Hubungan merokok dengan kadar hemoglobin darah pada warga dengan jenis kelamin laki-laki berusia 18-40 tahun yang tinggal di Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia
HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH
PADA WARGA DENGAN JENIS KELAMIN LAKI-LAKI BERUSIA 18-40
TAHUN YANG TINGGAL DI BANDAR PUTRA BERTAM,
KEPALA BATAS, PULAU PINANG, MALAYSIA.
Oleh:
AHMAD ASYRAF BIN ZUKEFELI
070100398
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(2)
HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH
PADA WARGA DENGAN JENIS KELAMIN LAKI-LAKI BERUSIA 18-40
TAHUN YANG TINGGAL DI BANDAR PUTRA BERTAM,
KEPALA BATAS, PULAU PINANG, MALAYSIA.
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
AHMAD ASYRAF BIN ZUKEFELI
070100398
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Hubungan merokok dengan kadar hemoglobin darah pada warga dengan
jenis kelamin laki-laki berusia 18-40 tahun yang tinggal di Bandar Putra
Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia.
Nama : AHMAD ASYRAF BIN ZUKEFELI
NIM : 070100398
__________________________________________________________________
Pembimbing
Penguji
_______________________
________________________
(dr. Sri Sofyani, Sp.A(K)) (Prof. Dr. dr. Harun Al Rasyid, SP.PD, Sp.GK)
_________________________
(dr. Arlinda Sari Wahyuni, M. Kes)
(4)
ABSTRAK
Merokok adalah tindakan mengisap asap yang berasal daripada pembakaran
tembakau, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Terdapat banyak
bahan kimia yang terkandung di dalam asap rokok dan hampir kesemua dari bahan
kimia ini mempunyai efek negatif terhadap fisiologi tubuh. Salah satu sistem yang
mengalami dampak buruk dari bahan kimia rokok adalah sistem hematologi tubuh.
Menganalisis hubungan antara merokok dengan kadar hemoglobin darah pada
warga dengan jenis kelamin laki-laki berusia 18-40 tahun yang tinggal di Bandar
Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian analitik
yang bertujuan untuk melihat hubungan antara merokok dengan kadar hemoglobin.
Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study,
yang mana dilakukan pengumpulan data berdasarkan pengukuran variabel
independen dan variabel dependen. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah judgmental sampling atau purposive sampling.
Nilai rata-rata konsentrasi hemoglobin pada kelompok tidak merokok adalah
lebih rendah yaitu 12,53 g/dL dengan standard deviasi 1,43. Sedangkan, kelompok
merokok pula mempunyai rata-rata nilai konsentrasi hemoglobin sebesar 13,77 g/dL
dengan nilai standard deviasinya 1,42.
Kadar hemoglobin kelompok merokok dan tidak merokok pada penelitian ini
menunjukkan perbedaan. Pada kelompok merokok, kadar hemoglobin rata-ratanya
adalah 13,77g/dL dengan standard deviasi sebesar 1,43. Nilai ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kadar hemoglobin rata-rata pada kelompok tidak merokok yaitu
12,53g/dL dengan standard deviasinya adalah 1,42.
Nilai p yang didapat dari hasil uji T independen adalah lebih kecil dari 0,05
yaitu 0,000. Maka, pada penelitian ini, dibuktikan bahawa merokok menyebabkan
terjadinya peningkatan kadar hemoglobin darah.
(5)
ABSTRACT
Smoking is the inhalation of the smoke of burning tobacco encased in cigarettes, pipes, and cigars. There are many chemicals contained in cigarette smoke and almost all of these chemicals have negative effects on body physiology. One of the systems that are experiencing the adverse effects of cigarette chemicals are hematologic system of the body.
Analyze the relationship between smoking and blood hemoglobin levels in people with male gender aged 18-40 years living in Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia.
The type of research used in this study is the analytical study that aims to observe the relationship between smoking and hemoglobin concentration. The approach used in this study design is cross sectional study, which conducted by collecting data based on the measurement of independent and dependent variable.The sampling technique used was judgmental sampling or purposive sampling.
The average value of hemoglobin concentration in groups of nonsmoking is low which is 12.53 g/dL with the standard deviation of 1.43. Meanwhile, smoking group had an average hemoglobin concentration value of 13.77 g/dL with a standard deviation value of 1.42.
Hemoglobin levels of smoking and nonsmoking groups in this study showed a difference. In the smoking group, the average hemoglobin concentration was 13.77 g/dL with a standard deviation of 1.43. This value is higher than the average hemoglobin concentration in non-smoking group which is 12.53 g/dL with a standard deviation of 1.42.
The p-value obtained from the independent T test is less than 0.05 which is 0.000. So, in this study, demonstrated that free smoking causes an increase in blood hemoglobin levels. Keywords: Smoking, Hemoglobin, Male
(6)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah subhanahu wata‘ala atas nikmat
kesempatan dan peluang yang diberikan kepada saya untuk membuat penelitian ini
serta atas kurnaianNya sehingga saya berhasil menyiapkan penelitian ini. Sholawat
beriringan salam saya utuskan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW,
keluarga dan sahabat-sahabat beliau.
Pada kesempatan ini, saya dengan hormat dan sukacitanya merekamkan
setinggi-tinggi penghargaan dan rasa terima kasih kepada :
1.
Tuan Hj. Zukefeli bin Mohd Arif dan Puan Hjh. Nurul Izzati binti Ahmad,
yang merupakan orang tua saya di atas segala dukungan yang diberikan
kepada saya.
2.
dr. Sri Sofyani, Sp.A (K) selaku dosen pembimbing saya di atas kesudian
meluangkan waktu dan berkongsi ilmu untuk membimbing saya dalam
menyiapkan penelitian ini.
3.
Ahmad Syafiq bin Thanthawi Jauhari, Asyraff bin MD Najib, Atiyyah
binti Samsudin dan Muniroh Hanafiah yang merupakan teman-teman
sekelompok yang telah banyak membantu dalam proses menyiapkan
penelitian ini.
Akhir kata, saya berharap agar penelitian yang akan dijalankan ini berjalan
lancar dan dipermudahkan oleh Allah SWT serta mendapat kerjasama dari semua
pihak yang terlibat sehingga hasil daripada penelitian ini dapat memberikan manfaat
kepada banyak pihak.
Kepala Batas, 20 November 2010.
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...
ABSTRAK...
ABSTRACT...
KATA PENGANTAR...
i
ii
iii
iv
DAFTAR ISI...
DAFTAR TABEL...
DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR LAMPIRAN...
v
viii
ix
BAB 1 PENDAHULUAN...
1.1. Latar Belakang...
1.2. Rumusan Masalah...
1.3. Tujuan Penelitian...
1.3.1. Tujuan Umum...
1.3.2. Tujuan Khusus...
1.4. Manfaat Penelitian...
1
1
2
2
2
2
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...
2.1. Sel Darah Merah...
2.2. Hemoglobin...
2.3. Kurva Disosiasi Hemoglobin-Oksigen...
2.4. Karbon monoksida...
2.5. Merokok...
2.6. Menjadi Perokok...
4
4
4
6
8
9
9
(8)
2.7. Bahan Baku Rokok...
2.8. Bahan Kimia di dalam Tembakau dan Rokok...
2.9. Hubungan Merokok dengan Kadar Hemoglobin Darah...
10
11
11
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI
OPERASIONAL...
3.1. Kerangka Konsep Penelitian...
3.2. Definisi Operasional...
3.3. Hipotesis...
13
13
13
14
BAB 4 METODE PENELITIAN...
4.1. Jenis Penelitian...
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian...
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian...
4.4. Teknik Pengumpulan Data...
4.5. Pengolahan dan Analisis Data...
15
15
15
15
16
17
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
5.1. Hasil Penelitian...
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...
5.1.2. Karakteristik Individu...
5.1.3 Distribusi sampel yang merokok berdasarkan
kategori perokok...
5.1.4 Distribusi sampel berdasarkan status anemia...
5.1.5 Hasil Analisis Statistik...
18
18
18
18
19
19
20
(9)
5.2. Pembahasan...
5.2.1 Kategori perokok...
5.2.2 Merokok pada lelaki...
5.2.3 Kadar hemoglobin pada lelaki...
5.2.4 Kadar hemoglobin pada perokok...
5.2.5 Bias...
20
20
21
22
23
23
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...
