Pengertian Klenteng Klenteng Kwan Sing Bio Serta Pengaruh Serta Pengaruhnya Terhadap Keberaragamaan Warga Tionghoa Kota Tuban

BAB II Klenteng

A. Pengertian Klenteng

Pada dasarnya sebuah tempat peribadatan adalah sebuah tempat yang di anggap suci oleh pemeluknya serta yang melakukan ibadah di dalamnya. Bangunan- bangunan itu bisa berupa masjid yang dianggap suci bagi umat Islam. Sebagaimana pendapat Hough Oneil dalam Indonesian Heritage, menurutnya masjid dianggap suci dikarenakan yang mendirikan adalah orang-orang suci, yaitu wali sembilan wali songo penyebar agama islam di Jawa dan dianggap sebagai ilham atas keagamaan para wali di Demak 9 . Begitu pula dengan Klenteng dianggap suci bagi pemeluk Tri Dharma. Di dalamnya terdapat ritus-ritus upacara keagamaan. Menurut Koentjaraningrat dalam buku Pengantar Antropologi disebutkan, dalam sistem religi terdapat tiga unsur yaitu keyakinan, upacara keagamaan, dan umat keagamaan. Sedangkan dalam sistem upacara terdapat empat aspek yaitu: tempat, waktu, benda peralatan, dan pelaku upacara. 9 Hough Oneil, Asitektur. Pen: Grolier Internasional. Edisi Bahasa Indonesia buku antar bangsa. 2002. hal 94-95 Tempat, yang dimaksud Koentjaraningrat dalam buku Pengantar Antropologi adalah meliputi berbagai tempat, dimana upacara tersebut dilakukan yaitu: candi, pura, makam, masjid, gereja, kuil, dan sebagainya. 10 Hal ini dikarenakan bahwa seseorang yang sembahyang akan selalu melakukan upacara persembahyangan dengan membawa sesajen setiap berkunjung dalam klenteng, dan upacara itu sendiri biasanya dilakukan di sebuah tempat. Sebuah bangunan yang digunakan untuk menyembah dan bersujud oleh penyembah dan yang di sembah yang seolah-olah mereka dapat berkomunikasi dengan langsung adalah tempat yang suci yang harus bersih dari segala kotoran. Sedangkan Menurut Eliade, bahwa kehidupan itu sendiri berpusat pada seputar yang sakral, sebuah simbol kenaikan yang vertikal, yang menghubungkan langit dan bumi, yang sakral dengan profan. Dalam beberapa kebudayaan suku, rumah ibadah yang berada di tengah-tengah desa disanggah oleh empat tiang, yang menggambarkan empat arah utama sementara atap rumahnya menyimbulkan kolong langit, dan ruangan terbuka memungkinkan orang yang bersembahyang berdiri seolah sebagai tiang vertikal yang sakral dan secara langsung menghadap ke Dewa. 11 Biasanya ketika menghadap ke Dewa, para pengunjung memberikan sesajian, dengan harapan agar doanya dikabulkan oleh dewa yang dituju. Sebenarnya jika kita melihat dari segi istilah, nama Klenteng bukanlah berasal dari negeri Cina ataupun bahasa Cina. Akan tetapi berasal dari sebuah kata 10 Koentjaraningrat.pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, Rieneka Cipta. 1990. hal 377-378 11 Daniel L.Pas, Seven Theories of Religion. Dari Animisme E.B.Taylor, Materialisme Karl Mark hingga Antrologi Budaya C.Geertz. Yogyakarta: Qalam.2002, hal.281-282 istilah saja dari suara teng-teng yang berasal dari bunyi suara sebuah kentongan dalam tempat peribadatan orang Tionghoa 12 yang dipukul ketika orang-orang Tionghoa tersebut akan melakukan peribadatan. Secara umum di Indonesia Klenteng adalah sebagai tempat peribadatan orang-orang Tionghoa baik yang beragama Tri Dharma Taoisme, Konfusianisme dan Budhisme atau salah satu dari ketiga agama itu. Namun jika kita melihat dalam bahasa Indonesia Klenteng adalah rumah ibadah orang Cina yang beragama Tri Dharma, yang memuja roh leluhur 13 , serta mengandung unsur-unsur ajaran Budha Budhisme, Lao Tce Taoisme, dan Konghucu Konfucius. 14 Sementara ada pula versi yang menyebut bahwa Klenteng itu berasal dari kata Tempat ibadah Guan Yin Ting atau Tempat Ibadah Dewi Guan yin Kwan Im yang diyakini sebagai dewi welas asih, sehingga dewi welas asih lebih dekat dengan orang-orang yang dalam kesusahan, sebagaimana patungnya yang berada di Glodok Jakarta. Kata Tionghoa Yin-Ting ini disebut dalam kata Indonesia menjadi Klen- Teng, yang kini menjadi lazim bagi semua tempat ibadah orang Tionghoa di Indonesia. 15 Orang Indonesia umumnya biasa menyebut segala sesuatu tersebut diidentikkan dengan sesuatu itu sendiri semisal burung pipit karena suaranya, kodok 12 Tionghoa yang dimaksud adalah warga keturunan Cina yang menganut ajaran Tri Dharma yaitu mereka yang menganut salah satu dari tiga ajaran Taoisme, Kong Hu Cuisme dan Budhis. 