Studi Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral Dan Losses Pada Trafo Distribusi PLN Ranting Lubuk Pakam

(1)

STUDI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

TERHADAP ARUS NETRAL DAN LOSSES PADA TRAFO DISTRIBUSI PLN RANTING LUBUK PAKAM

O L E H

JULIANA SITEPU NIM : 04 0402 044

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

STUDI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS NETRAL DAN LOSSES PADA TRAFO DISTRIBUSI PLN RANTING LUBUK PAKAM. Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan merupakan salah

satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana pada Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman S. Baafai, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan tugas akhir ini

2. Bapak Ir. Tarmizi Kasim, MSc, Ketua Jurusan Departemen Teknik Elektro,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Ir. Rahmad fauzi, MT, Sekretaris Jurusan Departemen Teknik Elektro,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Ir. Rahman Hasibuan, Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik

Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

5. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai Program Studi Teknik Elektro, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara

6. Orangtua Penulis, yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materil

kepada penulis

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan penulisan ini. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Medan, Maret 2011 Penulis,


(3)

ABSTRAK

Ketidakseimbangan baban pada suatu sistem distribusi tenaga listrik selalu terjadi dan penyebab ketidakseimbangan itu adalah pada beban-beban satu fasa pada pelanggan jaringan tegangan rendah.

Akibat dari ketidakseimbangan beban tersebut adalah munculnya arus di netral trafo. Arus yang mengalir di netral trafo ini menyebabkan terjadinya losses (rugi-rugi), yaitu losses akibat adanya arus netral pada penghantar netral trafo dan losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah.

Secara teori, dapat disimpulkan bahwa bila terjadi ketidakseimbangan beban yang besar, maka arus netral yang muncul juga semakin besar, akibatnya losses yang terjadi akan semakin besar.


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Metode Penulisan ... 2

1.5 Sistematika Penulisan... 3

BAB II TEORI DASAR 2.1 Jaringan Distribusi ... 4

2.1.1 Distribusi Primer ... 4

2.1.2 Distribusi Sekunder ... 9

2.2 Transformator ... 10

2. 2. 1 Prinsip Kerja Transformator... 10

2. 2. 2 Jenis Transformator ... 11

2. 2. 3 Hubungan Lilitan Transformator ... 12

2. 2. 4 Kelompok Hubungan Transformator ... 14

2. 2. 5 Rugi-rugi dan Efisiensi Transformator ... 16

2. 2. 6 Efisiensi Transformator ... 17

2. 3 Transformator Distribusi ... 18

2. 3. 1 Perhitungan Arus Beban Penuh dan Arus Hubung Singkat ... 18

2. 3. 2 Losses Akibat Adanya Arus Netral pada Penghantar Netral transformator ... 19

2. 4 Ketidakseimbangan Beban ... 20

2. 4. 1 Pengertian Beban Tidak Seimbang ... 20

2. 4. 2 Penyaluran dan Susut Daya pada Keadaan Arus Seimbang ... 21


(5)

2. 5 Faktor Daya ... 23

2. 6 Listrik Arus Bolak-balik 3 Fasa ... 24

2. 6. 1 Pengertian ... 24

2. 6. 2 Listrik Arus Bolak-balik 3 Fasa ... 24

2. 7 Tegangan dan Arus ... 24

2. 7. 1 Hubungan Bintang ... 24

2. 7. 2 Hubungan Delta ... 25

2. 8 Daya Listrik 3 Fasa Hubungan Bintang ... 25

2. 9 Daya Listrik 3 Fasa Hubungan Segitiga ... 26

BAB III SISTEM PENGUKURAN DAN PENGAMBILAN DATA 3. 1 Data Teknis Alat Ukur ... 28

3. 1. 1 Pengukuran Beban di Gardu Distribusi ... 29

3. 2 Data Teknis Trafo Distribusi ... 30

3. 3 Data Pembebanan Trafo Distribusi... 31

3. 3. 1 Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Medan – L. Pakam SP. DLLAJ ... 31

3. 3. 2 Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Batang Kuis ... 33

3. 3. 3 Trafo Distribusi 100 kVA di Jl. Pendidikan... 36

3. 3. 4 Trafo Distribusi 200 kVA di Jl. Bakaran Batu ... 38

3. 4 Foto-foto Pengukuran ... 41

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN ... 43

4. 1 Analisa Pembebanan Trafo Distribusi ... 45

4. 1. 1 Menentukan Persentase Pembebanan Trafo ... 45

4. 2 Analisa Ketidakseimbangan Beban pada Trafo Distribusi ... 49

4. 2. 1 Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Medan – L. Pakam SP. DLLAJ ... 49

4. 2. 2 Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Batang Kuis ... 50

4. 2. 3 Trafo Distribusi 100 kVA di Jl. Pendidikan... 51

4. 2. 4 Trafo Distribusi 200 kVA di Jl. Bakaran Batu ... 52

4. 3 Analisa Losses Akibat Adanya Arus Netral pada Penghantar Netral Trafo dan Losses Akibat Arus Netral yang Mengalir ke Tanah ... 54

4. 3. 1 Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Medan – L. Pakam SP. DLLAJ ... 54

4. 3. 2 Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Batang Kuis ... 56


(6)

4. 3. 4 Trafo Distribusi 200 kVA di Jl. Bakaran Batu ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan ... 63 5. 2 Saran ... 63 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Skema Sistem Tenaga Listrik ... 5

Gambar 2. 2 Skema Saluran Sistem Radial ... 5

Gambar 2. 3 Penggunaan Saluran Alternatif dengan Saklar Pindah ... 6

Gambar2.4 Skema Rangkaian Loop Terbuka ... 7

Gambar 2.5 Skema Rangkaian Loop Tertutup ... 7

Gambar 2.6 Skema Sistem Jaringan Primer ... 8

Gambar 2.7 Skema Prinsip Sistem Spindel ... 9

Gambar 2.8 Jenis Transformator Menurut Konstruksinya ... 10

Gambar 2.9 Rangkaian Hubungan Bintang ... 13

Gambar 2.10 Rangkaian Hubungan Delta ... 13

Gambar 2.11 Rangkaian Hubungan Zig-Zag ... 14

Gambar 2.12 Kelompok Hubungan Dy11 ... 15

Gambar 2.13 Kelompok Hubungan Menurut VDE 0532 ... 16

Gambar 2.14 Diagram Rugi-Rugi Pada Transformator ... 18

Gambar 2.15 Beberapa Macam Trafo Distribusi Tipe Kutub ... 19

Gambar 2.16 Vektor Diagram Arus ... 20

Gambar 2.17 Diagram Fasor Tegangan Saluran Daya Model Fasa Tunggal ... 21

Gambar 2.18 Segitiga Daya ... 23

Gambar 2.19 Diagram Hubungan Bintang ... 24

Gambar 2.20 Digram Hubungan Delta ... 25

Gambar 2.21 Diagram Daya Listrik 3 Fasa Hubungan Bintang ... 25

Gambar 2.22 Diagram Daya Listrik 3 Fasa Hubungan Segitiga... 26

Gambar 3.1 Rangkaian Pengukuran Tahanan Pembumian Netral Trafo ... 29

Gambar 3.2 Diagram Pengawatan Pengukuran Beban dan Tegangan Gardu Distribusi .... 29

Gambar 3.3 Single Line Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Medan-L.Pakam SP.DLLAJ ... 31

Gambar 3.4 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Medan- L.Pakam SP.DLLAJ pada Siang Hari ... 32

Gambar 3. 5 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Medan- L.Pakam SP.DLLAJ pada Malam Hari ... 33

Gambar 3. 6 Single Line Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Batang Kuis DP. Pabrik Sahabat ... 33


(8)

Gambar 3. 7 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 250 kVA di Jl.

Batang Kuis DP. Pabrik Sahabat pada Siang Hari ... 35

Gambar 3. 8 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Batang Kuis DP. Pabrik Sahabat pada Malam Hari ... 35

Gambar 3. 9 Single Line Trafo Distribusi 100 kVA di Jl. Pendidikan ... 36

Gambar 3. 10 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 100 kVA di Jl. Pendidikan pada Siang Hari ... 37

Gambar 3. 11 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 100 kVA di Jl. Pendidikan pada Malam Hari ... 38

Gambar 3. 12 Single Line Trafo Distribusi 200 kVA di Jl. Bakaran Batu ... 38

Gambar 3. 13 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 200 kVA di Jl. Bakaran Batu pada Siang Hari... 40

Gambar 3. 14 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 200 kVA di Jl. Bakaran Batu pada Malam Hari ... 41

Gambar 3. 15 Trafo Distribusi 250 kVA ... 41

Gambar 3. 16 Panel Trafo Distribusi 250 kVA ... 41

Gambar 3. 17 Pengukuran di Panel Trafo Distribusi 250 kVA ... 42


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Data Spesifikasi Transformator ... 30

Tabel 3. 2 Hasil Pengukuran Arus pada Siang Hari dan Malam Hari di Jl. Medan- L.Pakam SP.DLLAJ ... 31

Tabel 3. 3 Hasil Pengukuran Arus pada Siang Hari dan Malam Hari di Jl. Batang Kuis DP. Pabrik Sahabat ... 34

Tabel 3. 4 Hasil Pengukuran Arus pada Siang Hari dan Malam Hari di Jl. Pendidikan ... 36

Tabel 3. 5 Hasil Pengukuran Arus pada Siang Hari dan Malam Hari di Jl. Bakaran Batu ... 39

Tabel 4. 1 Persentase Pembebanan Trafo Distribusi ... 48

Tabel 4. 2 Ketidakseimbangan Beban Trafo Distribusi ... 53


(10)

ABSTRAK

Ketidakseimbangan baban pada suatu sistem distribusi tenaga listrik selalu terjadi dan penyebab ketidakseimbangan itu adalah pada beban-beban satu fasa pada pelanggan jaringan tegangan rendah.

Akibat dari ketidakseimbangan beban tersebut adalah munculnya arus di netral trafo. Arus yang mengalir di netral trafo ini menyebabkan terjadinya losses (rugi-rugi), yaitu losses akibat adanya arus netral pada penghantar netral trafo dan losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah.

