PENGARUH PERSEPSI HARGA DAN KUALITAS MAKANAN CEPAT SAJI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA KFC GELAEL BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

(1)

GELAEL BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 (Skripsi)

Oleh

RESTHANIA TRIDHAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF PRICE PERCEPTION AND FAST FOOD QUALITY ON CONSUMER PURCHASE DECISION AT KFC GELAEL BANDAR LAMPUNG

2015 By:

RESTHANIA TRIDHAWATI

Purchase decision is one part of consumer behavior which leads to the buying behavior of final consumers who purchase goods and services for personal consumption. Purchase decision-making process in each person is basically the same, but the decision-making process will be varied by age, income, and life style.

Based on preliminary research conducted at KFC Gelael Bandar Lampung known that the purchasing decisions of consumers was low. The purpose of this study was to collect data and find out the positive influence perceptions of price and quality of fast food on consumer purchasing decisions at KFC Gelael Bandar Lampung in 2015. The population was consumer KFC Gelael Bandar Lampung. A sampling technique used was accidental sampling by using the formula Tuckman obtained 166 customers. The method used was descriptive verification using ex post facto approach and survey. The results showed that there was the influence between price perception and fast food quality on consumer purchasing decisions at KFC Gelael Bandar Lampung in 2015. Based on data analysis of Fratio 102.209> Ftable 3.05 as indicated by multiple linear regression with a coefficient of determination (r2) 0,556 which means consumer purchasing decisions were influenced by price perception variable and fast food quality 55.6%, the rest 44.4% was influenced by other factors.


(3)

PENGARUH PERSEPSI HARGA DAN KUALITAS MAKANAN CEPAT SAJI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA KFC GELAEL

BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Oleh:

RESTHANIA TRIDHAWATI

Keputusan Pembelian merupakan salah satu bagian dari perilaku konsumen yang merujuk pada perilaku membeli konsumen akhir yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Proses pengambilan keputusan pembelian pada setiap orang pada dasarnya adalah sama, namun proses pengambilan keputusan tersebut akan diwarnai oleh ciri kepribadian, usia, pendapatan dan gaya hidupnya.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di KFC Gelael Bandar Lampung diketahui bahwa keputusan pembelian konsumen tergolong rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan mengetahui pengaruh positif persepsi harga dan kualitas makanan cepat saji terhadap keputusan pembelian konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015. Populasi penelitian ini adalah konsumen KFC Gelael Bandar Lampung. Teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling dengan meggunakan rumusTuckmandidapat sebanyak 166 konsumen. Metode yang digunakan adalah deskriptif verifikatif dengan menggunakan pendekatan expost facto dan survey. Hasil penelitian menunjukan bahwa, ada pengaruh persepsi harga dan kualitas makanan cepat saji terhadap keputusan pembelian konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015. Berdasarkan analisis data diperoleh Fhitung 102,209> Ftabel 3,05 yang ditunjukkan dengan

regresi linier multiple dengan koefisien determinasi (r2) 0,556 yang berarti keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh variabel persepsi harga dan kualitas makanan cepat saji sebesar 55,6 % sisanya 44,4% dipengaruhi oleh faktor lain.


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Proses pengambilan keputusan model lima tahap ... 27 2. Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2

dan satu variabel dependen Y... ... 37 3. Struktur organisasi KFC Cabang Gelael ... 63


(5)

Halaman DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 15

C. Pembatasan Masalah ... 15

D. Rumusan Masalah ... 16

E. Tujuan Penelitian ... 16

F. Manfaat Penelitian ... 17

G. Ruang Lingkup Penelitian... 17

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 19

1. Waralaba... ... 19

1.1 Sejarah Waralaba... 19

1.2 Pengertian Waralaba ... 20

1.3 PengertianFranchisor dan Franchisee... 22

1.4 Perjanjian Waralaba ... 23

2. Konsep Pemasaran ... 23

3. Bauran Pemasaran ... 24

4. Keputusan Pembelian ... 25

5. Persepsi Harga... 28

6. Kualitas Produk ... 32

B. Penelitian yang Relevan ... 34

C. Kerangka Pikir ... 36


(6)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian... 39

B. Populasi dan Sampel ... 40

1. Populasi ... 40

2. Sampel... 40

C. Variabel Penelitian ... 41

D. Devinisi Operasional Variabel ... 42

E. Teknik Pengumpulan data... 43

1. Observasi... ... 44

2. Interview (wawancara)... 44

3. Dokumentasi ... 44

4. Kuesioner (angket) ... 45

F. Uji Persyaratan Instrumen... 45

1. Uji Validitas... 46

2. Uji Reliabilitas ... 48

G. Uji Persyaratan Analisis Data ... 50

1. Uji Normalitas... 50

2. Uji Homogenitas ... 50

KriteriaPengujian…... 50

H. Uji Asumsi Klasik ... 51

1. Uji Kelinieritas Garis Regresi ... 51

Kriteria Pengujian... ... 51

2. Uji Multikolinieritas... 52

3. Uji Autokorelasi... ... 53

Kriteria Pengujian... ... 54

4. Uji Heteroskedastisitas... 54

I. Uji Hipotesis... ... 56

1. Regresi Linier Sederhana... ... 56

2. Regresi Linier Multipel... ... 57

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan... 59

1. SejarahKentucky Fried Chickendi Dunia ... 59

2. SejarahKentucky Fried Chickendi Indonesia ... 60

3. SejarahKentucky Fried ChickenCabang Gelael ... 61

4. Visi dan MisiKentucky Fried Chicken... 62

5. Struktur Organisasi KFC Cabang Gelael ... 63

B. Gambaran Umum Responden ... 65

C. Deskripsi Data . ... 65

1. Data Persepsi Harga ... 66

2. Data Kualitas Makanan Cepat Saji ... 69

3. Data Keputusan Pembelian ... 72

D. Uji Persyaratan Statistik Parametrik ... 76

1. Uji Normalitas Data ... 76

Kriteria Pengujian ... 77


(7)

1. Uji Linearitas Garis Regresi... 79

2. Uji Multikolinearitas ... 81

3. Uji Autokorelasi ... 82

4. Uji Heterokedastisitas ... 83

F. Analisis Data ... ... 86

1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial ... 86

1.1 Pengaruh Persepsi Harga (X1) Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Y) pada KFC Gelael Bandar Lampung... 86

Kriteria Pengujian ... 86

1.2 Pengaruh Kualitas Makanan Cepat Saji (X2) Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Y) pada KFC Gelael Bandar Lampung... 89

Kriteria Pengujian... 89

2. Pengujian Hipotesis Secara Simultan ... 91

Pengaruh Persepsi Harga (X1) dan Kualitas Makanan Cepat Saji (X2) Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Y) pada KFC Gelael Bandar Lampung ... 91

Kriteria Pengujian ... 92

G. Pembahasan... ... 94

1. Pengaruh Persepsi Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung... 94

2. Pengaruh Kualitas Makanan Cepat Saji Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung ... 96

3. Pengaruh Persepsi Harga dan Kualitas Makanan Cepat Saji Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung... 99

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .... ... 103

B. Saran ... ... 104


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Daftar harga dan menu KFC Gelael Bandar Lampung 2. Kuesioner angket

3. Rekapitulasi skor angket

4. Rekapitulasi uji hasil analisis validitas 5. Rekapitulasi uji hasil analisis reliabilitas 6. Uji normalitas data

7. Uji homogenitas data 8. Uji linearitas garis regresi 9. Uji multikolinearitas 10. Uji autokorelasi 11. Uji heterokedastisitas 12. Analisis data


(9)

Tabel Halaman 1. Daftarrestaurantcepat saji pesaing KFC Gelael Bandar Lampung

tahun 2015... ... 4

2. Data penjualan KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2014-2015 ... 8

3. Data keputusan pembelian konsumen KFC Gelael Bandar Lampung ... 9

4. Data persepsi harga oleh konsumen KFC Gelael Bandar Lampung ... 10

5. Daftar harga dan menu californian fried chicken (CFC) ... 11

6. Data persepsi kualitas produk makanan cepat saji oleh konsumen KFC Gelael Bandar Lampung ... 13

7. Data jumlah konsumen KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2014-2015 ... ... 14

8. Hasil penelitian yang relevan ... 34

9. Definisi operasional variabel ... ... .. 42

10. Interprestasi reliabilitas instrumen ... .. 48

11. Analisis varians untuk uji regresi linier ... .. 52

12. Distribusi frekuensi variabel persepsi harga (X1) ... 67

13. Kategori bauran pemasaran persepsi harga (X1) pada KFC Gelael ... 67

14. Distribusi frekuensi variabel kualitas makanan cepat saji (X2) ... 70

15. Kategori variabel kualitas makanan cepat saji (X2) ... 70

16. Distribusi frekuensi variabel keputusan pembelian (Y)... 73

17. Kategori variabel keputusan pembelian (Y) ... 73

18. Rekapitulasi hasil uji normalitas data ... 77

19. Rekapitulasi hasil uji homogenitas ... 78

20. Rekapitulasi hasil uji linearitas regresi ... 80


(10)

Moto

Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk

dirinya sendiri.

(QS. Al-Ankabut [29]: 6)

Sesungguhnya akal yang tinggi tidak bisa lepas dari wahyu, sebagaimana kecerdasan tidak bisa

melepaskan diri dari teori dan kaidah ilmu pengetahuan.

