40
BAB IV STEPS TO ACHIEVING THAT DREAMS
Bagian penting dalam proses desain pengembangan tema dan konsep adalah rancangan konseptual itu sendiri. Konsep merupakan langkah sulit dalam proses desain
yang berisi gagasan atau ide dengan memadukan berbagai unsur ke dalam satu kesatuan. Konsep mengintegrasikan tapak site, program dan berbagai aspek yang ditemui dengan
ide atau visi dan mengacu pada konteks kasus proyek. Dalam arsitektur, konsep mengemukakan bahwa syarat-syarat suatu rencana, konteks dan keyakinan dapat
dikombinasikan bersama.
14
Suatu konsep harus mampu menunjang visi dan misi dari suatu proyek dan memperhatikan karakter serta keterbatasan dari setiap proyek. Konsep
akan menjadi acuan dan memandu semua keputusan rancangan ke depannya. Sumber konsep dapat berasal dari mana saja, dari alam, teknologi, budaya, sastra, seni,
lingkungan dan sebagainya baik secara langsung atau pun tidak langsung abstrak. Dalam dunia desain, gagasan harus dapat disampaikan secara cepat, jelas dan
sederhana. Gagasan-gagasan dalam bidang arsitektur umumnya disampaikan dalam bentuk sketsa atau menggunakan komunikasi grafis yang menunjang untuk
mempermudah pemahaman dari pengamat. Penggunaan komunikasi grafis merupakan salah satu cara yang efektif bagi seorang arsitek untuk menunjukkan kaitan antara desain
bangunan yang akan dirancang dengan lingkungan sekitarnya. Pada kasus proyek ini adalah kaitan antara desain bangunan hotel butik dan apartemen dengan Istana Maimun
dan lingkungan sekitarnya. Penggunaan ilustrasi sketsa dalam suatu konsep perancangan menggambarkan permulaan dari proses desain. Konsep perancangan menyajikan sketsa-
sketsa yang menggambarkan data dan informasi, pemecahan masalah dan ide-ide kreatif
14
Sebelum menciptakan sebuah desain, konsep dituangkan melalui gagasan ide awal yang ada pada proses pra-desain. Konsep adalah gagasan yang memadukan berbagai unsur ke dalam suatu
kesatuan.
Universitas Sumatera Utara
41
si arsitek. Biasanya sketsa konsep dibuat dalam beberapa alternatif desain sebagai dasar dari pengembangan desain selanjutnya.
Sebuah karya arsitektur bukan merupakan penjumlahan dari deretan solusi pemecahan masalah pada suatu perancangan, melainkan merupakan sebuah konstruksi
dari sebuah proses mental yang mengintegrasi berbagai aspek pertimbangan desain. Hal tersebut membutuhkan pemikiran yang kreatif dari seorang arsitek creative thinking.
Berbagai aspek seperti fungsi, struktur, pemilihan bahan, lingkungan, dan estetika menjadi bahan pertimbangan dalam merancang sebuah kesatuan komposisi pada suatu
karya arsitektur. Menghubungkan berbagai aspek-aspek ini menjadi satu kesatuan secara simultan membuat komposisi karya arsitektur menjadi begitu kompleks. Kompleksitas
arsitektur juga tergambar dari karya-karya arsitektur yang tidak hanya mengingatkan manusia pada masa lalu namun juga membuat manusia berpikir akan masa depan.
Penilaian dan tanggapan manusia terhadap suatu karya arsitektur juga sangat personal dan relatif.
Karya seni berbeda dengan karya arsitektur. Bentuk arsitektur dikembangkan dan diciptakan oleh pikiran manusia. Oleh karena itu bentuk-bentuk arsitektur sangat terkait
pada pengalaman dan konsep perseptual perancangnya. Komposisi arsitektur sebagai suatu objek yang dipahami dan dianggap oleh penggunanya atau pengamat sebagai suatu
bentuk fisik. Sehingga manusia mengalami komposisi arsitektur sebagai hasil pembentukan yang dimana seseorang dapat belajar membaca adanya sentuhan desain
pada bagian tertentu. Sama seperti saat kita mendengarkan lantunan musik sebagai suatu kesatuan, namun juga tetap dapat memfokuskan pendengaran pada bagian atau tema
tertentu saja, seperti misalnya mendengarkan lirik-lirik penyanyi vokal, mendengarkan irama, peran instrumen musik tertentu, dan sebagainya, tanpa harus kehilangan keutuhan
musiknya.
