Latar Belakang Berdirinya Yayasan Srikandi Sejati Di Jakarta 1998

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ilmu Sejarah merupakan disiplin ilmu yang membahas segala kejadian yang terjadi pada masa lampau yang berhubungan dengan kegiatan manusia. Dengan mencatat dan merekonstruksi ulang setiap kegiatan yang di lakukan manusia pada masa lampau, maka sejarah mampu mengurai peristiwa kekinian untuk memberi gambaran umum masa depan. Dalam merekonstruksi kembali peristiwa masa lampau, segala kegiatan yang di lakukan manusia, baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, agama, termasuk segala sesuatu yang memberikan maupun membentuk nilai dalam kemasyarakatan, mampu menjadi petunjuk tentang bagaimana masa depan yang mungkin terjadi. Proses sejarah menjadi sesuatu yang kompleks, sebab terjadi interaksi dari berbagai unsur yang saling mempengaruhi dan saling ketergantungan diantara unsur- unsur tersebut. Dalam memahami suatu proses sejarah, penelitian dan penulisan sejarah merupakan usaha untuk merekonstruksi ataupun menulis kembali peristiwa sejarah dan menyusunnya menjadi sebuah historiografi yang lengkap. Historiografi tidak hanya sekedar usaha penyuntingan ulang sebuah kisah lampau. Agar menjadi sebuah disiplin ilmu, historiografi harus berkembang dengan menggunakan metode dan pendekatan ilmu- ilmu sosial. Sebab dengan menggunakan pendekatan ilmu sosial ruang lingkup sejarah tidak lagi dibatasi oleh pertanyaan tentang proses, tapi juga berbicara tentang struktur. Sejarah yang semula bersifat kisah yang hanya membahas deskriptif dan diakronik mulai menuju ke arah tulisan yang analitis dan sikronis. Dari berbagai tema penulisan sejarah, tema tentang sejarah sosial merupakan bahan garapan yang cukup luas dan menarik. Sejarah sosial menjadikan manusia Universitas Sumatera Utara dan berbagai aktifitasnya sebagai bahan kajian baik peristiwa yang bersifat lokal maupun nasional. Sosial sebagai bidang kajian terluas dan paling beragam memberi historiografi ruang untuk mengkaji berbagai peristiwa dalam sejarah sebagai materi kajiannya. Sejarah yang bersifat kontemporer membuka celah bagi sejarah untuk mengupas dan membahas berbagai peristiwa kekinian yang memenuhi syarat- syarat penulisan sejarah. Isu gender yang semakin berkembang dewasa ini, merupakan salah satu kajian yang menarik bagi historiografi menurut sudut pandang sejarah terjadinya. Berkembangnya isu gender tentang persamaan hak antara laki- laki dan perempuan, isu tentang SARA, isu yang berkaitan dengan diskriminasi kelompok minoritas seperti LGBT merupakan peristiwa yang menuai kontroversi dari berbagai sudut pandang termasuk sejarah. Di tengah masyarakat Indonesia yang mengenal dan mengakui dua jenis gender kontruksi sosial bentukan masyarakat yang membedakan antara jenis kelamin laki- laki dan perempuan, maka keberadaan transgender seseorang yang mempunyai sifat dan sikap yang tidak sesuai dengan gendernya yaitu waria menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat mapan yang mengetengahkan ajaran agama sebagai pedoman hidup. Masyarakat pada umumnya merasa terancam dengan keberadaan waria sebab takut tertimpa hukuman akibat dosa yang dilakukan oleh waria karena dianggap melakukan penyimpangan kodrat. Hal ini cenderung memicu perlakuan kasar dan semena- mena dari masyarakat sebagai usaha untuk menyadarkan kaum waria dari penyimpangannya. Masyarakat percaya bahwa kekerasan akan mendorong waria untuk bertobat dari kewariaannya. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan fakta- fakta yang berkenaan dengan waria membuat masyarakat menilai positif tindakan kekerasan yang mereka lakukan sehingga menghilangkan rasa bersalah dan sikap manusiawi terhadap waria. Universitas Sumatera Utara Kecurigaan berlebihan yang timbul akibat keberadaan waria, disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang waria. Paradigma kerangka berfikir yang berkembang ialah waria sebagai penyakit yang bisa menular, sehingga masyarakat takut untuk mendekati apalagi bergaul dengan waria, bahkan untuk bertetangga dengan mereka karena ajaran agama yang dianut secara umum, mengajarkan bahwa penyimpangan kodrat adalah dosa. Sulitnya mencari pekerjaan merupakan hal biasa yang dialami waria, sehingga banyak waria yang bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial PSK, agar bisa bertahan hidup. Mereka hampir tidak memiliki alternatif pilihan pekerjaan akibat steriotip konsepsi tentang suatu kelompok