6.1. Kesimpulan...
6.2. Saran...
25
25
25
DAFTAR PUSTAKA...
27
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
Tabel 5.1.
Tabel 5.2.
Tabel 5.3.
Distribusi sampel yang merokok berdasarkan kategori
perokok...
Distribusi sampel berdasarkan status anemia...
Rata-rata Konsentrasi Hemoglobin pada Kelompok Merokok
dan Tidak Merokok...
19
20
(11)
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Daftar Riwayat Hidup...
Lembar Penjelasan Mengenai Penelitian...
Lembar Informed Consent...
Lembar Survey Awal Sebelum Menjalankan Penelitian...
Data Induk...
Analisis Data...
32
33
35
36
37
42
(13)
ABSTRAK
Merokok adalah tindakan mengisap asap yang berasal daripada pembakaran
tembakau, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Terdapat banyak
bahan kimia yang terkandung di dalam asap rokok dan hampir kesemua dari bahan
kimia ini mempunyai efek negatif terhadap fisiologi tubuh. Salah satu sistem yang
mengalami dampak buruk dari bahan kimia rokok adalah sistem hematologi tubuh.
Menganalisis hubungan antara merokok dengan kadar hemoglobin darah pada
warga dengan jenis kelamin laki-laki berusia 18-40 tahun yang tinggal di Bandar
Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian analitik
yang bertujuan untuk melihat hubungan antara merokok dengan kadar hemoglobin.
Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study,
yang mana dilakukan pengumpulan data berdasarkan pengukuran variabel
independen dan variabel dependen. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah judgmental sampling atau purposive sampling.
Nilai rata-rata konsentrasi hemoglobin pada kelompok tidak merokok adalah
lebih rendah yaitu 12,53 g/dL dengan standard deviasi 1,43. Sedangkan, kelompok
merokok pula mempunyai rata-rata nilai konsentrasi hemoglobin sebesar 13,77 g/dL
dengan nilai standard deviasinya 1,42.
Kadar hemoglobin kelompok merokok dan tidak merokok pada penelitian ini
menunjukkan perbedaan. Pada kelompok merokok, kadar hemoglobin rata-ratanya
adalah 13,77g/dL dengan standard deviasi sebesar 1,43. Nilai ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kadar hemoglobin rata-rata pada kelompok tidak merokok yaitu
12,53g/dL dengan standard deviasinya adalah 1,42.
Nilai p yang didapat dari hasil uji T independen adalah lebih kecil dari 0,05
yaitu 0,000. Maka, pada penelitian ini, dibuktikan bahawa merokok menyebabkan
terjadinya peningkatan kadar hemoglobin darah.
(14)
ABSTRACT
Smoking is the inhalation of the smoke of burning tobacco encased in cigarettes, pipes, and cigars. There are many chemicals contained in cigarette smoke and almost all of these chemicals have negative effects on body physiology. One of the systems that are experiencing the adverse effects of cigarette chemicals are hematologic system of the body.
Analyze the relationship between smoking and blood hemoglobin levels in people with male gender aged 18-40 years living in Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia.
The type of research used in this study is the analytical study that aims to observe the relationship between smoking and hemoglobin concentration. The approach used in this study design is cross sectional study, which conducted by collecting data based on the measurement of independent and dependent variable.The sampling technique used was judgmental sampling or purposive sampling.
The average value of hemoglobin concentration in groups of nonsmoking is low which is 12.53 g/dL with the standard deviation of 1.43. Meanwhile, smoking group had an average hemoglobin concentration value of 13.77 g/dL with a standard deviation value of 1.42.
Hemoglobin levels of smoking and nonsmoking groups in this study showed a difference. In the smoking group, the average hemoglobin concentration was 13.77 g/dL with a standard deviation of 1.43. This value is higher than the average hemoglobin concentration in non-smoking group which is 12.53 g/dL with a standard deviation of 1.42.
The p-value obtained from the independent T test is less than 0.05 which is 0.000. So, in this study, demonstrated that free smoking causes an increase in blood hemoglobin levels. Keywords: Smoking, Hemoglobin, Male
(15)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut WHO Report on Global Tobacco Epidemic 2008, merokok merupakan salah satu pencetus penyakit penyebabkan kematian yang bisa dicegah di dunia. Data yang dilansirkan di dalam laporan ini menunjukkan kematian akibat tembakau pada abad ke-20 telah mencapai angka sebanyak 100 juta orang secara global dan 5,4 juta populasi dunia meninggal akibat produk tembakau pada tahun 2008, melebihi total kematian yang disebabkan oleh tuberculosis, HIV (human immunodeficiency virus)/AIDS (acquired immune
deficiency syndrome) dan malaria. Laporan ini juga menyatakan tembakau diperkirakan akan
menyebabkan kematian sebanyak 1 milyar orang pada abad ke-21. Jika kondisi ini berlanjutan, diperkirakan pada tahun 2030, angka ini akan meningkat ke nilai 8 juta kematian setiap tahun dan 80% kematian di negara yang sedang berkembang adalah disebabkan oleh produk tembakau (Chan, 2008).
Analisis oleh Asean Tobacco Control Report Card pada tahun 2008 melaporkan 31% (125,8 juta) dari populasi penduduk di Asia Tenggara adalah perokok dan 10% daripada jumlah perokok dunia berada di kawasan ini. Terdapat sekitar 21.0% (3,6 juta) dari penduduk Malaysia yang merokok. Hasil dari kajian ini juga menunjukkan 24.9% daripada lelaki di Malaysia adalah perokok.
Nodenberg (1990) mengambil kesimpulan penelitiannya bahwa merokok menyebabkan terjadinya peningkatan kadar hemoglobin. Hasil penelitian ini disokong lagi dengan maklumat yang dinyatakan oleh John W. Adamson (2005) yang menyatakan terjadinya peningkatan kadar hemoglobin pada perokok berat. Peningkatan ini terjadi karena reflek dari mekanisme kompensasi tubuh terhadap rendahnya kadar oksigen yang berikatan dengan hemoglobin akibat digeser oleh karbon monoksida yang mempunyai afinitas terhadap hemoglobin yang lebih kuat. Maka, tubuh akan meningkatkan proses hematopoiesis lalu
(16)
meningkatkan produksi hemoglobin, akibat dari rendahnya tekanan parsial oksigen, PO2
Tetapi, Bjork (2000) mendapatkan hal yang sebaliknya di dalam penelitiannya. Studi epidemiologi yang dilakukan menunjukkan bahawa merokok adalah faktor resiko kepada terjadinya sindroma myelodisplastik yang salah satu gejalanya adalah anemia. Maka, secara tidak langsung dikatakan merokok bisa menyebabkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin darah. Berdasarkan informasi diatas, diketahui bahawa merokok mempunyai hubungan dengan kadar hemoglobin darah.
di dalam tubuh.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah merokok menyebabkan peningkatan kadar hemoglobin darah atau sebaliknya?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara merokok dengan kadar hemoglobin darah pada warga dengan jenis kelamin laki-laki berusia 18-40 tahun yang tinggal di Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui rata-rata jumlah rokok yang dikonsumsi warga dengan jenis kelamin laki-laki berusia 18-40 tahun yang tinggal di Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia yang merokok.
(17)
2. Memeriksa kadar hemoglobin darah warga dengan jenis kelamin laki-laki berusia 18-40 tahun yang tinggal di Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai efek rokok terhadap kadar hemoglobin darah perokok.
2. Mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian langsung yang merupakan implementasi dari pelajaran selama di bangku kuliah.
(18)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sel Darah Merah
Sel darah merah yang matang sangat mudah dikenali disebabkan oleh morfologinya yang unik. Pada keadaan normal, bentuk sel darah merah adalah dwicekung dengan diameter purata 8µm, ketebalan 2µ m dan volumenya sekitar 90fL. Ia tidak mempunyai nukleus atau mitokondria, dan 33% daripada kandungannya terdiri daripada protein tunggal yaitu hemoglobin. Tanpa nukleus dan jalur metabolik protein, sel ini mempunyai masa hidup yang singkat yaitu selama 100-120 hari. Tetapi, struktur sel darah merah matang yang unik ini memberikan daya lenturan yang maksimal saat sel ini melewati pembuluh darah yang sempit (Hillman, Ault dan Rinder, 2005).