Universitas Sumatera Utara
42
Kembali pada kasus proyek, penulis mengangkat teori dan sejarah julukan ‘Parijs
Van Sumatra ’ yang pernah melekat pada Kota Medan sebagai dasar pemikiran dalam
pengembangan tema dan konsep sesuai dengan penjelasan yang telah dicantumkan pada draf skripsi sebelumnya. Tema pada umumnya selalu berada di awal sampai akhir proses,
sifat dan fungsinya adalah sebagai roh “spirit” pada sebuah rancangan, tidak dapat dilihat namun dapat dirasakan. Sementara konsep umumnya berada pada proses sintesa yang
memiliki pengertian sebagai integrasi antara dua atau beberapa elemen, sifatnya dapat terlihat bentukdesain.
Tema “Inheritance for the future” yang menekankan kata Inheritance warisan budaya dan Future masa depan dengan pengertian melestarikan warisan budaya yang
telah ada di lingkungan binaan sebagai acuan perancangan untuk rancangan-rancangan fungsi baru tanpa meninggalkan identitas kawasan. Dimana kondisi Kota Medan saat ini
tidak memiliki suatu kawasan yang memiliki identitas tersendiri, semua bangunan ruko rumah toko yang berbentuk sama dapat kita lihat di sepanjang perjalanan mengelilingi
Kota Medan. Hal ini dikarenakan mindset masyarakat dan pemerintah Kota Medan lebih menerapkan prinsip “Form follow function” daripada mempertahankan dan
mengembangkan identitas suatu kawasan sehingga banyak bangunan-bangunan bersejarah dihancurkan dan diganti dengan bangunan fungsi baru yang mungkin dianggap
lebih menguntungkan oleh pihak-pihak tertentu. Untuk menciptakan keharmonisasian arsitektur pada lingkungan Istana Maimun
dengan bangunan hotel butik dan apartemen yang akan dirancang, penulis menggunakan konsep
membangkitkan kembali
revival identitas
kawasan yaitu
dengan mempertahankan warisan budaya Istana Maimun dan Sungai Deli. Penulis
merencanakan peletakan rancangan bangunan hotel butik dan apartemen di ujung sisi kiri dan kanan lokasi tapak yang boleh dirancang untuk menghormati bangunan Istana
Universitas Sumatera Utara
43
Maimun, seperti pengawal dan bangunan Istana Maimun akan di kelilingi oleh ruang terbuka publik public open space dan Ruang terbuka hijau RTH. Dengan begitu
warisan budaya ini akan tetap menjadi sorotan, acuan dan diprioritaskan di lingkungannya dalam perencanaan perancangan bangunan hotel butik dan apartemen,
serta bisa dinikmati keseluruhan keindahan bangunan bersejarah Istana Maimun yang masih berdiri kokoh sebagai warisan budaya Kota Medan.
Revitalisasi Sungai Deli juga sangat berpotensi menjadi magnet untuk menarik perhatian pengunjung. Pada daerah bantaran Sungai Deli, penulis akan merancang
amphitheatre yang konturnya menurun menuju ke sungai dan river walkway sebagai salah satu generator aktivitas pengunjung untuk berjalan menyusuri sambil menikmati
keindahan Sungai Deli, dimana dalam kasus proyek ini, Sungai Deli dianggap bersih, juga pembangunan turap retaining wall di sepanjang Sungai Deli lingkungan tersebut
untuk memperkuat dan memperbaiki kondisi tebing Sungai Deli yang buruk dan tidak mengesankan karena abrasi. Pembangunan retaining wall ini juga berupaya untuk
mengantisipasi banjir saat air pasang. Pendekatan arsitektur kontekstual penulis gunakan sebagai pertimbangan
berbagai aspek yang memiliki potensi baik itu positif ataupun negatif untuk menghasilkan suatu rancangan yang baik. Penulis pikir pendekatan arsitektur kontekstual sangat cocok
digunakan sebagai referensi perencanaan perancangan bangunan hotel butik dan apartemen, selain itu Kota Medan beriklim tropis basah, dimana memiliki permasalahan
iklim tropis pada umumnya, yaitu terik matahari, suhu tinggi, hujan dan kelembaban tinggi. Penilaian terhadap baik atau buruknya sebuah karya arsitektur tropis bukan hanya
dilihat dari sekedar “bentuk” atau estetika bangunan beserta elemen-elemennya, namun lebih kepada kualitas fisik yang ada di dalam bangunan, seperti suhu ruang yang rendah,
kelembaban tidak terlalu tinggi, kecukupan pencahayaan alami, sirkulasi udara angin
Universitas Sumatera Utara
44
yang memadai dan juga terhindar dari hujan. Sehingga bangunan yang dirancang, diharapkan mampu memodifikasi iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia
menjadi iklim dalam bangunan yang lebih sesuai dan tanpa disadari perencanaan perancangan juga menggunakan pendekatan arsitektur tropis.