Secara teori, dapat disimpulkan bahwa bila terjadi ketidakseimbangan beban yang besar, maka arus netral yang muncul juga semakin besar, akibatnya losses yang terjadi akan semakin besar.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pertumbuhan listrik di suatu negara adalah dua kali pertumbuhan ekonominya.Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, maka daya beli masyarakat juga meningkat.Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan pembangunan di segala bidang. Salah satunya adalah pembangunan di sektor industri. Hal ini merupakan langkah penting yang harus ditempuh dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas yang telah kita hadapi. Dalam era globalisasi ini, bangsa Indonesia dituntut untuk dapat bersaing dengan bangsa lain, termasuk bersaing dalam bidang industri yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan devisa negara. Peningkatan di sektor industri ini menuntut adanya kesiapan sumber daya yang memadai, baik dari teknologi ataupun sumber daya alam, sehingga pembangunan dapat berjalan dengan baik tanpa mengalami hambatan yang berarti.

Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan, maka dituntut adanya sarana dan prasarana yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan tersebut. Salah satu sarananya adalah dengan adanya penyediaan tenaga listrik. Saat ini tenaga listrik merupakan kebutuhan yang utama, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk kebutuhan industri. Hal ini disebabkan karena tenaga listrik mudah untuk ditransportasikan dan dikonversikan ke dalam bentuk tenaga yang lain. Penyediaan tenaga listrik yang stabil dan kontinu merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik di sektor industri.

Perkembangan pembangunan di segala bidang menuntut PLN agar dapat menyediakan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan konsumen. Namun dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut terjadi pembagian beban-beban yang tidak merata sehingga menimbulkan suatu ketidakseimbangan beban yang dampaknya dapat merugikan PLN. Agar terjadi penyuplaian tenaga listrik secara seimbang meskipun hal tersebut tidak mudah dilakukan , tetapi demi kestabilan dan kontinuitas penyuplaian tenaga listrik ke konsumen maka hal tersebut harus dapat diatasi.


(12)

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mempelajari dan memahami tentang pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap arus netral dan losses pada trafo distribusi.

Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah mengetahui tentang losses dan ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa yang menyebabkan mengalirnya arus netral pada trafo distribusi, sehingga dapat di

1.3Batasan Masalah

Agar tujuan penulisan tugas akhir ini sesuai dengan yang diharapkan serta terfokus pada judul dan bidang yang telah disebutkan di atas, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas, yaitu :

1. Hanya membahas tentang studi data pengukuran pembebanan trafo

distribusi

2. Mempelajari tentang ketidakseimbangan beban trafo distribusi

3. Mempelajari tentang arus netral dan losses pada trafo distribusi

4. Menganalisa pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap arus netral dan

losses pada trafo distribusi

1.4Metode Penulisan

Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini maka penulis menerapkan beberapa metode studi diantaranya :

1. Studi literatur yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan

topik tugas akhir ini dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh penulis atau di perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, internet dan lain-lain

2. Studi lapangan yaitu dengan melaksanakan percobaan di PLN Ranting

Lubuk Pakam

3. Studi bimbingan yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik tugas akhir

ini dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak departemen Teknik Elektro USU, dengan dosen-dosen bidang Distribusi Energi


(13)

Listrik, asisten Laboratorium Sistem Tenaga, dan teman-teman sesama mahasiswa.

1.5Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat penulisan, metode dan sistematika penulisan.

BAB II TEORI DASAR

Bab ini berisi mengenai teori tentang jaringan distribusi, trafo distribusi, dan ketidakseimbangan beban.

BAB III PENGUMPULAN DATA

Pada bab ini berisi mengenai data teknis alat ukur yang digunakan, data teknis trafo distribusi, data pengukuran pembebanan trafo distribusi pada siang dan malam hari.

BAB IVANALISA DATA

Bab ini berisi tentang analisa pembebanan pada trafo distribusi, analisa ketidakseimbangan beban pada trafo distribusi dan analisa losses sebagai akibat dari arus netral pada penghantar netral trafo dan juga losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penyusunan Tugas Akhir.


(14)

BAB II TEORI DASAR

2.1 Jaringan Distribusi

Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap mengandung empat unsur. Pertama, adanya suatu unsur pembangkit tenaga listrik. Tegangan yang dihasilkan oleh pusat tenaga listrik ini biasanya merupakan tegangan menengah. Kedua, suatu sistem transmisi, lengkap dengan gardu induk. Karena jaraknya yang biasanya jauh, maka diperlukan penggunaan Tegangan Tinggi (TT) dan/atau Tegangan Ekstra Tinggi (TET). Ketiga, adanya saluran distribusi, yang biasanya terdiri atas saluran distribusi primer dengan Tegangan Menengah (TM) dan saluran distribusi sekunder dengan Tegangan Rendah (TR). Keempat, adanya unsur pemakaian atau utilisasi, yang terdiri atas instalasi pemakaian tenaga listrik. Instalasi rumah tangga biasanya memakai tegangan rendah, sedangkan pemakai besar seperti industri menggunakan tegangan menengah atau tegangan tinggi. Gambar 2.1 memperlihatkan skema suatu sistem tenaga listrik. Perlu dikemukakan bahwa suatu sistem dapat terdiri atas beberapa subsistem yang saling berhubungan, atau yang biasa disebut sebagai sistem terinterkoneksi.

Sebagaimana diketahui, pada sistem distribusi terdapat dua bagian, yaitu distribusi primer, yang menggunakan tegangan menengah, dan distribusi sekunder, yang menggunakan tegangan rendah.

2.1.1 Distribusi Primer

Pada distribusi primer terdapat tiga jenis sistem, yaitu (i) sistem radial, (ii) sistem lup (loop), dan (iii) sistem jaringan primer.

2.1.1.1 Sistem Radial

Sistem radial adalah sistem yang paling sederhana dan paling banyak dipakai, terdiri atas saluran (feeders) atau rangkaian tersendiri yang seolah-olah keluar dari suatu sumber atau wilayah tertentu secara radial. Fider itu terdiri atas suatu bagian utama dari saluran samping atau literal lain bersumber dan dihubungkan dengan transformator distribusi sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2. Saluran samping sering disambung pada fider dengan sekring (fuse). Dengan demikian maka gangguan pada saluran samping tidak akan mengganggu seluruh


(15)

fider. Pemasok pada rumah sakit atau pemakai vital lain tidak boleh mengalami gangguan yang berlangsung lama. Dalam hal demikian, satu fider tambahan disediakan, yang menyediakan suatu sumber penyedia energi alternatif. Hal ini dilakukan dengan suatu saklar pindah, seperti terlihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

Catatan :

PTL : Pembangkit Tenaga Listrik

GI : Gardu Induk

TT : Tegangan Tinggi

TET : Tegangan Ekstra Tinggi

TM : Tegangan Menengah

GD : Gardu Distribusi

TR : Tegangan Rendah


(16)

Gambar 2.3 Penggunaan Saluran Alternatif dengan

Saklar Pindah

2.1.1.2 Sistem Lup

Suatu cara lain guna mengurangi lama interupsi daya yang disebabkan gangguan adalah dengan mendesain fider sebagai lup (loop) dengan menyambung kedua ujung saluran. Hal ini mengakibatkan suatu pemakai dapat memperoleh pasokan energi dari dua arah. Jika pasokan dari salah satu arah terganggu, pemakai tu akan disambung pada pasokan arah lainnya. Kapasitas cadangan yang cukup besar harus tersedia pada tiap fider. Sistem lup dapat dioperasikan secara terbuka ataupun tertutup.

Pada sistem lup terbuka, bagian-bagian fider tersambung melalui alat pemisah (disconnectors), dan kedua ujung fider, alat pemisah sengaja dibiarkan dalam keadaan terbuka. Pada dasarnya sistem ini terdiri dari dua fider yang dipisahkan oleh suatu pemisah yang dapat berupa sekring (Gambar 2.4). Bila terjadi gangguang, bagian saluran dari fider yang terganggu dapat dilepas dan menyambungnya pada fider yang tidak terganggu. Sistem demikian biasanya dioperasikan secara manual dan dipakai pada jaringan-jaringan yang relatif kecil.

Pada sistem lup tertutup (Gambar2.5) diperoleh suatu tingkat keandalan yang lebih tinggi. Pada sistem ini alat-alat pemisah biasanya berupa saklar daya yang lebih mahal. Saklar-saklar daya itu digerakkan oleh relay yang membuka saklar daya pada tiap ujung dari bagian saluran yang terganggu, sehingga bagian fider yang tersisa tetap berada dalam keadaan berenergi. Penggoperasian relay yang baik diperoleh dengan menggunakan kawat pilot yang


(17)

menghubungkan semua saklar daya. Kawat pilot ini cukup mahal untuk dipasang dan dioperasikan. Kadang-kadang rangkaian telepon yang disewa dapat dipakai sebagai pengganti kawat pilot.

Catatan :

SD1 : Saklar Daya, normaly closed SD2 : Saklar Daya, normaly open

Gambar 2.4 Skema Rangkaian Lup Terbuka

Gambar 2.5 Skema Rangkaian Lup Tertutup 2.1.1.3 Sistem Jaringan Primer

Walaupun beberapa studi memberi indikasi bahwa pada kondisi-kondisi tertentu sistem jaringan primer lebih murah dan lebih andal daripada sistem radial, namun secara relatif tidak banyak sistem jaringan primer yang kini dioperasikan. Sistem ini terbentuk dengan menyambung saluran-saluran utama atau fider yang terdapat pada sistem radial sehingga menjadi suatu kisi-kisi atau jaringan (Gambar 2.6). Kisi-kisi ini diisi dari beberapa sumber atau gardu induk. Sebuah saklar daya antara transformator dan jaringan yang dikendalikan oleh relay-relay arus balik (reverse current relay) dan relay-relay penutupan kembali otomatis (automatic reclosing relay), melindungi jaringan terhadap terjadinya


(18)

arus-arus gangguan bila hal ini terjadi pada sisi pengisian dari gardu induk. Bagian-bagian jaringan yang terganggu akan dipisahkan oleh saklar daya dan sekring.

2.1.1.4 Sistem Spindel

Terutama di kota yang besar, terdapat suatu jenis gardu tertentu yang tidak terdapat transformator daya. Gardu demikian diinamakan Gardu Hubung (GH). GH pada umumnya menghubungkan dua atau lebih bagian jaringan primer kota itu. Dapat pula terjadi bahwa pada suatu GH terdapat sebuah transformator pengatur tegangan. Karena besar kota itu, kabel-kabel Tegangan Menengah (TM) mengalami turun tegangan. Tegangan yang agak rendah ini dinaikkan kembali dengan bantuan transformator pengatur tegangan. Dapat juga terjadi bahwa pada GH ditumpangi sebuah Gardu Distribusi (GD). Gambar 2.7 merupakan skema prinsip dari sistem spindel.

