BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri peleburan aluminium mulai berkembang sejak Charles Hall dan Paul Heroult
yang secara terpisah menemukan proses produksi aluminium yang lebih sederhana pada tahun 1866, yaitu dengan cara mereduksi aluminium Al dari bahan
baku alumina Al
2
O
3
melalui proses elektrolisis. Dalam proses ini, bahan karbon C dipakai sebagai elektroda, kriolit Na
3
AlF
6
sebagai pelarut dan arus listrik searah DC sebagai sumber energi pemisah Al dari senyawa alumina Al
2
O
3
, dan menjaga agar elektrolit maupun metal cair yang terbentuk tetap terjaga dalam fase cair didalam
tungku reduksi Austin,1996.
Aluminium mempunyai titik lebur 2000 C, namun dengan proses elektrolisa
metode Hall Heroult yang menggunakan larutan kriolit Na
3
AlF
6
, aluminium dapat diperoleh pada temperatur 1000
C, dan dengan memasukkan zat additif seperti AlF
3
, CaF
2
dan bahan-bahan lain yang terdapat didalam bahan baku, maka aluminium dapat diperoleh pada temperatur 960
C sampai 970 C.
Adapun aluminium yang dihasilkan adalah aluminium yang berbentuk batangan ingot dengan berat perbatangnya 22,7 kg. Desain produksi PT INALUM adalah
225.000 ton per tahun. Aluminium yang dihasilkan merupakan bahan baku industri hilir yang dapat menghasilkan barang-barang seperti : bahan bangunan, alat rumah
tangga, industri pesawat terbang dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Aluminium mempunyai sifat penghantar panas yang tinggi dan juga mempunyai daya tahan terhadap karat yang sangat baik. Oleh karena itu permintaan akan aluminium
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya permintaan aluminium di kalangan konsumen.
Dalam proses peleburan aluminium pastilah tidak dapat dihasilkan aluminium yang 100 murni, terdapat zat pengotor didalam hasilnya. Zat pengotor tersebut dapat
berupa silikon Si, besi Fe, tembaga Cu, timbal Pb dan sebagainya. Tetapi dalam hal ini, zat pengotor yang lebih dicermati adalah silikon Si dan besi Fe. Karena
dengan adanya zat pengotor ini akan mempengaruhi kualitas dari aluminium yang dihasilkan, dimana PT Inalum memberikan beberapa standar terhadap kemurnian dari
aluminium. Untuk mengurangi kelebihan atau menyeimbangkan kadar zat pengotor yang terdapat dalam aluminium yaitu dengan cara pemberian aluminium murni
PT.Inalum,2010. Dari uraian diatas, maka dapat dijadikan suatu alasan bagi penulis untuk memilih
judul, yaitu : “ PENGARUH KADAR ZAT PENGOTOR SILIKON Si DAN BESI Fe PADA ALUMINIUM CAIR YANG DIHASILKAN DI TUNGKU
REDUKSI TERHADAP KESESUAIAN STANDAR GRADE ALUMINIUM ”
Universitas Sumatera Utara
1.2. Identifikasi Masalah