1
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG
© 2017
33 bermainnya. Anak-anak dapat membangun pengetahuan dan pemikiran
mereka melalui bermain. Permainan digambarkan sebagai tahapan untuk menghadapi kehidupan yang nyata. Anak-anak belajar untuk
mengurusi bayi melalui permainan boneka. Anak-anak juga belajar mengenai aturan, melalui permainan. Di dalam kegiatan bermain juga
tidak memiliki tujuan eksternal yang ditetapkan sebelumnya, seperti anak bermain dengan huruf pada papan magnetik. Ia tidak memiliki
tujuan untuk belajar mengenal huruf atau kata, bahwa setelah bermain anak mampu mengembangkan kosakata dari interaksi huruf merupakan
persoalan lain.
d. Pola Keterlibatan Anak dalam Bermain
Permainan memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan perasaan-perasaan yang terpendam. Dilihat dari
polanya, Mildred B. Parten dalam Agus, 2013 mengklasifikasikan 6 pola
keterlibatan anak dalam permainan, yaitu :
1 Unoccupied behavior, yaitu anak-anak tidak terlibat dalam permainan. Mereka hanya mengamati dan menonton teman-temannya bermain
untuk kemudian mengenali minat mereka terhadap satu jenis permainan.
2 Onlooker behavior, yaitu pola permainan ketika anak menonton orang lain bermain. Anak-anak dapat berbicara pada orang lain, memberikan
saran terhadap kegiatan bemain dan bertanya tetapi tidak terlibat dalam kegiatan permainan mereka.
3 Solitary independent play, yaitu pola permainan dimana anak asyik bermain sendiri dan mandiri dari orang lain. Anak usia 2 sampai 3 tahun
lebih sering terlibat dari solitary play ini dibandingkan anak usia di atasnya.
4 Parallel play, yaitu pola permainan dimana anak bermain terpisah dari anak-anak lain, tetapi menggunakan mainan-mainan yang sama yang
digunakan anak lain dan dengan meniru cara permainannya. 5 Associative play, yaitu pola permainan dimana anak bermain dengan
melibatkan interaksi dengan sedikit organisasi atau tanpa organisasi.
1
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
34
Pada jenis permainan ini, anak cenderung lebih tertarik dengan satu sama lain dari pada dengan permainan yang sedang mereka lakukan.
6 Cooperative play, yaitu pola permainan yang melibatkan interaksi di dalam suatu kelompok yang mewakili suatu rasa identitas kelompok dan
kegiatan yang terorganisasi. Menilik pada berbagai pola permainan yang dikemukakan Parten ini, para
guru dalam menstimulasi pengembangan kompetensi sosial anak sesuai dengan pola permainan yang dilakukannya. Sangat penting diupayakan,
anak-anak masuk dalam pola permainan assosiative dan cooperative, sekalipun hal tersebut tidak dapat dipaksakan. Ketika anak-anak
menunjukkan perilaku bermain yang bersifat mandiri, baik Uncouped Play, Solitary Play, Onlooker Play, maupun Parralel Play, maka intervensi yang
dapat dilakukan guru hendaknya tidak membuat anak menjadi bersikap menolak, akan tetapi menstimulasi anak-anak secara gradual atau
bertahap yang mampu mendorong anak-anak dari kegiatan mandiri ke arah yang lebih cooperative. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara,
seperti membangun dialog dari aktifitas yang dilakukan anak, menirukan atau berupaya terlibat dengan permainan yang dilakukan anak, atau
memberikan tepukan, semangat, serta bentuk gerakan non verbal lain yang menunjukkan dukungan terhadap aktifitas anak
e. Bentuk Intervensi Verbal dalam Bermain