BAB IV TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Wacana Pesan Moral dalam Novel De Winst karya Afifah Afra
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan pesan-pesan yang terdapat dalam novel De Winst karya Afifah Afra, baik pesan-pesan secara umum
maupun secara khusus pesan moral. Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan temuan-temuan data berdasarkan pesan secara umum,
mewacanakannya dan mendeskripsikan kalimat-kalimat yang memiliki muatan-muatan sebagai pesan moral. Dan untuk mengetahui pesan-pesan
moral tersebut, terlebih dahulu peneliti akan mendeskripsikan pesan-pesan secara umum berdasarkan analisis teks.
1. Analisis Wacana Pesan Moral dilihat dari Analisis Teks
Dalam analisis teks, peneliti memfokuskan pada strategi wacana serta teknik penulisan yang dipakai untuk menggambarkan peristiwa tertentu,
dengan cara menguraikan struktur kebahasaan secara makro tematik, superstruktur skematik dan struktur mikro semantik, sintaksis, stilistik dan
retoris.
a. Struktur Makro
Tema merupakan gagasan inti dari suatu teks yang menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh seorang penulis melalui tulisannya dalam melihat
atau memandang suatu peristiwa. Tema dalam suatu karya fiksi atau novel merupakan gagasan sentral yang menjadi dasar penulisan sebuah karya dan
dalam tema itu tercakup persoalan dan tujuan atau amanat pengarang kepada pembaca melalui tulisannya tersebut.
Tema secara umum pada novel De Winst adalah menguraikan tentang: 1.
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan
sebuah negara
dalam bahasa Inggris
nation dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia .
54
Tema ini menjadi tema utama yang terdapat dalam novel, yang ditunjukkan melalui kisah tokoh utamanya Rangga yang memiliki semangat juang
untuk melawan imperialisme Belanda dengan usahanya dalam bidang ekonomi. Selain itu tokoh lainnya yang berjuang keras dalam bidang
pendidikan. 2.
Integritas dan Loyalitas, Integritas merupakan Penggabungan dari beberapa kelompok yang terpisah menjadi satu kesatuan yang mempunyai tujuan dan
cita-cita yang sama.
55
Sedangkan loyalitas merupakan setia pada sesuatu dengan rasa cinta, sehingga dengan rasa loyalitas yang tinggi sesorang
merasa tidak perlu untuk mendapatkan imbalan dalam melakukan sesuatu. Kedua tema tersebut tampak pada kisah Rangga, Sekar, Jatmiko dan
lainnya yang memiliki kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan. Rangga seorang bangsawan keturunan Keraton Surakarta yang berhasil
memperoleh gelar doktorandus di bidang ekonomi dengan predikat lulusan terbaik, setelah selama delapan tahun dihabiskan untuk menempuh studi di
Universitas Leiden Belanda. Setelah kepulangannya ke tanah air, ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa kehidupan rakyatnya jauh dari
54
http:id.wikipedia.orgwikiNasionalisme diakses pada 25 juni 2008
55
Ibid.
kesejahteraan, hidup yang tertindas karena pemerintah kolonial Belanda mempekerjakan para buruh di pabrik-pabrik milik orang Belanda di tanah
jajahan mereka. Para buruh itu bekerja tanpa jaminan apa-apa dengan upah yang begitu minim, berbanding tajam dengan para komisaris pabrik yang
notabene kaum penjajah. Kemudian muncul Kresna, Jatmiko, Sekar yang memprovokasi Rangga yang menjadi salah satu petinggi di Pabrik De
Winst saat itu, untuk bangkit melawan imperialisme dan memperjuangkan hak-hak rakyatnya atas kepemilikan tanah, perbaikan pendidikan, dan
kehidupan yang lebih baik di tanah air sendiri. Tema loyalitas juga ditunjukkan dengan perjuangan mereka yang begitu hebat karena kecintaan
mereka terhadap tanah airnya. 3.
