IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Ekspresi dan Analisis Protein Hormon Pertumbuhan Rekombinan
Berdasarkan hasil analisis SDS-PAGE Gambar 1, terdapat pita yang muncul pada posisi sekitar 21 kDa yang merupakan protein hormon pertumbuhan
rekombinan. Panjang fragmen DNA gen HP dalam konstruksi adalah 563 bp. Di bagian depan sekuen gen HP terdapat fragmen 65 bp, total sekuen DNA yang
menyandikan asam amino adalah menjadi 633 bp, sehingga ukuran protein yang dihasilkan adalah sekitar 21 kDA. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
protein HPr telah berhasil diproduksi.
Gambar 1 Analisis SDS-PAGE protein HPr; M= marker, 1= protein dari
bakteri Escherichia coli BL21 yang membawa plasmid C-mOgGH; 2= protein dari bakteri Escherichia coli BL21 yang membawa
plasmid C-mCcGH tanda panah menunjukkan protein HPr; angka di sebelah kiri menunjukkan ukuran marker M.
30
25 kDA
M 2
1
HPr
17
4.2 Percobaan Pertama
Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa bobot rerata juvenil ikan gurami yang diberi perlakuan perendaman protein hormon pertumbuhan dari
rekombinan ikan mas dengan frekuensi 4 kali 2,232±0,190 g lebih tinggi P0,05 dari kontrol dan perlakuan lainnya Tabel 3. Rerata bobot ikan hasil
perendaman 5 kali 1,808±0,169 g, 3 kali 1,682±0,338 g, dan 2 kali 1,718±0,289 g tidak berbeda. Bobot ikan kontrol yang terdiri atas empat macam
adalah tidak berbeda P0,05. Dengan demikian, juvenil ikan gurami merespons pertumbuhan secara optimum perlakuann HPr pada frekuensi 4 kali perendaman.
Tabel 3 Rerata bobot akhir dan kelangsungan hidup juvenil ikan gurami kontrol dan perlakuan percobaan pertama
Perlakuan Bobot akhir
rerata±SD;g Kelangsungan
hidup rerata±SE,
Protein badan inklusi tanpa HPr kontrol-1 Albumim serum sapi kontrol-2
Media salinitas 9 ppt tanpa protein kontrol-3 Media air tawar kontrol-4
Perendaman HPr 2 kali Perendaman HPr 3 kali
Perendaman HPr 4 kali Perendaman HPr 5 kali
1,396 ± 0,068 1,303 ± 0,063
ab
1,305 ± 0,090
a
1,287 ± 0,268
a
1,718 ± 0,289
a
1,682 ± 0,338
bc
2,232 ± 0,190
abc
1,808 ± 0,169
d c
89,33 ± 0,67 87,33 ± 0,67
ab
84,67 ± 4,37
ab
77,33 ± 6,96
ab
81,33 ± 9,40
a
88,67 ± 9,33
ab
96,67 ± 0,67
ab
95,33 ± 2,40
b
ab
Keterangan: SD, simpangan deviasi. SE, simpangan eror. Perendaman HPr dilakukan seminggu sekali selama 2 minggu 2 kali, 3 minggu 3 kali, 4 minggu
4 kali, dan 5 minggu 5 kali. Bobot akhir ikan adalah bobot setelah dipelihara selama 4 minggu pertama di akuarium volume 7 liter, dan 2 minggu kedua di
akuarium volume 50 liter. Huruf superskrip di belakang nilai SD yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda secara statistik P0,05.