(Muhammad Al Ghazali)

Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka

yang bersemangat mengejarnya

(Abraham Lincoln)

Bukan seberapa besar masalah yang kau hadapi tetapi seberapa kuat pundak yang kau miliki


(11)

(12)

(13)

Segala Puji Bagi Allah SWT Dzat Yang Maha Sempurna

Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta dan kasih sayangku

kepada:

Ayah Hidayat Duski (Alm) dan Ibu Fatmawati (Almh)

Terimakasih atas segala cinta dan kasih sayang yang tak ternilai serta doa yang tak

henti untukku. Meskipun kalian tidak sempat melihatku memakai toga seperti

harapan kalian. Semoga Alloh telah menempatkan Ayah dan Ibu di salah satu

Jannah-Nya. Aamiin

Kakak-kakakku (Kiay Afri, Sunan Desma, Junan Leni dan Mamas Sudi)

Terimakasih atas semua semangat yang diberi, doa dan dukungan yang tak henti

untukku

Keponakan-keponakanku Tersayang (Alifathan, El Fikry, dan Abiyyu)

Terimakasih atas keceriaan yang selalu diberikan untukku

Para Pendidikku yang Ku Hormati

Terimakasih atas segala ilmu dan bimbingan selama ini semoga kelak aku mampu

melihat dunia dengan ilmu yang telah diajarkan.

Almamater Tercinta

Universitas Lampung


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 15 Maret 1993, dengan nama lengkap Resthania Tridhawati, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, putri dari pasangan Bapak Hidayat Duski dan Ibu Fatmawati.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. SDN 1 Buyut Udik Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2005 2. SMPN 3 Gunung Sugih Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2008 3. MA NU Kotagajah Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2011

Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung. Pada bulan Januari 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Jember, Bali, Solo, Yogyakarta dan Jakarta. Pada bulan Juli hingga September 2015 penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Terintegrasi (KKN-KT) di SMAN 1 Air Hitam Kabupaten Lampung Barat.


(15)

Alhamdulillahirobbil’alamin, pujidan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk serta kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul“Pengaruh Persepsi Harga dan Kualitas Makanan Cepat Saji Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung Tahun 2015”. Sholawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Nabi kita Rasulullah Muhammadshallallahu ’alaihi wa sallam. Semoga kita kelak termasuk umat yang mendapat syafaat beliau di Yaumul Qiyamah, Aamiin.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi,

bimbingan serta saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada.

1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama FKIP Unila.

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan, Umum dan Kepegawaian FKIP Unila.

4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FKIP Unila.


(16)

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

6. Bapak Drs. Hi. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Pengetahuan Ilmu Sosial FKIP Unila dan pembimbing akademik sekaligus pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa.

8. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku penguji yang telah membantu mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

10. Bapak Irvan Gustiawan, S.P., selaku Assistant Restaurant Manager KFC Gelael Bandar Lampung, terima kasih atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadikan KFC Gelael Bandar Lampung sebagai tempat penelitian skripsi ini.

11. Sepasang insan yang selalu ku cintai Ayah Hidayat Duski (Alm) dan Ibu Fatmawati (Almh) beribu kata terima kasih karena telah mendukung dan mendoakanku dalam segala pengharapan yang pasti. Setiap bait doamu menjadi kunci kemudahan dan pencapaianku sampai saat ini.


(17)

hentinya sampai terselesainya studi ini terimakasih banyak.

13. Keponakan-keponakanku tersayang terimakasih atas keceriaan selama ini, semoga kelak kalian menjadi kebanggaan keluarga.

14. Wisnu Wijaya, segala kekurangan dan kelebihanmu merupakan anugerah yang dapat saling memotivasi satu dengan yang lain. Semoga segala pengharapan kita segera tercapai. Aamiin.

15. Sahabat-sahabat terbaik: Teteh Yati, Rima, Pajrin, Yuli, Yunita, Feby, Panjul, terimakasih atas canda tawa, suka duka dan bantuan yang diberikan selama kebersamaan kita.

16. Sahabat KKN Blawongers: Bunda Ratih, Awong Sani, Pipit, Kur, terimakasih telah memberikan pengalaman dan kebahagiaan, serta keluarga besar Pekon Gunung Terang, Bapak Peratin, Tisa dan Ibu. Tidak lupa keluarga besar SMAN 1 Air Hitam, Bapak dan Ibu Guru serta seluruh siswa SMAN 1 Air Hitam Kabupaten Lampung Barat.

17. Sahabat MA Nurul Ulum: Lina, Ani, Suroto, Nizar dan lainnya. Teruslah menggapai segala cita dan bersama kita gapai cita itu.

18. Kak dani dan Om Herdi terima kasih atas bantuan, masukan dan informasi dalam penyelesaian skripsi ini.

19. Teman-teman seperjuanganku Pendidikan Ekonomi Angkatan 2012 Ganjil dan Genap yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas pertemanan selama ini kalianlah yang mampu membentuk fikir dan kepribadianku.


(18)

20. Kakak dan Adik Tingkat Program Studi Pendidikan Ekonomi, terimakasih atasdo’a dan dukunganselama ini.

21. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang dibberikan kepada penulis mendapat ridho dari Alloh SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

Bandar Lampung, Februari 2016 Penulis,


(19)

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan bisnis di era Abad ke-21 telah berkembang sangat pesat dan mengalami metamorfosis yang berkesinambungan. Setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki kepekaan terhadap setiap perubahan yang terjadi dan menempatkan orientasi kepada kepuasan konsumen sebagai tujuan utama.

Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, tidak hanya berakibat pada sektor pendidikan serta sektor ekonomi, akan tetapi sektor budaya juga ikut terpengaruh. Perubahan kebudayaan biasanya ditunjukkan oleh

perubahan gaya hidup. Pada era modernisasi seperti saat ini, berkembang gaya hidup serba praktis dan instan yangmempengaruhi hampir seluruh populasi manusia yang ada di dunia. Gaya hidup instan adalah gaya hidup yang

mengutamakan nilai kepraktisan, kecepatan dan efisiensi waktu. Bagi beberapa

orang, cepat, praktis dan efisien sudah menjadi sebuah kebutuhan utama di dalam

kegiatannya sehari-hari. Hal ini tentu berpengaruh terhadap persaingan bisnis,

yang kemudian di respon oleh kebanyakan produsen dalam merancang produk


(21)

Bisnis yang terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat adalah bisnis restoran. Menurut Marsum, (2005: 7), restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang dikelola secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan yang baik kepada semua tamunya baik berupa makanan maupun minuman. Namun karena terjadi perubahan gaya hidup masyarakat, perubahan konsep restoran dirasa perlu dilakukan. Salah satu konsep yang saat ini diterapkan di

Indonesia adalah konsep restoran siap saji.

Restoran siap saji adalah restoran yang menghidangkan makanan dan minuman dengan cepat. Kebanyakan restoran siap saji yang beroperasi di Indonesia adalah berupa waralaba atau cabang dari perusahaan asing. Konsep restoran cepat saji adalah memberikan pelayanan berkualitas dalam waktu yang sesingkat mungkin, konsep ini diterapkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan makanan berkualitas dan juga efisiensi waktu. Beberapa nama restoran siap saji terpopuler di dunia seperti,Papa John’s, McDonald’s, Starbucks, KFC, Dunkin Donuts, Pizza Hut,Domino’s Pizza, dan Dairy Queen.

Restoran cepat saji di Indonesia sudah banyak didirikan termasuk di Bandar Lampung. Salah satu restoran cepat saji yag banyak di kota ini adalah KFC atau singkatan dari Kentucky Fried Chicken. KFC pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1978 yang didirikan oleh Kelompok Usaha Gelael. Akan tetapi pada tahun 1986 hak Franchisor diambil alih oleh Pepsi Cola


(22)

3

Salah satu cabang KFC yang ada di Bandar Lampung adalah KFC Gelael. KFC

Gelael ini berada di Jalan Jendral Sudirman No 11-15, Bandar Lampung,

Lampung. Berikut adalah beberapa produk yang disajikan oleh KFC Gelael

Bandar Lampung beserta harganya (Lampiran 1).

Semakin ketatnya persaingan bisnis yang ada, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan sejenis, membuat perusahaan semakin dituntut agar bergerak lebih cepat dalam hal menarik konsumen. Sehingga perusahaan yang menerapkan konsep pemasaran perlu mencermati perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembeliannya dalam usaha-usaha pemasaran sebuah produk yang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan dalam konsep, salah satu cara untuk mencapai tujuan perusahaan adalah dengan mengetahui apa kebutuhan dan keinginan konsumen atau pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.

Jika melihat pangsa pasar yang cukup menguntungkan dan kondisi demografi yang sangat mendukung berkembangnya bisnis restoran, tidak heran telah terjadi peningkatan persaingan dalam bisnis restoran di wilayah Bandar Lampung. Berkembangnya perekonomian di Bandar Lampung semakin memperluas bisnis kuliner, begitu juga pada bisnis restoran cepat saji. Selain itu penyebab berkembangnya bisnis restoran cepat saji di Bandar Lampung, karena gaya hidup masyarakatnya yang mulai menganut budaya serba instan, sehingga menyebabkan munculnya peluang bisnis restoran cepat saji di


(23)

wilayah ini. Berikut adalah daftar restoran yang menjadi pesaing KFC Gelael berdasarkan jenis restoran cepat saji di wilayah Bandar Lampung.

Tabel 1. Daftar Pesaing KFC Gelael Bandar Lampung Berdasarkan Jenis Restoran Cepat Saji di Bandar Lampung

Nama Restoran Alamat

McDonald’s Central Plaza Bandar Lampung

A&W Restaurant Mall Boemi Kedaton, Bandar Lampung California Fried

Chicken SPBU Wolter Monginsidi, Bandar Lampung Texas Fried Chicken Simpur Center Mall, Bandar Lampung

Giant Fried Chicken Giant Supermarket Pagar Alam Jl. Zaenal Abidin Pagar

Alam, Bandar Lampung, Lampung 35111, Indonesia

Master Fried Chicken Tersebar di beberapa wilayah di Bandar Lampung (Franchise)

Sumber: Observasi Pendahuluan Oleh Peneliti

Berdasakan Tabel 1 terlihat jelas bahwa tingkat persaingan bisnis restoran di wilayah Bandar Lampung cukup tinggi. Untuk mempertahankan agar pangsa pasar KFC Gelael tetap stabil dan terus meningkat, pihak pengelola KFC Gelael harus menerapkan strategi yang tepat dalam menjalankan bisnis ini. Pengelola harus mulai berpikir seperti konsumen, agar dapat mengetahui apa kebutuhan konsumen, sehingga konsumen akan melakukan keputusan pembelian produk.

