Superstruktur Analisis Wacana Pesan Moral dilihat dari Analisis Teks

apapun yang dimilikinya ia tidak lantas merasa menjadi orang hebat dan berlaku sombong. Diantaranya pada kutipan berikut:

b. Superstruktur

Skematik merupakan teks atau wacana umumnya yang mempunyai alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian- bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Secara struktur, bangunan novel telah lengkap dan pembaca secara jelas disodorkan pada suatu nilai pemahaman, bahwa dalam hidup seseorang harus memiliki idealisme, seseorang harus memiliki cita-cita dalam hidupnya dan yang terpenting apa yang menjadi cita-citanya bisa diperjuangkan dengan usaha dan kerja keras untuk mewujudkannya. Sebagai manusia yang berpendidikan sudah seharusnya memiliki idealisme untuk kemajuan kehidupan pribadinya dan masyarakat. Idealisme itu diwujudkan dengan terus berikhtiar, kerja keras dan doa juga tidak lupa menyerahkan semuanya kepada Allah yang Maha Berkehendak. Struktur bangunan pada novel ini sebagaimana novel pada umumnya dengan menggunakan tiga struktur babak yakni, awal, konflik,dan resolusi. 1. Babak awal: Afifah Afra membangunnya lewat pendeskripsian soal di awal cerita dengan mengisahkan seorang tokoh bernama Rangga yang berasal dari “Wah…wah, panjenengan terlalu memuji saya. Kekayaan yang saya peroleh, semata-mata karena izin Allah, Eyang. Senang sekali rasanya, bertemu dengan Eyang di kampung ini, tetapi tumben tidak seperti biasanya Eyang berjalan-jalan sejauh ini?” keluarga bangsawan di keraton Surakarta. Rangga menyelesaikan studinya di universitas negeri tertua di Belanda dengan Summa cumlaude. Sebagai mahasiswa yang cerdas dan aktif, Ia cukup dekat dengan professor Johan Van De Vondell, guru besar fakultas ekonomi di universitasnya. Karena kedekatannya itu sang profesor menawarinya untuk tetap tinggal di London, dan mengusahakan agar Rangga mendapat beasiswa hingga meraih gelar doktor. Dan jika Rangga ingin bekerja, sebuah bank internasional siap memberinya pekerjaan. Namun ternyata ia lebih memilih untuk pulang ke kampung halamannya, selain karena permintaan orangtuanya, ia juga ingin mengabdikan ilmu yang dimilikinya agar bisa dimanfaatkan untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat bangsanya. Di tengah perjalanan pulang menuju Hindia Belanda pada saat itu Indonesia berada dalam jajahan Belanda dalam kapal api yang membawanya, Rangga berkenalan dengan seorang gadis Belanda keturunan keluarga Spinoza, bangsawan istana Oranje. Gadis bernama Everdine Kareen Spinoza itu dikenalnya ketika gadis itu meminta pertolongan Rangga dari gangguan dua pria bule mabuk yang memaksanya berdansa pada saat pesta dansa yang diadakan bagi penumpang kapal kelas satu dan dua. Sejak saat itu keduanya menjadi teman seperjalanan, dan menumbuhkan rasa saling tertarik bahkan jatuh cinta. Hingga akhirnya harus berpisah menuju tempat tujuan masing-masing, perpisahan yang meninggalkan rasa rindu namun sekaligus kelegaan, karena dengan begitu perasaannya terhadap Everdine tidak berkembang semakin jauh lagi. Ia tidak bisa membayangkan apa jadinya jika ia yang keturunan keraton kasunanan memiliki pasangan gadis bermata biru, karena tentunya akan terjadi penentangan yang bisa menguras energinya. Sesampainya di Indonesia, Rangga bekerja di sebuah pabrik gula De Winst menjadi asisten administratur bagian pemasaran. Rangga memilih menjadi pengusaha, daripada menjadi ambtenaar dan jabatan di pemerintahan lainnya. Karena dengan menjadi pengusaha ia bisa mensejahterakan masyarakat yang tertindas dan memperbaiki perekonomian bangsanya. 