Hampir kesemua kebutuhan tenaga intrasellular didapat lewat metabolisme glukosa, yang bertujuan untuk mengekalkan hemoglobin dalam kondisi larut dan reduksi, menyediakan sejumlah 2,3-diphosphoglycerat (2,3-DPG) yang mencukupi dan untuk menghasilkan adenosine triphosphate (ATP) bagi mempertahankan fungsi membran (Hillman, Ault dan Rinder, 2005).
2.2 Hemoglobin
Terdapat sekitar 280 juta molekul hemoglobin di dalam setiap sel darah merah (Tortora dan Derickson, 2006). Hemoglobin adalah sejenis protein dengan berat molekul 64.500 dalton, terdiri daripada 4 rantai polipeptida. Setiap satunya mengandung satu pigmen non-protein berbentuk seperti cincin yang disebut sebagai kelompok heme aktif (Hillman, Ault dan Rinder, 2005). Pada bagian tengah dari cincin heme ini terdapat satu ion ferous, Fe2+ yang boleh mengikat satu molekul oksigen, lalu membolehkan satu molekul hemoglobin berikatan dengan empat molekul oksigen (Tortora dan Derickson, 2006).
(19)
Repiratory motion of hemoglobin adalah proses pengikatan dan pelepasan molekul oksigen dari hemoglobin yang melibatkan perubahan spesifik pada struktur molekularnya. Apabila hemoglobin berubah dari bentuk deoxyhemoglobin kepada bentuk oxyhemoglobin, karbon dioksida, CO2
Kadar hemoglobin normal yang terdapat di dalam satu sel darah merah adalah sekitar 32pg. (mean cell hemoglobin, MCH = 32 ± 2pg). Proses sintesis hemoglobin yang normal memerlukan cadangan zat besi yang mencukupi dan produksi protoporphyrin dan globin yang normal. Proses sintesis protoporphyrin dimulai di dalam mitokondria dengan pembentukan delta aminolevulenic acid (δALA) daripada glycine dan succinyl-CoA yang
berasal dari siklus asam sitrat. Seterusnya, proses dilanjutkan dengan pembentukan
porphobilinogen, uroporphyrin dan coproporphyrin yang terjadi di sitoplasma sel. Dua
molekul δALA bergabung membentuk porphobilinogen yang mengandung satu rantai pyrrole. Melalui proses deaminasi, empat prophobilinogen digabungkan menjadi hydroxymethyl bilane, yang kemudiannya dihidrolisis menjadi uroporphyrin. Uroporphyrin
kemudiannya mengalami dekarboksilasi menjadi coporphyrin. Enzim coporphyrin oxidase mengoksidasi coporphyrin kepada protpoporphyrinogen. Protoporphyrinogen seterusnya dioksidaksikan membentuk protoporphyrin. Proses terakhir adalah penggabungan rantai
protoporphyrin dengan ion ferous, Fe
dan 2,3-DPG akan terlepas dari posisi asalnya yaitu di antara rantai β -globin lalu membuka molekul heme untuk menerima oksigen. Seterusnya, oksigen yang berikatan dengan salah satu kelompok heme akan meningkatkan afinitas dari kelompok heme yang lain kepada oksigen. Interaksi inilah yang menyebabkan terjadinya bentuk ”sigmoid” pada kurva disosiasi oksigen (Hillman, Ault dan Rinder, 2005).
2+
Rantai globin pula digabungkan oleh ribosom sitoplasmik yang dikawal oleh dua kluster gene pada kromosom 11 dan 16. Hasil akhirnya adalah molekul globin yang tetramer yaitu dua rantai α-globin dan dua rantai non-α-globin. Penggabungan molekul hemoglobin ini berlaku di sitoplasma sel. Terdapat sebilangan kecil zat besi, protoporphyrin dan rantai globin bebas yang tersisa selepas proses sitesis hemoglobin selesai. Zat besi tersebut disimpan sebagai ferritin dan porphyrin pula diubah kepada zinc (Hillman, Ault dan Rinder, 2005).
lalu membentuk molekul Heme. Proses ini berlaku di dalam mitokondria (Hillman, Ault dan Rinder, 2005).
(20)
Siri reaksi komplek ini dipicu oleh hormon erythropoietin. Tingkat sintesis hemoglobin (rate of hemoglobin synthesis) ditentukan oleh ketersediaan transferrin iron dan kadar heme di intrasellular. Proses sintesis hemoglobin berlaku secara maksimal di sumsum tulang yang lebih matang. Penghentian sintesis heme ditandai dengan penurunan ekspresi dari reseptor transferrin pada membran, diikuti dengan penurunan regulasi (downregulation) sintesis heme dan globin (Hillman, Ault dan Rinder, 2005).
2.3 Kurva Disosiasi Hemoglobin-Oksigen
Kurva disosiasi hemoglobin-oksigen adalah ilustrasi kepada hubungan antara kadar saturasi hemoglobin (percent saturation of hemoglobin) dengan tekanan parsial oksigen. Tekanan parsial oksigen merupakan faktor penting dalam menentukan kuantitas oksigen yang berikatan dengan hemoglobin. Semakin tinggi tekanan parsial oksigen maka semakin banyak oksigen yang berikatan dengan hemoglobin. Apabila hemoglobin yang tereduksi (reduced
hemoglobin) ditukar sepenuhnya kepada oxyhemoglobin, maka hemoglobin dikatakan
sebagai tersaturasi penuh (Tortora dan Derickson, 2006).
Kadar saturasi hemoglobin adalah saturasi rata-rata hemoglobin yang berikatan dengan oksigen. Sebagai contoh, jika dua molekul oksigen yang berikatan dengan satu molekul hemoglobin, maka disebut kadar saturasi oksigen adalah 50%, karena satu molekul hemoglobin bisa mengikat 4 molekul oksigen (Tortora dan Derickson, 2006).
Pada kondisi normal, darah arteri memasuki jaringan-jaringan tubuh dengan tekanan parsial oksigen 95 mmHg dan saturasi hemoglobin yang melebihi 97%. Aliran balik vena daripada jaringan pula mempunyai tekanan oksigen sebesar 40 mmHg dengan saturasi hemoglobin 75-80% (Hillman, Ault dan Rinder, 2005).
Walaupun tekanan parsial oksigen merupakan faktor yang penting dalam menentukan kadar saturasi hemoglobin, terdapat beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi afinitas hemoglobin terhadap oksigen. Faktor-faktor ini akan memberikan dampak terhadap kurva disosiasi hemoglobin-oksigen secara keseluruhan dengan menyebabkan kurvanya bergeser ke
(21)
adalah keasaman (pH), tekanan parsial karbon dioksida dan zat 2,3-diphosphoglycerat (2,3-DPG) (Tortora dan Derickson, 2006).
Saat pH darah menurun, kurva disosiasi hemoglobin-oksigen akan bergeser ke kanan, menunjukkan bahawa hemoglobin kurang tersaturasi walaupun berada di tekanan parsial oksigen tinggi. Perubahan ini dinamakan sebagai Borh effect, dimana hemoglobin bertindak sebagai buffer. Borh effect berkerja dengan kedua-dua cara yaitu; peningkatan ion H+ dalam darah akan menyebabkan oksigen terlepas dari hemoglobin, dan oksigen yang berikatan dengan hemoglobin akan menyebabkan ion H+ terlepas dari hemoglobin. Apabila produksi asam metabolit (asam laktat dan asam karbonat) dan CO2
Karbon dioksida memiliki sifat asam. Maka, apabila ia berikatan hemoglobin, akan terjadi dampak yang sama pada kurva disiosiasi (kurva begeser ke kanan). Pada kondisi tekanan parsial karbon dioksida
jaringan meningkat, keasaman darah akan meningkat lalu terjadinya asidosis yang menyebakan kurva disosiasi bergeser ke kanan. Maka, afinitas hemoglobin terhadap oksigen melemah, menyebabkan oksigen senang terlepas daripada hemoglobin dan masuk ke jaringan (Tortora dan Derickson, 2006).