Catatan :

GI : Gardu Induk

GD : Gardu Distribusi

SD : Saklar Daya


(19)

Catatan :

GI : Gardu Induk

GH : Gardu Hubung

GD : Gardu Distribusi

S : Saklar

A : Pengisi khusus tanpa beban GD B : Pengisi biasa dengan beban GD

Gambar 2.7 Skema Prinsip Sistem Spindel 2.1.2 Distribusi Sekunder

Distribusi sekunder menggunakan tegangan rendah. Seperti halnya distribusi primer, terdapat pula pertimbangan-pertimbangan perihal keandalan pelayanan dan regulasi tegangan. Sistem sekunder dapat terdiri atas empat jenis umum, yaitu :

a. Sebuah transformator tersendiri untuk tiap pemakai

b. Penggunaan satu transformator dengan saluran tegangan rendah untuk

sejumlah pemakai

c. Penggunaan satu saluran tegangan rendah yang tersambung pada beberapa

transformator secara paralel. Sejumlah pemakai dilayani dari saluran tegangan rendah ini. Transformator-transformator diisi dari satu sumber energi. Hal ini disebut banking sekunder transformator

d. Suatu jaringan tegangan rendah yang agak besar diisi oleh beberapa

transformator, yang pada akhirnya diisi oleh dua sumber energi atau lebih. Jaringan tegangan rendah ini melayani suatu jumlah pemakai yang cukup


(20)

besar. Hal ini dikenal sebagai jaringan sekunder atau jaringan tegangan rendah.

2.2 Transformator

Transformator (trafo) merupakan suatu alat magnetoelektrik yang sederhana, handal, dan efisien untuk mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain. Pada umumnya terdiri atas sebuah inti yang terbuat dari besi berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan skunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada kedua kumparan itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga yang dibelit seputar ‘kaki’ inti transformator. Secara umum dapat dibedakan dua jenis transformator menurut konstruksinya, yaitu tipe inti dan tipe cangkang. Pada tipe inti terdapat dua kaki, dan masing-masing kaki dibelit oleh satu kumparan. Sedangkan tipe cangkang mempunyai tiga buah kaki, dan hanya kaki yang tengah-tengah dibelit oleh kedua kumparan. Kedua kumparan dalam tipe cangkang ini tidak tergabung secara elektrik, melainkan saling tergabung secara magnetik melalui inti. Bagian datar dari inti dinamakan ‘pemikul’.

Gambar 2.8 Jenis Transformator Menurut Konstruksinya 2.2.1 Prinsip Kerja Transformator

Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan hukum Ampere dan hukum Faraday, yaitu : arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan magnet dapat menimbulkan arus listrik.

Jika salah satu kumparan pada trafo diberi arus bolak-balik, maka jumlah garis gaya magnet berubah-ubah. Akibatnya pada kumparan primer akan


(21)

terjadi induksi. Kumparan sekunder menerima garis gaya magnet dari kumparan primer yang jumlahnya juga berubah-ubah. Maka pada kumparan sekunder akan timbul induksi juga, akibatnya antara dua ujung terdapat beda tegangan. Jumlah

garis gaya (φ) yang masuk kumparan sekunder akan sama dengan jumlah aris

gaya (φ) yang keluar dari kumparan primer.

dt d N

e1=− 1 φ dan

dt d N e2 =− 2 φ

dt d N dt d N e

e

φ φ

2 1

2 1

− −

= atau

2 1 2 1

N N E E

=

Dimana :

e1 : GGL induksi sesaat pada sisi primer

e2 : GGL induksi sesaat pada sisi skunder

E1 : GGL induksi pada sisi primer (Volt) efektif

E2 : GGL induksi pada sisi skunder (Volt) efektif

N1 : Jumlah lilitan kumparan primer

N2 : Jumlah lilitan kumparan skunder

Berdasarkan hukum kekekalan energi, maka bila dianggap tidak ada kerugian daya yang hilang, daya yang dilepas oleh primer sama dengan daya yang diterima oleh sekunder.

2 2 1

1 I E I

E ⋅ = ⋅

1 2 2 1

E E I I

= karena

2 1 2 1

N N E E

= maka :

1 2 2 1

N N I I

= atau

2 2 1

1 I N I

N ⋅ = ⋅

Jadi GGL induksi di masing-masing kumparan berbanding lurus dengan jumlah lilitan. Kuat arus di masing-masing kumparan berbanding dengan jumlah lilitan.

2.2.2 Jenis Transformator

Menurut pasangan lilitanya, trafo dibedakan atas :


(22)

Pada trafo 1 belitan, lilitan primer merupakan bagian dari lilitan sekunder atau sebaliknya, trafo 1 belitan ini lebih dikenal sebagai autotrafo

b. Trafo 2 belitan

Trafo 2 belitan mempunyai 2 belitan, yaitu sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah, dimana primer dan sekunder berdiri sendiri

c. Trafo 3 belitan

Padatrafo 3 belitan mempunyai belitan primer, sekunder, dan tertier, masing-masing berdiri sendiri pada tegangan yang berbeda.

Menurut fungsinya, transformator dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Transformator Daya

b. Transformator Distribusi

c. Transformator Pengukuran

Sedangkan menurut jumlah fasanya dibedakan menjadi trafo 1 fasa dan trafo 3 fasa.

2.2.3 Hubungan Lilitan Transformator

Secara umum dikenal tiga macam hubungan lilitan untuk sebuah transformator tiga fasa, yaitu: hubungan bintang, hubungan delta, dan hubungan zig-zag.

2.2.3.1 Hubungan Bintang (Y)

Arus transformator 3 fasa dengan kumparan yang dihubungkan secara

bintang yaitu IA, IB, danIC masing-masing berbeda fasa 120°.

Gambar 2.9(a) Rangkaian hubungan bintang dan (b) Diagram fasor rangkaian


(23)

Untuk beban yang seimbang : 0

= + +

= A B C

N I I I

I

CN AN BN AN

AB V V V V

V = + = −

CN BN

BC V V

V = −

AN CN

CA V V

V = −

Dari vektordiagram pada Gambar 2.9 (b) diketahui bahwa untuk hubungan bintang berlaku :

AN

AB V

V = 3 atau VL = 3VP

L

P I

I =

Jadi besarnya daya pada hubungan bintang (VA) :

=3VPIP

=3(VL/ 3)IL

= 3VLIL ………..(2.1)

2.2.3.2 Hubungan Delta (∆)

Tegangan transformator 3 fasa dengan kumparan yang dihubungkan

secara delta, yaitu VAB, VBC, dan VCA masing-masing berbeda 120°

0

= +

+ BC CA

AB V V

V

Gambar 2.10 (a) Rangkaian hubungan delta dan (b) Diagram fasor rangkaian

hubungan delta Untuk beban yang seimbang :

CA AB

A I I


(24)

AB BC

B I I

I = −

BC CA

C I I

I = −

Dari vektor diagram pada Gambar 2.10 (b) diketahui arus IA(arus jala-jala) adalah

AB

I

×

3 (arus fasa). Tegangan jala-jala dalam hubungan delta sama dengan

tegangan fasanya.

Besarnya daya pada hubungan delta (VA) =3VPIP

=3(VL/ 3)IL

= 3VLIL ………..(2.2)

2.2.3.3 Hubungan Zig-zag

Pada hubungan zig-zag, di mana masing-masing lilitan 3 fasa pada sisi tegangan rendah, dibagi menjadi 2 bagian dan masing-masing dihubungkan pada kaki yang berlainan. Hubungan zig-zag dapat digambarkan seperti terlihat pada Gambar 2.11.

Hubungan silang atau zig-zag digunakan untuk keperluan khusus seperti pada transformator distribusi dan transformator converter.

Gambar 2.11(a)Rangkaian Hubungan Zig-zag dan (b) Diagram vektor hubungan

zig-zag

2.2.4 Kelompok Hubungan

Vektor tegangan primer dan sekunder suatu transformator dapat dibuat searah atau berlawanan dengan mengubah cara melilit kumparan. Untuk transformator 3 fasa, arah tegangan akan menimbulkan perbedaan fasa. Arah dan besar fasa tersebut mengakibatkan adanya berbagai kelompok hubungan pada transformator.


(25)

Dalam menentukan kelompok hubungan diambil beberapa pedoman sebagai berikut :

a. Notasi untuk hubungan delta, bintang, dan hubungan zig-zag, masing-masing

adalah D, Y, dan Z untuk sisi tegangan tinggi, sedangkan d, y, dan z untuk sisi tegangan rendah

b. Untuk urutan fasa dipakai notasi U, V, dan W untuk tegangan tinggi, dan u, v,

dan w sebagai tegangan rendah

c. Angka jam menyatakan bagaimana letak sisi kumparan tegangan tinggi

terhadap sisi tegangan rendah

d. Jarum jam panjang selalu dibuat menunjuk angka 12 dan dibuat berhimpit

(dicocokkan) dengan vektor fasa VL tegangan tinggi line to line

e. Bergantung dari perbedaan fasanya, vektor fasa tegangan rendah (u, v, w)

dapat dilukiskan ; letak vektor fasa v1 tegangan rendah line to line menunjukkan arah jarum jam pendek

f. Sudut antara jarumjam panjang dan pendek adalah pergeseran antara vektor

fasa V dan v.

Sedangkan kelompok hubungan tansformator yang lazim digunakan sesuai dengan normalisasi pabrik seperti yang terlihat pada Gambar 2.13 (VDE 0532) adalah :

• Angka jam 0 atau grup A, kelompok hubungan Dd0, Yy0, Dz0

• Angka jam 6 atau grup B, kelompok hubungan Dd6, Yy6, Dz6

• Angka jam 5 atau grup C, kelompok hubungan Dy5, Yd5, Yz5

• Angka jam 11 atau grup D, kelompok hubungan Dy11, Yd11, Yz11

Dengan melihat contoh pada Gambar 2.12 dan memperhatikan pedoman yang telah diberikan di atas, dapat diketahui bahwa perbedaan fasa pada transformator mempunyai kelompok hubungan Dy11.