2. Babak konflik: pendeskripsian soal pemunculan konflik, yaitu mulai dari perjodohannya dengan Sekar, adik sepupunya. Perjodohan merupakan harga mati bagi bangsawan Keraton Surakarta. Sebenarnya Rangga tidak menyetujui perjodohan itu, namun ia tak pernah punya daya untuk menentangnya. Berbeda dengan Sekar yang dengan terang-terangan mengatakan ketidaksetujuannya perihal perjodohan mereka di hadapan kedua orang tua mereka. Suatu tindakan Sekar yang membuat Rangga merasa salut luar biasa terhadap keberaniannya. Kemudian permasalahan di De Winst yang membuat Rangga dilema, antara memenuhi tuntutan Pratiwi yang menjadi wakil warga dalam pengajuan kenaikan harga sewa tanahnya menjadi sepuluh kali lipat. Namun sebagai orang De Winst ia harus mempertimbangkan segala sesuatunya di tengah krisis ekonomi yang melanda. Awalnya, masalah ini masih bisa ditangani dengan mengabulkan permintaan warga walaupun tidak sepenuhnya karena tuan Biljmer Administratur pabrik yang jadi pimpinan pabrik merupakan orang yang bisa diajak berkompromi. Masalah yang muncul kemudian adalah pergantian Administratur baru dengan Jan Thijsse, orang yang menaruh dendam terhadap Rangga, karena Everdine gadis pujaannya telah terpikat pada Rangga. Rangga juga terbebani dengan amanat Jatmiko dan Kresna yang memprovokasinya untuk bangkit melawan imperialisme Belanda dengan memperjuangkan hak-hak masyarakat yang tertindas dan para buruh de Winst yang bekerja keras agar mendapatkan gaji yang setimpal. Rangga juga mendapati kenyataan harus bertemu kembali dengan Everdine yang ternyata telah menjadi istri Jan Thijsse. Walaupun Everdine mengakui bahwa pernikahannya terpaksa dan tanpa ikatan cinta, karena ayahnya memiliki banyak hutang kepada keluarga Thijsse. Namun bagi Rangga, Everdine tidak mungkin lagi menjadi miliknya, ia pun memilih untuk menjaga jarak dengan gadis berambut pirang itu. Suatu tindakan yang membuat perasaan Everdine terluka, karena Everdine masih menaruh perasaan dan harapan terhadapnya. Pada akhirnya Rangga memilih mundur dari De Winst, selain itu Thijsse memang memecatnya karena melawan keputusannya, pada saat Pratiwi datang kembali ke perusahaan untuk meminta kepastian persetujuan kenaikan sewa tanah. Thijsse yang memaki-maki dan mengancam Pratiwi akan dilaporkan ke polisi dengan tuduhan berani melawan gubernemen dan perlakuan Thijsse yang mengusir Pratiwi secara kasar membuat Rangga geram dan tidak tahan saudara sebangsanya diperlakukan semena-mena terlebih lagi ia hanya seorang wanita remaja. Konflik lainnya yaitu ditemukannya Pratiwi dalam keadaan mengenaskan. Pratiwi ternyata menjadi korban pemerkosaan yang tidak dapat diketahui siapa pelakunya karena setelah musibah yang menimpanya itu dia terbaring koma. Sementara itu, Jatmiko ditangkap oleh pemerintah beserta rekannya Bung Yasa ketika sedang mengadakan acara rapat terbuka Partai Rakyat. 