Pertambahan bobot juvenil ikan gurami perlakuan perendaman 4 kali pada minggu ke-6 meningkat secara signifikan dibandingkan dengan minggu ke-5
Gambar 2. Sementara itu, pertambahan bobot ikan perlakuan 2, 3, dan 5 kali
18 perendaman HPr, serta kontrol cenderung menurun. Hal ini menunjukkan bahwa
wadah pemeliharaan telah mempengaruhi potensi pertumbuhan ikan. Oleh karena itu, ikan dipindahkan ke hapa yang dipasang di kolam. Kepadatan ikan dalam
hapa adalah 100 ekor. Setelah dipelihara selama 2 minggu dalam hapa, bobot ikan perlakuan perendaman HPr 4 kali 4,010 g meningkat sekitar 1,80 kali lipat
dibandingkan pada minggu ke-6, sedangkan bobot ikan perlakuan lainnya 2,554 – 2,794 g hanya meningkat sekitar 1,41 – 1,63 kali lipat. Bobot ikan perlakuan
perendaman HPr 4 kali adalah lebih tinggi sekitar 70 dibandingkan dengan kontrol 1,962 – 2,359 g. Dengan demikian, pertumbuhan ikan perlakuan
perendaman HPr 4 kali tetap lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya.
Seperti ditampilkan dalam Tabel 3, tingkat kelangsungan hidup tertinggi diperoleh pada perlakuan perendaman HPr 4 kali 96,67, sedangkan yang
terendah pada perlakuan kontrol-4 ikan direndam dalam air tawar 77,33. Kelangsungan hidup ikan perlakuan perendaman hormone pertumbuhan
rekombinan ikan mas 4 kali juga lebih tinggi daripada perlakuan kontrol-1, 2, dan 3. Hal ini menunjukkan bahwa perendaman hormon pertumbuhan rekombinan
dari ikan mas 4 kali memberikan kondisi optimum bagi kelangsungan hidup juvenil ikan gurami. Selanjutnya, kelangsungan hidup ikan saat diperlihara di
kolam adalah 100 untuk semua perlakuan dan kontrol. Dengan demikian, juvenil ikan gurami yang telah dipelihara selama 6 minggu di akurium relatif kuat
dipelihara pada kondisi lingkungan tidak terkendali dengan baik di kolam. Pertumbuhan ikan gurami relatif lambat sehingga waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai ukuran konsumsi 300 gekor relatif lama. Perbaikan pertumbuhan ikan gurami menggunakan metode perendaman hormon
pertumbuhan rekombinan dari ikan mas merupakan alternatif metode cepat. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa bobot juvenil ikan gurami yang direndam
hormon pertumbuhan rekombinan dari ikan mas sekali seminggu selama 4 minggu 71 lebih tinggi P0,05 dibandingkan dengan kontrol-2 albumin
serum sapi. Kelangsungan hidup ikan perlakuan perendaman hormon pertumbuhan rekombinan dari ikan mas 4 kali 96,67 juga lebih tinggi daripada
kontrol-2 87,33. Dengan demikian, pertumbuhan bobot dan kelangsungan
19 hidup juvenil ikan gurami dapat ditingkatkan dengan perlakuan perendaman HPr
4 kali. Bobot dan kelangsungan hidup merupakan faktor penentu tingkat produksi budidaya ikan, sehingga perlakuan perendaman hormon pertumbuhan rekombinan
dari ikan mas berpotensi tinggi untuk diterapkan oleh pembudidaya untuk meningkatkan produksi budidayanya.
Gambar 2 Pertumbuhan bobot rerata g juvenil ikan gurami yang dipelihara di akuarium volume 7 liter selama 4 minggu pertama dan dilanjutkan di
akuarium volume 50 liter selama 2 minggu kedua. Perendaman ikan dalam air mengandung hormon pertumbuhan rekombinan dari ikan
mas dilakukan seminggu sekali selama 2 minggu perendaman HPr 2 minggu, 3 minggu perendaman HPr 3 kali, 4 minggu perendaman
HPr 4 kali, dan 5 minggu perendaman HPr 5 kali. Ikan kontrol direndam dalam air yang mengandung protein badan inklusi tanpa
HPr kontrol-1, albumin serum sapi kontrol-2, Media salinitas 9 ppt tanpa protein kontrol-3, dan air tawar tanpa protein kontrol-4.
