PRELUDE TOWARDS THE R

32

BAB III PRELUDE TOWARDS THE R

EVIVAL OF ’PARIJS VAN SUMATRA’ Pada proses perencanaan dan perancangan dalam arsitektur, salah satu hal yang penting untuk dibahas setelah pemrograman dan analisis data adalah “Tema dan Konsep”, karena tema dan konsep ini selalu muncul dan mengikuti jalannya proses perencanaan dan perancangan, bahkan sepanjang proses perencanaan dan perancangan ini dilakukan. Elaborasi tema merupakan pembelajaran informasi dan data yang didapatkan, analisa, serta studi literatur, studi banding kasus proyek dengan konteks yang mendekati. Ini dilakukan guna mengembangkan tema dan konsep untuk perencanaan perancangan. Pencarian informasi dengan memperhatikan kata kunci yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam konteks perancangan sehingga tercipta tema yang sesuai dengan konteks proyek. Elaborasi tema menjelaskan tentang pengertian tema yang dipilih, latar belakang pemilihan tema, tujuan dan bahan pertimbangan untuk penerapan konsep pada rancangan bangunan. KONSEP Muncul saat proses sintesa Analisis Sintesis DESAIN MASALAH Pemecahan masalah menjadi khusus TEMA Selalu mengikuti tahap dari awal sampai akhir Gambar 3.1: Skema proses pengembangan tema dan kosnsep Sumber: kuliahnyaarsitek.blogspot.com Universitas Sumatera Utara 33 Tema utama kasus proyek adalah “Urban Heritage Tourism”. Menurut Martana 2007, “Urban Heritage Tourism” merupakan suatu konsep pariwisata 6 yang sebenarnya sederhana dengan memanfaatkan citra dari lingkungan binaan ataupun alam yang memiliki nilai historis yang telah terukir di kota tersebut. Dengan mentransformasikan modal budaya berupa warisan dan pusaka budaya cultural capital menjadi modal ekonomi economic capital. Umumnya para pengunjung diajak untuk mengapresiasi dan menginterpretasi objek warisan, baik yang bisa diamati ataupun tidak. Dengan menggunakan panca indera yang dimiliki manusia untuk menikmati objek tersebut. Objek yang diamati dapat berupa benda mati atau hidup, suasana dan perasaan maupun aktivitas yang ada di dalamnya. Selain berfungsi sebagai sarana pendidikan dan rekreasi, konsep ini juga sebagai upaya untuk mensejahterakan dan melestarikan warisan budaya yang dimiliki kota itu sendiri. Dikombinasikan dengan arsitektur muka sungai “Riverfront Architecture”, dimana pembangunan wajah bangunan yang terjadi berorientasi ke arah sungai, dalam konteks ini yaitu Sungai Deli. Warisan budaya heritage 7 merupakan bukti sejarah yang menjadi salah satu aspek penting bagi bangsa, generasi selanjutnya dan modal bagi pengembangan pariwisata. Kota Medan terkenal dengan multikultur yang menjadikan kota ini unik dari kota lain. Ragam budaya yang dimiliki mewarnai latar belakang kehidupan dan memberikan nuansa berbeda bagi sejarah perkembangan Kota Medan, sehingga membuat heritage patut untuk dilestarikan bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Julukan ‘Parijs Van Sumatra’ yang pernah dimiliki juga merupakan suatu kebanggaan yang 6 Organisasi pariwisata sedunia WTO mendefinisikan pariwisata tourism sebagai “activities of person traveling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes ”. 7 John Nurick 2006 mengartikan heritage sebagai segala sesuatu yang diwariskan dari masa lalu, khususnya: Kebudayaan asli dan materi alam; lingkungan binaan; sumber-sumber arkeologi; warisan yang tidak dapat diraba dan kita lihat secara kasat mata berupa norma-norma dan peraturan tidak tertulis dalam masyarakat; sumber daya alam; dimana heritage merupakan warisan budaya kita sebagai masyarakat multicultural, memiliki kualitas atau makna, sehingga membuat heritage patut untuk dilestarikan. Universitas Sumatera Utara 34 mampu mendongkrak “Urban Heritage Tourism” sebagai tema utama dalam perencanaan perancangan kawasan proyek sebagai tempat pariwisata di Kota Medan. Pada konteks proyek ini, lokasi tapak pembangunan fungsi – fungsi baru yaitu hotel butik dan apartemen terletak pada salah satu situs bersejarah Kota Medan yaitu Istana Maimun 8 dan dilintasi oleh Sungai Deli 9 yang merupakan salah satu pemandangan menarik dan sangat dibanggakan pada masa dahulu. Istana Maimun merupakan salah satu bangunan bersejarah yang sampai saat ini masih berfungsi dan menjadi salah satu tempat pariwisata Kota Medan. Sejarah dan campuran beberapa kebudayaan Eropa, Arab dan Melayu, estetika arsitektural, kekayaan nilai kultur dan budaya yang dimiliki bangunan bersejarah ini menjadi magnet yang menarik perhatian pengunjung untuk mencari tahu dan mempelajarinya. Penulis mengambil julukan ‘Parijs Van Sumatra’ sebagai dasar pemikiran untuk pengembangan tema dan konsep sesuai konteks kasus proyek. Julukan ‘Parijs Van Sumatra ’ yang pernah melekat pada Kota Medan sangat menarik perhatian penulis. Saat di mana Kota Medan menjadi inspirasi dan dikenal sampai ke penjuru dunia sebagai kota terindah di pulau Sumatera dengan keindahan dan tata kota teratur seperti Kota Paris di Perancis . Namun kondisi Kota Medan saat ini sangat bertolak belakang dengan sejarah tersebut. Proses modernisasi 10 yang mengubah pemikiran masyarakat terutama pemerintah menyebabkan warisan bersejarah yang menjadi identitas Kota Medan perlahan – lahan menghilang. Rancangan yang mengutamakan fungsi daripada acuan penanda identitas yang tersedia, menyebabkan bangunan – bangunan Kota Medan saat ini 8 Istana Maimun adalah istana kebesaran Kesultanan Deli dengan warna kuningnya kuning sebagai warna kerajaan Melayu dan khas gaya seni bina Melayu di pesisir timur. Ia merupakan salah satu mercu tanda icon yang terkenal di Kota Medan, Sumatera Utara. 9 Sungai Deli merupakan salah satu dari delapan sungai yang ada di Kota Medan. Sungai ini merupakan urat nadi perdagangan pada masa kerajaan Deli. 10 Schoorl 1991:1 mengemukakan bahwa modernisasi adalah suatu transformasi perubahan masyarakat dalam segenap aspeknya. Sehingga menurut Schoorl modernisasi masyarakat itu secara umum boleh jadi dapat dirumuskan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah yang ada ke dalam semua aktivitas, semua bidang kehidupan atau kepada semua aspek-aspek masyarakat. Universitas Sumatera Utara 35 tidak jelas identitasnya. Spesifikasi yang berbasis bangunan bersejarah justru mengalami pengabaian sehingga mengancam warisan budaya dan menghambat pengembangan pariwisata Kota Medan. Padahal potensi Kota Medan sebagai kota pariwisata sangatlah besar karena bangunan – bangunan bersejarah yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda berfungsi sebagai penanda kawasan dan menjadi basis kawasan pariwisata untuk Kota Medan. Pelestarian bangunan – bangunan bersejarah dan benda budaya lain berpotensial dikembangkan sebagai modal pariwisata budaya. Seharusnya pemerintah dan masyarakat sama – sama bekerja membela pelestarian warisan budaya, bukan dengan mengorbankan warisan budaya yang dimiliki dan menghancurkan serta membangun fungsi baru ataupun mengalih fungsikan bangunan bersejarah namun tidak dirawat. Mungkin pada masa ini terdapat masyarakat Kota Medan yang tidak mengetahui sejarah yang membanggakan itu atau bahkan tertawa dengan julukan yang bisa juga dikatakan mustahil melihat kondisi Kota Medan saat ini. Gambar 3.2: Kondisi Gedung kerapatan Kesultanan Deli pada masa pemerintahan kolonial Belanda Sumber: Website Tembakau Deli Universitas Sumatera Utara 36 Oleh karena itu, penulis berupaya untuk memunculkan kembali sebutan ‘Parijs Van Sumatra ’ dimulai dari skala mikro melalui perencanaan perancangan proyek ini. Menggunakan warisan budaya sebagai acuan dalam perancangan bangunan dengan fungsi baru untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan generasi masa depan, sehingga rancangan baru tidak meninggalkan identitas kawasan yang telah terukir pada masa dahulu. Maka tema untuk