Dwi Indah Purnama : Film Nagabonar Karya Asrul Sani Dan Film Nagabonar Jadi 2 Karya Musfar Yasin: Analisis Resepsi, 2010.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep dan Landasan Teori
Definisi resepsi sastra yang mendekati dengan penelitian ini, yaitu definisi yang dipaparkan oleh Teeuw 2003:173. Pada dasarnya orientasi
terhadap karya sastra itu ada empat macam seperti digambarkan oleh Abrams. Pertama, peranan penulis karya sastra, sebagai penciptanya ekspresif; kedua,
peranan pembaca, sebagai penyambut dan penghayat pragmatik; ketiga, aspek referensial, acuan karya sastra, kaitannya dengan dunia nyata mimetik; dan
keempat, karya sastra sebagai struktur yang otonom, dengan koherensi intern objektif Teeuw, 1983:59.
Dalam hubungan dengan estetika resepsi, termasuk pada orientasi pragmatis Teeuw, 1983:59. Karya sastra itu sangat erat hubungannya dengan
penikmat, yaitu karya sastra itu ditujukan kepada penikmat, bagi kepentingan masyarakat penikmat. Di samping itu, penikmatlah yang menentukan makna dan
nilai karya sastra. Karya sastra itu tidak mempunyai arti tanpa ada penikmat yang menanggapinya. Karya sastra itu mempunyai nilai karena ada penikmat yang
menilainya. Pradopo mengatakan bahwa estetika resepsi atau estetika tanggapan adalah estetika ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan atau resepsi
pembaca terhadap karya sastra 1985:182. Resepsi sastra dimaksudkan bagaimana “penikmat” memberikan makna
terhadap karya sastra yang ditontonnya sehingga dapat memberikan reaksi atau tanggapan terhadapnya. Apabila seorang penikmat yang hanya sekedar menilai
keindahan karya sastra, tanggapan itu disebut dengan tanggapan yang bersifat
Dwi Indah Purnama : Film Nagabonar Karya Asrul Sani Dan Film Nagabonar Jadi 2 Karya Musfar Yasin: Analisis Resepsi, 2010.
pasif. Apabila seorang penikmat mampu memahami dan melihat estetika karya sastra dan kemudian menciptakan suatu karya sastra yang “lain”, disebut dengan
tangggapan yag bersifat aktif. Irwansyah, 1989:17-18. Hasil tanggapan seseorang berbeda dengan orang lain, dan antara satu
periode dengan periode berikutnya. Ini disebabkan adanya perbedaan cakrawala harapan yaitu harapan-harapan seseorang penikmat terhadap karya sastra. Tiap
penikmat mempunyai wujud sebuah karya sastra sebelum ia menikmati karya sastra Pradopo, dalam Sulasun Sutrisno, 1985:184. Cakrawala harapan itu
ditentukan oleh tiga kriteria 1 norma-norma yang terpancar dari teks atau cerita yang dinikmati oleh penikmat 2 pengetahuan dan pengalaman penikmat 3
pertentangan antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuan penikmat untuk memhami, baik dalam horisan sempit dari harapan-harapan sastra dalam horison
luas dari pengetahuan tentang kehidupan, Pradopo, dalam Sulasun Sutrisno, 1985:184.
Analisis resepsi ditentukan oleh tanggapan penikmat berbentuk tulisan-tulisan yang dibuat oleh penikmat. Dari tulisan itulah kemudian
dikumpulkan menjadi sebuah penilaian dalam karya sastra. Teori yang digunakan penulis, ialah teori resepsi sastra. Teori ini dapat diterapkan dalam dua penilaian,
yaitu penilaian secara sinkronik dan diakronik. Sinkronik ialah cara penilaian resepsi terhadap sebuah karya sastra dalam
satu masa atau periode. Jadi, di sini yang diteliti itu resepsi tanggapan penikmat dalam satu kurun waktu. Diakronik adalah kumpulan-kumpulan resepsi
tanggapan terhadap sebuah karya sastra dari tiap-tiap periode. Jadi, di sini yang
Dwi Indah Purnama : Film Nagabonar Karya Asrul Sani Dan Film Nagabonar Jadi 2 Karya Musfar Yasin: Analisis Resepsi, 2010.
diteliti adalah resepsi tanggapan penikmat dalam tiap-tiap periode Teeuw, 2003:173.
Penilaian secara diakronik ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan tanggapan-tanggapan penikmat ahli sebagai wakil-wakil penikmat dari tiap
periode. Dengan demikian dapat dideskripsikan bagaimana nilai estetik sebuah karya sastra berdasarkan penilaian sinkronik dan penilaian diakronik.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Film