2,3-diphosphoglycerat (2,3-DPG) adalah bahan yang terdapat di dalam sel darah merah yang berfungsi untuk menurunkan afinitas hemoglobin terhadap oksigen, lalu membantu pelepasan oksigen daripada hemoglobin. 2,3-DPG diproduksi di dalam sel darah merah dan ia merupakan hasil daripada proses glikolisis, yaitu pemecahan glukosa untuk menghasilkan adenosine triphosphate, ATP (Tortora dan Derickson, 2006). Produksi 2,3-DPG akan meningkat apabila terjadinya desaturasi hemoglobin seperti hipoksia, gagal jantung atau anemia (Hillman, Ault dan Rinder, 2005).
meningkat, hemoglobin akan lebih mudah untuk melepaskan oksigen. Tekanan parsial karbon dioksida dan pH darah merupakan faktor yang terkait karena pH darah yang rendah (keasaman) adalah pengaruh dari peningkatan tekanan parsial karbon dioksida. Maka, peningkatan tekanan parsial karbon dioksida akan menyebabkan kurva disiosiasi bergeser ke kanan (Tortora dan Derickson, 2006).
Peningkatan intaselular 2,3-DPG akan menyebabkan kurva disosiasi bergeser ke kanan dan menyediakan mekanisme kompensasi yang bagus untuk anemia kronis dan hipoksia. Metabolisme 2,3-DPG juga dipengaruhi oleh asidosis atau alkalosis sistemik.
(22)
Perubahan awal berupa pergeseran kurva disosiasi ke kanan pada pasien asidosis akan diperbaik dalam batas waktu 12-36 jam seterusnya berupa pengurangan kadar 2,3-DPG. Maka, Bohr effect akan dibalikkan oleh kadar 2,3-DPG yang rendah dan menyebabkan kurva disosiasi kembali menjadi normal (Hillman, Ault dan Rinder, 2005).
Selain itu, terdapat satu lagi kondisi yang bisa mempengaruhi kurva disosiasi hemoglobin-oksigen yaitu hipoksia. Salah satu penyebab hipoksia adalah peningkatan kadar saturasi karbon monoksida,CO darah. Pada kondisi hipoksia yang disebabkan oleh peningkatan kadar CO, kurva disosiasi akan mengalami pergeseran ke kiri akibat dari terbentuknya carboxyhemoglobin. Pergeseran kurva disosiasi ke kiri akan meningkatkan afinitas daripada hemoglobin terhadap oksigen dan menyebabkan lebih sedikit kadar oksigen yang dihantar ke jaringan (Braunwald, 2005)
2.4 Karbon monoksida
Karbon monoksida adalah sejenis gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang merupakan hasil daripada pembakaran bahan yang mengandung karbon seperti arang, gas dan kayu. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen.
Apabila gas karbon dioksida memasuki sirkulasi darah, ia akan berikatan dengan hemoglobin sama seperti oksigen. Tetapi, ikatan karbon monoksida terhadap hemoglobin adalah 250 kali lebih kuat berbanding pengikatan oksigen terhadap hemoglobin (Guyton dan Hall, 2006). Maka, pada konsentrasi sekecil 0.1% sahaja pun (P
Gas karbon monoksida dapat ditemukan di dalam asap pembakaran, asap dari kendaraan dan juga asap rokok (Tortora dan Derickson, 2006).
co
Apabila hal ini berlanjutan, tubuh akan menjalankan mekanisme kompensasi berupa = 0.5mmHg), karbon monoksida akan berikatan dengan separuh daripada total hemolgobin di dalam darah dan mengurangkan kapasitas membawa oksigen darah sebesar 50% (Tortora dan Derickson, 2006).
(23)
oksigen ke jaringan. Maka, kadar hemoglobin akan meningkat dan menjadi lebih tinggi berbanding pada kondisi normal. Salah satu penyebab terjadinya hipoksia akibat peningkatan kadar karbon monoksida adalah merokok (Adamson dan Longo, 2006).
2.5 Merokok
Merokok adalah tindakan mengisap asap yang berasal daripada pembakaran tembakau, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Sebatang rokok yang sedang dibakar mempunyai temperatur sebesar 900°C pada ujung yang dibakar dan 30°C pada ujung yang dihisap (Sitepoe, 2000).
Menurut Harissons (1987) dalam Sitepoe (2000), terdapat dua komponen pada asap rokok yaitu komponen gas sebesar 85% dan komponen partikulat sebesar 15% (komponen yang bersama gas dan mengalami kondensasi). Asap rokok pula dapat dibagi menjadi dua yaitu asap mainstream dan asap sidestream. Asap mainstream adalah asap yang diisap melalui mulut (oleh perokok) manakala asap yang diembus oleh perokok dan asap yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar disebut asap sidestream. Individu yang berada disekitar perokok yang terisap asap sidestream disebut sebagai perokok pasif.
2.6 Menjadi Perokok
Conrad dan Miller (1986) dalam Sitepoe (2000) menyatakan bahawa, terdapat dua penyebab utama seseorang menjadi perokok yaitu dorongan psikologis dan dorongan fisiologis. Secara psikologis, perokok merasakan bahwa dengan merokok, ia dapat mengalihkan kecemasan, menunjukkan kejantanan (bangga diri) dan menunjukkan kedewasaan. Sedangkan, dorongan fisiologis pula timbul akibat dari nikotin yang terdapat di dalam rokok yang menyebabkan terjadinya adiksi sehingga seseorang ingin terus merokok.
Umumnya, individu mula merokok akibat dari pengaruh lingkungan seperti melihat teman-teman dan diajari oleh teman-teman. Selain itu, ada juga yang merokok dengan
(24)
anak-anak). Bermula dari perokok pasif (mengisap asap rokok orang lain yang merokok), mereka kemudiannya menjadi perokok aktif karena menjadi ketagih akibat dari nikotin yang terdapat di dalam rokok (Sitepoe, 2000).
Menurut WHO (2010) perokok dikategorikan kepada tiga kelompok yaitu perokok ringan, sedang dan berat. Perokok ringan adalah individu yang merokok sebanyak 1-10 batang rokok sehari, sedangkan perokok sedang pula menkonsumsi rokok sebanyak 11-20 batang rokok sehari. Individu yang merokok melebihi 20 batang rokok dalam sehari pula dikategorikan sebagai perokok berat.
2.7 Bahan Baku Rokok
Komponen utama rokok adalah tembakau. Tembakau yang digunakan untuk membuat rokok di Indonesia adalah tembakau yang ditanam dan diproduksi di berbagai daerah di Indonesia, baik sebagai komoditi dalam negeri maupun komoditas macanegara. Rokok yang menggunakan tembakau sebagai komponen utamanya disebut sebagai rokok putih. Di Indonesia, terdapat sejenis rokok yang dikenal sebagai rokok keretek, yang mana selain dari tembakau, cengkeh juga digunakan sebagai komponen utama untuk menghasilkan rokok jenis ini. Satu-satunya negara di dunia yang menghasilkan rokok dengan bahan baku tembakau dan cengkeh adalah Indonesia (Sitepoe, 2000).
Istilah tembakau yang digunakan sebagai komponen utama rokok merujuk kepada daun tembakau kering yang dirajang maupun tidak dirajang. Terdapat dua jenis tembakau yang ditanam di Indonesia yaitu tembakau Virginia yang penanamannya banyak dijumpai di Pulau Jawa dan tembakau Deli, yang banyak ditanam di Tanah Deli, Sumatera Utara sejak tahun 1864 (Sitepoe, 2000).
Cengkeh yang digunakan untuk memproduksikan rokok keretek ditanam di Indonesia dan diproduksikan dari bunga cengkeh (Sitepoe, 2000). Menurut Wise dan Guerin (1986) dalam Sitepoe (2000) cengkeh akan dikeringkan, kemudian digiling serta dicampur ke dalam tembakau dengan perbandingan tembakau dengan cengkeh 60:40.
(25)
2.8 Bahan Kimia di Dalam Tembakau dan Rokok
Menurut Robert (1988) dalam Sitepoe (2000), terdapat lebih dari 3040 jenis bahan kimia yang dijumpai di dalam daun tembakau kering. Bahan-bahan ini berasal dari pertumbuhan daun tembakau itu sendiri, misalnya bersumber dari tanah, udara dan bahan kimia yang digunakan semasa penanaman tembakau maupun semasa proses pembuatan rokok. Hal ini bermaksud, komposisi kimia pada daun tembakau juga dipengaruhi oleh cara pemprosesan dan kawasan tempat penanaman tembakau tersebut.