Pengambilan keputusan pembelian dipengaruhi kemampuan perusahaan menarik pembeli selain itu juga dipengaruhi faktor-faktor diluar perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian pada setiap orang pada dasarnya adalah sama, namun proses pengambilan keputusan tersebut akan diwarnai oleh ciri kepribadian, usia, pendapatan dan gaya hidupnya. Menurut


(24)

5

Schiffman dan Kanuk, (2004: 549), secara umum keputusan pembelian adalah seleksi dari dua atau lebih pilihan alternatif. Tindakan memilih tersebut diperjelas lagi oleh Dharmmesta dan Handoko, (2000: 10), sebagai tindakan pengambilan keputusan yang meliputi keputusan tentang jenis dan manfaat produk, keputusan tentang bentuk produk, keputusan tentang merek, keputusan tentang jumlah produk, keputusan tentang penjualnya dan

keputusan tentang waktu pembelian serta cara pembayarannya.

Menurut Kotler, (2005: 202), konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk yang ditawarkan banyak dipengaruhi oleh persepsinya terhadapprice, product, promotion, place (marketing mix)yang telah

diharapkan oleh perusahaan selama ini. Harga merupakan salah satu faktor penentu pembeli dalam menentukan suatu keputusan pembelian terhadap suatu produk maupun jasa. Apalagi apabila produk atau jasa yang akan dibeli tersebut merupakan kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman dan kebutuhan pokok lainnya, pembeli akan sangat memperhatikan harganya. Pengusaha perlu untuk memperhatikan hal ini, karena dalam persaingan usaha, harga yang ditawarkan oleh pesaing bisa lebih rendah dengan kualitas yang sama atau bahkan dengan kualitas yang lebih baik. Sehingga dalam penentuan harga produk atau jasa yang dijual, baik perusahaan besar maupun usaha kecil sekalipun harus memperhatikan pembelinya dan para pesaingnya.

Hubungan harga dengan keputusan pembelian yaitu harga mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian, semakin tinggi harga maka keputusan pembelian semakin rendah, sebaliknya jika harga rendah


(25)

keputusan pembelian menjadi lebih tinggi, Kotler dan Amstrong, (2012: 52). Harga dikatakan mahal, murah atau biasa-biasa saja dari setiap individu tidaklah harus sama, karena tergantung dari persepsi individu yang dilatar belakangi oleh lingkungan kehidupan dan kondisi individu (Schifman dan Kanuk, 2001: 23 ).

Menurut Stanton, (2004: 308), ada empat indikator di dalam harga yaitu, keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas produk, daya saing harga, dan kesesuaian harga dengan manfaat produk. Pada umumnya konsumen akan lebih tertarik pada produk dengan harga yang lebih murah, apalagi kualitas produk tersebut dengan yang lain tidak jauh berbeda. Oleh karena itu penetapan harga yang tepat dapat meningkatkan keputusan pembelian, dan memaksimalkan volume penjualan bagi perusahaan terkait.

Selain persepsi harga, faktor lain yang mempengaruhi dalam keputusan pembelian adalah kualitas produk. Masalah kualitas produk dari suatu produk telah menjadi salah satu faktor yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari manajemen khususnya tim pembuat produk. Kualitas produk merupakan faktor penentu tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen setelah melakukan pembelian dan pemakaian terhadap suatu produk. Pengalaman yang baik atau buruk terhadap produk akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian kembali atau tidak. Sehingga pengelola usaha dituntut untuk menciptakan sebuah produk yang disesuaikan dengan kebutuhan atau selera konsumen.


(26)

7

Kualitas produk(product quality)didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh pelanggan atas kebaikan kinerja barang atau jasa, Mowen dan Minor, (2002: 11-14). Kita dapat mengatakan bahwa penjual telah menghasilkan mutu bila produk atau pelayanan penjual tersebut memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Apabila kualitas produk ditingkatkan, perilaku konsumen untuk melakukan pembelian juga akan meningkat.

Menurut Simamora, (2001: 8), kualitas produk merupakan selisih produk yang layak menurut konsumen dengan produk menurut konsumen saat ini. Sedangkan menurut Windoyo, (dikutip oleh Septhani, 2011: 213) bahwa faktor kualitas produk juga tidak kalah pentingnya karena kualitas produk juga sebagai faktor penentu tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen setelah melakukan pembelian dan pemakaian terhadap suatu produk. Dengan kualitas produk yang baik konsumen akan terpenuhi keinginan dan

kebutuhannya akan suatu produk.

KFC Gelael harus mampu menetapkan harga yang sesuai dengan manfaat dan kualitas produknya agar target penjualan yang telah ditetapkan dapat tercapai dan terus meningkat. Meskipun prosedur produksi dan pemasaran telah dilakukan dengan baik, pada kenyataannya volume penjualan dan jumlah konsumen di KFC Gelael mengalami fluktuasi pada dua tahun terakhir. Berikut adalah tabel data penjualan KFC Gelael Bandar Lampung.


(27)

Tabel 2. Data Penjualan KFC Gelael Bandar Lampung Tahun 2014-2015 (Dalam Rupiah)

Bulan Tahun 2014 Tahun 2015

Penjualan Fluktuasi

Penjualan

Penjualan Januari 616.120.375 - 2.357.590 613.762.785 Februari 581.328.560 - 94.420.404 486.908.156 Maret 585.531.095 - 28.600.081 556.931.014 April 601.702.849 5.664.529 607.367.378 Mei 608.802.145 - 53.858.146 554.943.999 Juni 588.148.795 - 21.134.830 567.013.965 Juli 787.461.406 - 39.380.692 748.080.714 Agustus 614.424.792 - 52.408.642 562.016.150 September 560.349.521 - 31.595.698 528.753.823

Total 5.543.869.538 - 318.091.554 5.225.777.984 Sumber:Dokumentasi Data Penjualan KFC Gelael Bandar Lampung, 2015.

Berdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan penjualan yang terjadi dari tahun 2014-2015 periode Januari-September mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penjualan KFC Gelael Bandar Lampung mengalami penurunan sebesar Rp. 318.091.554,- hingga periode September tahun 2015 dengan total penjualan sebesar Rp. 5.225.777.984,-. Penjualan KFC Gelael yang

mengalami penurunan signifikan ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor pemasaran yang tidak berjalan sesuai dengan fungsinya, sehingga menyebabkan penjualan tidak maksimal. Berikut disajikan data mengenai keputusan pembelian konsumen yang datanya di peroleh melalui penelitian pendahuluan melalui angket awal.


(28)

9

Tabel 3. Keputusan Pembelian Konsumen Di KFC Gelael Bandar Lampung Tahun 2015

No Keterangan Kriteria Jumlah

Konsumen Tinggi Sedang Rendah

1. Pelajar/Mahasiswa 14 10 6 30

2. PNS 3 9 1 13

3. Pegawai Swasta/BUMN 2 9 5 16

4. TNI/Polri 2 2 - 4

5. Wiraswasta 1 8 7 16

6. Lainnya 2 11 8 21

Jumlah 24 49 27 100

Persentasi % 24 49 27 100

Sumber: Pengolahan Hasil Angket Awal.

Berdasarkan Tabel 3 di atas diketahui bahwa keputusan pembelian konsumen di KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015 dengan jumlah sampel 100 responden memiliki keputusan pembelian rendah sebanyak 27 responden atau sebesar 27%, kemudian yang memiliki keputusan pembelian sedang sebanyak 49 responden atau sebesar 49%, dan yang memiliki keputusan pembelian tinggi sebanyak 24 responden atau sebesar 24%. Keputusa pembelian adalah keputusan yang di ambil oleh konsumen utuk membeli produk KFC Gelael. Dapat di ketahui bahwa keputusan pembelian konsumen di KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015 tergolong rendah dengan persentasi sebesar 76% (49% + 27%), hal ini menyebabkan keputusan pembelian konsumen kurang optimal.

Selain faktor pemasaran yang tidak berjalan sesuai dengan fungsinya, kemungkinan adanya persepsi terkait harga yang cukup mahal dan tingkat kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk makanan cepat saji menjadi faktor lain yang membuat tingkat penjualan cenderung menurun. Berikut


(29)

disajikan data mengenai persepsi harga yang di peroleh melalui penelitian pendahuluan melalui angket awal.

Tabel 4. Persepsi Harga Oleh Konsumen di KFC Gelael Bandar Lampung Tahun 2015

No Keterangan Kriteria Jumlah

Konsumen Tinggi Sedang Rendah

1. Pelajar/Mahasiswa 18 9 3 30 2. PNS 3 8 2 13 3. Pegawai Swasta/BUMN 9 6 1 16

4. TNI/Polri - 2 2 4

5. Wiraswasta 10 4 2 16

6. Lainnya 14 6 1 21

Jumlah 54 35 11 100

Persentasi % 54 35 11 100

Sumber: Pengolahan Hasil Angket Awal.

Berdasarkan Tabel 4 di atas diketahui bahwa persepsi harga oleh konsumen di KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015 dengan jumlah sampel 100

responden yang memiliki persepsi harga rendah sebanyak 11 responden atau sebesar 11%, kemudian yang memiliki persepsi harga sedang sebanyak 35 responden atau sebesar 35% ,dan yang memiliki persepsi harga tinggi sebanyak 54 responden atau sebesar 54%. Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk menukarnya dengan produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, juga salah satu dari bauran pemasaran yang berperan penting dalam pemasaran. Harga memiliki peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, Tjiptono, (2008: 19). Dapat di ketahui bahwa persepsi harga konsumen di KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015 tergolong tinggi dengan persentasi sebesar 54%, hal ini berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen yang kurang optimal.