perencanaan perancangan dalam konteks kasus proyek ini adalah “Inheritance for the Future” lihat gambar 3.4. INHERITANCE FOR THE FUTURE Gambar 3.3: Kondisi Gedung kerapatan Kesultanan Deli saat ini Sumber: Dokumentasi pribadi SUNGAI DELI ISTANA MAIMUN PARIJS VAN SUMATRA IDENTITAS KONTEKSTUAL AKTIVITAS TRADISI ROH JIWA OBJEK- OBJEK Gambar 3.4: Skema perencanaan perancangan berdasarkan penjabaran tema Universitas Sumatera Utara 37 Konsep membangkitkan kembali identitas kawasan dengan mempertahankan keberadaan bangunan bersejarah yaitu Istana Maimun dan Sungai Deli dalam kasus proyek ini, Sungai Deli dianggap bersih sebagai pertimbangan dan acuan dalam perancangan fungsi – fungsi baru yang telah ditetapkan, sehingga mampu menciptakan keharmonisasian arsitektur pada lingkungan tersebut. Menyediakan ruang publik public space 11 dan Ruang Terbuka Hijau RTH 12 sebagai generator aktivitas 13 dan area rekreasi seperti magnet untuk menarik pengunjung melakukan aktivitas disana. Menciptakan suasana dan pengalaman experience yang berbeda “Distinction sense of place ” dengan estetika arsitektural yang menunjukkan identitas kawasan tersebut. Penerapan elemen –elemen serta roh “spirit” dan inti “essence” yang merupakan nilai kultur dan budaya untuk memunculkan suasana dan pengalaman berbeda pada keseluruhan lingkungan Istana Maimun. Contoh spirit dan essence yaitu makna bangunan kolonial megah bercat putih masa peninggalan pemerintahan kolonial Belanda yang melambangkan semangat keras bangsa kulit putih yang berhasil dan pantas dikagumi. Bangunan-bangunan di sepanjang jalan Ahmad Yani dulunya merupakan bangunan yang memiliki arcade yang banyak dilewati oleh pejalan kaki. Bangunan peninggalan masa pemerintahan kolonial Belanda yang megah seperti gedung bekas kantor Depnaker sekarang menjadi AMPI, rumah- rumah bergaya khas Eropa, Melayu dan China dapat menjadi magnet bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas. 11 Ching, 1992. Public merupakan sekumpulan orang-orang tak terbatas siapa saja, dan space atau ruang merupakan suatu bentukan tiga dimensi yang terjadi akibat adanya unsur-unsur yang membatasinya. 12 Berdasarkan Undang- Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, “Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam”. 13 Schoorl 1991:1 mengemukakan bahwa modernisasi adalah suatu transformasi perubahan masyarakat dalam segenap aspeknya. Sehingga menurut Schoorl modernisasi masyarakat itu secara umum boleh jadi dapat dirumuskan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah yang ada ke dalam semua aktivitas, semua bidang kehidupan atau kepada semua aspek-aspek masyarakat. Universitas Sumatera Utara 38 Pendekatan arsitektur kontekstual yang tanggap terhadap iklim, lingkungan sekitar bantaran sungai, kontur tanah, titik banjir sungai, material, proporsi bangunan, langgam dan simbol, serta kondisi lingkungan sekitar juga dapat memperkuat identitas kawasan. Penulis mempertimbangkan penerapan gaya arsitektur Melayu Kolonial dalam bangunan hotel butik dan apartemen dengan menjaga skala antara bangunan baru dengan bangunan Istana Maimun, tower, menyesuaikan bangunan dengan iklim yaitu menyediakan ventilasi, dan lainnya. Sehingga rancangan bangunan dengan fungsi baru Gambar 3.5: Kesawan di masa 1920-an repro koleksi Dr. Phil Ichwan Azhari Sumber : Website Badan Warisan Sumatera Gambar 3.6: Gapura Cina di Kesawan selama perayaan ulang tahun pemerintahan Ratu Wilhelmina Sumber : Website Badan Warisan Sumatera Universitas Sumatera Utara 39 mampu menciptakan lingkungan Istana Maimun yang memiliki keindahan, keselarasan, tata bangunan yang teratur, akses sirkulasi yang jelas dan nyaman, serta adanya ruang terbuka hijau dan generator aktivitas yang memunculkan kembali julukan ‘Parijs Van Sumatra ’ walaupun dalam skala mikro. Universitas Sumatera Utara 40

BAB IV STEPS TO ACHIEVING THAT DREAMS