Menurut Robert (1988) dalam Sitepoe (2000), pada waktu rokok dibakar, maka akan terbentuk pula bahan kimia lain hasil reaksi dari proses pembakaran yang terjadi. Asap rokok
mainstream dikatakan mengandung 4000 jenis bahan kimia. Bahan kimia ini dibedakan
menjadi fase partikulat dan fase gas. Fase partikulat terdiri daripada nikotine, nitrosamine, N nitrosonornikotin, polisiklik hidorkarbon, logam berat dan karsinogenik amine. Sedangkan, fase yang dapat menguap atau seperti gas adalah karbon monoksida, karbon dioksida, benzene, amonia, formaldehid, hidrosianida dan lain-lain.
2.9 Hubungan Merokok dengan Kadar Hemoglobin Darah
Dalam penelitiannya, Nodenberg (1990) menyatakan kadar hemoglobin darah rata-rata pada perokok adalah 156±0.4 g/L dan pada bukan perokok adalah 153±0.5 g/L. Maka, dia mengambil kesimpulan penelitiannya bahwa merokok menyebabkan terjadinya peningkatan kadar hemoglobin darah. Hasil penelitian ini disokong lagi dengan maklumat yang dinyatakan oleh Adamson (2005) yang menyatakan terjadinya peningkatan kadar hemoglobin darah pada perokok berat. Peningkatan ini terjadi karena reflek dari mekanisme kompensasi tubuh terhadap rendahnya kadar oksigen yang berikatan dengan hemoglobin akibat digeser oleh karbon monoksida yang mempunyai afinitas terhadap hemoglobin yang lebih kuat. Maka, tubuh akan meningkatkan proses hematopoiesis lalu meningkatkan produksi hemoglobin, akibat dari rendahnya tekanan parsial oksigen, PO2 di dalam tubuh.
(26)
Bjork (2000) mendapatkan hal yang sebaliknya di dalam penelitiannya. Studi epidemiologi yang dilakukan menunjukkan bahawa merokok adalah faktor resiko kepada terjadinya sindroma myelodisplastik dan anemia refraktori. Penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan resiko relatif terhadap anemia refraktori (odd ratio,OR 2.5; 95%
confidence interval, CI=1.2-5.6). Maka, dapat dikatakan bahawa merokok bisa menyebabkan
(27)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Variabel Independent Variabel Dependent
Gambar 3.1. Variabel yang mempengaruhi konsentrasi hemoglobin
3.2 Definisi Operasional
Variabel independen dalam penelitian ini adalah merokok. Merokok didefinisikan sebagai tindakan mengisap asap dari tembakau yang dibakar, baik menggunakan rokok atau pipa (Sitepoe, 2000). Variabel ini diukur dengan cara wawancara menggunakan angket survey awal. Skala yang ditetapkan adalah skala nominal dimana penilaian dikategorikan kepada :
Merokok Konsentrasi hemoglobin (Hb)
Asupan suplemen besi Penyakit infeksi kronis
(28)
I. Merokok II. Tidak merokok
Variabel dependen untuk penelitian ini adalah kadar hemoglobin yang akan didapatkan dari pemeriksaan darah. Kadar hemoglobin didapatkan dengan mengambil sedikit sampel darah dari ujung jari subjek penelitian dengan membuat
puncture menggunakan lanset. Kemudian darah diteteskan ke atas strip dan diukur
menggunakan alat hemoglobinometer jenis STaT-Site® MHgb Meter (Ref No.900900) dengan test card STaT-Site® MHgb Test Cards (Ref No.901025). Skala yang akan digunakan adalah skala numerik dimana hasil ukurnya adalah kadar hemoglobin darah pada perokok dan bukan perokok.
3.3 Hipotesis
Hipotesis yang ditetapkan untuk penelitian ini adalah “Merokok menyebabkan terjadinya peningkatan kadar hemoglobin darah”.
(29)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian analitik yang bertujuan untuk melihat hubungan antara merokok dengan kadar hemoglobin. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study, dimana dilakukan pengumpulan data berdasarkan pengukuran variabel independen dan variabel dependen.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dijalankan adalah dari bulan Februari hingga Oktober 2010. Penelitian ini dilakukan di Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh warga dengan jenis kelamin laki-laki berusia 18-40 tahun yang tinggal di Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah judgmental sampling atau purposive sampling dimana, peneliti memilih sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan merasakan sampel akan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
(30)
(z
α+ z
β)s
x x
n
1= n
2= 2
n = besar sampel
s = simpang baku kedua kelompok (dari pustaka) = 0,4 g/L x1-x2
z
= perbedaan klinis yang diinginkan = 0,3 g/L
α
z
= kesalahan tipe I = 1,96
β = kesalahan tipe II = 0,842
n
1= n
2= 2
n1= n2
n
= 55,83
1= n2= 56 orang
Maka, jumlah sampel adalah 112 orang dimana kelompok merokok dan tidak merokok masing-masing mempunyai 56 orang sampel.
2
(1,96 + 0,842) 0,4 0,3
(31)
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Sebelum data diukur, sampel yang diperiksa haruslah memenuhi semua kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Peneliti telah melakukan informed consent kepada semua sampel sebelum data diambil.
Kriteria inklusi yang ditetapkan di dalam penelitian ini adalah:
• Warga dengan jenis kelamin laki-laki berusia 18-40 tahun yang tinggal di Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia.
Sedangkan, kriteria eksklusi adalah :
• tidak menderita penyakit infeksi kronis,
• tidak mengkonsumsi suplemen besi atau diet tinggi besi, • tidak mengalami penyakit ginjal kronis
Konsentrasi hemoglobin ditentukan dengan menggunakan alat hemoglobinometer jenis STaT-Site® MHgb Meter (Ref No.900900) dengan test card STaT-Site® MHgb Test Cards (Ref No.901025).
4.5 Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisa menggunakan perangkat (software) komputer SPSS versi 17.0 dimana hubungan antara merokok dengan kadar hemoglobin akan diuji dengan uji T independent.
(32)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang dilakukan ke atas populasi yang tinggal di Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah judgmental sampling atau purposive
sampling. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu dari bulan September hingga
Oktober 2010.
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia, dan secara khususnya di penginapan Putra Villas dan kawasan sekitarnya. Putra Villas merupakan kawasan penginapan mahasiswa-mahasiswa yang menuntut di Allianze College of Medical Sciences, ACMS. Terdapat sekitar 2000 mahasiswa ACMS yang tinggal di penginapan ini. Mayoritas dari mereka merupakan mahasiswa yang mengikuti program pendidikan D1 dan selebihnya merupakan mahasiswa yang mengambil program Sarjana Kedokteran di Universiti Kebangsaan Malaysia, UKM dan Universitas Sumatera Utara, USU.
5.1.2 Karakteristik Individu
Dalam penelitian ini, karakeristik individu yang ditetapkan adalah lelaki dalam lingkungan usia 18 hingga 40 tahun yang tinggal di Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia, tanpa mengambil kira individu tersebut merokok ataupun tidak. Sampel dibagikan kepada dua kelompok yaitu kelompok merokok dan kelompok tidak
(33)
mengkomsumsi suplemen besi dan tidak mengamalkan diet tinggi besi. Responden juga harus bebas dari penyakit infeksi kronis dan penyakit ginjal kronis.
5.1.3 Distribusi sampel yang merokok berdasarkan kategori perokok.
Sebanyak 112 sampel telah diambil yang mana masing-masing terdiri daripada 56 individu dari kelompok merokok dan tidak merokok. Didapati, daripada 56 individu yang merokok, sebanyak 17 orang (30,36%) merupakan perokok ringan, 27 orang (48,21%) adalah perokok sedang dan 12 orang (21,43%) adalah perokok berat.
Tabel 5.1. Distribusi sampel yang merokok berdasarkan kategori perokok.
Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)
Perokok ringan Perokok sedang
17 27
30,36 48,21
Perokok berat 12 21,43
Total 56 100
5.1.4 Distribusi sampel berdasarkan status anemia.
Selain itu, didapati juga bahawa, daripada 56 individu yang tidak merokok, 31 orang (55,35%) yang mengalami anemia, sedangkan bagi kelompok merokok pula, hanya 14 orang (25%) yang mengalami anemia.
