Dr. Pendastaren Tarigan, SH. MS. 3. Prof. Dr. Muhammad Yamin Lubis, SH. MS. CN. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH. CN. MHum.

Telah diuji pada Tanggal : 29 Oktober 2011 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. Runtung , SH. MHum. Anggota : 1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH. MHum.

2. Dr. Pendastaren Tarigan, SH. MS. 3. Prof. Dr. Muhammad Yamin Lubis, SH. MS. CN.

4. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH. CN. MHum.

Universitas Sumatera Utara SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Mahasiswa : Abi Yaser Handito Nim : 097011041 Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU Judul Tesis : STATUS KEPEMILIKAN HARTA BENDA PEMBERIAN ORANG TUA SEMASA HIDUPNYA KEPADA ANAK DALAM HUKUM WARIS ADAT BATAK KARO Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut. Demikianlah surat peryataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat. Medan, Yang Membuat Pernyataan Abi Yaser Handito 097011041 Universitas Sumatera Utara i ABSTRAK Masyarakat Batak Karo pada umumnya melakukan proses pewarisan dengan cara memberikan harta warisan kepada ahli waris setelah pemilik harta atau pewaris meninggal dunia, namun ada dijumpai pula pemberian harta waris itu dapat terjadi pada saat si pewaris masih hidup. Proses pemberian barang-barang harta benda oleh orang tua kepada anaknya dalam masyarakat adat batak karo, seringkali sudah dilakukan ketika orang tua pewaris masih hidup. Pemberian yang dilakukan secara kerukunan itu terjadi di depan Anak Beru, Senina, dan Kalimbubu. Harta pemberian dalam masyarakat adat Batak Karo merupakan suatu bentuk kasih sayang dan pemupukan tali silaturahmi antara orang tua kepada anaknya. Akan tetapi dalam prakteknya masih banyak menimbulkan permasalahan-permasalahan khususnya terhadap harta pemberian semasa hidup tersebut. Pemberian harta yang dilakukan semasa hidup oleh orang tua terkadang pada saat orang tua meninggal dunia menjadi masalah diantara para ahliwarisnya khususnya bagi para ahliwaris yang tidak mendapatkan harta pemberian dari orang tuanya. Keadaan demikian itu tentunya tidak selaras dengan maksud dari harta pemberian yang sesungguhnya dan juga mengakibatkan kesan kurang baik. Tidak jarang masalah harta pemberian tersebut ditemukan setelah orang tua meninggal dunia yang pada akhirnya menjadi sumber sengketa diantara para ahli warisnya. Lokasi penelitian adalah pada lima desa desa Tambaklau Mulgap I,desa Sempa Jaya, desa Rumah Berastagi, desa Gundaling I dan desa Lau Gumba di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan yuridis sosiologi empiris dilakukan dengan cara kualitatif. Dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan pendekatan Induktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Status kepemilikan harta pemberian semasa hidup yang berupa benda bergerak baik kepada anak laki maupun anak perempuan adalah hak milik pribadi yang tidak perlu dikembalikan ke dalam boedel warisan. Demikian juga terhadap pemberian benda yang tidak bergerak baik kepada anak laki maupun anak perempuan di masa sekarang lebih dominan berstatus hak milik daripada hak pakai saja, sehingga tidak perlu dikembalikan ke dalam bodel warisan pada saat orang tua meninggal dunia. Kata Kunci : Status Harta, Pemberian Semasa Hidup, Adat Batak Karo Universitas Sumatera Utara ii ABSTRACT The Karonese generally conduct the inheriting process by bequeathing the inheritance to the heirs after the testators pass away, but we can also find that the inheritance is given when the testators are still alive. The process of bequeathing the property from parents to their heirs in the Karonese tradition is sometimes conducted when the parents testators are still alive. This process is conducted in harmony in front of Anak Beru, Senina, and Kalimbubu. Inheritance in the Karonese tradition is regarded as a token of love and affection and maintaining good relationship between parents and their children. In practice, however, there are still many problems, especially if the inheritance is given when the parents are still alive, or the dead parents have left a valid will. The child or children who do not inherit will file a complaint. This condition is, of course, not in accordance with the real purpose of bequeathing inheritance. It is not uncommon that the problem of inheritance will cause dispute among those who claim as the heirs. The location of the research was at five villages: Tambaklau Mulgap I village, Sempa Jaya village, Rumah Berastagi village, Gundaling I village, and Lau Gumba village. They were located in Berastagi Subdistrict, Karo District, North Sumatera Province. The type of the research was descriptive analytic, using judicial sociological empirical approach and was conducted qualitatively. The drawing of the conclusions was done with inductive approach. The results of the research showed that the status of giving movable property, when the parents were still alive, to their boys or girls does not need to be categorized as inheritance. Besides that, the giving of property to heirs male or female nowadays should be dominantly with the status of property rights and not with the status of the right of use so that it was not necessary to be categorized as inheritance. Keywords: Status of Property, the Giving when the Testators are still Alive, Karonese Tradition Universitas Sumatera Utara iii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tesis ini sebagai salah satu persyaratan untuk memperolah gelar MAGISTER KENOTARIATAN di Universitas Sumatera Utara Medan. Didalam memenuhi tugas inilah maka penulis menyusun dan memilih judul : “STATUS KEPEMILIKAN HARTA BENDA PEMBERIAN ORANG TUA SEMASA HIDUPNYA KEPADA ANAK DALAM HUKUM WARIS ADAT BATAK KARO Studi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.” Saya menyadari masih banyak kekurangan didalam penulisan Tesis ini, untuk itu dengan hati terbuka, saya menerima saran dan kritik dari semua pihak, agar dapat menjadi pendoman dimasa yang akan datang. Didalam penulisan dan penyusunan Tesis ini, saya mendapat bimbingan dan pengarahan serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tidak ternilai harganya secara kusus kepada Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. MHum., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH. MHum., serta Bapak Dr. Pendastaren Tarigan SH. MS., masing-masing selaku anggota komisi pembimbing kepada saya dalam penulisan tesis ini dan kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH. MS. CN. dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH. CN. MHum., selaku dosen penguji saya dalam penulisan ini. Universitas Sumatera Utara iv Selanjutnya ucapan terimakasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, M.Sc CTM, Sp.AK selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH. MS. CN. Selaku Ketua Program