Frekuensi perendaman HPr 4 kali lebih baik daripada 2, 3, dan 5 kali. Hal ini menunjukkan bahwa perendaman 4 kali adalah yang optimum untuk memacu
pertumbuhan juvenil ikan gurami. Namun demikian, peningkatan bobot ikan hasil perlakuan perendaman 4 kali pada percobaan ini sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan yang diperoleh oleh Putra 2011 yang melakukan perendaman HPr sebanyak 3 kali. Salah satu faktor yang diduga berpengaruh
adalah perbedaan HPr yang digunakan, percobaan ini menggunakan HPr ikan mas, sedangkan Putra 2011 menggunakan HPr ikan gurami. Faktor lain yang
0,0 0,5
1,0 1,5
2,0 2,5
1 2
3 4
5 6
R at
aan B
ob ot
I k
an g
Minggu ke-
Protein badan inklusi tanpa rHP kontrol-1 Albumin serum sapi kontrol-2
Media salinitas 9 ppt tanpa protein kontrol-3 Media air tawar kontrol-4
Perendaman HPr 2 kali Perendaman HPr 3 kali
Perendaman HPr 4 kali Perendaman HPr 5 kali
20 dapat menjadi penyebab adalah ikan uji yang digunakan bukan ikan klon yang
memiliki karakteristik genetik sama. Pengujian kedua HPr ini secara bersamaan pada populasi juvenil ikan gurami dari induk yang sama diduga dapat memberikan
jawaban apakah perbedaan hasil percobaan tersebut terkait dengan sumber gen yang digunakan dalam pembuatan HPr.
Peningkatan frekuensi perendaman HPr cenderung meningkatkan kelangsungan hidup juvenil ikan gurami. Frekuensi perendaman HPr 4 dan 5 kali
adalah sama, dan lebih tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan kontrol termasuk kontrol air tawar. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Putra
2010 bahwa kelangsungan hidup perlakuan HPr 100 lebih tinggi daripada kontrol 94. Pemberian HPr dapat meningkatkan daya tahan ikan terhadap
stres McCormick 2001; Acosta et al. 2009, dan infeksi penyakit Sakai et al. 1997; Acosta et al. 2009. Kondisi media dan metode pemeliharaan ikan pada
semua perlakuan pada percobaan ini adalah sama. Oleh karena itu, peningkatan kelangsungan hidup tersebut diduga disebabkan oleh peningkatkan daya tahan
tubuh ikan terhadap stres. Stres dapat berasal dari perlakuan salinitas, dan gangguan fisik dalam pemeliharaan ikan seperti pengambilan ikan dari akuarium
untuk diberi perlakuan HPr dan pergantian air akuarium yang dilakukan setiap hari.
Pemberian HPr dengan frekuensi 3 kali atau lebih adalah umum dilakukan, seperti Leedom et al. 2002 menginjeksi ikan nila dengan HPr sekali seminggu
selama 4 minggu, dan Acosta et al. 2009 merendam juvenil ikan mas 3 kali seminggu. Namun demikian, pemberian HPr dengan frekuensi sering adalah tidak
praktis dilakukan oleh pembudidaya. Oleh karena itu, perlakuan HPr dengan sekali perendaman pada juvenil ikan gurami perlu diteliti. Sonnenschein 2001
melaporkan peningkatan pertumbuhan ikan grass carp secara signifikan dengan hanya sekali perendaman HPr menggunakan dosis tinggi 300 mgL. Penggunaan
total HPr 4 kali pemberian hasil percobaan ini menjadi sekali pemberian 120 mgL diduga juga dapat meningkatkan pertumbuhan juvenil ikan gurami secara
signifikan, dan hal ini akan meningkatkan daya tarik HPr untuk diaplikasikan oleh pembudidaya.
21
4.3 Percobaan Kedua