(34)
Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) Merokok
Anemia 14 25
Normal 42 75
Total 56 100
Tidak merokok
Anemia 31 55,36
Normal 25 44,64
Total 56 100
5.1.5 Hasil Analisis Statistik
Data yang diambil dianalisis menggunakan uji beda 2 mean independen (independent
T-test). Hasil yang didapatkan berupa nilai rata-rata konsentrasi hemoglobin pada
kelompok merokok dan tidak merokok dengan standard deviasi tertentu.
Tabel 5.3. Rata-rata Konsentrasi Hemoglobin pada Kelompok Merokok dan Tidak Merokok.
Kelompok Jumlah (orang) Hb rata-rata Standard deviasi Merokok
Tidak Merokok
56 56
13,77 12,53
1,42 1,43
(35)
Total 112
Tabel di atas menunjukkan rata-rata konsentrasi hemoglobin pada kelompok tidak merokok adalah lebih rendah yaitu 12,53 g/dL dengan standard deviasi 1,43. Sedangkan, kelompok merokok pula mempunyai rata-rata nilai konsentrasi hemoglobin sebesar 13,77 g/dL dengan nilai standard deviasinya 1,42.
Hasil uji T-test independen terhadap hubungan merokok dengan kadar hemoglobin darah memberikan nilai p sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahawa kebiasaan merokok menyebabkan terjadinya peningkatan kadar hemoglobin darah.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Kategori perokok
Menurut Qian (2010), perokok dikategorikan kepada tiga kelompok yaitu perokok ringan, sedang dan berat. Perokok ringan adalah individu yang merokok sebanyak 1-10 batang rokok sehari, sedangkan perokok sedang pula adalah individu yang mengkonsumsi rokok sebanyak 11-20 batang rokok sehari. Individu yang merokok melebihi 20 batang rokok dalam sehari dikategorikan sebagai perokok berat.
5.2.2 Merokok pada lelaki
Kebiasaan merokok sangat identik dengan lelaki. Menurut The Third National Health
and Morbidity Survey tahun 2006, sebanyak 57.6% daripada lelaki di Malaysia merokok,
berbanding hanya 2.5% sahaja wanita yang merokok di Malaysia. Terdapat beberapa faktor yang mendorong kondisi ini berlaku, antaranya adalah faktor sosiobudaya, kebiasaan, psikologi, pengaruh iklan, dan faktor sosial (Sufean, 2004).
(36)
Dari aspek sosiobudaya, warga menjadikan perilaku merokok sebagai satu gaya hidup, yaitu merokok dijadikan ukuran status kedewasaan, kematangan, dan kesediaan memikul tanggungjawab dikalangan orang lelaki khususnya. Sebagai fungsi sosial, merokok ialah cara mengeratkan persahabatan, malah rokok digunakan sebagai pemula bicara dan menceriakan percakapan saat meluangkan masa bersama teman.
Dari aspek kebiasaan, perilaku merokok ialah gejala yang biasa dalam masyarakat dan dianggap hal yang sering ditemukan. Kelakuan itu pula tidak dianggap salah dari sisi norma dan moral, dan ianya tidak pula dipandang sebagai perkara ganjil dan sumbang - kecuali bagi wanita. Wanita yang merokok dianggap bukan wanita tulen.
Dari segi psikologi, merokok merupakan cara untuk meredakan kelelahan selepas bekerja dan menenangkan perasaan. Waktu merokok dianggap sebagai waktu inkubasi di mana perokok menggunakan waktu ini untuk berfikir bagi menyelesaikan masalah. Selain itu, merokok juga bertujuan untuk menghilangkan rasa mengantuk saat lembur. Ada yang menyatakan merokok bisa mencetuskan inspirasi dan meningkatkan keupayaan berfikir. Secara ringkasnya, dari aspek psikologi, merokok dianggap dapat memenuhi keperluan asas fisiologi manusia serta keperluan sekunder psikologi yang lain, seperti untuk mendapatkan pengiktirafan dan keselamatan.
Faktor pengaruh iklan pula boleh mencetuskan kebiasaan merokok dengan lambang yang dipaparkan oleh iklan rokok seperti lambang kebebasan, kemesraan, berani,
macho, dan keseronokan. Lambang-lambang ini dikaitkan dengan jenama rokok tertentu
yang menarik perhatian terutamanya golongan muda. Ia disampaikan lewat papan iklan, poster rokok di toko-toko dan televisi. Dengan cara ini, remaja-remaja sangat mudah terpengaruh karena periode usia ini merupakan periode mereka mencari identitas.
Dari segi pengaruh sosial pula, merokok boleh didorong oleh desakan teman dan lingkungan sekitar seperti di diskotik atau sebagainya. Saat perkumpulan bersama teman-teman, seseorang remaja akan diterima jika mereka mempunyai identitas yang sama. Sebagai contoh, jika suatu kelompok itu identik dengan merokok, semua anggotanya harus merokok, jika tidak, ia akan disisihkan dari kelompok itu.
(37)
5.2.3 Kadar hemoglobin pada lelaki
Menurut Herman dan Rubenstein (1975) dan White et al (1991) dalam Lewis (2006), kadar hemoglobin darah pada wanita cenderung lebih rendah berbanding kadar hemoglobin pada lelaki. Terdapat tiga faktor fisiologi yang menyebabkan kondisi ini (Saladin, 2007).
Pertama adalah pengaruh hormonal. Sebagaimana yang diketahui, hormon androgen berperan dalam merangsang proses produksi sel darah merah dan apabila dibandingkan, lelaki mempunyai kadar androgen lebih tinggi berbanding wanita.
Kedua adalah persentase lemak. Kadar hemoglobin darah mempunyai perbandingan berbalik (inversely proportional) dengan persentase lemak tubuh, yang mana wanita mempunyai lebih besar persentase lemak berbanding lelaki.
Menurut Cruickshank dan Alexander (1970) dan Hallberg et al (1966) dalam Lewis (2006), selain dari pengaruh hormonal terhadap hematopoisis, defisiensi besi akibat dari menstruasi mungkin menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan ini. Kehilangan darah sehingga 100mL pada setiap periode menstruasi bisa menyebabkan deplesi besi walaupun tidak menyebabkan anemia.
5.2.4 Kadar hemoglobin pada perokok
Kebiasaan merokok mempunyai banyak pengaruh terhadap nilai normal hematologi (Bain ,1992 dalam Lewis, 2006). Efek merokok adalah bervariasi terhadap individu dan dipengaruhi oleh pelbagai faktor antaranya faktor nutrisi dan bilangan rokok yang diisap. Menurut Kristal et al (1997) dan Whitehead et al (1995) dalam Lewis (2006), merokok sebanyak 10 batang rokok atau lebih dalam waktu sehari akan menyebabkan peningkatan hemoglobin, packed cell volume (PCV) dan mean cell volume (MCV). Hal ini terjadi
(38)
akibat daripada penumpukan karboksihemoglobin dalam darah dan akibat daripada pengurangan volume plasma.
Selepas mengisap sebatang rokok, kadar hemoglobin akan meningkat sebanyak 1% (Russel et al, 1973 dalam Lewis, 2006) dan pada perokok berat, kadar hemoglobinnya bisa meningkat sebanyak 4-5% dari total kadar hemoglobinnya.
5.2.5 Bias
Terdapat beberapa kelemahan di dalam penelitian ini. Antara bias yang terjadi adalah faktor nutrisi, yang mana faktor ini telah mempengaruhi kadar hemoglobin responden. Mayoritas responden terutama pada kelompok tidak merokok didapati mengalami anemia. Saat ditanyakan semasa penelitian dijalankan, responden menyatakan bahawa mereka tidak mengamalkan diet yang seimbang, seperti makan hanya dua kali sehari. Selain itu, hidangan makanan yang diambil tidak memenuhi kebutuhan mikronutrien dan makronutrien seperti lebih banyak mengambil makanan cepat saji.