(30)

11

Berikut disajikan data terkait harga pesaing KFC Gelael Bandar Lampung yang diperoleh melalui observasi awal oleh peneliti.

Tabel 5. Daftar Harga dan Menu Californian Fried Chicken (CFC)

Daftar Menu Keterangan Harga

Menu Astaga Astaga 1

Californian Rolls 2 pcs 6.546

Nasi 1 pcs 4.909

Soft Drink 1 pcs 7.636

Astaga 2

Chicken Drams 2 pcs 7.909

Nasi 1 pcs 4.909

Soft Drink 1 pcs 7.636

Astaga 3

Chicken 1 pcs 8.455

Nasi 1 pcs 4.909

Soft Drink 1 pcs 7.636

Astaga 4

Chicken 2 pcs 16.910

Nasi 1 pcs 4.909

Soft Drink 1 pcs 7.636

Astaga 5

Californian Burger 1 pcs 7.546

French Fries 1 pcs 11.636

Soft Drink 1 pcs 7.636

Astaga 6

Chicken 1 pcs 8.455

French Fries 1 pcs 11.636

Soft Drink 1 pcs 7.636

Astaga 7

Chicken Strip 3 pcs 6.636

Nasi 1 pcs 4.909

Soft Drink 1 pcs 7.636

Chicken Corn Soup 1 pcs 8.546

Astaga 8

Tusuk Sate Baso 2 pcs 9.272

Nasi 1 pcs 4.909

Chicken Corn Soup 1 pcs 8.546

Paket Family

Soft Drink 3 pcs 22.908

Nasi 3 pcs 14.727


(31)

Lanjutan 1.

Daftar Harga dan Menu Californian Fried Chicken (CFC)

Daftar Menu Keterangan Harga

(Rp) Menu Beverage

Ice Cappucino 1 pcs 10.182

Soft Drink Medium 1 pcs 7.636

Teh Botol 1 pcs 6.272

Mineral Water 1 pcs 4.000

Milkshake Strawberry 1 pcs 15.818

Milkshake Chocolate 1 pcs 15.818

Fruit Tea 1 pcs 6.272

Menu Lain 1 pcs

Tusuk Sate Baso 3 pcs 13.909

Perkedel 1 pcs 4.909

Nasi 1 pcs 4.909

Spaghetti goring 1 pcs 19.545

Spaghetti Chicken Pepper 1 pcs 14.909 Spaghetti Chicken Teriyaki 1 pcs 14.909 Sumber: Observasi Awal Peneliti Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5 di atas terlihat bahwa harga yang ditawarkan oleh

Californian Fried Chicken lebih rendah. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi konsumen untuk memilih restoran cepat saji dan akan mempengaruhi tingkat keputusan pembelian konsumen.

Faktor kedua yang diduga mempengaruhi keputusan pembelian konsumen KFC Gelael Bandar Lampung adalah persepsi kualitas produk makanan cepat saji. Berikut disajikan data mengenai persepsi kualitas produk makanan cepat saji yang di peroleh melalui penelitian pendahuluan melalui angket awal.


(32)

13

Tabel 6. Persepsi Kualitas Produk Makanan Cepat Saji Oleh Konsumen Di KFC Gelael Bandar Lampung Tahun 2015

No Keterangan Kriteria Jumlah

Konsumen Tinggi Sedang Rendah

1. Pelajar/Mahasiswa 4 17 9 30

2. PNS - 12 1 13

3. Pegawai Swasta/BUMN 2 12 2 16

4. TNI/Polri - 4 - 4

5. Wiraswasta 3 7 6 16 6. Lainnya 2 12 7 21

Jumlah 11 64 25 100

Persentasi % 11 64 25 100

Sumber: Pengolahan Hasil Angket Awal.

Berdasarkan Tabel 6 di atas diketahui bahwa persepsi kualitas produk makanan cepat saji oleh konsumen di KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015 dengan jumlah sampel 100 responden yang memiliki persepsi kualitas produk rendah sebanyak 25 responden atau sebesar 25% ,kemudian yang memiliki persepsi kualitas produk sedang sebanyak 64 responden atau sebesar 64% ,dan yang memiliki persepsi kualitas produk tinggi sebanyak 11

responden atau sebesar 11%. Dapat di ketahui bahwa persepsi kualitas produk oleh konsumen di KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015 tergolong rendah dengan persentasi sebesar 89% (64% + 25%), hal ini berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen yang kurang optimal.

Berikut data jumlah konsumen KFC Gelael selama dua tahun terakhir yang juga cenderung mengalami penurunan.


(33)

Tabel 7. Data Jumlah Konsumen KFC Gelael Bandar Lampung Tahun 2014-2015

Bulan Konsumen

Tahun 2014 Tahun 2015

Januari 17.249 13.401

Februari 14.787 14.024

Maret 18.646 15.413

April 17.222 14.858

Mei 17.485 14.496

Juni 16.489 17.556

Juli 25.244 20.005

Agustus 19.863 16.000

September 17.897 17.042

Total 147.397 142.795

Sumber:Dokumentasi Data Konsumen KFC Gelael Bandar Lampung, 2015.

Menurut Kotler & Keller, (2009: 58), konsep penjualan berorientasi pada tingkat penjualan, di mana penjual beranggapan bahwa konsumen harus dipengaruhi agar penjualan dapat meningkat. Konsep ini mengasumsikan bahwa konsumen umumnya menunjukan keengganan atau penolakan untuk membeli sehingga harus dibujuk supaya membeli. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi psikologi konsumen untuk melakukan pembelian adalah harga dan kualitas produk, banyak konsumen yang bersikap sangat sensitif terhadap harga dan kualitas produk. Terutama bila melihat kesetaraan antara harga dan manfaat produk yang diterima.

Menurut Tjiptono, (2008: 151), harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Keengganan dan penolakan konsumen inilah yang akhirnya mempengaruhi keputusan pembelian, sehingga sulit memaksimalkan penjualan. Pada akhirnya berdampak terhadap berkurangnya perolehan laba, yang berpotensi membuat perusahaan merugi.


(34)

15

Bardasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul“Pengaruh Persepsi Harga dan Kualitas Makanan Cepat Saji Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada KFC Gelael BandarLampung Tahun 2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Tingkat keputusan pembelian yang kurang optimal berpengaruh terhadap volume penjualan yang masih cenderung menurun tiap bulannya.

2. Adanya persepsi harga yang cukup tinggi menyebabkan tingkat keputusan pembelian kurang optimal.

3. Tingkat kepercayaan konsumen terhadap kualitas makanan cepat saji KFC Gelael yang tergolong rendah yang berpengaruh terhadap tingkat keputusan pembelian konsumen.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada kajian pengaruh persepsi harga (X1) dan kualitas makanan cepat saji (X2) terhadap keputusan pembelian konsumen (Y).


(35)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Apakah ada pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015?

2. Apakah ada pengaruh kualitas makanan cepat saji terhadap keputusan pembelian konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015? 3. Apakah ada pengaruh persepsi harga dan kualitas makanan cepat saji

terhadap keputusan pembelian konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk.

1. Untuk mengetahui pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015.

2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas makanan cepat saji terhadap

keputusan pembelian konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015.

3. Untuk mengetahui pengaruh persepsi harga dan kualitas makanan cepat saji terhadap keputusan pembelian konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015.


(36)

17

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mendukung atau menolak grand teori yang dikembangkan oleh para ahli atau peneliti sebelumnya.

2. Manfaat secara praktis.

a. Bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan di KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015.

b. Bahan informasi dan referensi untuk perpustakaan serta bagi para peneliti yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Ruang lingkup subjek penelitian

Ruang lingkup subyek penelitian ini adalah konsumen KFC Gelael Bandar Lampung.

2. Ruang lingkup objek penelitan

Ruang lingkup objek penelitan ini adalah persepsi harga, kualitas makanan cepat saji dan keputusan pembelian konsumen.

3. Ruang lingkup tempat penelitian

Ruang lingkup tempat penelitian adalah KFC Gelael Bandar Lampung. 4. Ruang lingkup waktu penelitian

Ruang Lingkup waktu penelitan adalah pelaksanaan penelitian pada tahun 2015.


(37)

5. Ruang lingkup ilmu penelitian

Ruang ilmu dalam penelitian ini berlandaskan pada teori Manajemen Pemasaran.


(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Waralaba

a. Sejarah Waralaba

Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh Isaac Singer, pembuat mesin jahit Singer ketika ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya tersebut gagal, namun dialah yang pertama kali memperkenalkan format bisnis waralaba ini di AS. Kemudian, caranya ini diikuti oleh pewaralaba lain yang lebih sukses, seperti John S Pemberton, pendiri Coca Cola. Namun, menurut sumber lain, yang mengikuti Singer kemudian bukanlah Coca Cola, melainkan sebuah industri otomotif AS, General Motors Industry ditahun 1898. Contoh lain di AS yaitu sebuah sistem telegraf, yang telah dioperasikan oleh berbagai perusahaan jalan kereta api, tetapi dikendalikan oleh Western Union serta persetujuan eksklusif antar pabrikan mobil dengan penjual. Mc Donalds merupakan salah satu pewaralaba rumah makan siap saji terbesar di dunia

Waralaba saat ini lebih didominasi oleh waralaba rumah makan siap saji. Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root


(39)

Beer membuka restoran cepat sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restoran modern. Gagasan mereka adalah

membiarkan rekanan mereka untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo dan bahkan membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran. Dalam

perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai

penyempurnaan terutama pada tahun l950-an yang kemudian dikenal menjadi waralaba sebagai format bisnis(business format)atau sering pula disebut sebagai waralaba generasi kedua. Perkembangan sistem waralaba yang demikian pesat terutama di negara asalnya, AS, menyebabkan waralaba digemari sebagai suatu sistem bisnis

diberbagai bidang usaha yang mencapai 35% dari keseluruhan usaha ritel yang ada di AS. Sedangkan di Inggris, berkembangnya waralaba dirintis oleh J. Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an. Bisnis waralaba tidak mengenal diskriminasi. Pemilik waralaba(franchisor)dalam menyeleksi calon mitra usahanya berpedoman pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA (Sumarsono, 2009: 2).