(26)

Gambar 2.12 Kelompok Hubungan Dy11

Gambar 2.13 Kelompok Hubungan Menurut VDE 0532 2.2.5 Rugi-rugi dan Efisiensi Transformator

Rugi-rugi pada transformator ada 2 macam, yaitu rugi tembaga (PCu). Di mana rugi besi sendiri terdiri atas rugi histeresis dan rugi arus eddy.


(27)

2.2.5.1 Rugi Tembaga (PCu)

Rugi tembaga adalah rugi yang disebabkan oleh arus beban yang mengalir pada kawat tembaga. Besarnya adalah :

R I

PCu = 2⋅ ………..(2.3)

Dimana :

PCu : rugi tembaga (Watt)

I : arus beban yang mengalir pada kawat tembaga (Ampere)

R : tahanan kawat tembaga (Ω)

Karena arus beban berubah-ubah, rugi tembaga juga tidak tetap tergantung pada beban.

2.2.5.2 Rugi Besi (Pi) Rugi besi terdiri atas :

a. Rugi histeresis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak-balik pada inti

besi. Besarnya rugi histeresis berbanding dengan luas histeresis loop, atau dinyatakan sebagai berikut :

n m h

h K f B

P = ⋅ ⋅ ………..(2.4)

Dimana :

Ph : rugi histeresis (Watt)

Bm : fluks density maksimum (Tesla)

Kh : konstanta histeresis

f : frekuensi (Hz)

n : koefisien Steinmetz, di dapat dari data eksperimen

b. Rugi arus eddy (Pe), yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.

m e

e K f B

P = 2⋅ 2⋅ ………..(2.5)

Dimana :

Pe : rugi arus eddy (Watt)

Ke : konstanta arus eddy

Jadi, rugi besi (rugi inti) Pi = Ph + Pe

2.2.6 Efisiensi (η)

Efisiensi dihitung dari perbandingan daya keluar (output) :

rugi keluar

daya

keluar daya masuk

daya keluar daya )

( efisiensi

Σ + =

=


(28)

masuk daya

rugi

1− Σ

=

Dengan Σrugi=PCu +Pi ………..(2.6)

Sumber Kumparan primer

Fluks bersama

Kumparan sekunder

Rugi besi: Histeris dan arus eddy Rugi fluks bocor

Rugi tembaga Rugi tembaga

Keluaran

Gambar 2.14 Diagram Rugi-rugi pada Transformator

2.3 Transformator Distribusi

Transformator distribusi merupakan salah satu alat yang memegang peran penting dalam sistem distribusi. Trafo distribusi digunakan untuk membagi/menyalurkan arus atau energi listrik dengan tegangan distribusi agar jumlah energi yang tercecer dan hilang di perjalanan tidak terlalu banyak

Trafo distribusi dapat berfasa tunggal atau fasa tiga, dan ukurannya berkisar dari kira-kira 5 – 500 kVA. Impedansi trafo distribusi ini pada umumnya sangat rendah, berkisar dari 2% untuk unit-unit yang kurang dari 50 kVA sampai dengan 4% untuk unit-unit yang lebih besar dari 100 kVA. Gambar 2.15 memperlihatkan beberapa macam trafo distribusi tipe kutub yang banyak digunakan.

2.3.1Perhitungan Arus Beban Penuh dan Arus Hubung Singkat

Telah diketahui bahwa daya transformator distribusi ditinjau dari sisi tegangan tinggi (primer) dapat dirumuskan sebagai berikut :

I V

S = 3 ……….(2.7)

Dimana :

S : daya transformator (kVA)

V : tegangan sisi primer transformator (kV)

I : arus jala-jala (A)

Dengan demikian, untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat menggunakan rumus :


(29)

V S

IFL

⋅ =

3 ………..(2.8)

Dimana :

IFL : arus beban penuh (A)

S : daya transformator (kVA)

V : tegangan sisi sekunder transformator (kV)

Sedangkan untuk menghitung arus hubung singkat pada transformator digunakan rumus :

V Z

S

ISC

⋅ ⋅ ⋅ =

3 %

100

………..(2.9) Dimana :

ISC : arus hubung singkat (A)

S : daya transformator (kVA)

V : tegangan sisi sekunder transformator (kV)

%Z : persen impedansi transformator

Gambar 2.15 Beberapa Macam Trafo Distribusi Tipe Kutub

2.3.2 Losses (rugi-rugi) Akibat Adanya arus Netral pada Penghantar Netral Transformator

Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa pada sisi sekunder trafo (fasa R, S, dan T) mengalirlah arus di netral trafo. Arus yang mengalir pada penghantar netral trafo ini menyebabkan losses (rugi-rugi). Losses pada penghantar netral trafo ini dapat dirumuskan sebagai berikut :


(30)

N N

N I R

P = 2⋅ ………(2.10)

Dimana :

PN : losses pada penghantar netral trafo (Watt)

IN : arus yang mengalir pada netral trafo (A)

RN : tahanan penghantar netral trafo (Ω)

Sedangkan losses yang diakibatkan karena arus netral yang mengalir ke tanah (ground) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

G G

G I R

P = 2⋅ ………(2.11)

Dimana :

PG : losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah (Watt)

IG : arus netral yang mengalir ke tanah (A)

RG : tahanan pembumian netral trafo (Ω)

2.4 Ketidakseimbangan Beban

2.4.1 Pengertian tentang Beban Tidak Seimbang

Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan dimana :

Ketiga vektor/tegangan sama besar

Ketiga vektor saling membentuk sudut 120° satu sama lain.

Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan dimana salah satu atau kedua syarat keadaan tidak seimbang tidak terpenuhi. Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 3 macam, yaitu :

1. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120° satu sama lain

2. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120° satu sama lain

3. Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120° satu sama

lain.

Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan vektor diagram arus pada gambar 2.16.


(31)

120o

120o 120o

IT

IS

IR

(a)

IR

IR + IT

IT

IS

(b)

IN

135o

105o

120o

Gambar 2.16(a) Vektor Diagram Arus dalam keadaan seimbang dan (b) Vektor

diagram arus yang tidak seimbang

Gambar 2.16 (a) menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR,IS,dan IT) adalah sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (IN). Sedangkan pada Gambar 2.16 (b) menunjukkan vektor diagram arus yang tidak seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR,IS,dan IT) tidak sama dengan nol, sehingga

muncul sebuah besaran yaitu arus netral (IN) yang besarnya tergantung dari

berapa besar faktor ketidakseimbangannya.

2.4.2 Penyaluran dan Susut Daya Pada Keadaan Arus Seimbang

Misalkan daya sebesar P disalurkan melalui suatu saluran dengan penghantar netral. Apabila pada penyaluran daya ini arus-arus fasa dalam keadaan seimbang, maka besarnya daya dapat dinyatakan sebagai berikut :

[ ] [ ]

cosϕ

3⋅ ⋅ ⋅

= V I

P ………(2.12)

Dengan :

P : daya pada ujung kirim

V : tegangan pada ujung kirim

cosφ : faktor daya

Daya yang sampai pada ujung terima akan lebih kecil dari P karena terjadi penyusutan dalam saluran. Penyusutan daya ini dapat diterangkan dengan menggunakan diagram fasor tegangan saluran model fasa tunggal seperti terlihat pada Gambar 2.17 di bawah ini :


(32)

V

V’cosφ’ V cosφ

φ φ’

I V’ IR jIX

Gambar 2.17 Diagram Fasor Tegangan Saluran Daya Model Fasa Tunggal

Model ini dibuat dengan asumsi bahwa arus pemuatan kapasitif pada saluran cukup kecil sehingga dapat diabaikan. Dengan demikian besarnya arus di ujung kirim sama dengan arus di ujung terima. Apabila tegangan dan faktor daya pada

ujung terima berturut-turut adalah V’ dan cos φ’, daya pada ujung terima adalah :

[ ] [ ]

' cos '

3

'= ⋅VI ⋅ ϕ

P ………(2.13)

Selisish antara P pada persamaan (2.12) dan P’ pada persamaan (2.13) memberikan susut daya saluran, yaitu :

' P P

Pl = −

[ ] [ ]

[

cos

[ ]

' cos '

]

3⋅ IV ϕ− V ϕ

= ………(2.14)

Sementara itu gambar 2.17 memperlihatkan bahwa :

[ ]

[ ]

[

V cosϕ− V' cosϕ'

] [ ]

= IR

denganR adalah tahanan kawat penghantar tiap fasa. Oleh karena itu persamaan (2.14) berubah menjadi :

R I

Pl =3⋅[ ]2⋅ ………(2.15)

2.4.3 Penyaluran dan Susut Daya pada Keadaan Arus Tak Seimbang

Jika [I] adalah besaran arus fasa dalam penyaluran daya sebesar P pada keadaan seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi dengan keadaan tak seimbang besarnya arus-arus fasa dapat dinyatakan dengan koefisien a, b, dan c sebagai berikut :

] [ ]

[IR =a I

] [ ]


(1)

P

G

= I

G

2

. R

G

= (41,7)

2

A . 3,8

= 6607 Watt = 6,607 kW

Dengan demikian, persentase losses adalah :

% P

G

=

100

%

P

P

G

×

=

100

%

kW

114

kW

6,607

×

= 5,79 %

Tabel 4. 3 Losses pada trafo distribusi

Lokasi Trafo

Waktu

Ketidak-seimbangan

Beban (%)

I

N

(A)

I

G

(A)

P

N

(kW)

P

N

(%)

P

G

(kW)

P

G

(%)

Jl.

Medan-L.Pakam

Siang

8,33

54

33,8 1,6038

1,16

3,98

2,89

Malam

11,66

156

81,5

13,38

8,63 24,58 15,86

Jl. Batang

Kuis DP.

Pabrik

Sahabat

Siang

8,33

44

20,5

1,07

0,47

1,81

0,81

Malam

0,66

40

21,6

0,88

0,003

2,01

0,88

Jl.

Pendidikan

Siang

16

44

23,2

1,54

1,77

1,88

2,17

Malam

15

83

45,4

5,48

7,95

7,22

10,45

Jl. Bakaran

Batu

Siang

3,33

40

18,5

0,88

0,69

1,3

1,03

Malam

20

95

41,7

4,96

4,35

6,61

5,79

Pada Tabel 4. 3 terlihat bahwa semakin besar arus netral yang mengalir di penghantar

netral trafo (I

N

) dan arus netral yang mengalir ke tanah (I

G

), semakin besar pula losses

pada penghantar netral rafo (P

N

) dan juga losses akibat arus netral yang mengalir ke


(2)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1.