Selain itu, kebanyakan responden juga menyatakan bahawa mereka mempunyai kebiasaan minum teh pasca makan. Kondisi ini bertepatan dengan pernyataan Akhmadi (2003) dalam Harnany (2006) yang menyatakan bahawa, individu yang mempunyai kebiasaan minum teh atau kopi berselang kurang 2 jam dari saat makan mempunyai risiko menderita anemia hampir 2 kali lebih besar.
Selain itu, faktor lama merokok juga menjadi bias dalam penelitian ini. Hal ini karena peneliti tidak menetapkan lama merokok sebagai suatu kriteria ekslusi pada penelitian ini.
(39)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kadar hemoglobin kelompok merokok dan tidak merokok pada penelitian ini menunjukkan perbedaan. Pada kelompok merokok, kadar hemoglobin rata-ratanya adalah 13,77g/dL dengan standard deviasi sebesar 1,43. Nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar hemoglobin rata-rata pada kelompok tidak merokok yaitu 12,53g/dL dengan standard deviasinya adalah 1,42.
Nilai p yang didapat dari hasil uji T independen dengan menggunakan perangkat SPSS adalah lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Maka, pada penelitian ini, dibuktikan bahawa merokok menyebabkan terjadinya peningkatan kadar hemoglobin darah.
6.2 Saran
Terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan pada penelitian ini. Peneliti berharap agar satu penelitian lain dapat melanjutkan penelitian ini dengan memerhatikan dan mengawal bias-bias yang terdapat pada penelitian ini.
Maka, disarankan penelitian kedepan supaya menambahkan faktor nutrisi dan lama merokok sebagai kriteria eksklusi agar hasil penelitian menjadi lebih tepat.
Pada penelitian ini juga, banyak ditemukan individu dengan anemia. Maka, disarankan kepada pihak kolej (ACMS) agar memberikan edukasi kepada mahasiswa-mahasiswa supaya mengamalkan diet seimbang seperti yang dianjurkan dalam piramida makanan sehat. Edukasi yang diadakan bisa berupa kampanye, penyeluhan dan sebagainya.
Disarankan juga kepada pihak pemerintah agar memperbanyak lagi inisiatif dalam upaya memberikan kesadaran dan informasi kepada masyarakat tentang dampak buruk
(40)
merokok terhadap kesehatan mereka. Upaya yang telah dijalankan haruslah diteruskan dan ditingkatkan agar bilangan perokok di kalangan masyrakat berhasil dikurangkan.
Selain itu, bagi warga yang merokok, disarankan agar meninggalkan kebiasaan merokok karena diketahui bahawa merokok banyak memberikan dampak buruk terhadap kesehatan diri dan individu yang berada di sekitarnya.
(41)
DAFTAR PUSTAKA
Adamson, J.W., and Longo, D.L., 2005. Anemia and Polycethemia. In: Kasper,
D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., and Jameson, J.L., ed.
Harisson’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. USA: McGraw-Hill Companies, Inc: 329-336.
Akhmadi, A., 2003. Determinan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Kecamatan Mijen Kabupaten Demak. Dalam: Harnany, A.S., 2006. Pengaruh Tabu Makanan, Tingkat Kecukupan Gizi, Konsumsi Tablet Besi dan The Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil di Kota Pekalongan Tahun 2006. Magister Gizi Masyarakat, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang:81
Badan Pusat Statistik (BPS-Statistics Indonesia), National Family Planning
Coordinating Board, Ministry of Health, Jakarta, Indonesia, 2007. Substance Abuse. In: Fact Sheet Indonesia. Adolescent Health and Development (AHD) Unit,
Department of Family and Community Health, ed. World Health Organization,. World Health Organization, Regional Office for South-East Asia, World Health House, India: 12-13.
(42)
and Normal Values. In: Practical Haematology. 10th
Churchill Livingstone:18.
ed. Philadelphia:
Bjork, J., Albin, M., Mauritzson, N., Stromberg, U., Johansson, B., and Hagmar,
L., 2000. Smoking and Myelodysplastic Syndromes. Lippincott Williams & Wilkins. Available from {abstract}
Braunwald, E., 2005. Hypoxia and Cyanosis. In : Kasper, D.L., Fauci, A.S.,
Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., and Jameson, J.L., ed. Harisson’s
Principles of Internal Medicine. 16th ed. USA: McGraw Hill Companies, Inc: 209-212.
Chan, M., 2008. We must act now to reverse the global tobacco epidemic and
save millions of lives : A letter from WHO Director General In: World Health
Organization, WHO Report On The Global Tobacco Epidemic. WHO, 20 Avenue Appia, CH-1211 Geneva 27, Switzerland: 8.
Cruickshank, J.M., Alexander, M.K., 1970. The Effect of Age, Parity,
Haemoglobin Level and Oral Contraceptive Preparation on The Normal Leucocyte Count. Dalam: Lewis, S.M, 2006. Physiological Variations in The Blood Count. In: Reference Ranges and Normal Values. In: Practical
(43)
Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006. Transport of Oxygen and Carbon Dioxide in
Blood and Tissue Fluids. In: Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Pennsylvania: Elsavier Saunders: 509.
Hallberg, L., et al, 1966. Menstrual Blood Loss and Iron Deficiency. Dalam: Lewis, S.M, 2006. Physiological Variations in The Blood Count. In:
Reference Ranges and Normal Values. In: Practical Haematology. 10th
Philadelphia: Churchill Livingstone:18.
ed.
Helman, N., Rubenstein, L.S., 1975. The Effects of Age, Sex and Smoking on
erythrocytes and leukocytes. Dalam: Lewis, S.M, 2006. Physiological Variations in The Blood Count. In: Reference Ranges and Normal Values. In: Practical Haematology. 10th
18.
ed. Philadelphia: Churchill Livingstone:
Hillman, R.S., Ault, K.A., and Rinder, H.HM., 2005. Normal Erythropoiesis. In:
Hematology in Clinical Practice. 4th ed. McGraw-Hill Companies, Inc: 1-11.
Indonesian Tobacco Control Network, 2007. Fakta Konsumsi Tembakau.
Factsheet 3 Mei 2007. Available from: http://indotc1.blogspot.com /2007/05/fakta-konsumsitembakau-di-indonesia.html. [Accessed 30 April 2010]
(44)
Institute for Public Health, 2008. The Third National Health & Morbidity Surveys
2006: Smoking. National Institutes of Health, Ministry of Health
Malaysia:92
Kristal-Boneh, E., et al, 1997. Seasonal Differences in Blood Cell Parameters and
The Association With Cigarette Smoking. Dalam: Lewis, S.M, 2006. Physiological Variations in The Blood Count. In: Reference Ranges and Normal Values. In: Practical Haematology. 10th
Churchill Livingstone:18.
ed. Philadelphia:
Nordenberg, D., Yip, R., and Binkin, N.J., 1990. The Effect of Cigarette Smoking
on Hemoglobin Levels and Anemia Screening. The Journal of the American Medical
Association, JAMA. 1990, 264 (12) :1556-1559. Available from
(45)
Qian, J., Cai, M., Gao, J., Tang, S., Xu, L.,Critchley, J.A., 2010. Definition. In:
Trends in smoking and quitting in China from 1993 to 2003: National Health Service Survey data. Bulletin of the World Health Organization,
2010;88:769-776.doi: 10.2471/BLT.09.064709. Available from : http:// www.who.int/bulletin/volumes/88/10/09-064709/en/ [Accessed 18 November 2010]
Russel, M.A., et al, 1973. Comparison of Increase in Carboxyhaemoglobin After
Smoking “Extramild” and “Non Mild” Cigarettes. Dalam: Lewis, S.M,
2006. Physiological Variations in The Blood Count. In: Reference Ranges
and Normal Values. In: Practical Haematology. 10th
Churchill Livingstone:18.
ed. Philadelphia:
Saladin, K.S, 2007. Quantities of Erythrocytes and Hemoglobin. In: Erythrocytes.
In: The Circulatory System: Blood. In: Anatomy and Physiology: The
Unity of Form and Function. New York: Mc Graw Hill:687.
Sitepoe, M., 2000. Bahan Baku Rokok : Tembakau dan Cengkeh. In: Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta : Penerbit PT Grasindo: 5-9.
Sitepoe, M., 2000. Rokok dan Merokok. In: Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta : Penerbit PT Grasindo: 17-31.