b. Pengertian Waralaba

Bisnis waralaba ataufranchisesaat ini sedang berkembang pesat di Indonesia dan sudah menjadi sebuahtrendbisnis yang banyak diminati oleh masyarakat karena prosedurnya yang mudah dan prospek cukup menjanjikan serta dapat dijalankan oleh siapa saja. Menurut


(40)

21 Sumarsono, (2009: 1), pengertian waralaba suatu sistem

pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (Franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu. Sedangkan jenis-jenis dari

waralaba antara lain. a. Product Franchise

Produsen menggunakan produkfranchiseuntuk mengatur

bagaimana cara pedagang eceran menjual produk yang dihasilkan oleh produsen. Produsen memberikan hak kepada pemilik toko untuk mendistribusikan barang-barang milik pabrik dan

mengijinkan pemilik toko untuk menggunakan nama dan merek dagang pabrik. Pemilik toko harus membayar biaya atau membeli persediaan minimum sebagai timbal balik dari hak-hak ini. Contohnya, toko ban yang menjual produk darifranchisor, menggunakan nama dagang, serta metode pemasaran yang ditetapkan olehfranchisor.

b. Manufacturing Franchises

Jenis franchise ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk membuat suatu produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan menggunakan merek dagang dan merekfranchisor. Jenisfranchise ini seringkali ditemukan dalam industri makanan dan minuman. c. Business Oportunity Ventures

Bentuk ini secara khusus mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli dan mendistribusikan produk-produk dari suatu

perusahaan tertentu. Perusahaan harus menyediakan pelanggan atau rekening bagi pemilik bisnis, dan sebagai timbal baliknya pemilik bisnis harus membayarkan suatu biaya atau prestasi sebagai kompensasinya. Contohnya, pengusahaan mesin-mesin penjualan otomatis ataudistributorship.

d. Business Format Franchising

Ini merupakan bentuk franchising yang paling populer di dalam praktek. Melalui pendekatan ini, perusahaan menyediakan suatu metode yang telah terbukti untuk mengoperasikan bisnis bagi pemilik bisnis dengan menggunakan nama dan merek dagang dari perusahaan. Umumnya perusahaan menyediakan sejumlah bantuan tertentu bagi pemilik bisnis membayar sejumlah biaya atau royalti. Kadang-kadang, perusahaan juga mengaharuskan pemilik bisnis untuk membeli persediaan dari perusahaan.


(41)

c. PengertianFranchisordanFranchisee

Franchisoradalah pihak penjualFrancshise/pemberi waralaba. Franchisordapat berupa badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan HAKI atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya.Franchisorbertugas memberikanoutletdan bahan baku serta menyediakan pelatihan operasional bisnis kepada pihak franchi-see.Dengan kata lainFranchisormembuat manual operasi sebagai panduan operasional secara detail bagifranchiseetentang bagaimana melakukan fungsi-fungsi dalam menjalankan bisnis. Bagian-bagian yang tercantum dalam manual operasi berkaitan dengan operasional, personalia,marketing, kehumasan,customer service, perawatan, dan sebagainya. Penyimpangan terhadap manual operasi akan mengaki-batanfranchisekehilangan hak waralaba.

SedangkanFranchiseeadalah penerima waralaba. Adalah pihak yang membelifranchise.Franchisedapat berupa badan usaha atau pero-rangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau

menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba. Hak yang didapat oleh

Franchiseeadalah menerima outlet, peralatan atau inventaris usaha lengkap, distribusi bahan baku, pelatihan produksi, menerima transfer rahasia manajemen, lisensi penggunaan merek bisnis, serta hak konsultasi (Sumarsono, 2009: 6).


(42)

23 d. Perjanjian Waralaba

Adapun Perjanjian Waralaba berdasarkan Peraturan Pemerintah No 42 Pasal 5 tahun 2007 tentang perjanjian waralaba, setidaknya memuat. 1. Nama dan alamat para pihak,

2. Jenis hak kekayaan intelektual, 3. Kegiatan usaha,

4. Hak dan kewajiban para pihak,

5. Bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan dan pemasaran yang diberikan pemberi waralaba kepada penerima waralaba, 6. Wilayah usaha,

7. Jangka waktu perjanjian, 8. Tata cara pembayaran imbalan,

9. Kepemilikan, perubahan kepemilikan dan hak ahli waris, 10. Penyelesaian sengketa, dan

11. Tata cara perpanjangan, pengakhiran dan pemutusan perjanjian (Sumarsono, 2009: 98).

2. Konsep Pemasaran

Salah satu aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam upaya meningkatkan penjualan adalah aspek pemasaran. Pengertian pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan untuk penciptaan, penawaran dan pertukaran nilai produk dengan lainnya, Kotler, (2009: 10). Sedangkan konsep pemasaran menurut Basu, (2005: 17), adalah pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi bagi kelangsungan hidup perusahaan. Dalam pelaksanaan konsep pemasaran perusahaan harus berorientasi kepada konsumen.

Dalam proses pemasaran terdapat lima langkah sederhana. Dalam empat langkah pertama, perusahaan bekerja untuk memahami konsumen,


(43)

menciptakan nilai pelanggan dan membangun hubungan pelanggan yang kuat dan di langkah terakhir perusahaan menuai manfaat dari penciptaan nilai pelanggan yang unggul. Oleh karena itu, mereka pada waktunya menangkap nilai dari konsumen dalam bentuk penjualan, keuntungan dan ekuitas pelanggan jangka panjang (Kotler dan Armstrong, 2008: 60).

3. Bauran Pemasaran

Tugas produsen adalah merencanakan aktifitas-aktifitas pemasaran dan membentuk program pemasaran yang terintegrasi penuh untuk

menciptakan, mengkomunikasikan, dan menghantarkan nilai kepada pelanggan. Bauran pemasaran (Marketing Mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk

menghasilkan respon yang diinginkan di pasar sasaran, Kotler dan Armstrong, (2008: 62-63), bauran pemasaran terdiri dari semua hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Berbagai kemungkinan ini dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok variabel yang disebut 4P yaituProduct(Produk),Price(Harga),Place (Tempat), danPromotion(promosi).

Sebagian besar produsen tidak menjual barang mereka kepada pengguna akhir secara langsung, diantara mereka terdapat kelompok perantara yang melaksanakan beragam fungsi. Perantara ini membentuk saluran

pemasaran. Saluran pemasaran merupakan elemen ketiga dari bauran pemasaran yang juga memiliki peran penting untuk mendistribusikan


(44)

25 barang atau jasa dari produsen agar dapat dinikmati atau dikonsumsi oleh konsumen.

Saluran pemasaran menurut Kotler dan Keller, (2009: 9) , adalah

sekelompok organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses pembuatan produk atau jasa yang disediakan untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran pemasaran merupakan seperangkat alur yang diikuti produk atau jasa setelah diproduksi, berakhir dalam pembelian dan digunakan oleh pengguna akhir. Elemen keempat dari bauran pemasaran adalah promosi penjulan. Promosi penjualan merupakan bahan inti dalam kampanye pemasaran terdiri dari alat insentif, sebagian besar jangka pendek, yang dirancang untuk menstimuli pembelian, yang lebih cepat atau lebih besar atas produk atau jasa tertentu oleh konsumen atau perdagangan. Promosi mencerminkan kegiatan-kegiatan yang mengkomunikasikan keunggulan.

4. Keputusan Pembelian

Keputusan Pembelian merupakan salah satu bagian dari perilaku konsumen yang merujuk pada perilaku membeli konsumen akhir yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Setiap hari konsumen menentukan berbagai pilihan pembelian. Kebanyakan dari perusahaan besar menyelidiki keputusan pembelian konsumen begitu rincinya untuk menemukan apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak yang mereka beli, kapan mereka membeli dan mengapa mereka sampai membeli. Menurut Schiffman dan Kanuk, (2008: 37),


(45)

keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan kata lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil

keputusan. Serupa dengan pendapat Schiffman dkk, (2010: 23), bahwa keputusan pembelian adalah proses pengintegrasian yang

mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya.

Mempelajari perilaku konsumen akan memberikan petunjuk bagi pengembangan produk baru, keistimewaan produk, harga, saluran

pemasaran, pesan iklan dan elemen bauran pemasaran lainnya. Titik tolak untuk memahami perilaku pembeli adalah rangsangan tanggapan.

Rangsangan pemasaran dan lingkungan mulai memasuki kesadaran pembeli. Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusan menimbulkan keputusan pembelian tertentu. Tugas produsen adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran pembeli mulai dari adanya rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian pembeli.

Menurut Kotler dan Keller, (2008: 235), bahwa proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen melalui beberapa tahapan dalam pembelian yang disebut proses pengambilan keputusan lima tahap, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Proses pengambilan keputusan membeli model lima tahap.


(46)

27

Gambar 1. Proses pengambilan keputusan model lima tahap (Kotler dan Keller, 2008: 235).

Kelima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Pengenalan Masalah

Proses membeli dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau rangsangan dari luar. Para Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen.

2. Pencarian Informasi

Konsumen mungkin kurang berusaha secara aktif dalam mencari informasi sehubungan dengan kebutuhannya. Seberapa jauh orang tersebut mencari informasi tergantung pada kuat lemahnya dorongan kebutuhan, banyaknya informasi yang dimiliki, kemudahan memperoleh informasi, tambahan dan kepuasan yang diperoleh dari kegiatan mencari informasi. Yang menjadi perhatian utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya.