Pada siang hari ketidakseimbangan beban pada transformator semakin besar

karena penggunaan beban listrik yang tidak merata.

2.

Semakin besar arus netral yang mengalir di penghantar netral transformator

distribusi (I

N

), maka semakin besar losses pada penghantar netral

transformator.

3.

Semakin besar arus netral yang mengalir ke tanah (I

G

), maka semakin besar

losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah.

4.

Dengan semakin besar arus netral dan losses di tranformator, maka efisiensi

transformator menjadi turun.

5.2 Saran

Ada beberapa saran dari penulis, yaitu :

1.

Pada pembebanan transformator, sebaiknya dilakukan usaha-usaha untuk

menyeimbangkan pembebanan transformator. Penyeimbangan beban dapat

dilakukan dengan membuat arus ketiga penghantar fasanya seimbang dan

penghantar netral arusnya nol.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Burke, James J, ”Power Distribution Engineering – Fundamentals and Applications”,

New York : Marcel Dekker Inc., 1994.

Gönen, Turan, “Electric Power Distribution System Engineering”, Singapore :

McGraw – Hill Inc., 1986

Kadir, Abdul, ”Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik”, Jakarta : UI – Press, 2000

Kadir, Abdul, ”Transformator”, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 1989

Moelyono, Nono, Ir., “Sistem Distribusi Tenaga Listrik”, Surabaya : ITS, 1991

Theraja, B.L, ”A Text-Book Of Electrical Technology”, Nurja Construction &

Development, New Delhi, 1989.

Wijaya, Mochtar, ”Dasar-Dasar Mesin Listrik”, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2001.

Zuhal, “Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya”, Edisi ke-5, Penerbit


(4)

LAMPIRAN

Tabel 1 Luas Penampang Minimum Penghantar Proteksi

Luas penampang penghantar fase

instalasi S mm

2

Luas penampang minimum penghantar

proteksi yang berkaitan Sp mm

2

S

≤ 16

16 < S

≤ 35

S > 35

S

16

S/2

Nilai dalam Tabel 1 hanya berlaku jika penghantar proteksi dibuat dari bahan yang

sama dengan penghantar fase. Jika bahannya tidak sama, maka luas penampang

penghantar proteksi ditentukan dengan cara memilih luas penampang yang

mempunyai konduktansi yang ekivalen dengan dari hasil Tabel 1

Luas penampang setiap penghantar proteksi yang tidak merupakan bagian dari kabel

suplai atau selungkup kabel, dalam setiap hal tidak boleh kurang dari :

a.

2,5 mm

2

jika terdapat proteksi mekanis

b.

4 mm

2

jika tidak terdapat proteksi mekanis

1.

Luas penampang penghantar fase dan penghantar netral

1.1.

Luas penampang penghantar fase tidak boleh lebih kecil dari nilai yang

diberikan dalam tabel 2

1.2.

Penghantar netral harus mempunyai luas penampang yang sama seperti

penghantar fase

1.2.1.

Pada sirkuit fase tunggal dua kawat

1.2.2.

Pada sirkuit fase banyak dan fase tunggal tiga kawat. Jika ukuran

penghantar fase lebih kecil dari atau sama dengan 16 mm

2

tembaga atau

25 mm

2

aluminium

1.3.

Untuk sirkit fase banyak dengan seitap penghantar fasenya mempunyai luas

penampang lebih besar dari 16 mm

2

tembaga atau 25 mm

2

aluminium, maka

penghantar netral dapat mempunyai luas penampang yang lebih kecil dari

penghantar fase jika kondisi berikut ini terpenuhi secara simultan :


(5)

1.3.2.

Penghantar netral diberi proteksi dari arus lebih sesuai dengan proteksi

untuk penghantar netral

Ukuran penghantar netral sekurang-kurangnya sama dengan 16 mm

2

tembaga atau 25 mm

2

aluminium

Tabel 2 Luas penampang minimum penghantar fase

1

2

3

Jenis sistem pengawatan

Penggunaan sirkit

penghantar

Bahan

Luas penampang

(mm

2

)

Instalasi

magun

(terpasang

tetap)

Kabel dan

penghantar

berisolasi

Sirkit daya dan

penerangan

Tembaga

Aluminium

1,5

2,5

*

Sirkit sinyal dan kontrol

Tembaga

0,5

**

Penghantar

telanjang

Sirkit daya

Tembaga

Aluminium

10

16

Sirkit sinyal dan kontrol

Tembaga

4

Sambungan fleksibel

dengan penghantar

berisolasi dan kabel

Untuk peranti khusus

Tembaga

Seperti ditentukan

dalam standar

IEC yang relevan

Untuk setiap penerapan

lainnya

0,75

***

Sirkit tegangan ekstra

rendah untuk penerapan

unsur

0,75

Catatan :

*

) Sambungan yang digunakan untuk terminasi penghantar aluminium harus diuji dan

disahkan untuk penggunaan khusus ini

**

) dalam sirkit sinyal dan kontrol yang dimaksudkan untuk perlengkapan elektronik,

diizinkan menggunakan luas penampang minimum 0,1 mm

2

***


(6)

SG 7 CIPENDAWA T. ANOM NC LM.04 R.08 PDAM KIM SARI KWB KWB NO L.05 LM.04 NC LM.02 L.03 KWB LM.04 LM.05 SP. SIMALINGKAR LM.02 LM.07 LM.06 LM.03 R.05 R.01

TB GANJANGR.05

AVRON KELAPA SAWIT POLONIA

LT 7

GI TITI KUNING

LM.04

R.03

L.PISTON

DS. BEKUKUL SEMBAHE

GI NAMORAMBE GH SELAYANG SG 3 NC PKL MANSYUR JL.K.BAKTI NC R. ARMED RANTING PANCUR BATU V.05 R.06 L.08 PEKAN DELI TUA LM.03 B. REJO SIBOLANGIT JL. NAMORIH NC 60 MVA

60 MVA 30 MVA 30 MVA

GH TANJUNG MORAWA

LM.01 LM.01

LM.02

LM.04

GI TANJUNG MORAWA

R.10

DS / SEC 14 L.08 KWB RANTING GALANG KWB LM.01 JL.DS.SENA TITI GANTUNG LM.04 LM.01 KWB R.03 SMP SUBSIDI LM.04 60 MVA NC SP. TUNTUNGAN RS H. ADAM MALIK

NC NC NC NC NC LM.02 RANTING DELI TUA RANTING T. MORAWA CABANG L. PAKAM RANTING L. PAKAM RANTING MEDAN DENAI JL. FLAMBOYAN JL.BUNGA RENTE JL.SEROJA RAYA JL.SETIA BUDI GI PERBAUNGAN LM.02 L.06 LM.02 LM.01 L.02 R.03 LM.07 SIECOM LM.06 LM.05 L.04 S.07 NC

GH SEI RAMPAH

BELIDAAN

DS.10 LM.08 LM.05

NC

NC NC

LM.01

GI TEBING TINGGI 31.5 MVA NC NC NAGUR NC RANTING PERBAUNGAN RTG. SEI RAMPAH

31.5 MVA 31.5 MVA

R.02 S.03 NC L.03 NC NC SP. RODA L.04 PASAR RODI K. JAGA S. BUAH L.06 PEMATANG GANJANG GEMPOLAN NO L.04 L.02 NC R.03 R.08 LM.01 NC L.01 L.09 R.9 K. JAGA KUTARIH ASRAMA ARMED

L.12 CC 5

V.15 RN. 4 KWB R.19 L.18 L.01 R.03 V.04 LM.05 R.06 L.13 LM.03 R. 04 NC R.04 NC R.01 NAGA TIMBUL K. JAGA T. KENAS K.JAGA TIGA JUHAR K. JAGA PENEN POLRES DELI SERANG D. JANGAK NC KWB LM.01 LM.01 NC NC NC NC NO NC NC NC NC NO NC NC NC NC NC NC NC NC NC NC NC NC LEPAS NO NO NC NO NC NC NO NO NC NC NC NC NC LM.02 NC NC NC LM.02 NC NO NC NO NC NC NC NC NC NO NO NO NC NC LM.01NC R.02 R.02 LM.03 NC L.04 NC L.07 LM.10 NO PAYA LOMBANG LM.01 L.02 R.06 NC NC NC NC LM.01 KWB DS. SIDODADI

DS. KOTA PARIH

L.05NC GEREJA

TIMBANGAN L.05

JL. IMAM BONJOL

NC NC NC R.11 NC NC NC BANGUN PURBA NO NC LM.03NC LM.02NC NC L.05 LM.01NC L.02 NO CAP L.06NC EKA SURYA NC LM.02 T. LAYAR DS. SALAM TANI

NC KWB LM.04 NO K. BINATANG R.01NC KUBURAN CINA LEPAS NC NC SIDO URIP DS. TUMPATAN LM.05 NOLM.04 RB 3 RN 2

RN 2SPRRA 3CPLRA 2RA 1RB 3

PU 4 PU 3 PU 2 PU 1 TM 1 TM 2 TM 3 TM 4 TM 5 TM 6 TT 4 TT 2 TN 4 TN 5 TN 6 TI 5 TI 1 NR 9 NR 8 NR 7 NR 6 NR 5 NR 4 NR 3 NR 2 NR 1 NO NO

BANDARA POLONIA MEDAN

TS 1 TS 2 TS 3 TS 4 TS 5 TS 6 TS 7 COOPER SR 002 SR 003 SR 001 SR 005 SR 261 SR 006 SR 024 SR 025 SR 031 SR 030 SR 282 SR 032 SR 033 SR 026 SR 027 SR 029 SR 028 SR 007 SR 008 SR 009 SR 016 SR 010 PINTU AIR SR 011 SR 012 SR 013 SR 014

SR 015 KP. PAKAM

KOTA BARU PAYA MABAR SR 017 SR 019 SR 020 SR 018 SR 021 SR 034 SR 035 SR 041 SR 043 SR 042 SR 044 SR 040SR 039SR 038SR 037 SR 036

