PERMASALAHAN TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN METODE PENELITIAN

Fernando Enrico Fermi : Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 232002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 penyidikan dan penyelidikan terhadap suatu tindak pidana banyak mengalami hambatan dan keterbatasan dalam pelaksanaan tugasnya.

B. PERMASALAHAN

Berdasarkan pada pembahasan diatas maka permasalahan yang akan diangkat oleh Penulis, yaitu : 1. Bagaimana pengaturan mengenai Paedofilia dalam KUHP dan diluar KUHP, serta cara penanggulangan tindak pidana Paedofilia. 2. Bagaimana perlindungan anak terhadap kejahatan Paedofilia dalam UU No. 232002 tentang perlindungan anak dan KUHP.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan penulisan Skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui Perspektif Hukum Indonesia mengenai Tindak Pidana Paedofilia. 2. Untuk mengetahui kaitan Tindak Pidana Paedofilia dengan UU No. 232002 tentang Perlindungan Anak dan KUHP. 3. Untuk mengetahui hambatan dan upaya yang dilakukan dalam Pembuktian Tindak Pidana Paedofilia. Demikianlah tujuan penelitian skripsi ini selain tujuan pada umumnya yaitu sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana. Selain itu, tulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu secara teoritis maupun praktis, yakni : Fernando Enrico Fermi : Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 232002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 1. Secara Teoritis Hasil tulisan ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut dan mempunyai arti penting bagi penemuan konsep-konsep mengenai pengaturan dan peran aparat penegak hukum dalam menyelesaikan kasus kekerasan seksual pada anak-anak ini. Dan diharapkan dapat memberi manfaat bagi bidang ilmu hukum secara umum dan hukum pidana secara khusus. 2. Secara Praktis Sebagai pedoman dan masukkan bagi pemerintah dan aparat penegak hukum dalam upaya pembaruan dan pengembangan hukum nasional kearah pengaturan dan perlindungan terhadap korban kekerasan seksual pada anak-anak.

D. KEASLIAN PENULISAN

Sepengetahuan Penulis tidak ada judul yang sama dengan skripsi ini dilingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Yaitu yang berjudul “ PERTANGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PAEDOFILIA DIKAITKAN DENGAN UU NO. 232002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN KUHP “. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tulisan ini adalah asli. E.TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Pengertian Kekerasan Seksual Seperti yang kita ketahui kekerasan seksual pada anak-anak atau yang disebut dengan PAEDOFILIA merupakan salah satu bentuk kejahatan yang melecehkan dan Fernando Enrico Fermi : Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 232002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 menodai harkat kemanusiaan, serta patut dikategorikan sebagai jenis kejahatan yang dapat merusak masa depan bangsa. Untuk itu sebelumnya Penulis akan membahas pengertian dari kekerasan seksual. 5 Berdasarkan kamus Hukum,”sex” dalam bahasa inggris diartikandengan jenis kelamin. Jenis kelamin disini lebih dipahami sebagai persoalan hubungan persetubuhan antara laki-laki dengan perempuan. Marzuki Umar Sa’abah mengingatkan,” membahas mengenai masalah seksualitas manusia ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan atau tidak seperti yang dipahami masyarakat kebanyakan. Pembahasan seksualitas telah dikebiri pada masalah nafsu dan keturunan. Seolah hanya ada dua kategori dari seksualitas yang sehat dan baik, yaitu a seksualitas yang bermoral, sebagai seksualitas yang sehat dan baik, b seksualitas immoral, sebagai seksualitas yang sakit dan jahat. 6 Menurut kamus Bahasa Indonesia menunjukkan bahwa unsur utama yang melekat pada tindakan perkosaan adalah adanya perilaku kekerasan yang terkait dengan hubungn seksual, yang dilakukan dengan jalan melanggar hukum. Artinya tidak selalu kekerasan terkait dengan hubungan seksual dapat dikategorikan sebagai perkosaan. 7 Disini Penulis akan membahas mengenai salah satu bentuk seksualitas yang immoral dan jahat. Artinya ada praktik seks yang dapat merugikan pihak lain dan masyarakat, karena praktik itu bertentangan dengan hukum dan norma-norma 5 Adami Chazawi, Tindak pidana mengenai kesopanan, Raja Grafindo, Jakarta, 2005, hal. 66. 6 Marzuki Umar Saabah, Seks dan kita, Gema Insani Press, Jakarta,1997, hal.2. 7 Abdul Wahid, Op Cit, hal.40. Fernando Enrico Fermi : Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 232002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 keagamaan. Salah satu praktik seks yang menyimpang adalah bentuk kekerasan seksual sexual violence. Artinya praktik hubungan seksual yang dilakukan dengan cara-cara kekerasan, di luar ikatan perkawinan yang sah dan bertentangan dengan ajaran agama. Kekerasan ditonjolkan untuk membuktikan pelakunya memiliki kekuatan fisik yang lebih, atau kekuatan fisiknya dijadikan alat untuk memperlancar usaha-usaha jahatnya. 8 8 Adami Chazawi, Op Cit, hal.87.