3. Evaluasi Alternatif

Informasi yang di dapat oleh calon pembeli digunakan untuk

memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapinya serta daya tarik masing-masing alternatif. Produsen harus memahami cara konsumen terhadap informasi yang

diperolehnya dan sampai pada sikap tertentu mengenai produk promosi. Terdapat beberapa proses evaluasi konsumen : Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan; kedua, konsumen mencari manfaat dari solusi produk; ketiga, konsumen melihat masing-masing produk sebagai kelompok atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dapat digunakan untuk memuaskan kebutuhan tersebut.

4. Keputusan Pembelian

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berhubungan dengan persepsi konsumen terhadap merek yang dipilih. Sedangkan faktor eksternal berasal dari dorongan orang lain dan situasi yag tidak pengenalan masalah pencarian informasi evaluasi alternatif keputusan pembelian perilaku pasca pembelian


(47)

terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Produsen harus memahami bahwa konsumen mempunyai cara sendiri dalam menangani informasi yang diperolehnya dengan membatasi alternatif-alternatif yang harus dipilih atau dievaluasi untuk menentukan produk mana yang akan dibeli. Dalam melakukan kegiatan pembelian, konsumen dapat menggunakan beberapa tahap-tahap dari keputusan pembelian : Keputusan merek, keputusan pemasok, keputusan waktu. Keputusan kuantitas, dan keputusan metode pembayaran.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami rasa puas atau ketidakpuasan tertentu. Apabila konsumen mendapatkan kepuasan dari barang yang telah dibeli, maka keinginan untuk membeli merek barang tersebut akan semakin kuat. Sebaliknya, apabila barang yang telah dibeli tidak memberikan kepuasan, maka konsumen akan merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut menjadi sikap negatif, bahkan kemungkinan akan menolak dari daftar pilihan. Pemasar akan berusaha untuk meminimumkan hal yang tidak memuaskan konsumen, dengan melakukan kontak purna beli dengan konsumen, menyediakan layanan yang lebih maksimal dengan cara memberikan garansi, dan meningkatkan promosi produk perusahaan melalui iklan.

6. Persepsi Harga

Harga merupakan nilai yang dinyatakan dalam rupiah. Tetapi dalam keadaan yang lain harga didefinisikan sebagai jumlah yang dibayarkan oleh pembeli. Menurut Kotler dan Armstrong, (2012: 51), harga

merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan sebuah produk atau jasa yang dibutuhkan atau diinginkan konsumen.

Dalam hal ini harga merupakan suatu cara bagi seorang penjual untuk membedakan penawarannya dari para pesaing. Sehingga penetapan harga dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari fungsi deferensiasi barang dalam pemasaran. Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk


(48)

29 menukarnya dengan produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, juga salah satu dari bauran pemasaran yang berperan penting dalam pemasaran. Menurut Tjiptono, (2004:152-153), harga memiliki peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu.

1. Tujuan berorientasi pada laba

Setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan dikenal dengan istilah maksimal laba.

2. Tujuan berorientasi pada volume

Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan harga berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu agar dapat mencapai target volume yang diinginkan.

3. Tujuan berorientasi pada citra

Citra(image)suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menentukan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisiusnya.

4. Tujuan stabilisasi harga

Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan pula harga mereka. Tujuan stabilisasi dilakukan dengan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin

industri.

Menurut Schiffman & Kanuk, (2007: 6), persepsi adalah suatu proses seorang individu dalam menyeleksi, mengorganisasikan, dan

menterjamahkan stimulus- stimulus informasi yang datang menjadi suatu gambaran yang menyeluruh. Persepsi mempunyai pengaruh yang kuat bagi konsumen. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap konsumen yaitu persepsi akan harga.

Menurut kotler dan Amstrong, (2006: 81), harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Tujuan ditetapkan harga


(49)

sebaiknya bersumber dari dan sesuai dengan tujuan perusahaan dan pemasaran. Tujuan penetepan harga ditetapkan secara jelas karena secara langsung mempengaruhi kebijakan penetapan harga dan cara yang digunakan untuk menetapkan harga. Menurut Stanton, (2004: 306), ada beberapa faktor yang biasanya mempengaruhi keputusan penetapan harga antara lain.

a. Permintaan Produk

Memperkirakan permintaan total terhadap produk adalah langkah yang penting dalam penetapan harga sebuah produk. Ada dua langkah yang dapat dilakukan dalam memperkirakan permintaan produk, yaitu menentukan apakah ada harga tertentu yang diharapkan oleh pasar dan memperkirakan volume penjualan atas dasar harga yang berbeda-beda. b. Target Pangsa Pasar

Perusahaan yang berupaya meningkatkan pangsa pasarnya bisa menetapkan harga dengan lebih agresif dengan harga yang lebih rendah dibandingkan perusahaan lain yang hanya ingin

mempertahankan pangsa pasarnya. Pangsa pasar dipengaruhi oleh kapasitas produksi perusahaan dan kemudahan untuk masuk dalam persaingan pasar.

c. Reaksi Pesaing

Adanya persaingan baik yang sudah ada maupun yang masih potensial, merupakan faktor yang mempunyai pengaruh penting dalam

menetukan harga dasar suatu produk. Persaingan biasanya dipengaruhi oleh adanya produk serupa, produk pengganti atau substitusi, dan adanya produk yang tidak serupa namun mecari konsumen atau pangsa pasar yang sama.

d. Penggunaan Strategi Penetapan Harga: Penetrasi Ratai Saringan Untuk produk baru, biasanya menggunakan strategi penetapan harga saringan. Strategi ini berupa penetapan harga yang tinggi dalam

lingkup harga-harga yang diharapkan atau harga yang menjadi harapan konsumen. Sedangkan strategi berikutnya yaitu strategi penetapan harga penetrasi. Strategi ini menetapkan harga awal yang rendah untuk suatu produk dengan tujuan memperoleh konsumen dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang cepat.

e. Produk, Saluran Distribusi dan Promosi

Untuk beberapa jenis produk, konsumen lebih memilih membeli produk dengan harga yang lebih murah dengan kualitas dan kriteria yang mereka perlukan. Sebuah perusahaan yang menjual produknya langsung kepada konsumen dan melalui distribusi melakukan penetapan harga yang berbeda. Sedangkan untuk promosi, harga


(50)

31 produk akan lebih murah apabila biaya promosi produk tidak hanya dibebankan kepada perusahaan, tetapi juga kepada pengecer. f. Biaya Memproduksi atau Membeli Produk

Seorang pengusaha perlu mempertimbangkan biaya-biaya dalam produksi dan perubahan yang terjadi dalam kuantitas produksi apabila ingin dapat menetapkan harga secara efektif.

Pengusaha perlu untuk memperhatikan harga, karena dalam persaingan usaha, harga yang ditawarkan oleh pesaing bisa lebih rendah dengan kualitas yang sama atau bahkan dengan kualitas yang lebih baik. Sehingga dalam penentuan harga produk atau jasa yang dijual, baik perusahaan besar maupun usaha kecil sekalipun harus memperhatikan konsumen dan para pesaingnya.

Dalam prosedur penentuan harga menurut Swastha, (2000: 97), terdapat 6 tahap, yaitu.

a. Mengestimasi permintaan untuk produk yang akan ditentukan harganya b. Mengetahui dulu reaksi yang ada dalam persaingan

c. Menentukanmarket shareyang dapat diharapkan d. Memilih strategi harga untuk mencapai target pasar e. Mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan f. Memilih tingkat harga tertentu

Kotler dan Keller, (2009: 174), menjelaskan terdapat beberapa strategi penyesuaian harga, diantaranya adalah.

1. Penetapan Harga Geografis.

Dalam penetapan harga secara geografis, perusahaan memutuskan bagaimana memberi harga kepada produknya untuk konsumen yang berbeda lokasi dan negara yang berbeda.

2. Diskon Harga dan Insentif.

Beberapa perusahaan akan menyesuaikan harga dan memberikan diskon atau insentif untuk pembayaran dini, pembelian volume dan pembelian diluar musim. Perusahaan harus melakukannya dengan cermat atau akan mendapati laba mereka lebih rendah dari yang direncanakan. Selain itu, perusahaan harus berhati – hati untuk


(51)

menerapkan diskon, karena diskon dapat menurunkan persepsi nilai sebuah penawaran.

3. Penetapan Harga Promosi

Perusahaan dapat menggunakan beberapa strategi untuk merangsang pembelian dini, antara lain :

a. Penetapan harga pemimpin kerugian, yaitu meurunkan harga merek terkenal untuk merangsang aktifitas yang lebih tinggi di suatu lokasi pembelanjaan agar dapat mengkompensasi marjin yang lebih rendah atas produk yang dijual rugi.

b. Penetapan harga eceran khusus, yaitu menentukan harga khusus pada

c. Rabat tunai, yaitu menawarkan rabat tunai bagi pelanggan untuk menarik lebih banyak pelanggan pada musim tertentu.

d. Pembiayaan berbunga rendah, yaitu penawaran pembiayaan yang lebih fleksibel dan berbunga rendah untuk menarik pelanggan. e. Jangka waktu pembayaran lebih panjang, yaitu menawarkan

pembiayaan dengan perode waktu yang panjang agar mengurangi pembayaran bulanan.

f. Jaminan dan kontrak jasa, yaitu mempromosikan penjualan dengan jaminan gratis atau berbiaya murah.

g. Diskon psikologis, yaitu menetapkan harga yang cukup tinggi untuk kemudian menawarkan produk dengan penghematan yang besar.

7. Kualitas Produk

MenurutAmerican Society for Quality Controldalam Lupiyoadi, (2001: 144), pengertian kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu barang atau jasa, dalam hal kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten. Kottler dan Amstrong, (2012: 54), mengungkapkan kualitas adalah karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten. Sedangkan definisi produk adalah suatu sifat yang komplek baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli


(52)

33 untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya (Swastha, 2009: 19).

