Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Dwi Indah Purnama : Film Nagabonar Karya Asrul Sani Dan Film Nagabonar Jadi 2 Karya Musfar Yasin: Analisis Resepsi, 2010.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sastra berhubungan dengan pengarang, karya sastra dan penikmat. Ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan karena masing-masing memiliki peran dan fingsi yang berbeda. Tanpa pengarang tidak akan ada karya sastra dan tanpa penikmat karya sastra tidak ada artinya. Penikmat dalam hal ini memahami dan memaknai suatu karya sastra akan berbeda antara pengetahuan, pengalang dan kemampuan penikmat yang berbeda. Segers dalam Pradopo, 1995:208 mengatakan cakrawala penikmat ditentukan oleh tiga kriteria 1 norma-norma yang terpancar dari teks-teks yang telah dibaca oleh penikmat 2 pengetahuan dan pengalaman atas semua teks yang telah dibaca sebelumnya 3 pertentangan antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuan penikmat untuk memahami, baik dalam horison sempit dari harapan-harapan sastra maupun dalam horison luas dari pengetahuannya tentang kehidupan. Perkembangan karya sastra didukung dari banyaknya penikmat. Apabila penikmat tidak ada, maka karya sastra itu milik sendiri. Sebagai contoh yang mengalami kemajuan yang luar biasa adalah novel. Banyak produser yang mengasaptasi film khususnya film layar lebar dari sebuah novel, contoh Roro Mendut 1982 karya sutradara Ami Priyono yang diangkat dari novel Roro Mendut karya YB. Mangunwijaya, Darah dan Mahkota Ronggeng 1983 karya sutradara Ami Priyono yang diangkat dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, film Ca Bau Kan 2001 karya sutradara Nia Dinata yang diangkat dari novel Ca Bau Kan karya Remy Sylado, dan film Eiffel Im In Love Dwi Indah Purnama : Film Nagabonar Karya Asrul Sani Dan Film Nagabonar Jadi 2 Karya Musfar Yasin: Analisis Resepsi, 2010. 2003 karya Nasry Chepy yang diangkat dari novel Eiffel Im In Love karya Rachmania Arunita. Lahirnya pengadaptasian dari novel ke dalam film biasanya dikarenakan novel tersebut sudah terkenal sehingga para apresiator ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana jika difilmkan. Selain itu ada juga karena ide ceritanya yang menarik. Namun ketika difilmkan, hadir pula rasa kecewa terhadap hasilnya. Ernest Hemmingway, sering dikutip orang sebagai sastrawan Amerika yang sering kecewa jika novel-novelnya difilmkan atau diangkat ke layar putih. Malah pemenang hadiah Nobel ini bersedia membayar biaya yang dikeluarkan produser film, asalkan salah satu film hasil adaptasi dari novelnya tidak diedarkan. Selanjutnya penulis novel Indonesia yang kecewa adalah Motinggo Busye, sehingga ia terdorong untuk terjun ke dunia film. Begitu juga dengan YB. Mangunwijaya yang merasa kecewa dengan film Roro Mendut garapan sutradara Ami Priono. Hadirnya kekecewaan ini diakibatkan oleh ketidakpuasan antara film yang ditonton dengan cakrawala harapan yang hadir pada pembaca. Hadirnya kekecewaan atau sebaliknya akan menjadi hal yang sangat biasa dalam proses adaptasi karena proses ini selalu menimbulkan suatu perubahan sebagai akibat dari perubahan media dan pemaknaan interpretasi. Dalam perkembangan selanjutnya hadir pula sebuah novel yang berawal dari sebuah film. Kejadian ini merupakan kebalikan dari proses sebelumnya. Pekerjaan yang awalnya dikerjakan bersama-sama sebagai sebuah proses kolektif dipindahkan ke dalam novel yang biasanya berupa pekerjaan individu. Dwi Indah Purnama : Film Nagabonar Karya Asrul Sani Dan Film Nagabonar Jadi 2 Karya Musfar Yasin: Analisis Resepsi, 2010. Pengadaptasian ini menjadi menarik akan timbul sebuah interpretasi tunggal dari seorang novelis terhadap film yang ditontonnya. Proses pengadaptasian di Indonesia dari film ke dalam novel belum banyak dilakukan. Hal ini disebabkan kurangnya minat dari para penerbit buku untuk menerbitkan dengan asumsi bahwa masyarakat di Indonesia lebih menyukai tontonan dari pada bacaan. Asumsi seperti ini tentu saja mudah dibantah karena masyarakat tonton dan masyarakat baca bisa jadi berbeda. Namun seiring mulai meningkatnya minat baca di kalangan masyarakat, adaptasi dari film ke dalam novel pun akhirnya dilakukan, seperti pada film layar lebar terjadi pada film Biola Tak Berdawai karya Sekar Ayu Asmara yang dinovelkan oleh Seno Gumira Ajidarma Akur, 2004, 30 Hari Mencari Cinta dinovelkan oleh Nova Arianti Yusuf Gagas Media, 2004, film Brownies karya Hanung Bramantyo dinovelkan oleh Fira Basuki, Film Bangsal 13 dinovelkan oleh FX. Rudi Gunawan Gagas Media, 2004 dan film Rindu Kami PadaMu karya Garin Nugroho dinovelkan oleh Garin Nugroho dan Islah Gusmian Nastiti, 2005. Yang paling menarik adalah cerpen Tentang Dia karya Melly Goeslow Gagas Media, 2005 yang ditulis ke dalam