Selulosa sebagai Faktor Pembatas Pemanfaatan Gulma Tanaman Pangan

9 pemanfaatan eceng gondok yang merupakan sumber daya lokal asal limbahgulma tanaman pangan sebagai komponen ransum. Namun Bidura 2006 mengungkapkan efek negatif bahan pakan asal limbah dapat diatasi melalui aplikasi bioteknologi pakan baik melalui biofermentasi, suplementasi maupun penambahan probiotik.

2.2 Selulosa sebagai Faktor Pembatas Pemanfaatan Gulma Tanaman Pangan

Faktor pembatas dalam pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak adalah rendahnya kandungan nutrient available dan kecernaan nutrien yang terutama disebabkan kandungan serat yang cukup tinggi Permana, 2015. Serat merupakan bagian dari makanan yang sulit untuk dicerna secara enzimatis enzim yang dikeluarkan oleh unggas dan tidak digolongkan sebagai zat makanan Linder, 1985, sehingga kandungan serat kasar yang cukup tinggi dalam ransum dapat menurunkan produktivitas ternak. Selulosa merupakan salah satu bahan organik yang terdapat dalam jumlah banyak di alam dan merupakan sumber energi yang sangat potensial bagi ruminansia Arora, 1989. Puspitasari 2009 menyatakan bahwa selulosa merupakan senyawa penyusun tanaman dalam jumlah banyak yang sebagai struktur dinding sel tanaman. Selulosa merupakan komponen utama dinding sel yang tersusun atas polimer glukosa yang berbentuk rantai linier seragam yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik Howard et al., 2003; Hermiawati et al., 2010. Struktur yang linier menyebabkan selulosa bersifat kristalin dan tidak mudah larut sehingga tidak mudah didegradasi secara kimia maupun mekanis Dewanti et al., 2013. Namun degradasi secara sempurna polimer tersebut mampu menyediakan 10 semua potensi nutrisi yang terkandung dalam bahan pakan asal limbah inkonvensional Mudita et al., 2014. Selulosa mempunyai bobot molekul tinggi yang terdapat dalam jaringan tanaman pada dinding sel tanaman dalam bentuk mikrofibril Suparjo et al., 2008. Selulosa ada lah polimer dari β-D-glukosa dan gugus atas dan bawahnya dihubungkan dengan CH 2 OH Zamora, 2005. Selulosa murni adalah homoglycan dari bobot molekul yang tinggi dengan unit berikutnya berbentuk selobiosa. Pada tanaman, ikatan selulosa dibentuk dengan cara yang tersusun untuk memproduksi kumpulan padat mikrofibril yang disatukan bersamaan baik oleh ikatan molekul hidrogen inter maupun intra McDonald et al., 2002. Menurut Harjo et al. 1989, secara alamiah molekul selulosa tersusun dalam bentuk fibril yang terdiri dari beberapa molekul selulosa paralel yang dihubungkan oleh ikatan hydrogen. Lebih lanjut diungkapkan bahwa fibril-fibril tersebut akan membentu kristal dan struktur tersebut dibungkus oleh lignin yang berperan melindungi selulosa terhadap serangan enzim pemecah selulosa. Rumus molekul selulosa adalah C 6 H 10 O 5 n Perez et al., 2002. Gambar 2.1. Bangunan dasar selulosa Perez et al., 2002 11 Menurut Irawadi 1990, struktur selulosa sebagai polimer karbohidrat atau polisakarida tersusun dari anhidroglukopiranosa yang memiliki rumus C 6 H 10 O 5 . Lebih lanjut diungkapkan bahwa selulosa di ikat oleh β-1,4-glukosida alam, membentuk rantai polimer linier glukan dengan struktur rantai yang seragam. Ikatan β-1,4 glikosida pada selulosa merupakan ikatan penghubung antar unit D-glukosa Lehninger, 1982 dalam Puspitasari, 2009. Ikatan penghubung ini dapat dipecah menjadi monomer-monomer glukosa melalui jalur hidrolisa asam dan hidrolisa enzimatis atau biologis Harjo et al., 1989. Lebih lanjut Harjo et al. 1989 menambahkan bahwa meskipun ikatan glikosidik beta 1,4 pada serat selulosa dapat dipecah menjadi monomer-monomer glukosa dengan cara hidrolisa asam atau hidrolisa enzimatis, akan tetapi pemecahannya tidak secepat pati atau gula.

2.3 Enzim Selulase