Cleland dan Bruno dalam Simamora, (2012: 12), juga mengemukakan ada beberapa prinsip tentang persepsi terhadap kualitas yaitu sebagai berikut. 1. Kualitas yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap suatu produk

mencakup tiga aspek utama yaitu produk, harga, dan non produk. 2. Kualitas ada kalau bisa di persepsikan oleh konsumen.

3. Perceived qualitydiukur secara relatif terhadap pesaing.

Konsumen memiliki kebebasan memilih produk. Garvin dalam Istijanto, (2007: 57), menjelaskan bahwa terdapat delapan dimensi kualitas produk, yaitu.

1. Kinerja (Performance)

Kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk. Ini manfaat atau khasiat produk yang kita beli. Biasanya ini jadi

pertimbangan pertama kita dalam membeli produk. 2. Fitur produk

Dimensi fitur merupakan karakteristik atau ciri- ciri tambahan yang melengkapi manfaat dasar suatu produk. Fitur bersifat pilihan atau optionbagi konsumen. Kalau manfaat utama sudah standar, fitur seringkali ditambahkan. Idenya, fitur bisa meningkatkan kualitas produk bila pesaing tidak memiliki.

3. Keandalan (reliability)

Dimensi keandalan adalah peluang suatu produk bebas dari kegagalan saat menjalankan fungsinya.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to specification) Conformanceadalah kesesuaian kinerja produk dengan standar yang dinyatakan suatu produk. Ini semacam “janji” yang harus dipenuhi oleh produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai dengan standarnya.

5. Daya tahan

Daya tahan menunjukan usia produk, yaitu jumlah pemakaian suatu produk sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya tahannya tentu semakin awet, produk yang awet akan dipersepsikan lebih berkualitas disbanding produk yang cepat habis atau cepat diganti.


(53)

6. Kemampuan diperbaiki (Serviceability)

Sesuai dengan maknanya, disini kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan diperbaiki : mudah, cepat, kompeten. Produk yang mampu diperbaiki tentu kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang tidak atau sulit diperbaiki.

7. Keindahan (Aestethic)

Keindahan menyangkut tampilan produk yang bisa membuat

konsumen suka. Ini sering kali dilakukan dalam bentuk desain produk atau kemasannya. Beberapa produk diperbaharui “wajahnya” supaya lebih cantik di mata konsumen.

8. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived quality)

Ini menyangkut penilaian konsumen terhadap citra, merek atau iklan. Produk- produk yang bermerek terkenal biasanya dipersepsikan lebih berkualitas dibanding dengan merek- merek yang tidak didengar.

Kualitas adalah salah satu alat utama untukpositioning(dalam)

menetapkan posisi bagi pemasar. Kualitas produk memiliki dua dimensi yaitu tingkat dan konsistensi. Dalam pengembangan suatu produk, pemasar awalnya harus memilih tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk di pasar sasaran. Disini, kualitas produk berarti kualitas kinerja dimana memiliki arti kemampuan produk dalam menjalankan fungsinya. Selain tingkat kualitas, kualitas yang tinggi dapat pula berarti tingkat dari konsistensi kualitas yang tinggi. Disini, kualitas produk berarti kualitas kesesuaian (conformance quality) yaitu bebas dari kerusakan serta konsisten dalam memberikan tingkat kinerja yang ditargetkan (Kotler dan Amstrong, 2001: 355).

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang ada kaitannya dengan pokok masalah ini dan sudah pernah dilaksanakan adalah sebagai berikut.


(54)

35 Tabel 8. Hasil Penelitian yang Relevan

No. Penulis Judul Hasil Penelitian

1. Devi Reka Mayasari

Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Membeli Es Krim Walls di Chandra Supermarket Tanjung Karang Bandar

Lampung Tahun 2012

Ada pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan membeli eskrim walls di chandra supermarket bandar lampung sebesar 95,5%. hasil uji t terhadap masing-masing variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap keputusan membeli es krim walls di chandra

supermarket bandar lampung (Y),

dikarenakan thitung > ttabel.

2. Risma Raueta Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Produk Makanan Siap Saji KFC CoffeeKedaton Bandar Lampung Tahun 2012

Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara labelisasi halal terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk makanan siap saji KFCCoffee kedaton bandar lampung. dari hasil analisis diperoeh bahwa variabel X mempengaruhi variabel Ysebesar 77,2%. variabel efek yang ditimbulkan adalah pengaruh terbesar berdasarkan analisis kuantitatif dan kualitatif.

3. Ali Sampurna Analisis Pengaruh Faktor Bauran Pemasaran Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Rumah Makan Kayu Bandar Lampung

Hasil pengujian R² adalah 0,804 bearti 80,4% variabel bauran pemasaranberpengaruh terhadap kepuasan konsumen dan sisanya


(55)

Tahun 2012 19,6% merupakan faktor-faktor dari luar variabel X. keputusan hipotesis secara

menyeluruh dengan uji F hitung lebih besar dibanding dengan F tabel atau 53.744 > 2.11 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

C. Kerangka Pikir

Tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan suatu kegiatan bergantung pada bagaimana pelaksanaan atau proses dari kegiatan tersebut. Begitu juga dengan keputusan pembelian atau tingkat penjualan bergantung pada harga dan kualitas produk atau kualitas makanan cepat saji. Harga suatu barang atau jasa merupakan salah satu faktor penentu bagi konsumen dalam menentukan produk yang akan digunakannya. Oleh karena itu harga sangat berpengaruh terhadap sebuah keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Menurut Kotler dan Armstrong, (2008: 345), harga adalah jumlah nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Konsumen akan selalu memilah produk mana yang dapat memenuhi kebutuhannya namun dengan biaya pengeluaran yang seminimal mungkin. Pada umumnya konsumen akan memilih produk yang memiliki harga yang sebanding dengan manfaat yang akan diterima.

Menurut Kotler dan Armstrong, (2008: 62), produk adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. Sedangkan menurut Tjiptono, (2008: 96), menyatakan bahwa dalam merencanakan


(56)

37 penawaran produk, produsen atau pemasar perlu memahami beberapa

tingkatan produk, yaitu.

1. Produk utama atau inti (core benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk. 2. Produk generik, yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk

yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi). 3. Produk harapan (expected product), yaitu produk formal yang ditawarkan

dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk dibeli.

4. Produk pelengkap (augmented product), yaitu berbagai atribut produk yang dilengkapi atau ditambah dengan berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan dan bisa dibedakan dengan produk pesaing.

5. Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk di masa mendatang.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebuah produk lebih dari sebuah bentuk barang yang memiliki sifat dan nilai-nilai tertentu. Konsumen cenderung melihat produk berdasarkan manfaat yang diberikan untuk memuaskan kebutuhan mereka.

Model teoritis pengaruh persepsi harga dan kualitas makanan cepat saji terhadap keputusan pembelian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen X1 dan X2, dan satu variable dependen Y (Sugiyono, 2013: 68).

Persepsi Harga (X1)

Keputusan Pembelian (Y) Kualitas Produk

(Makanan Cepat Saji) (X2)


(57)

D. Hipotesis

1. Ada pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015.

2. Ada pengaruh kualitas makanan cepat saji terhadap keputusan pembelian konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015.

3. Ada pengaruh persepsi harga dan kualitas makanan cepat saji terhadap keputusan pembelian konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015.


(58)

38

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodedeskriptif verifikatifdengan pendekatanex post factodan survei. Metodedeskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki, Nazir dalam Sujarwo, (2009: 86). Tujuan penelitian ini merupakan verifikatif yaitu sebagai penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih.

Pendekatanex post factomerupakan penelitian yang meneliti peristiwa yang telah terjadi dengan melihat kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut, Sugiyono, (2012: 7). Sedangkan

pendekatan survei yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dan gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok atau daerah, Nazir, (2003: 56). Penelitian survei pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Menurut Kline dalam Sugiyono, (2005: 7), walaupun metode survei tidak


(59)

memerlukan kelompok kontrol seperti halnya pada metode eksperimen, namun generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Margono, (2010 : 118), populasi adalah suatu data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.

Menurut Sugiyono, (2012 : 80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah konsumen KFC Gelael Bandar Lampung.

2. Sampel

Menurut Sugiyono, (2010 : 118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penelitian ini

menggunakan metode penetapan sampelNon Probability Sampling. Menurut Sugiyono, (2008: 120), Non Probability Samplingadalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Salah satu teknik pengambilan sampel dalam metodeNonprobability Samplingadalah teknikAccidental Sampling. Pada penelitian kuantitatif


(60)

41 ini penulis menggunakanAccidental Samplingkarena penulis

mempertibangkan beberapa faktor.Accidental Samplingadalah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan

karakteristik. Maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel atau responden. Oleh karena jumlah populasi pada penelitian ini yang tidak diketahui dengan pasti, maka penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan rumus besar sampel untuk data proporsi pada populai tidak terbatas (infinite).

N=(z/e)2(P)(1-P) Keterangan :

N = besar sampel minimum

z = skor standar yang berdasarkan tingkat keyakinan tertentu e = proporsi kesalahan pengambilan sampel dalam situasi tertentu p =proporsi estimasi atau pristiwa kasus dalam populasi

N = (2,58 / 0,10)2(95) (0,5) = (25,8)2(0,25)

= 166

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 166.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono, (2013: 60), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas


(61)

(independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas sering disebut juga sebagai variabel independen, stimulus, prediktor, danantecedent

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi harga (X1) dan kualitas makanan cepat saji (X2).

Sedangkan variabel terikat sering disebut sebagai variabel dependen, merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah keputusan pembelian konsumen (Y).

D. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan suatu konsep sehingga dapat diukur, dicapai dengan melihat pada dimensi tingkah laku atau properti yang ditunjukan oleh konsep dan mengkategorikan hal tersebut menjadi elemen yang dapat diamati dan dapat diukur, Sujarwo, (2002: 174). Definisi konseptual dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

Tabel 9. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Pengukuran Harga

(X1)

Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan sebuah produk atau jasa yang dibutuhkan atau diinginkan konsumen.