SR 045

SR 046

SR 022 SR 023

SR 065 SR 064SR 063SR 062 SR 067 SR 066 SR 078 SR 080 SR 081 SR 082 SR 083 SR 085 SR 086

SR 091SR 087SR 089

SR 090

SR 088

SR 047

SR 048SR 049SR 050

SR 051

SR 052

SR 053SR 054SR 055

SR 056

SR 061SR 058

SR 060SR 059

SR 057 MALASORI PRINGGAN SR 094 SR 095 SR 079 SR 092 SR 093 SR 096 SR 097 SR 272 SR 098 SR 099 SR 100 SR 242

LM. 09NO SP BEDAGAI SR 101 SR 102 SR 105 SR 106 SR 084 SR 107

SR 103SR 104 SR 108 SR 109 SR 110 SR 268 SR 269 SR 270 SR 271 SR 111 SR 113 SR 118 SR 114 SR 115 SR 116 SR 112 SR 117 SR 119 SR 120 SR 122 SR 121 SR 123 SR 126 SR 127 SR 214

SR 128 SR 129SR 130SR 131SR 132

SR 142

SR 133SR 134SR 135SR 136 KWB

SEI SARIMA

SR 143

SR 144SR 145SR 146

SR 137

SR 138

SR 139

SR 140 SR 149SR 148

SR 147 SR 150 SR 151 SR 152 SR 153 SR 154

SR 156SR 157 SR 155 SR 125 SR 124 SR 160 SR 161 SR 162 SR 163 SR 166 SR 164 SR 165 SR 172

SR 171SR 170 SR 169 SR 168

SR 167 SR 191 SR 273 SR 173 SR 174 SR 175 SR 177 SR 176 SR 178 SR 182 SR 180 SR 179 SR 183 SR 181 SR 184

SR 187SR 186 SR 191SR 191

SR 188 SR 185 SR 192 SR 204 FIRDAUS SR 205 SR 206 SR 195 SR 196 SR 198 SR 199 SR 202 SR 203 SR 201

SR 200SR 197

SR 193 SR 220

SR 218SR 217 SR 223SR 224SR 225

SR 212 SR 208 SR 209 SR 213 SR 216 SR 215 SR 219 SR 221 SR 222

SR 226 SR 228 SR 229

SR 230SR 231SR 232

SR 233 SR 159 SR 158

L.09/RA.2-RA.1

NO

SR 234

SR 227

SR 251 SR 239SR 240

SR 245SR 246SR 247 SR 248SR 249

SR 250

SR 238SR 241 TM 32

SR 235SR 236SR 237

PEMT. GUNTUNG SEI MULYO MANGGA DUA PEMATANG KUALA SR 194 NC LM.05 SR 210 SR 211 SR 252 SR 261 SR 262 SR 267 SR 266 SR 265 SR 253 SR 254 SR 256 SR 258 SR 259

SR 260SR 255

SR 257 SR 264SR 263

KWB GL 159 GL 169 CAPNC GL 035 GL 165 GL 007 GL 189 GL 008 GL 009 GL 198 GL 197 GL 094

GL 038GL 039

GL 065

GL 004 GL 108

GL 003 GL 029 GL 128 GL 030 GL 089 GL 031 GL 032 GL 033 GL 043 GL 156 GL 187

GL 031GL 173

GL 174 GL 034 GL 044 GL 015 GL 006 GL 194 GL 191 GL 153 GL 179 GL 180 GL 005 GL 091 GL 102 GL 056 GL 152 GL 079 GL 201 GL 135 GL 136 GL 137 GL 107 GL 055 GL 045

GL 047GL 046

GL 088

GL 049

GL 026

GL 027GL 028 GL 057

GL 192 GL 161 GL 190GL 051

GL 075GL 077 GL 131GL 185GL 186

GL 132 GL 098 GL 067 GL 113 GL 109 GL 147 GL 112 GL 111 GL 099 GL 193 GL 066 GL 069 GL 068 GL 110 GL 133 GL 078 GL 187 GL 130 GL 129 GL 076 GL 106 GL 105 GL 074 GL 073 GL 058 GL 104 GL 083 GL 016 GL 221 GL 210 GL 219 GL 207 GL 208 GL 213

GL 223GL 211GL 222 GL 209

GL 218GL 212 GL 220

GL 017 GL 082

GL 202 GL 097GL 025 GL 171

GL 021GL 095GL 020GL 019

GL 002 GL 203 GL 001 GL 054GL 081

GL 010 GL 096 GL 104 GL 060 GL 157 GL 013 GL 011 GL 245 GL 052 GL 035 GL 072 GL 071 GL 196 GL 199 GL 050 GL 061 GL 114 GL 155 GL 154 GL 200 GL 188 GL 183 GL 172 GL 170 GL 184 GL 036 GL 143 GL 037 GL 166 GL 022 GL 182 GL 101 GL 090 GL 023 GL 024 GL 155 GL 117 GL 204 GL 116 GL 168 GL 163 GL 120 GL 233 GL 176 GL 164GL 119

GL 134

GL 121 GL 118

GL 175 GL 123 GL 162 GL 122 GL 195 GL 141 GL 142 GL 145 GL 181 GL 140

GL 177GL 178

GL 158

GL 086

GL 080

GL 041 GL 100GL 206GL 102GL 138 GL 018 GL 084 GL 062 GL 063 GL 064 GL 092 GL 146 GL 093 GL 103 GL 126 GL 125 GL 127 GL 139 GL 150 GL 149 GL 124 GL 160 GL 085 GL 070 GL 167

31.5 MVA 60 MVA GI SEI ROTAN

SR 1 SR 3 SR 4 SR 5 SR 6 SR 7 ST 1 ST 2 ST 4 SN 1 SN 2

SN 3 KWB

NC LM.01 MD 221 MD 220 MD 222 MD 223 MD 224 MD 225 MD 229 MD 228 MD 227 MD 226 MD 242

MD 243 MD 246

MD 244 MD 248 MD 249

MD 230 MD 232 MD 239 MD 235 MD 237 MD 241 MD 233 MD 234 MD 236 MD 238 MD 240 MD 195 MD 199 MD 200 MD 197

MD 196 MD 198

MD 201

MD 203

MD 204

MD 205

MD 206MD 208

MD 207

MD 209MD 210

MD 211 MD 212 MD 215 MD 194 MD 145 MD 146 MD 106 MD 107 MD 108 MD 149 MD 150 MD 152 MD 151 MD 153 MD 155 MD 157 MD 158 MD 159 MD 160 MD 161 MD 163 MD 165 MD 166 MD 258 MD 167 MD 164 MD 168 MD 169 MD 170 MD 171 MD 172 MD 220 MD 220 MD 220 MD 221 MD 162 MD 109 MD 050 MD 048MD 049

MD 051 MD 047 MD 053 MD 046 MD 052 MD 054 MD 057

MD 056 MD 053 MD 052 MD 058 LP 086 PDAM TIRTANADI LP 139 LP 146 LP 143 LP 145 LP 142 LP 140 LP 141 SR 144 LP 088 LP 255 LP 097 LP 090 LP 091 LP 093 LP 092 LP 089 LP 094 LP 096 LP 095 LP 080 LP 254 LP 098 LP 077 LP 097 LP 078 LP 079

LP 082LP 083LP 084 LP 085

LP 160

LP 089

LP 160 LP 160LP 160LP 160

LP 153 LP 089

LP 152

LP 150

LP 164LP 165 LM.06NC LP 163 LP 162 LP 147 LP 148 LP 149 LP 161 LP 166 LP 167 LP 168 LP 169 LP 170 LP 171 LP 175 LP 183 LP 184 LP 186 LP 188 LP 190 LP 193 LP 198 LP 192 LP 201 LP 194 LP 195 LP 197 LP 191 LP 196 LP 199 LP 200 LP 189 LP 185 LP 187 LP 181 LP 176 LP 179 LP 180 LP 172 LP 173

LP 174 LP 177

LP 178 LP 151 LP 182 LP 081 LP 099 LP 100 LP 101 LP 102 LP 104

LP 129 LP 133LP 134

LP 032 LP 031

LP 135LP 136

LP 130 LP 137 LP 106 LP 128 LP 127 LP 119 LP 120 LP 121 LP 122 LP 126 LP 123 LP 124 LP 125 LP 118 LP 116 LP 117 LP 114 LP 115

LP 112 LP 113

LP 111

LP 109 LP 110 LP 108LP 107

LP 105 LP 103 LP 075 LP 030 LP 015 LP 016 LP 000 LP 076 LP 019 LP 017 LP 097 CABANG L. PAKAM LP 018 LP 020 LP 000 LP 023 LP 024 LP 026 LP 027 LP 028 PT. SAWIT MALINDA LP 014 LP 013 LP 009 LP 006 LP 012 LP 010LP 011 LP 007 LP 008 LP 005 LP 004 LP 003 LP 001 LP 002 LP 022 LP 025 LP 029 LP 074 LP 072 LP 067

LP 068LP 069LP 070 LP 000 LP 066 LP 065 LP 062 LP 064 LP 061 LP 060 LP 059 LP 058 LP 049 LP 033 LP 063

LP 050 LP 051 LP 052

LP 053

LP 054 LP 057

LP 056

LP 055

LP 034LP 035 LP 039

LP 044

LP 038

LP 040

LP 041

LP 036 LP 037

LP 042 LP 043 LP 045 LP 048 LP 047 LP 046 LP 032 LP 073 LP 071 KWB R.03NC LP 138 MD 231 MD 245 MD 247 MD 202 MD 035 MD 036 MD 038 MD 037 MD 041 MD 251 MD 042 MD 061 MD 197 MD 185 MD 184 MD 183 MD 180 MD 173