Pendekatan tropis yang penulis terapkan dalam perencanaan perancangan bangunan penulis adalah penggunaan ventilasi pada koridor tower bangunan hotel butik
dan apartemen sebagai sirkulasi pencahayaan dan pengkondisian udara alami ke dalam bangunan. Material ventilasi yang digunakan adalah kaca insulasi double glazed dan
sebagian kisi-kisi shading untuk memodifikasi sinar matahari dan udara yang masuk. Koridor yang lebar untuk sirkulasi pertukaran udara yang melintasi. Oleh karena itu,
perencanaan perancangan koridor pada tower bangunan hotel butik dan apartemen tidak menggunakan sistem pengkondisian udara buatan AHU system. Pada dinding core
tangga kebakaran yang tersedia untuk tower bangunan hotel butik dan apartemen akan dibuat bukaan opening kecil seperti ventilasi untuk pencahayaan dan pengkondisian
udara alami, sehingga tidak memerlukan sistem elektrikal pressure shaft. Penulis memanfaatkan bagian side back dari tower untuk menanam tanaman hijau.
Rancangan skematik tower apartemen
Rancangan skematik tower hotel butik
Gambar 4.1: Konsep rancangan pendekatan tropis
Konsep ventilasi
Kisi-kisi shading Kaca
Universitas Sumatera Utara
45
“Good architecture is like a piece of beautifully composed music crystallized in space that elevates our spirits beyond the limitation of time
” – Tao Ho. Ruang yang baik adalah ruang yang dapat menampung dan mewadahi segala
aktivitas di dalamnya. Dengan adanya aktivitas yang berlangsung di dalamnya, makan sebuah space dapat dikatakan sudah menjadi tempat place yang memiliki roh spirit.
Berikut sedikit pemaparan sejarah dan analisa dari bangunan Istana Maimun. Pada masa dahulu, Belanda berusaha menarik simpati raja dengan menghadiahkan Istana
sebagai imbalan balas jasa kepada sultan yang sudah memberikan tanah untuk ditanami tembakau yang hasilnya memuaskan sampai ke negeri Eropa. Pada interior bangunan
Istana Maimun, terlihat pola ruang simetris dengan perletakan tiang, pintu, jendela dan motif pada dinding kanan dan kiri yang sama lihat gambar 4.2. Dimensi pintu, jendela
dan tiang yang besar dan tinggi untuk menunjukkan pengaruh Belanda yang sangat kuat saat menguasai Kerajaan Deli di Pesisir Timur Sumatera dahulu kala.
Gambar 4.2: Denah skematik bangunan Istana Maimun
15
15
Hasil draft mahasiswa Teknik Arsitektur stambuk 2010 untuk memenuhi tugas mata kuliah Konservasi Bangunan dan Kawasan tahun 2013. Gambar kerja merupakan koleksi UNIMED.
Lantai 1
Lantai 2
KETERANGAN: 1. GUDANG
2. R. DAYANG 3. PENJARA
4. TOILET 5. R.TIDUR
Universitas Sumatera Utara
46
Gambar 4.3: Tampak bangunan Istana Maimun
16
Gaya arsitektur Melayu yang bercapur dengan Islam terlihat pada ekspresi ruang yang ditampilkan. Dengan penerapan lengkungan
–lengkungan seperti mihrab yang diambil dari lengkungan yang terdapat pada bangunan mesjid. Itu menunjukkan karakter
Islam yang kuat. Orientasi dan posisi letak bangunan Istana Maimun menghadap ke arah Timur-Barat. Ini adalah satu identity orang-orang Melayu yang sangat mementingkan
unsur-unsur keagamaan karena memudahkan untuk mengetahui arah kiblat untuk melakukan ibadah sholat.
17
Pada eksterior bangunan Istana Maimun, terlihat bahwa lengkungan arc digunakan pada lantai dasar bangunan sebagai arcade, sementara penggunaan kolom-
kolom kuat yang bergaya kolonial untuk mendukung dan menahan struktur bagian atas bangunan lihat gambar 4.3.
Kontekstualisme lahir dari perlawanan dan penolakan terhadap arsitektur modern yang kurang memperhatikan kondisi bangunan dan lingkungan sekitarnya.
Kontekstualisme selalu berhubungan dengan preservasi. Ini dikarenakan upaya mempertahankan bangunan lama yang memiliki nilai historis dan menciptakan arsitektur
16
Lihat catatan kaki gambar 4.2
17
Kutipan informasi dari “Pembudayaan Berkonsepkan Kepercayaan Agama” dengan judul Pembudayaan Nilai Islam Dalam Rekabentuk Rumah Tradisional Masyarakat Melayu.
Tampak depan
Tampak Samping
Universitas Sumatera Utara
47
yang tidak hanya berdiri sendiri, namun juga mampu memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitarnya.
Dalam bukunya, Architecture in Context, Brent C. Brolin 1980 menjelaskan bahwa kontekstualisme adalah kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan untuk
menghubungkan bangunan
baru dengan
lingkungan sekitarnya.