2. Teknik dan Taktik Penyidikan

Seringkali kita dihadapkan dengan sejumlah kasus yang menunjukkan mengenai proses jalur hukum yang belum mampu menjembatani aspirasi pencari keadilan. Pihak penegak hukum belum mampu menjalankan tugasnya secara Profesional, sehingga mengecewakan dan merugikan korban kejahatan yang merindukan keadilan. Dalam hal ini pihak korban masih dituntut secara detail untuk mendeskripsikan kasus yang dialaminya, menceritakan mengenai kronologis peristiwa yang melecehkannya atau mengupas ulang tragedi yang menimpanya. Hal ini selain disampaikan didepan penyidik juga masih dikupas oleh pers secara detail. Bahkan pers biasanya cukup gencar menjadikannya sebagai objek jual yang kadang- kadang pemberitaannya tidak memperhatikan perasaan, harkat dan masa depan korban. Pihak korban lebih ditempatkan sebagai sasaran yang empuk untuk mencari keuntungan ekonomi. Fernando Enrico Fermi : Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 232002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 Berbeda dengan korban kejahatan konvensional lainnya, korban perkosaan mengalami penderitaan lahir dan batin. Keputusan korban untuk melaporkan kejadian yang menimpa dirinya pada pihak yang berwajib bukanlah keputusan yang mudah. Peristiwa yang begitu traumatik dan memalukan harus dipaparkan kembali secara kronologis oleh korban. Prosedur pemeriksaan sejak dari penyidikan, penuntutan hingga pemeriksaan di pengadilan harus dilalui oleh korban, sama seperti korban kejahatan lainnya apabila memperjuangkan hak perlindungan hukumnya. 9 Sehingga korban sebagai pihak yang paling dirugikan didalam proses peradilan menurut KUHP seolah-olah tidak dimanusiakan, dia hanya menjadi saksi yang hanya penting guna memberikan keterangan tentang apa yang dilakukan pelaku, dijadikan barang bukti guna mendapatkan visum et repertum untuk membuktikan kesalahan pelaku bahwa kejahatan perkosaan ini benar-benar dilakukan terdakwa. Segala keperluan korban dari sejak kejadian hingga proses Pendapat itu kembali menegaskan mengenai penanganan perkara hukum oleh penegak hukum. Pihak penegak hukum dalam menangani suatu perkara belum memperhatikan mengenai aspek psikologi korban kejahatan, namun lebih terfokus pada problem teknis-formal. Prosedur pemeriksaan semata-mata mengacu pada perundang-undangan meskipun hal ini dilakukan dengan mengabaikan kepentingan kejiwaan korban. Penderitaan korban kian bertambah karena dalam proses peradilan pidana korban hanya menjadi saksi, dalam hal ini adalah saksi korban. 9 Suparman Marzuki, Pelecehan seksual, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 1955, hal.25. Fernando Enrico Fermi : Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 232002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 pengadilan harus ditanggung sendiri dari tahap penyidikan sampai pemeriksaan pengadilan. Dari sini jelas posisi korban sangat tidak menguntungkan, bilamana dibandingkan dengan posisi pelaku.

F. METODE PENELITIAN

Dalam memperoleh ataupun mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini penulis menggunakan 2 dua metode yaitu: 1. Library Research Penelitian Kepustakaan Library Research atau penelitian kepustakaan adalah sebuah penelitian untuk memperoleh data scara primer dan sekunder, yakni: a. Bahan Hukum Primer, yaitu peraturan Perundang-undangan antara lain UU No. 232002 tentang Perlindungan Anak berupa pasal 82 dan pasal 83 UU Perlindungan Anak serta pasal-pasal dalam KUHP yang berhubungan dengan Paedofilia. b. Bahan Hukum Sekunder, Yaitu berupa bahantulisan yang menjelaskan bahan bahan hukum primer, seperti , majalah Gatra, makalah-makalah dan seminar hukum yang ada di Internet, berbagai artikel dari surat kabar Kompas, Republika, Tempo, Suria dan bahan sekunder lainnya. 2. Field Research Penelitian Lapangan Metode penelitian ini adalah sebuah usaha untuk mengumpulkan data-data atau bahan-bahan secara langsung dari lapangan yang dalam hal ini penulis Fernando Enrico Fermi : Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 232002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2009 mengadakan penelitian di Pengadilan Negeri Medan dilakukan untuk mendukung data.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Hukuman Kepada Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor: I/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Ptk dan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Mdn)

2 81 104

Perlindungan Hukum terhadap Anak Korban Tindak Pidana Hubungan Seksual Sedarah (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Binjai

7 146 111

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 23/2002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan

3 83 90

Tanggung Jawab Pelaku Tindak Pidana Korupsi Atau Ahli Warisnya Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata (Studi Kasus Pada Pengadilan Negeri Lubuk Pakam)

1 33 248

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pelaku Tindak Pidana Perusakan dan Pencemaran Lingkungan (Studi Putusan MA RI No. 755K/PID.SUS/2007)

1 50 100

Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah (Studi Putusan Hakim No. 945/PID.B/2010/PN.TK)

0 4 71

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

0 1 20

Penerapan Sanksi Tindakan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana (Studi Putusan Raju di Pengadilan Negeri Stabat)

0 1 100

Delik Kesusilaan Yang Dilakukan Oleh Anak Ditinjau Dari Aspek Kriminologi (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan No. 326/Pid.B/2003/PN.Mdn)

0 0 95