MD 040 MD 039

MD 043 MD 044 MD 045

MD 059MD 060 MD 174 MD 175 MD 176 MD 178 MD 001 MD 003 MD 005 MD 006 MD 007 MD 010

MD 186MD 259

MD 009 MD 011 MD 026 MD 027 MD 030 MD 031 MD 028 MD 029 MD 032 MD 032 MD 012 MD 013

MT 000 MD 034

MD 014 MD 015 MD 016 MD 023 MD 024 MD 250 MD 020 MD 017

MD 022 MD 021

MD 019 MD 018 MD 025 MD 181 MD 177 MD 182 BAJA UTAMA MD 002 MD 004 MD 008

MD 079 MD 078MD 077

MD 071 MD 070

MD 081 MD 083 MD 068 MD 066 MD 062 MD 063 MD 065 MD 064 MD 067 MD 069 MD 080 MD 084 MD 082 MD 072

MD 076MD 075MD 074MD 073

MD 116 MD 117

MD 118

MD 119

MD 121 MD 115

MD 120 MD 256 MD 255 MD 128 MD 124 MD 122 MD 123

MD 125MD 126

MD 127 MD 055 MD 147 MD 148 MD 257 MD 154 MD 156 MD 086

MD 087 MD 085

MD 088

MD 090

MD 091 MD 092MD 093MD 094

MD 095 MD 096 MD 142 MD 139 MK 000 MK 000 MD 131 MD 254 MK 000 MD 143 MD 137 MD 138 MD 134 MD 135 MD 136 MD 133 MD 144 MD 141 MD 140 MD 129 MD 130 MD 114 MD 105 MD 103MD 104 MD 097 MK 000 MD 000 MD 101 MD 102 MD 100 MD 098 MD 099 MD 089 MK 000 MD 132 JALAN TOL MK 000 NC LM.07 LEPAS L.17 NC LM.01NC CC4 LM.02NO LM.01NC L.03 NC LM.04NO NC DS.07 LM.05 NO L.2013 NO NO LM.06 LM.03 DS.05 LEPAS R.02NC LM.01 NC LM.03 NO R.01 NC LM.02NC DS.03 NC NC LM.04 NO L.06 NO L.01 LM.02NC DT 043 DT 122 DT 016 DT 017 DT 184 DT 053 DT 183 DT 014 DT 015 DT 013 DT 163 DT 012 DT 011 DT 182 DT 010 DT 009 DT 008 DT 022 DT 136 LM.02 NO DT 083 DT 131 DT 173 DT 130 DT 181 DT 007 DT 006 DT 005 DT 004 DT 179 DT 002 DT 048 DT 003 DT 047

DT 178DT 058DT 176

DT 001 DT 109 DT 049 DT 050 DT 051 DT 149 DT 090 DT 191 DT 068 DT 112 DT 113 DT 074 DT 075 DT 126 DT 088 DT 157 DT 102 DT 103 DT 106

DT 119 DT 098

DT 101 DT 059DT 060DT 061

DT 141 DT 155 DT 097 DT 104 DT 057 DT 073 DT 368

DT 361DT 360 DT 371DT 341

DT 358 DT 337 DT 353 DT 359 DT 042 DT 336

DT 369DT 348 DT 347

DT 334 DT 335 DT 370 DT 349 DT 352 DT 350

DT 366DT 344DT 345DT 356

DT 355

DT 364DT 363DT 362

DT 365

DT 316 DT 346DT 351

DT 042

DT 404

DT 405

DT 406

DT 407

DT 392DT 390

LM.01 NC LM.01

NC

Jl. Sei Belumai

LM.01 NC L.08NC SEI BULUH K. JAGA R. SIALANG NO L.05 LM.01NC NC R.06 NC NC LM.07 NO KWB PC 3 PC 3 LM.01NC LM.02NC LM.04 NC LM.01NC NC L.09 TN 3 LEPAS L.01 NO NC DS.09 DT 151 DT 076 DT 077 DT 078 DT 123 DT 124 DT 100 DT 015 DT 089 DT 129 DT 092 DT 085 DT 367 DT 342 DT 391 DT 394 DT 408 DT 286 DT 409

DT 396DT 397DT 398DT 412

DT 393 DT 144 DT 399 DT 400 DT 401 DT 403 DT 414

DT 402 DT 411DT 105

DT 410 L.07 NC DT 376 DT 375 DT 377 DT 346 DT 379 DT 372 DT 381 DT 374 DT 373 DT 138 DT 042 DT 383 DT 138 DT 138 DT 387 DT 384 DT 385 DT 386 DT 038 DT 027 DT 134DT 035

DT 116 DT 127 DT 167 DT 024 DT 166 DT 028 DT 034 DT 071

DT 056DT 025DT 017

DT 033 DT 059 DT 020 DT 029 DT 118 DT 082 DT 168 DT 072 DT 030 DT 160 DT 138 DT 161 DT 070 DT 135DT 164 DT 021

DT 062

DT 133

DT 032DT 031

DT 172

DT 066

DT 026

DT 170

DT 152 DT 046

DT 114 DT 132 DT 067 DT 153 DT 338 DT 343 DT 357 DT 340 GL 144 GL 151 GL 048 KWB KWB L.02 NC PR 167 PR 166 PR 165 PR 164 PR 163 PR 159 PR 160 PR 161 PR 169 PR 170 PR 171 PR 174 PR 175 PR 176 PR 178 PR 179 PR 180 PR 177 PR 172 PR 173 PR 168 PR 187 PR 188 PR 182 PR 185 PR 186 PR 192 PR 195 PR 194 PR 196 PR 066 PR 191

PR 297 PR 200

PR 199 PR 201 PR 203 PR 204 PR 205 PR 212 PR 208 PR 206 PR 207 PR 257 PR 250 PR 253 PR 242 PR 238

PR 213 PR 228PR 229PR 230PR 232 PR 236

PR 214 PR 215 PR 216 PR 217 PR 219 PR 218 PR 220 PR 227 LP 086 PR 226 PR 259 PR 262 PR 261 PR 260 PR 270 PR 271 PR 272

PR 274PR 275 PR 276PR 277

PR 279 PR 280 PR 281 PR 282 PR 286 PR 287 PR 285

PR 288PR 289

PR 290

PR 291

PR 064 PR 062

PR 060PR 061 PR 052 PR 051 PR 050 PR 037 PR 034 PR 032 PR 027 PR 026 PR 025 PR 002PR 003

PR 004 PR 016 PR 017 PR 018 PR 019 PR 020 PR 021 PR 022 PR 023 PR 024 PR 068 PR 069 PR 071 PR 070 PR 072 PR 073 PR 074 PR 082 PR 075 PR 076 PR 078 PR 081 PR 080 PR 079 PR 086 PR 087 PR 088

PR 090PR 091

PR 92 PR 093 PR 094 PR 095 PR 096 PR 097

PR 084PR 085

PR 083

PR 101 PR 100

PR 102 PR 103 PR 106 PR 104 PR 105 PR 110 PR 112 PR 111 PR 108 PR 113 PR 114 PR 115 PR 116 PR 117 PR 118 PR 119 PR 120 PR 123 PR 121 PR 122 PR 124 PR 128 PR 129

PR 132PR 133PR 134

PR 138 PR 141 PR 142 PR 139 PR 140 PR 144 PR 143 PR 147PR 148

PR 146 PR 149 PR 157 PR 158 PR 151 PR 150 PR 152 PR 153 PR 154 PR 155 PR 156 NO NC L.04

LP 208LP 209LP 210LP 213LP 214

LP 211

LP 212

LP 215LP 216LP 217

LP 203LP 205LP 207

LP 206 LP 204 LP 219 LP 220 LP 222 LP 224

LP 225 LP 223 LP 221

NC L.06 LP 218

LP 226

LP 232 LP 241 LP 247LP 249LP 250LP 251

LP 244 LP 237 LP 236 LP 234 LP 000 LP 230 LP 231 LP 229

LP 228LP 227

LP 240 LP 223 LP 235 LP 243 LP 242 LP 238 LP 239 LP 248 LP 245 LP 246 NC L.05 PR 231 PR 241 PR 066 PR 065 PR 059 PR 156 PR 157 PR 053 PR 039 PR 040 PR 035 PR 036 PR 033 PR 028 RN 1 SR 004 ABB BAMBAN ABB ABB SR 274 SR 243 SR 289 YASKW PEKONG ABB SR 285 SR 286 JL. BEDAGAIABB

SR 141 ABB DPN RTG ABB PUSKESMAS CEMPEDAK LOBANG M. EDS FD 01 YASKW W. BEBEK ENTEC MATA PAO TM 03 M. EDSS. BUAH

DS. SUKA BERAS NULEC DS. TUALANG YASKAWA JL. KARYA NULEC GG. KUINI YASKAWA JL. AKASIA YASKAWA

RM. SP TIGA YASKW ADOLINA PR 189 PR 190 YASKAWA DS. CILAWAN PR 194 NULEC

DS. LUALA LAMA

LP 086 PR 164 PR 225 PR 224 PR 235 NO LM.07 NO ABB

RS. S. MUTIARA ABB KH. A. DAHLAN

JL. PANTAI LABU

ABB T. KUNING ABB YASKAWA YASKW JL. THAMRIN SIECOM BAKARAN BATU JL. ARAS KABU

COOPER

ENTEC

T. KUNING

LP 202

SEI BATU GINGGING

ABB DS. SERDANG ABB DS. WONOSARI SIECOM SIECOM JL. MEDAN – L. PAKAM

YASKW JL. PELITA YASKW JL. INDUSTRI PKT

YASKW

JL. KEBUN SAYUR SIECOM KASMIRIN SIECOM P. KEMERDEKAAN LP 031 PB 164 PB 227 PB 228 PB 231 PB 237 PB 238 PB 241 PB 301 PB 261 PB 242 PB 243 PB 244

PB 234PB 235

PB 236 PB 229 PB 233 PB 230 PB 142 PB 284 PB 146

PB 150 PB 151

PB 148 PB 149 PB 152 PB 154 PB 155 PB 157 PB 158 SP. MELATI PB 160 PB 162 PB 161 PB 163 PB 165 PB 167 PB 166 PB 168 PB 169 PB 171 PB 170 PB 179 PB 178 PB 172 PB 296 PB 173 PB 175PB 174

PB 001 PB 002 PB 005 PB 004 PB 003 PB 006 PB 008 PB 007 PB 009 PB 010 PB 011 PB 012 PB 013 PB 024 PB 023 PB 025 PB 031 PB 032 PB 035PB 034PB 033

PB 030 PB 036 PB 037 PB 039 PB 040 PB 038 PB 041 PB 042 PB 043 PB 044 PB 046 PB 045 PB 047 PB 048 PB 049 PB 051 PB 050 PB 053 KJ. SEMBAHE PB 052 PB 054 PB 055 PB 056

PB 058PB 060PB 061PB 062PB 063

PB 057 PB 059 PB 016 PB 017 PB 019 PB 020 PB 021 PB 022 PB 018 PB 015 PB 065 PB 067 PB 069 PB 068 PB 071 PB 070 PB 074 PB 073 PB 075 PB 076 PB 077 PB 078 PB 079 PB 080 PB 082 PB 083 PB 084 PB 085 PB 086 PB 088 PB 089 PB 090 PB 091 PB 094 PB 095 PB 096 PB 098 PB 099 PB 100 PB 087 PB 093 PB 092 KJ. KUTALIM BARU