Tanggung jawab kepemimpinan, merupakan tekanan sosial yang mengikat sesuai dengan kewajiban dan tugas yang dibutuhkan status sosial itu sendiri
sebagai pemimpin. Tanggung jawab kepemimpinan dapat diartikan sebagai tanggung jawab sosial yang muncul dari kesadaran seorang pemimpin yang
mendorongnya untuk melaksanakan tugasnya demi kesejahteraan orang- orang yang dipimpinnya. Tema seperti ini terdapat dalam novel yang
menceritakan Rangga dengan segenap kemampuannya berusaha untuk memperjuangkan hak-hak buruh yang tertindas. Sebagai pribumi yang
menduduki jabatan tinggi di perusahaan tempatnya bekerja, Rangga merasa ada tanggung jawab yang dipikulnya. Karena itu walaupun dia menjadi
bagian dari De Winst tidak membuatnya lupa untuk memperjuangkan nasib saudara sebangsanya. Bahkan kesempatan itu yang dimanfaatkan Rangga
meskipun harus berhadapan dengan keserakahan dan kecongkakan para petinggi pabrik tempatnya bekerja yang notabenenya penjajah.
4. Persamaan derajat, tema ini ditunjukan pengarang melalui tokoh-tokohnya yang selalu menghargai orang tanpa memandang jabatan, keadaan status
sosial, ekonomi, pendidikan dan lainnya. Walaupun pada saat itu, sistem aristokrasi yang berlaku masih menjadi tradisi masyarakat keraton jawa.
Bahkan status sosial yang dimiliki para tokoh justru mereka manfaatkan untuk menolong saudara-saudara sebangsanya yang tidak seberutung
mereka, baik itu dari segi pendidikan maupun ekonomi. 5. Berusaha dan bekerja keras. Tema ini ditunjukkan dalam cerita pada novel
De Winst yang mengisahkan perjuangan Rangga, Sekar, Jatmiko, Pratiwi dalam membela hak masyarakat dan usaha untuk memberikan kesejahteraan
bersama dengan melawan tindakan kesewenang-wenangan para penguasa Belanda yang telah menindas rakyat untuk keuntungan orang Belanda itu
sendiri. Terlepas dari perbedaan cara masing-masing orang dalam melakukan usaha itu. Dan untuk mendapatkan dan merealisasikan apa yang
mereka inginkan mereka pun bekerja keras tanpa takut akan bahaya yang mengancam. Melalui tema ini pengarang ingin memberi pandangan bahwa
kita sebagai manusia untuk mencapai suatu keinginan harus berusaha dan bekerja keras. Segala sesuatu yang kita inginkan tidak akan datang dengan
sendirinya tanpa ada usaha apapun. Dan bila dikaitakan ke agama, mengenai kerja keras menjadi hal yang dianjurkan sebagaimana Allah SWT
berfirman:
Artinya: ”.......sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...”
Q.S Ar-Ra’d: 11
Semua manusia ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kebahagiaan duniawi contohnya kecukupan materi, sukses dalam berkarir,
memiliki keluarga yang sejahtera, dan untuk semua itu kita harus berusaha dan bekerja sebaik-baiknya. Dan untuk mendapatkan kebahagiaan di akhirat
tentunya kita juga harus berusaha dengan melaksanakan segala yang diperintahkannya dan menjauhi larangan Tuhan Sang Pencipta.
6. Ciri penting menuntut ilmu dan mengamalkannya. Dalam novel ini dikisahkan tentang Rangga yang dikirim oleh ayahnya kanjeng Gusti
Pangeran Haryo Suryanegara untuk kuliah di Universitas Leiden Belanda. Dengan suatu tujuan yakni mendapatkan ilmu-ilmu modern yang sama
dengan orang-orang Belanda. Karena pada saat itu Hindia Belanda berada dalam kekuasaan Nederlanders. Dan dengan ilmu yang didapatkannya,
ayahnya berharap Rangga dapat merealisasikan ilmunya untuk kesejahteraan saudara sebangsanya yang tertindas. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan berikut:
“Ingat, Rama menyekolahkan kamu jauh-jauh ke Nederland adalah agar kau bisa mencuri ilmu mereka. dan dengan ilmu tersebut, kau
harus bisa menegakkan kehormatan bangsa yang terinjak-injak.”