13 Untuk tempat pemujaan roh para leluhur baisanya bagi mereka yang sibuk atau tidak sempat untuk melakukan sembahyang kepada nenek moyang mereka. Lalu mereka menitipkan abu leluhur mereka di rumah abu agar abu para leluhur mereka ada yang mengurus dan menyembahyanginya, bisa juga karena abu-abu tersebut sudah tidak ada yang mengurus 14 . Kamus besar bahasa Indonesia balai Pustaka, edisi kedua cet ke 4. 1995 15 . httpwww.klenteng pengertian kata klenteng. ngorek, tokek, begitu pula dengan sebutan Klenteng karena adanya suara yang di timbulkan pada saat orang-orang yang melakukan peribadatan selalu membunyikan loncengan atau klintingan dan menimbulkan suara klonteng-klonteng dari sinilah kemudian orang-orang Indonesia menyebut tempat ibadah bagi orang-orang Tionghoa dengan nama Klenteng. Kenapa dinamakan Klenteng? karena suara yang yang berasal dari bunyi sebuah lonceng yang lebih besar dan kemudian menghasilkan suara yang berbunyi Klenteng ketika di pukul pada waktu melakukan sembahyang. Sebagaimana dikatakan oleh seorang pakar kebudayaan Tionghoa Oei Bie Ing bahwa; suku kata Klenteng lebih cenderung berasal dari bunyi-bunyian yang ditimbulkan oleh suara lonceng yang dibunyikan pada waktu persembahyangan . 16 Unsur bangunan orang Tionghoa baik itu Klenteng, rumah, pertokoan, biasanya selalu menggunakan atau mengikuti aturan-aturan yang ada dan berlaku di Cina. Bangunan Klenteng misalnya selalu diidentikkan dari segi hiasan atau pernak- perniknya, ukiran, tulisan bahkan dengan tata letak bangunan pondasi bangunan arah atau menghadapnya bangunan. umumnya Klenteng mempunyai ruangan depan yang berbentuk pagoda, apabila ruangannya mencukupi maka dapatlah dilakukan upacara di sini yang mana ruangan tersebut langsung menuju kearah ruangan suci utama atau dewa yang berpintu ganda dengan dilukiskan adanya patung penjaga kuil tradisional. 17 Sinerginya bangunan dengan para penghuninya atau dapat di katakan bagaimana memanfaatkan alam dengan lingkungan yang biasa di sebut dengan istilah 16 . Yoest.Riwayat Klenteng , Wihara, Lithang di Jakarta dan Banten. Jakarta P.T Buana Ilmu Populer 2008. hal. 142 17 Patung penjaga kuil dimaksud adalah dua malaikat penjaga pintu. Fengshui, merupakan landasan utama dalam setiap membangun baik itu rumah, pertokoan, ataupun tempat peribadatan. Warga Tuban pada umumnya menyebut tempat ibadah orang-orang Tionghoa dengan sebutan klenteng. Begitu juga dengan kebanyakan orang Indonesia yang biasa menyebut Klenteng sebagai tempat ibadah orang-orang Tionghoa. 18 Klenteng adalah sebagai tempat peribadatan orang-orang Tionghoa Tri Dharma Taoisme, Konfusianisme maupun Budhisme, karena kebanyakan mereka orang-orang Tionghoa memeluk dari salah satu dari ajaran Tri Dharma, sebab ajaran tersebut dapat dengan mudah diserap oleh mereka. Selain Klenteng ada sebutan lain untuk tempat ibadah orang-orang Tionghoa di Indonesia seperti Bio, Lithang, ataupun Vihara. Meskipun ketiga unsur kepercayaan itu dianut oleh sebagaian besar warga Tionghoa, akan tetapi dalam kenyataannya mereka tidak ada yang fanatik terhadap salah satu dari ketiganya tersebut, hal inilah yang menjadikan mereka saling menghargai satu sama lain tanpa ada yang merasa terganggu dengan pemeluk agama lain, meski berada dalam satu atap bangunan yaitu Klenteng . Desain dari bangunan klenteng lebih banyak mengambil unsur dari Cina bagaian Utara, yang mana bangunan tersebut lebih banyak menggunakan hiasan atau pernak pernik daripada Cina selatan. Sebab Cina selatan lebih sedikit hiasannya baik berupa lampu maupun ukiran-ukiran dari pada Cina daerah Utara 19 . 18 Arsitektur Abad 17-19. Jakarta, PT. Widyadara, 2002. h. 56 19 Indonesian Heritage, Arsitektur Bangunan tempat ibadah P.T Grolier International.INC hal.115 Pada umumnya sebuah klenteng selalu terlihat menonjolkan unsur bangunan dari negeri Cina, baik dari segi arsitektur maupun hiasannya seperti ukiran-ukiran, patung dua ekor naga di atas atap bangunan, lampu Lion, Hio, pagoda yang diperuntukkan membakar uang kertas, altar untuk sembahyang, patung dewa-dewa, dan Toa Pe Kong yang dipuja di tempat tersebut 20 . Menurut keyakinan dan tujuan dari klenteng didirikan, biasanya untuk memberi penghormatan terhadap dewa tertentu atau yang lainnya sebagaimana Klenteng Ho An Kiong di Surabaya dengan nama Ma Co Po 21 yang disesuaikan dengan nama dewi yang disembah dalam Klenteng tersebut yaitu dewi Thian Siang Bio 22 .

B. Sejarah Klenteng di Indonesia