1. Terjangkau 2. Sesuai dengan

kualitas dan kuantitas

3. Bersaing dengan kompetitor

Interval dengan semantic deferensial


(62)

43 Kotler dan

Armstrong (2010)

Produk (X2)

Produk adalah suatu sifat yang komplek baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya. Swastha (2009).

1. Rasa dan kualitas makanan 2. Menu yang

variatif

3. Kebersihan dan penyajian bentuk hidangan 4. Memenuhi kebutuhan dan kepuasan Interval dengan semantic deferensial Keputusan Pembelian (Y) Keputusan pembelian adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasika n pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Kanuk, Peter dan Olson (2010). 1. Memilih 2. Memutuskan pembelian Interval dengan semantic deferensial

E. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(63)

1. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik ini

digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar, Sugiyono, (2013: 310). Observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan konsumen yang membeli produk KFC Gelael Bandar Lampung.

2. Interview(wawancara)

Menurut Sugiyono, (2013: 317), wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada konsumen yang membeli produk KFC Gelael Bandar Lampung untuk mengetahui lebih dalam tentang variabel bebas. Interview dilakukan untuk mendukung informasi yang diperoleh dari observasi.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono, (2013: 329), dokumentasi adalah mencari dan

mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, majalah, agenda, notulen rapat dan sebagainya. Dalam penelitian sosial, dokumentasi berfungsi memberikan data atau informasi yang digunakan sebagai data pendukung atau pelengkap bagi data primer


(64)

45 yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data terkait dengan persepsi harga, kualitas makanan cepat saji dan keputusan pembelian konsumen.

4. Kuesioner (Angket)

Menurut Sugiyono, (2012: 199), angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Angket yang digunakan bersifat tertutup dengan menggunakan skala semantik diferensial. Dalam penelitian ini digunakan angket sebagai alat pengumpulan data untuk mendapatkan data tentang persepsi harga dan kualitas makanan cepat saji KFC. Selain itu, penggunaan rumus dalam pengambilan sampel secara tidak langsung membuat penelitian terjun ke dalam penggunaan statistik parametrik. Untuk itu, penelitian

menggunakansemantic deferensialuntuk menaikan skala peneliti yang semulanya ordinal menjadi interval sebagai salah satu syarat dalam penggunaan statistik parametrik.

F. Uji Persyaratan Instrumen

Untuk mendapatkan data yang lengkap, maka alat instrument harus mempunyai persyaratan yang baik. Instrument yang baik dalam penelitian harus memenuhi dua syarat yaitu valid dan reliabel.


(1)

103

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan persepsi harga terhadap

keputusan pembelian konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015. Jika persepsi konsumen tentang harga positif maka tingkat

keputusan pembelian konsumen akan bertambah, sebaliknya jika persepsi harga negatif maka tingkat keputusan pembelian konsumen rendah. 2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan kualitas makanan cepat saji

terhadap keputusan pembelian konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015. Jika persepsi konsumen terhadap kualitas makanan cepat saji positif maka tingkat keputusan pembelian konsumen akan bertambah, sebaliknya jika persepsi kualitas makanan cepat saji negatif maka tingkat keputusan pembelian konsumen rendah.

3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan persepsi harga dan kualitas makanan cepat saji terhadap keputusan pembelian konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung tahun 2015. Jika persepsi konsumen tentang


(2)

104

harga dan kualitas makanan cepat saji positif maka tingkat keputusan pembelian konsumen akan optimal, sebaliknya jika persepsi harga dan kualitas makanan cepat saji negatif maka tingkat keputusan pembelian konsumen rendah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh persepsi harga dan kualitas makanan cepat saji terhadap keputusan pembelian konsumen pada KFC Gelael Bandar Lampung, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Hasil penelitian menunjukkan seluruh uji hipotesis membuktikan bahwa persepsi harga dan kualitas makanan cepat saji berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Oleh karena itu, hendaknya KFC Gelael Bandar Lampung selalu menjaga kepercayaan konsumen akan produk dan menetapkan strategi harga yang tepat agar konsumen tetap menjadikan KFC Gelael Bandar Lampung sebagai pilihan utama dalam memilih restauran cepat saji serta tetap memperhatikan faktor bauran pemasaran lainnya guna pencapaian tujuan perusahaan.

2. Harga makanan cepat saji KFC Gelael sudah cukup terjangkau apabila dilihat dari jawaban tingkat kalangan tertentu. Namun, untuk beberapa kalangan seperti pelajar dan ibu rumah tangga persepsi harga masih cukup tinggi, hal ini terlihat dari beberapa jawaban konsumen berdasarkan angket yang telah disebar. Harga merupakan salah satu faktor bauran pemasaran yang utama, maka sebaiknya KFC Gelael dapat melakukan peningkatan strategi penetapan harga atau menyajikan produk dengan


(3)

105

harga yang terjangkau bagi semua kalangan masyarakat, seperti menambahkan pilihan menu pada produk Menu Goceng. Sehingga

konsumen dari kalangan menengah ke bawah memiliki pilihan menu yang lebih banyak dan dapat meningkatkan keputusan pembelian di KFC Gelael Bandar Lampung.

3. KFC Gelael Bandar Lampung sebaiknya tetap mempertahankan konsistensi pada kualitas produk yang disajikan, hal ini terlihat dari jawaban konsumen terhadap beberapa pertanyaan terkait kualitas produk yang memberikan tanggapan posisitif. Tanggapan yang positif ini tentu saja berpengaruh terhadap keputusan konsumen itu sendiri untuk tetap membeli atau tidak produk yang ditawarkan oleh KFC Gelael.

Peningkatan kinerja pada indikator ini juga dapat dilakukan guna

pencapaian tujuan perusahaan yang optimal seperti dengan tetap menjaga cita rasa, porsi, dan kemasan yang disajikan di KFC Gelael Bandar Lampung.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A.W Marsum. 2005.Restoran dan Segala Permasalahannya, Edisi IV. Yogyakarta: Andi.

Arikunto, Suharsimi. 2010.Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bilson, Simamora. 2001.Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efekti dan

Profitabel, Edisi Pertama.Jakarta: PT.Gramedia Puka Utama. Dharmmesta dan T. Hani Handoko. 2000.Manajemen

Fandy, Tjiptono. 2008.Strategi Pemasaran.Yogyakarta: Andi.

Felix Abrahm Gerardo. 2015.Pengaruh Harga Makanan Dan Minuman Cepat Saji Terhadap Keputusan Pembelian Di KFC Kedaton Bandar Lampung. Unila. Bandar Lampung.

Istijanto. 2007.Aplikasi Praktis Riset Pemasaran.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kotler & Armstrong. 2005.Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Kesembilan.Jakarta: PT. Indeks.

Kotler dan Amstrong. 2006.Principles of Marketing Eleventh Edition.New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Kotler dan Amstrong. 2008.Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1 dan 2, Edisi 12. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2012.Principles of Marketing, Edisi 13. United States of America: Pearson.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009.Manajemen pemasaran, Edisi 13 Jilid 2.Jakarta.

Kotler, Philip. 2007.Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan,

Pengendalian, Prentice Hall, Edisi Bahasa Indonesia.Jakarta: Salemba Empat.


(5)

Lupiyoadi, Rambat. 2001.Manajemen Pemasaran Jasa.Jakarta: Salemba Empat. Malhotra, N.K. 2004.Marketing Research: An Applied Orientation, 4thEdition.

New Jersey: Pearson Education Inc.

Margono. 2010.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Mowen, John C dan Minor, M. 2002.Perilaku Konsumen Jilid 1, Edisi Kelima

(terjemahan).Jakarta: Erlangga.

Nazir, Muhammad.2003.Metode Penelitian. Ghalia Indonesa. Jakarta. Pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen.Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Peter J. Paul dan Olson Jerry C. 2010.Consumer Behavior and Marketing

Strategy 9th.New York, USA: Mc Graw Hill.

Riduwan. 2005.Dasar-Dasar Statistika. Alfabeta. Bandung.

Rusman, Teddy. 2012.Aplikasi Statistik Penelitian Dengan SPSS.Bandar Lampung.

Schiffman dan Kanuk. 2001.Bauran pemasaran , Edisi 7.Jakarta: Indeks. Schiffman dan Kanuk. 2004.Perilaku konsumen, Edisi 7.Jakarta: Indeks. Schiffman, L.G dan Kanuk Lesley L. 2007.Consumer Behavior. New Jersey:

Perason Prestice Hall.

Simamora, Bilson. 2002.Panduan Riset Perilaku Konsumen.Surabaya: Pustaka. Staton dan Lamarto. 2001.Marketing.Yogyakarta: Liberty.

Sudarmanto. 2005.Analis Regresi Linear Ganda dengan SPSS. Bandar Lampung: Graha Ilmu.

Sudjana.2005.Metode Statistik.Bandung: Tarsito.

Sudjarwo. 2009.Manajemen Penelitian Sosial.Jakarta: CV. Mandar Maju. Sugiyono. 2005.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(6)

Sugiyono. 2013.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujarwo. 2002.Ilmu Budaya Dasar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset .

Swastha, Basu. 2000.Pengantar Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern.Jakarta: Liberty.

Swastha, Basu. 2005.Asas-asas Marketing.Yogyakarta: Liberty. Swastha, Basu. 2009.Manajemen Penjualan.Yogyakarta: BPFE.

Tjiptono, Fandy. 2004.Strategi Pemasaran, Edisi Kedua.Yogyakarta: Andi Utama.

Universitas Lampung. 2014.Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Universitas Lampung. 2014.Peraturan Akademik dan Kode Etik Universitas Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

William J. Stanton dkk. 2004.Management Pemasaran Modern.Jakarta: PT. Grasindo Persada.

Zeithaml, Valarie A dan Mary Jo Bitner. 2000.Service Marketing. Singapore: Mc Graw-Hill Companies Inc.: 3-287.