2.2.4. Faktor Resiko
Menurut Iseman 2007 adapun resiko untuk terkena TB jika sering berkontak dengan pasien TB, malnutrisi, tinggal ditempat yang padat dan
memiliki kondisi sanitasi yang buruk. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan rasio infeksi TB pada populasi jika terjadi peningkatan infeksi HIV, jumlah orang
yang tidak mempunyai tempat tinggal pada lingkungan kotor dan nutrisi kurang dan ada tampilan resistensi terhadap OAT.
2.2.5. Cara Penularan
Penularan Penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi droplet nuclei yang mengandung basil, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk
berdarah atau berdahak yang mengandung BTA Sudoyo et al., 2006. Faktor lingkungan terutama sirkulasi yang buruk, memperbesar penularan Berhman et
al., 1999. Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan
sekali atas peningkatan jumlah kasus TB Sudoyo et al., 2006.
2.2.6. Patogenesis 2.2.6.1. Tuberkulosis Primer
Sebagian besar basil Mycobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection Alsagaff et al., 2002. Karena ukurannya
yang sangat kecil 5 mm, kuman TB dalam droplet nuclei yang terhirup dapat mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan
seluruhnya oleh mekanisme imunologis non spesifik, sehingga tidak terjadi proses imunologis spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya
dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus akan menfagosit kuman TB yang sebagian besar
dihancurkan. Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus berkembang biak di dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis
Universitas Sumatera Utara
makrofag. Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang dinamakan fokus primer Gohn Djitowiyono et al., 2008. Selama perkembangan
kompleks primer, basili tuberkel di bawa ke kebanyakan jaringan tubuh melalui pembuluh darah dan limfe Behrman et al., 1999. Dari fokus primer akan timbul
peradangan saluran getah bening menuju kelenjar limfe regional sehingga terbentuk suatu primer kompleks yang disebut primer kompleks dari Ranke.
Infeksi primer dari Gohn dan primer kompleks dari Ranke dinamakan TB primer. TB paru primer adalah suatu keradangan yang terjadi sebelum tubuh mempunyai
kekebalan spesifik terhadapa basil Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar penderita TB primer 90 akan sembuh sendiri dan 10 akan mengalami
penyebaran endogen Alsagaff et al., 2002.
2.2.6.2. Tuberkulosis Pasca Primer Tuberkulosis Sekunder
Kuman yang dorman pada TB primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi TB dewasa Sudoyo et al., 2006. TB
sekunder juga dapat berasal dari eksogen berupa infeksi ulang pada tubuh yang pernah menderita TB Alsagaff et al.,2002. TB sekunder terjadi karena imunitas
menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. TB sekunder ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas
paru bagian apikal posterior lobus superior atau inferior. Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru Sudoyo et al., 2006.
2.2.7. Manifestasi Klinis
Batuk yang terus-menerus dan lebih dari 3 minggu tanpa pengobatan dengan menggunakan antibiotik dapat dianggap telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis Kochi, 1997 dalam Alfred et al., 2005 dan bersputum disertai dengan gejala tambahan sputum bercampur darah, batuk darah,
sesak napas dan nyeri di dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan malaise, berkeringat di malam hari, demam,
meriang lebih dari sebulan. Gejala tersebut juga ditemukan pada penyakit paru
Universitas Sumatera Utara
lain selain TB, maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis TB Departemen Kesehatan RI, 2002 dalam
Simanungkalit, 2006.
2.2.8. Diagnosis
Alat diagnosis TB paru adalah sangat sederhana, dan terdiri atas 3: 1. Pemeriksaan tes Tuberkuline, yang lazim dipakai adalah Mantoux-test, 2.
Pemeriksaan Roentgen, 3. Pemeriksaan sputum, dan 4. Biakan. Soeroso, 1968 ; Crofton et al., 1998.
Diagnosis TB pada orang dewasa dapat ditegakkan, dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan sputum secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan
dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen sputum SPS BTA hasilnya positif. Bila hanya satu spesimen sputum yang positif perlu diadakan
pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto roentgen dada atau pemeriksaan sputum SPS diulang. Kalau hasil roentgen mendukung TBC, maka penderita didiagnosis
sebagai penderita TBC BTA Positif. Tetapi kalau hasil roentgen tidak mendukung TBC, maka pemeriksaan sputum SPS diulang kembali. Departemen Kesehatan
RI, 2002 dalam Simanungkalit, 2006.
2.2.9. Penatalaksanaan