari Sahroadji, Op.Cit, hal.49.
Fernando Enrico Fermi : Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 232002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Hal ini dapat dipahami, karena sering pemberitaan suatu surat kabar sedemikian rupa sehingga sering penjahat dibeberkan sebagai pahlawan karena
berhasil melarikan diri dengan menghindarkan diri dari pengejaran penegak hukum, sehingga seorang yang telah bermental jahat meniru si penjahat.
Demikian juga pemberitaan tentang perkosaan yang sering diberitahukan secara terbuka dan didramatisir digambarkan tentang kepuasaan pelaku. Hal seperti
ini dapat merangsang para pembacanya khusunya para orang yang bermental jahat yang dapat memberikan rangsangan kepadanya untuk berbuat jahat.
Dewasa ini banyak bacaan-bacaan porno seperti komik beredar di pasaran yang tidak lagi sulit diperoleh. Demikian juga halnya dengan kaset-kaset video. Pada
umumnya bacaan-bacaan yang demikian paling banyak pembacanya adalah kaum muda remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Buku-buku bacaan tersebut sering
berisi percintaan yang kadang-kadang dilengkapi dengan unsur seks dan menceritakan hubungan seks seorang laki-laki dan perempuan yang digambarkan
secara samar, sehingga menimbulkan birahi seks si pembaca. Akibatnya banyak tindak kejahatan perkosaan yang dilakukan oleh anak-anak terjadi di Indonesia.
Misalnya, Kasus Perkosaan yang dilakukan oleh bocah berumur 8 tahun kepada seorang balita yang sedang bermain didepan rumahnya. Menurut
pengakuan dari si pelaku berumur 8 tahun ini, ia baru saja menonton film porno di rumah kawannya dan ketika melihat balita berumur 5 tahun itu
sedang bermain didepan rumahnya. Ia ingin mencoba mempraktekkan apa yang baru saja ditontonnya.
37
37
Kisah Nyata, 2005, hal. 7.
Fernando Enrico Fermi : Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 232002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Menurut pihak kepolisian kota besar Medan sekitarnya khususnya unit vice kontrol mengatakan, bahwa pengaruh pemutaran film porno dan kaset video porno
ini merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya kejahatan kesusilaan atau perkosaan. Sehingga dalam hal ini pihak kepolisian telah lama mengambil sikap
dalam meniadakan pengawasan terhadap peredarannya.
38
Anak-anak di bawah umur yang menjadi korban perkosaan mengalami penderitaan yang sangat berat, sebab kekerasan yang dialaminya akan menjadi
trauma yang membayangi perjalanan hidupnya. Kalau bertemu dengan kaum laki- Faktor lain yang sering disebut sebagai faktor penyebab timbulnya kejahatan
kekerasan seksual terhadap anak-anak adalah sistem pemidanaan kita. Banyak kalangan menilai bahwa hukuman yang dijatuhkan terhadap pelaku terlalu ringan.
Jika kita melihat pada peraturan perundang-undangan kita yakni KUHP, maka ancaman pidana untuk pelaku perkosaan ini maksimum 12 tahun. Namun hukuman
maksimum ini jarang sekali bahkan tidak pernah dijatuhkan oleh hakim. Hal ini dinilai banyak kalangan tidak membuat gentar para pelaku.
Menurut hemat penulis, bahwa hukuman yang berat sesuai dengan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan kita perlu dijatuhkan terhadap
pelaku, namun harus kita ingat hukuman berat saja tidak cukup dijadikan sebagai upaya penanggulangan yang paling baik.
C. Akibat Dari Kejahatan Paedofilia
38
Kompas, 2006, hal.13.