yang didasarkan pada prasangka yang subyektif dan tidak tepat yang ada di masyarakat. Kekerasan, kesulitan dalam pekerjaan, dan ketidakpedulian masyarakat menambah daftar panjang hal negatif menyangkut waria. Di tambah lagi tidak adanya tanggapan positif- negatif mengenai keberadaan waria dari pemerintah. Tidak adanya usaha perlindungan terhadap hak waria dan kurang ditekankannya kewajiban bagi masyarakat umum terhadap waria, menimbulkan kesulitan yang sangat banyak bagi waria. Waria yang mengalami penganiayaan dan tindak kekerasan kurang dipedulikan dan kesehatan mereka sangat tidak diperhatikan, akibat dari stigmatisasi proses indentitas sosial yang hilang sehingga disingkirkan dari pergaulan dan steriotip yang cenderung mengabaikan penderitaan mereka dan menganggap hal itu sebagai bentuk hukuman dari jalan hidup yang mereka pilih sendiri. Menilik usaha dan kerja keras waria untuk dapat diterima di tengah keluarga dan masyarakat. Serta perjuangan mereka dalam menentukan jati diri, eksistensi dan penerimaan mereka terhadap penolakan yang di lakukan masyarakat, mendorong penulis untuk mengungkap sisi lain dari waria di luar konsep yang secara umum tertanam dalam benak setiap orang ketika mendengar kata ‘waria’. Universitas Sumatera Utara Melihat kenyataan yang terjadi di lapangan bahwa waria membutuhkan dampingan dan dukungan untuk mampu mandiri di dalam bermasyarakat, menjadi motivasi untuk meneliti dan melakukan penulisan yang bersifat ilmiah tentang komunitas- komunitas yang di bangun untuk melindungi dan menolong waria dari tindakan diskriminasi. Masa di mana militer memegang peran penting, sehingga kekerasan sering digunakan untuk mengendalikan situasi dan keamanan. Pentingnya sosialisasi tentang bahaya dari penyakit HIV AIDS dan membantu mereka yang terinfeksi dalam menghadapi penyakit tersebut, mendorong di bangunnya satu lembaga khusus yang mengfokuskan diri untuk membantu para waria dalam mengatasi masalah tersebut. Kurangnya pemahaman waria sendiri akan peliknya masalah ini, menjadikan masalah kesehatan akibat seks bebas menjadi fokus utama yang menjadi perhatian lembaga tersebut. Hal ini yang menginspirasi dan mendorong penulis untuk menulis tentang “ Berdirinya Yayasan Srikandi Sejati di Jakarta 1998 ” yang merupakan organisasi berbentuk yayasan pertama di Indonesia yang mendapat legalitas keabsahan dari pemerintah untuk mewadahi dan menampung aspirasi waria bukan hanya di Jakarta tetapi juga di Indonesia. Melalui Yayasan Srikandi Sejati YSS, waria mendapat pengetahuan lebih terutama di bidang kesehatan mengenai HIV AIDS, dan mendapat bantuan kesehatan. Juga mendapat banyak penyuluhan dan pelatihan keterampilan kerja. Serta menyelenggarakan pertunjukan kesenian dalam rangka pengumpulan dana untuk membantu masyarakat yang kurang mampu. Berdasarkan S.K. Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. : M- 135 – HT. 03.05 – Th. 1986 tgl. 9 – 12 – 1986. Semua usaha ini dilakukan untuk membangun kepercayaan masyarakat bahwa waria mampu berinteraksi dengan baik di tengah masyarakat. Dan mengembalikan rasa percaya diri Universitas Sumatera Utara dalam diri waria bahwa mereka memiliki wadah inspirasi yang akan menolong dan memberikan masukan untuk hal- hal yang kurang mereka pahami terutama di bidang kesehatan. Seperti pencegahan penyakit tertentu dan bagaimana mengatasinya. Yayasan Srikandi Sejati mencoba memberi dampingan berwirausaha bagi para waria agar mereka memiliki keterampilan khusus, sehingga mampu bekerja di sektor informal, seperti membuka salon atau berjualan jamu. Juga mengadakan kegiatan yang bersifat keagamaan, seperti merayakan lebaran atau natal bersama. YSS juga mengadakan seminar- seminar sosialisasi mengenai HIVAIDS, bahaya dan pencegahannya. Di samping itu mereka juga mengadakan dampingan di lapangan untuk mengetahui kebutuhan dan memberi informasi kabar terkini seputar komunitas mereka. Mereka juga berusaha memberikan bantuan hukum atau menuntut keadilan bagi waria yang mengalami diskriminasi. Semakin besarnya peluang bagi waria untuk mengekspresikan diri dengan cara yang positif dan adanya dukungan dari keluarga, masyarakat serta kesempatan yang muncul sejak era reformasi membuka jalan bagi waria untuk membentuk organisasi yang di bentuk dan diperuntukan untuk mengorganisir kebutuhan mereka berorganisasi dan membentuk kelompok yang mampu menyatukan mereka. Melindungi dan mewadahi tiap kebutuhan mereka terutama bidang kesehatan.

2. Rumusan Masalah