3. Babak resolusi: penyelesaian akhir cerita cukup menyedihkan. Setelah tertangkapnya Jatmiko serta rekan-rekannya di Partai Rakyat akhirnya keputusan sidang memberikan hukuman internering yakni diasingkan ke suatu tempat yang masih terisolir, hutan-hutan berawa yang dengan nyamuk penyebar malaria di Endeh, Bangka atau Boven Digul, sebuah lokasi yang tanpa adanya siksaan fisik pun, mampu membuat para buangan menjadi gila karena tekanan psikologis yang dahsyat. Keputusan Yang Mulia Gubernur Jenderal De Graeff terhadap Jatmiko dan pembubaran Partai Rakyat yang dianggap partai terlarang, membuat Sekar semakin marah dan menuangkan kemarahannya dalam sebuah artikel yang akhirnya dimuat di pekabaran De Express. Artikel itu berisi tuduhan bahwa gubernemen memang telah mempersiapkan skenario pemusnahan Partai Rakyat, serta hujatan terhadap De Graeff yang bersikap sewenang-wenang terhadap para aktivis pergerakan. Tuduhan Sekar ini bukan tanpa alasan, karena pada saat mengadili Jatmiko, Majelis hakim tidak membolehkannya untuk mencari advocaat sendiri, melainkan pembela sudah dipersiapkan sendiri oleh pemerintah, hanya demi formalitas. Sidang yang diadakan tidak lebih seperti pengadilan dagelan yang telah disusun skenarionya. Isi artikel Sekar tersebut memancing reaksi yang dahsyat dari pemerintah Belanda dan berakhir dengan penangkapan Sekar. Penangkapan Sekar ini membuat perasaan Rangga kacau balau dan sedih. Terlebih lagi karena Sekar menolak penawaran Rangga untuk mencarikannya pengacara. Sekar membulatkan tekadnya bahwa ia akan membela dirinya sendiri dengan pledooi nya. Rangga begitu sedih karena ia merasa akan sangat kehilangan sosok Sekar apabila hukuman internering harus dialaminya. Karena belakangan hati Rangga mulai disusupi rasa kekaguman dan entah mengapa ia merasakan hal yang berbeda terhadap adik sepupunya itu dari sebelumnya. Ia pun menyesali mengapa sebelumnya ia tak menjalin komunikasi yang baik dengan Sekar, jika ia belum bertemu dengan Everdine tentu ia akan menerima perjodohan itu dengan senang hati. Sementara itu Sekar pun merasakan hal yang sama terhadap Rangga, ia pun merasakan debaran halus merambati dadanya dengan perhatian Rangga terhadapnya. Tapi sisi hatinya yang lain memungkirinya, karena ia berpikir bahwa ia telah menjatuhkan pilihan terhadap Jatmiko walaupun persatuan antara mereka nyaris mustahil terjadi, ia pun tak sudi berpindah ke lain hati, terlebih lagi ia tahu bahwa Rangga mencintai Everdine. Sidang Pengadilan memutuskan hukuman externering terhadap Sekar, dia diasingkan ke Belanda tanpa batasan waktu. Meskipun Rangga lega dengan hukuman yang tidak seberat dugaannya, rasa kehilangan tetap merasuk dahsyat ke rongga dadanya. Selepas kepergian jeep militer yang membawa Sekar, beberapa polisi datang menangkap Rangga dengan tuduhan yang membuat dadanya sesak, ia dianggap hendak melakukan makar, menjatuhkan kekuasaan Belanda dengan bersekongkol dengan para pegiat Partai Rakyat yang dianggap partai terlarang. Selain itu aktivitasnya mendirikan perkebunan kapas dan pabrik tekstil dianggap hendak menghancurkan De Winst terkait dengan pengalihan sewa tanah yang akan dilakukannya. Rangga pun hanya pasrah dengan kejadian yang menimpanya itu, tapi berbeda dengan Jatmiko dan Sekar yang tidak didampingi pengacara, Rangga menerima tawaran Everdine yang ingin mendampinginya sebagai pembela. Namun sayangnya pembelaan yang dilakukan Everdine tidak mampu merubah keputusan majelis hakim yang tetap memberikan hukuman internering kepada Rangga.

c. Struktur Mikro