bentuk skenario oleh Titien Wattimena, difilmkan oleh sutradara Rudi Sujarwo, kemudian dinovelkan kembali oleh Moamar Emka Gagas Media, 2005, bahkan dikomikkan pula Jika dahulu pada era 90-an misalnya, para novelis tertarik menjadi penulis skenario seperti Zara Zetira, Hilman, dan Gola Gong, kini justru sebaliknya. Titien Wattimena, salah seorang penulis skenario muda yang cukup diperhitungkan, kini mulai pula menggarap novel bahkan novel perdananya berasal dari skenario. Selain itu, Dwi Indah Purnama : Film Nagabonar Karya Asrul Sani Dan Film Nagabonar Jadi 2 Karya Musfar Yasin: Analisis Resepsi, 2010. seorang wartawan majalah Tempo yaitu Akmal Nasery Basral mengadaptasi film Nagabonar jadi 2 karya Musfar Yasin menjadi sebuah novel dengan judul yang sama yaitu Nagabonar jadi 2. namun, novel yang ia ciptakan tidak sesukses film NBJ2. Film NBJ2 adalah film lanjutan dari film NB yang sangat populer pada tahun 1987 karya Asrul Sani. Kedua film ini merupakan film komedi. Pada film NB mengambil latar belakang peristiwa perjuangan rakyat Indonesia ketika sedang melawan penjajahan Belanda di daerah Sumatera Utara pada era kemerdekaan. Tokoh Naga Bonar Deddy Mizwar, adalah seorang pencopet yang mendapatkan kesempatan menyebut dirinya seorang Jenderal di pasukan kemerdekaan Indonesia pada saat pasukan pendudukan Jepang mundur pada tahun 1945 dan Belanda berusaha kembali menguasai daerah yang ditinggalkan tersebut. Pada awalnya Naga Bonar melakukan ini hanya sekedar untuk mendapatkan kemewahan hidup sebagai seorang Jenderal, akan tetapi pada akhirnya dia menjadi tentara yang sesungguhnya, dan memimpin kemenangan Indonesia dalam peperangan. Film NBJ2, merupakan alur cerita berputar tentang hubungan Nagabonar Dedy Mizwar dan Bonaga Tota Sudiro dalam suasana kehidupan anak muda metropolis. Bonaga seorang pengusaha sukses, mendapatkan proyek pembangunan resort dari perusahaan Jepang, sialnya lahan yang diincar perusahaan Jepang tersebut tidak lain adalah lahan perkebunan sawit milik ayahnya, Nagabonar, maka Bonaga pun memboyong ayahnya ke Jakarta agar dia bisa membujuk Nagabonar untuk menjual lahan tersebut. Dwi Indah Purnama : Film Nagabonar Karya Asrul Sani Dan Film Nagabonar Jadi 2 Karya Musfar Yasin: Analisis Resepsi, 2010. Usaha Bonaga tidak berhasil. Kekeraskepalaan Nagabonar untuk memertahankan lahan perkebunan dimana di sana juga terdapat makam istri, mamak dan temannya. Semakin menjadi-jadi ketika tahu calon pembeli tanahnya adalah perusahaan Jepang yang masih dianggapnya penjajah. Sementara Nagabonar dan Bonaga berusaha saling memahami cara pandang dan nilai-nilai satu sama lain, tenggat waktu untuk Bonaga semakin dekat. Film NB ini disambut baik oleh masyarakat. Film tersebut memberikan kalau cinta terhadap negara, keluarga dan masyarakat penting. Ceritanya memang sangat menonjolkan realita keseharian masyarakat yang terjadi di dalam sebuah film. Walaupun film NBJ2 merupakan film lanjutan dari film terdahulu, namun film NBJ2 mampu mengimbangi film NB. Kedua film tersebut berhasil mendapatkan beberapa penghargaan, antara lain: 1. Meraih piala Citra pada FFI 1987 untuk Film, Skenario, Cerita, Pemeran Utama Pria Deddy Mizwar, Pemeran Pembantu Wanita Roldiah Matulessy, Musik, Suara. Merupakan film unggulan pada FFI 1987, untuk Pemeran Pembantu Pria Arizal Anoda, Artistik. 2. Film Naga Bonar Jadi 2 terpilih sebagai film terbaik FFI 2007 yang digelar Jumat malam 1412 di Anjung Seni Idrus Tintin, Komplek Bandar Serai, Pekanbaru. Film ini mengalahkan 4 film nominasi lainnya yakni Get Married, Kamulah Satu-Satunya, Mengejar Mas-Mas, Merah itu Cinta. 3. Selain terpilih sebagai Film Terbaik 2007, Naga Bonar Jadi 2 juga berhasil menggondol Lima Piala Citra masing-masing untuk kategori Pemeran Utama Dwi Indah Purnama : Film Nagabonar Karya Asrul Sani Dan Film Nagabonar Jadi 2 Karya Musfar Yasin: Analisis Resepsi, 2010. Pria terbaik, Pemeran Pendukung Pria terbaik, Penulis Skenario Cerita Terbaik, dan Tata Suara Terbaik. 4. Untuk penghargaan pemeran utama pria terbaik diraih oleh Deddy Miswar, untuk Pemeran Pendukung Pria Terbaik diraih Lukman Sardi, Penulis Skenario Cerita Asli Terbaik diraih Musfar Yasin, dan untuk Tata Suara Terbaik diraih oleh Aditya SusantoAdimolana. Berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam perkembangan sastra di Indonesia, selain novel yang sering dilakukan dalam proses adaptasi menjadi sebuah film, penulis menemukan bahwa film dapat diadaptasi menjadi sebuah novel. Berdasarkan pengamatan penulis sejauh ini, film NB dan NBJ2 belum pernah diteliti berdasarkan teori resepsi sastra. Kondisi di atas merupakan dasar bagi penulis untuk meneliti NB dan NBJ2. penelitian ini diarahkan pada tanggapan penikmat terhadap kedua film tersebut.

1.2. Rumusan Masalah