Pemahaman kontekstualisme sering disalah artikan sebagai pola pemikiran yang hanya
mempertimbangkan konteks sebagai unsur penting dalam pendekatan desain baru. Sebenarnya kontekstualisme memiliki arti lebih spesifik. Bangunan kontekstual tidak
berdiri sendiri dan berteriak “Lihatlah aku” tetapi bahkan cenderung menjadi latar
belakang bangunan preservasi.
18
Saya menerapkan teori kontekstual seperti yang dipaparkan di atas. Pendekatan kontekstual pada perencanaan perancangan bangunan hotel butik dan
apartemen, saya tunjukkan dari penerapan gaya Melayu Kolonial pada bangunan. Dengan mengambil konsep bangunan kolonial yang berwarna putih dan berdiri
kokoh di kedua sisi bangunan preservasi sehingga tidak terkesan lebih menonjol dari Istana Maimun. Di samping itu, saya juga menerapkan gaya Melayu
bercampur Islam yang terlihat dari lengkung-lengkungan arc yang menjadi salah satu karakter Islam yang kuat dan identitas khas arsitektur Melayu pada
rancangan. Sehingga terlihat memiliki keterkaitan, serta keharmonisan bangunan hotel
butik dan apartemen dengan bangunan preservasi Istana Maimun bisa tercipta. Walaupun memiliki perbedaan skala yang signifikan, namun ini tidak mengurangi
nilai identitas lingkungan. Peletakan patung sculpture dan pola lantai yang
18
Kutipan informasi dari “Architecture journals” dengan judul arsitektur kontekstual sebagai pembahasan.
Universitas Sumatera Utara
48 menunjukkan identitas melayu, selain sebagai ornamen pada Ruang Terbuka
open space, juga berfungsi untuk menciptakan suasana nostalgia dan experience pada masa kejayaan kerajaan Kesultanan Deli.
Orientasi bangunan hotel butik dan apartemen dirancang berdasarkan pertimbangan pada konteks lokasi tapak, dimana tower dan podium bangunan
fungsi baru dirancang untuk menghormati bangunan preservasi Istana Maimun dan Sungai Deli yang menjadi fokus pada kasus proyek ini. Konsep rancangan
orientasi bangunan hotel butik dan apartemen bertujuan untuk menciptakan dan mendapatkan jarak pandang view yang luas ke segala arah, baik itu Istana
Maimun, Sungai Deli, Ruang terbuka publik, juga pemandangan Kota Medan dan lingkungan sekitarnya.
Dalam perencanaan rancangan, penulis memperbaiki dan mempertahankan pola area terbuka hijau landscape yang merupakan bagian sakral dari identitas
Istana Maimun. Pengembalian penghijauan dengan penambahan pohon-pohon seperti pohon palem di sekitar akses sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan agar
tercipta suasana rindang dan nyaman untuk dilalui. Juga rancangan sirkulasi kendaraan yang dibatasi agar tidak mencemari area sakral dari Istana Maimun.
Ruang terbuka hijau pada bagian belakang Istana Maimun akan dirancang menjadi generator aktivitas untuk menarik perhatian pengunjung. Generator
aktivitas yang terdapat pada ruang terbuka tersebut antara lain yaitu tempat berkumpul sesuai dengan spirit orang Melayu, yaitu senang berkumpul, area
makan sambil menikmati kondisi Sungai Deli, suasana nostalgia yang tercipta dari ornamen dan patung sculpture, serta terdapat panggung untuk pertunjukkan
Universitas Sumatera Utara
49 tarian, busana dan nyanyian khas Melayu ataupun aktivitas lain yang mendukung
dan bisa menjadi magnet untuk pengunjung lihat gambar 4.4.
Menurut penulis, konsep terbaik untuk kasus proyek pembangunan hotel butik dan apartemen berdasarkan pada konteks bangunan preservasi adalah tidak hanya dengan
melestarikan bangunan preservasi tersebut, namun juga dengan mengembangkan nilai –
nilai yang terkandung di dalamnya dan dimanfaatkan untuk pengembangan kehidupan lingkungan itu sendiri, salah satunya yaitu meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang
berada pada lingkungan tersebut. Rancangan konseptual suatu proyek masih dapat berubah seiring dengan
pembelajaran dan pengeksplorasian berbagai hal dalam proses perancangan. Konsep akan dipilih dan diambil yang terbaik setelah mempertimbangkan berbagai aspek untuk akses
atau sirkulasi, bentuk bangunan, orientasi, hubungan antar ruang, dan berbagai aspek lain yang berhubungan dengan fungsi dan konteks proyek dan harus dimasukkan dalam
perencanaan perancangan.
Gambar 4.4: Tradisi dan budaya Melayu Sumber: Komunitas Melayu Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
50
BAB V TRIAL AND REVISE