TM 001 TM 029

LM.05NC

LM.02

T. LAPANG

LM.03 JL. NGUMBAN SURBAKTI

LM.05 LM.02 NC NC LM.03 NO LM.08 LM.01 SP. SELAYANG LM.02 NO NO NC NC NC

Jl. Pekan Btg. Kuis

NO NO

JL. KAPITEN PURBA

NO LM.04

DA.3

NC NO DS.03 PC.5 PC.3

DAERAH RANTING JOHOR CABANG MEDAN RANTING MEDAN JOHOR GL 246 GL 040 GL 247 K. JAGA B. PURBA GL 248 GL 227 GL 243 GL 244 K. JAGA KUALA BALI PR 292 PR 294 PR 181 PR 202

PR 209 PR 210 PR 211 PR 211

PR 011 PR 012 PR 010 PR 009 PR 008 PR 007 PR 006 PR 005 PR 049 PR 048 PR 047

PR 046PR 045

PR 042PR 043PR 044

PR 041

PR 233

PR 234

PR 295

PR 263 PR 267PR 268

PR 264PR 265PR 266

PR 284 PR 283 PR 273 PR 248 PR 240 PR 243 PR 245 PR 244 PR 249 PR 247 PR 252 PR 254 PR 256 PR 255 PR 258 PR 001 PR 013 PR 015 PR 014 FCO ADOLINA PR 029 PR 030 PR 031 PR 077 PR 089 PR 098 PR 099 PR 107 PR 109 PR 125 PR 126 PR 127 PR 130 PR 131 PR 135 PR 136 PR 137 PR 145 PR 038

PR 054 PR 055PR 058 PR 063

SR 280

SR 276

SR 074

SR 275

SR 075

SR 072 SR 071 SR 069

SR 073

SR 076SR 077

SR 070 SR 068 SR 277 SR 287 SR 278 KWB PB 014 PB 026 PB 028 PB 027 PB 029 PB 255 PB 064 PB 254 PB 066 PB 248 PB 072 PB 097 PB 101 PB 102 PB 159 PB 262 PB 292 PB 232 PB 240 PB 226 PB 279 PB 272 PB 225 PB 224 PB 222 PB 223 PB 221 PB 220 PB 212 PB 208 PB 209 PB 103 PB 104 PB 106 PB 107 PB 108 PB 109 PB 110 PB 111 PB 113 PB 112 PB 114 PB 115 PB 120 PB 121 PB 122 PB 123 PB 124 PB 125 PB 126 PB 128 PB 133 PB 134 PB 131 PB 130 PB 127 PB 129 PB 132 PB 118 PB 119 PB 116 PB 135 PB 136 PB 137 PB 143 PB 144 PB 147 PB 145 PB 207 PB 206 PB 259 PB 205 PB 204 PB 201 PB 196 PB 198PB 199PB 200

PB 197

PB195

PB 192

PB 193 PB 194 PB 256

PB 188 PB 186 PB 187 PB 184 PB 182 PB 183 PB 181 PB 180

RENCANA BANDARA KUALA NAMO

PR 237

PEMATANG TATAL

PR 239

SEI NAGA LAWAN

PR 251

LUBUK BAYAS

PR 162

FCO Jl. SENA FCO MELATI

FCO CEMPEDAK

FCO BINGKAT

FCO PENSIUN

FCO TITI DUA

FCO DADAP TM 082 TM 084 TM 085 TM 087 TM 086 TM 228 TM 229

TM 235TM 230

TM 231

TM 232 TM 233

TM 234 Perum. Bandang TM 236 TM 237 JL. INDUSTRI TM 238 TM 239 TM 240 TM 241 TM 242 TM 243 TM 245 TM 244 TM 246 TM 247 TM 248 TM 003 TM 002 Jl. Pendidikan TM 004 TM 005 TM 006 Jl. MEDAN - L. PAKAM TM 007

TM 010 TM 009

TM 008 TM 011 TM 012 TM 013 TM 014 TM 015 Jl. WONOSARI TM 030 TM 016

TM 017TM 018

TM 019 TM 020 TM 025 TM 026 TM 029 TM 028

Jl. TJ. MULIA

TM 022 TM 021 TM 023 TM 024 TM 067 TM 076 TM 068

TM 069TM 070TM 070

TM 071 TM TM 081 TM 083 TM 088 TM 089 TM 090 TM 091 TM 092 TM 093 PT. ANTARA TM 095 TM 096 NO TM 097 TM 099 TM 098 TM 098 TM 103 TM 101 TM 104 TM 102 TM 105 TM 106 TM 124 TM 107 TM 109 TM 108 TM 110 BONGKAR TM 111 TM 113 TM 112 TM 114 TM 115 TM 116 TM 117 TM 118 TM 119 TM 120 TM 121

TM 122 TM 123 TM 134 TM 219 TM 220 TM 135 TM 136 TM 137 TM 138 TM 139 TM 140 TM 141 TM 218 TM 179 TM 180 TM 181 TM 182 TM 183 TM 184 TM 185 TM 186 TM 187 TM 188 TM 189 TM 191 TM 190 TM 192 TM 193 TM 194 TM 195 TM 196 TM 197 TM 199 TM 198 TM 200 TM 201 TM 202 TM 203 TM 204 TM 205 TM 206 TM 207 TM 208 TM 209 TM 216 TM 217 TM 210 TM 214 TM 215

TM 213TM 211TM 212

TM 143 TM 144 TM 145 TM 146 TM 147 TM 148 TM 149 TM 160 TM 151 TM 152 TM 153 TM 154 TM 155 TM 156

JL. SEI MERAH

TM 157 TM 158 TM 159 TM 160 TM 161 TM 162

TM 163 TM 164 TM 165 TM 167 TM 176 TM 177 TM 178 TM 168 TM 172 TM 170 TM 169 TM 171 TM 175 TM 174 TM 173 TM 270

Jl. MEDAN – TJ. MORAWA

TM 279 TM 280 TM 281 TM 282 TM 283 TM 284 TM 285 TM 293 TM 286 TM 294 TM 287 TM 289 TM 290 TM 291 TM 295 TM 310 TM 311 TM 388 TM 316 TM 317 TM 318

TM 303 TM 302

TM 304

TM 305

TM 306

TM 307

TM 308

TM 309 TM 389

TM 312

TM 313 TM 387

TM 314 TM 315 NO NO LM.06 LM.02 NC LM.04 NO LM.04 NC LM.02 NC NC NC LM.06 NO LM.07NO L.04 NC NC LM.03 R.01 GD. ASPAL KWB NO DT 017 DT 055 DT 147

DT 148 MS 00

DT 145 NC LM.02 DT 146 DT 045 MS 00 DT 017 MS 021 DT 044 DT 188 DT 042 DT 187 PERUM VILA GADING MAS DT 154

DT 186 DT 121 DT 108 DT 185

DT 041 DT 040 DT 039 DT 189 DT 111 DT 117 DT 037 DT 069 DT 023 DT 052 DT 086 DT 158 DT 120 DT 139 DT 082 DT 099 DT 174 DT 140 DT 128 DT 192 DT 054 DT 175 DT 156 DT 142 DT150 PERUM BSD TT.3 NC L.03 TM 292 TM 415 TM 419 TM 416 TM 417 TM 418 NO NO TM 324 TM 319 TM 320 TM 321 TM 386 TM 323 TM 322 LM.01 NC TM 393 TM 394 TM 395 TM 396 TM 397 TM 398 TM 399 TM 400 TM 401 TM 402 TM 403 TM 404 NO LM.02 NOLM.03 TM 258 TM 259 TM 260 TM 271 TM 261 TM 262 TM 274 TM 263 TM 274

TM 264 TM 274

TM 274 TM 274 TM 274 TM 274 TM 325 TM 326 L.03

PT. D. MULTI

NO TM 268 TM 327 TM 327 TM 328 TM 329 TM 330 TM 331 TM 332 TM 333 TM 334 TM 335 TM 336 TM 337 TM 338

TM 339 TM 340 TM 341 TM 342 TM 343 TM 382 TM 344 TM 345 TM 346 TM 347 TM 349 TM 348 TM 350 TM 351 TM 352 TM 356 TM 355 TM 353

TM 354 TM 357

TM 358 TM 359 TM 360 TM 361 TM 383 TM 362 TM 363 TM 364 TM 365 TM 366 TM 368 TM 367 TM 369 TM 370 TM 371 TM 372 TM 373

TM 374 TM 375

TM 377 TM 378 TM 379 TM 376 TM 380 TM 384 TM 381 MR 1 MR 2 MR 3 MR 4 MR 5 MR 6 MR 7 MR 8 LM.02 NO LM.02 NC NO KIM STAR NO L.03 TM 255 TM 249 TM 250

JL. Karya Darma

TM 251

JL. Cebang Cebuk TM 254 TM 253 TM 042 TM 041 TM 074 TM 075 TM

JL. PELITA I

JL. PELITA II TM 43TM 044TM 045TM 046 TM 073

TM 046 TM 047

TM 049

JL. PELITA III

TM 077 TM 051 TM 052 TM 053

TM 055

JL. PELITA IV TM 050

TM 072 TM 057 TM 058

JL. PELITA RAYA

TM 056

TM 059

TM 060

TM 061

TM 063 TM 062

TM 064 TM 065 TM 066 TM 079 TM 078 KWB

DS. UJUNG SERDANG KWB

DN.1

TM 166 SP. PEMINA LM.02 LM.01

SP. K. BESAR DT 018 DT 080 DT 044 DT 162 DT 063 DT 019 PB 189 PB 185 PB 216 PB 217 PB 214 PB 215

PB 218 PB 219

NO L.03 PB 287 PB 289 PB 303 PB 081 PB 294 PB 213 PB 211 PB 210 PB 191 PB 190 PB 202 PB 203 PB 260

PB 282 PB 117 PB 256 PB 257 PB 240 PB 105 PB 141 PB 285 PB 140 PB 250 PB 138 PB 139 PB 286 PB 276 PB 293 PB 277 PB 247 PB 274 PB 302 PB 158 PB 280 PB 155 PB 295 PB 281 PB 176 PB 177