Pendidikan menjadi aspek penting bagi seseorang untuk bangkit dari keterpurukan, karena itu masyarakat di mana pun tahu bahwa pendidikan
menjadi suatu yang diharuskan. Jika dikaitkan ke Moral Islam, maka pendidikan itu sangat penting karena orang yang terdidik dan tidak dididik
akan berbeda dalam tingkah lakunya, karena melalui pendidikan pula moral terbentuk dalam jiwa seesorang. Allah SWT berfirman:
Artinya: ”Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” QS. Al- ’Alaq: 1-5
Ayat diatas berisi tentang perintah Allah kepada manusia untuk membaca dan menulis, karena dengan itu maka manusia dapat mempelajari
berbagai persoalan hingga menguasai berbagai macam ilmu pengetahuan yang diperlukan dalam kehidupan. Dan dengan ilmu pengetahuan itulah
yang dapat mengangkat derajat manusia di hadapan Allah SWT. Allah SWT berfirman:
Artinya: ”....Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat......” QS.Al-
Mujaadalah:11
Allah menciptakan manusia dengan anugrah kemampuan berpikir menggunakan akalnya, berbeda dengan makhluk ciptaan lainnya. Seorang
yang berilmu akan tahu apa yang baik dan buruk baginya. Selain pentingnya untuk menuntut ilmu, mengamalkannya merupakan suatu kewajiban, karena
ilmu tanpa diamalkan akan sia-sia adanya. Dan dengan ilmu yang kita dapatkan sudah seharusnya kita dapat mengamalkannya agar bermanfaat
bagi diri sendiri dan kesejahteraan umat. 7. Sopan santun dan Keramahan, sopan santun sebagai norma yang mengatur
tata pergaulan sesama manusia di dalam masyarakat. Tema ini ditunjukkan pengarang melalui tokoh utama Rangga yang senantiasa menjaga sopan
santun dalam berbicara dan bersikap terhadap orang lain terutama orang tua. Hal ini menurut peneliti sesuai dengan tradisi anjuran keraton Jawa,
sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, dalam keraton jawa diharuskan untuk menjaga tata kramanya. Tema keramahan juga
diungkapkan pengarang melalui tokohnya. Walaupun memiliki kehebatan dalam kedudukan tetapi tetap bersikap ramah kepada orang-orang, tanpa
memandang jabatan atau kedudukan seseorang. Hal ini tentu kebalikan dari sikap angkuh atau sombong yang dinilai menyalahi moral dalam pergaulan.
8. Sabar, tawakkal dan rendah hati. Pengarang mengangkat tema tentang tawakkal dengan indikator keimanan tokoh dalam novel di tengah persoalan
yang dihadapinya. Yakni Rangga dengan segenap kemampuan yang dimilikinya senantiasa berusaha mewujudkan apa yang menjadi
idealismenya, namun ia juga tidak lupa kepada Allah SWT Sang Pencipta, ia tidak lupa bahwa sebagai manusia memang harus berusaha dan berdoa
namun segala hasilnya tidak lepas dari kehendak-Nya. Manusia untuk mendapatkan apa yang dicita-citakannya harus berusaha
berdoa dan berserah diri kepada Allah, namun jika ternyata kenyataan yang diterima tidak sesuai dengan apa yang diinginkan maka kita juga harus
bersabar dalam menerimanya, sebagai makhluk yang dianugrahkan akal sehat dan hati nurani kita harus bisa mengambil hikmah dari semuanya.
Berkaitan dengan tema kesabaran ini tampak dari sosok Rangga yang bisa menerima kenyataan yang menimpanya, karena kelicikan pembesar
Belanda yang takut dengan gerakan bangkitnya perekonomian pribumi yang dilancarkan Rangga, pemerintah Belanda pun mencari-cari kesalahannya.
Hingga akhirnya ia dijebloskan ke penjara dan diasingkan. Seperti pada kutipan:
Tema tentang tawadhu’ atau kerendahan hati menjadi salah satu yang ingin ditonjolkan pengarang melalui tulisannya, hal ini tampak pada tokoh-
tokoh dalam novel yang tetap rendah hati dan tidak angkuh dengan kehebatan yang dimilikinya. Dalam novel ini dikisahkan seorang Rangga
yang berhasil menyelesaikan studinya di Rijksuniversiteit universitas negeri Leiden dengan hasil yang sangat gemilang. namun dengan kehebatan
“Alhamdulillah, baik-baik saja. Meskipun segala sesuatu dibatasi, saya sungguh merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Mungkin
peristiwa ini merupakan teguran tuhan karena selama ini saya cenderung mengabaikan-Nya…..”
apapun yang dimilikinya ia tidak lantas merasa menjadi orang hebat dan berlaku sombong.
Diantaranya pada kutipan berikut:
b. Superstruktur