(46)
Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA), 2008. Smoking Prevalence
and Tobacco Death. In : The ASEAN Tobacco Control Report Card. Thailand: 2.
Sufean, R.M.M.N., 2004. Pengenalan. In: Dasar Warga Sihat: Isu Psikologi Faktor Remaja Sekolah Merokok. Jurnal Pendidikan 2004. Universiti Malaya:141-142
Tortora, J.G., and Derrickson, B., 2006. Red Blood Cells. In : Principle of
Anatomy and Physiology. 11th ed. John Willey & Sons, Inc: 873-877.
Tortora, J.G., and Derrickson, B., 2006. Transport of Oxygen and Carbon
Dioxide. In : Principle of Anatomy and Physiology. 11th ed. John Willey & Sons, Inc: 873-877.
Whitehead, T.P., et al, 1995. The Effect of Cigarette Smoking and Alcohol
Consumption on Blood Haemoglobin, Erythrocytes and Leucocytes: A Dose Related Study on Male Subjects. Dalam: Lewis, S.M, 2006. Physiological Variations in The Blood Count. In: Reference Ranges and Normal Values. In: Practical Haematology. 10th
Churchill Livingstone:18.
(47)
White, A., et al, 1991. Health Survey for England. Dalam: Lewis, S.M, 2006.
Physiological Variations in The Blood Count. In: Reference Ranges and Normal Values. In: Practical Haematology. 10th
Churchill Livingstone:18.
ed. Philadelphia:
World Health Organization, 2008. Sumarry. In: WHO Report On The Global
Tobacco Epidemic. WHO, 20 Avenue Appia, CH-1211 Geneva 27, Switzerland: 8.
World Health Organization, 2008. Tobacco Epidemic Death Toll. In: WHO
Report On The Global Tobacco Epidemic. WHO, 20 Avenue Appia, CH-
(48)
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ahmad Asyraf Bin Zukefeli
Tempat/Tanggal Lahir : Kelantan / 07 Disember 1988
Agama : Islam
Alamat : No. 19, Lot 953, Taman Sri Indah, 18500 Machang, Kelantan, Malaysia. Riwayat Pendidikan : 1. Certificate in Pre-Medical Studies, ACMS
2. Sekolah Menengah Sains Alam Shah
3. Sekolah Menengah Kebangsaan Pangkal Meleret. 4. Sekolah Kebangsaan Hamzah (1).
(49)
2. Tenda Tensi Medical Emergency Team
3. Khidmat Masyarakat Medical Emergency Team 2007, 2008 dan 2009
Riwayat Organisasi : 1. Panatia Hari Besar Islam (PHBI) FK-USU 2. Ketua Umum Badan Kebajikan dan Rohani (BADAR) Persatuan Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia di Indonesia-Cawangan Medan
3. Suruhanjaya Pilihanraya Majlis Perwakilan Mahasiswa Malaysia, Institut Agama Islam Negeri-Sumatera Utara Medan.
(50)
LAMPIRAN 2
PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN
HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PENDUDUK DENGAN JENIS KELAMIN LELAKI BERUSIA 18-40 TAHUN YANG TINGGAL DI BANDAR PUTRA BERTAM, KEPALA BATAS, PULAI
PINANG, MALAYSIA
Tuan/ Encik/ Saudara,
Saya, seperti nama di bawah, pelajar tahun 4 Fakulti Perubatan Universiti Sumatera Utara sedang menjalankan penelitian dengan tajuk:
Hubungan merokok dengan kadar hemoglobin darah pada penduduk dengan jenis kelamin lelaki berusia 18-40 tahun yang tinggal di Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara merokok dengan kadar hemoglobin darah.
Satu penelitian yang telah dilakukan sebelum ini membuktikan bahwa merokok dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar hemoglobin darah sebagai reaksi tubuh akibat dari rendahnya kadar oksigen yang berikatan dengan hemoglobin.
Tetapi, terdapat pula satu penelitian yang menyatakan bahwa merokok merupakan faktor resiko kepada terjadinya anemia refraktori dimana kadar hemoglobinnya menjadi rendah.
(51)
Maka, perlu dilakukan satu penelitian untuk menganalisis apakah hubungan kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin darah.
Kerjasama yang diharapkan adalah kesediaan peserta untuk diambil darahnya sebanyak beberapa titis yang akan diperiksa kadar hemoglobinnya menggunakan alat hemoglobinometer jenis Site® MHgb Meter (Ref No.900900) dengan test card STaT-Site® MHgb Test Cards (Ref No.901025).
Subjek penelitian akan dibahagikan kepada dua kelompok iaitu kelompok merokok dan kelompok tidak merokok.
Pengambilan darah untuk pemeriksaan hemoglobin ini hanya dilakukan sekali saja. Biaya pemeriksaan hemoglobin ini tidak ditanggung oleh subjek penelitian.
Lazimnya, pengambilan darah ini tidak berakibat yang berbahaya terhadap Tuan/ Encik/ Saudara sekalian, namun jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akibat pengambilan darah tersebut dapat dirujuk kepada peneliti.
Kerjasama Tuan/ Encik/ Saudara sangat diharapkan dan setelah memahaminya saya mohon untuk mengisi lembar persetujuan menjadi peserta penelitian (informed consent) yang telah disiapkan.
Kepala Batas, __ Oktober 2010.
Peneliti,
___________________________ (AHMAD ASYRAF BIN ZUKEFELI)
(52)
LAMPIRAN 3
INFORMED CONSENT (Persetujuan setelah penjelasan)
Saya yang bertanda tangan dibawah menyatakan setuju untuk sebagai peserta penelitian berikut:
Hubungan merokok dengan kadar hemoglobin darah pada penduduk dengan jenis kelamin lelaki berusia 18-40 tahun yang tinggal di Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia
(53)
Saya telah memahami peranan saya dalam penelitian tersebut dan juga bersedia untuk diambil data-data pribadi serta data fisik saya agar dapat digunakan untuk penelitian diatas mahupun penelitian lain yang terkait, sebagaimana mestinya.
Kepala Batas, _ Oktober 2010
Peserta penelitian, Peneliti,
__________________________ __________________________
( ) AHMAD ASYRAF BIN ZUKEFELI
(54)
LAMPIRAN 4
SURVEY AWAL SEBELUM MENJALANKAN PENELITIAN
Nama : _______________________________________ Usia : _______________________________________ No. Telefon : _______________________________________
Anda diminta menjawab soalan di bawah:
1. Adakah anda merokok ?
Jika “Ya”, berapakah bilangan rokok yang dihisap dalam masa sehari : 1-10 / 11-20 / melebihi 20*
YA TIDAK
2. Adakah anda tidak mengambil asupan suplemen zat besi atau diet tinggi besi?
YA TIDAK
3. Anda sedang berada dalam kondisi yang sehat, yaitu bebas dari penyakit seperti penyakit infeksi kronik atau penyakit ginjal kronik.
YA TIDAK
* bulatkan pilihan jawapan anda.
Jika jawapan anda dari soal nomor 2 dan 3 di atas adalah “Ya”, maka anda telah layak untuk menjadi sampel penelitian.
(55)
Hasil Pemeriksaan Darah:
Kadar hemoglobin darah : ____ g/dL
(1)
LAMPIRAN 2
PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN
HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PENDUDUK DENGAN JENIS KELAMIN LELAKI BERUSIA 18-40 TAHUN YANG TINGGAL DI BANDAR PUTRA BERTAM, KEPALA BATAS, PULAI
PINANG, MALAYSIA
Tuan/ Encik/ Saudara,
Saya, seperti nama di bawah, pelajar tahun 4 Fakulti Perubatan Universiti Sumatera Utara sedang menjalankan penelitian dengan tajuk:
Hubungan merokok dengan kadar hemoglobin darah pada penduduk dengan jenis kelamin lelaki berusia 18-40 tahun yang tinggal di Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara merokok dengan kadar hemoglobin darah.
Satu penelitian yang telah dilakukan sebelum ini membuktikan bahwa merokok dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar hemoglobin darah sebagai reaksi tubuh akibat dari rendahnya kadar oksigen yang berikatan dengan hemoglobin.
Tetapi, terdapat pula satu penelitian yang menyatakan bahwa merokok merupakan faktor resiko kepada terjadinya anemia refraktori dimana kadar hemoglobinnya menjadi rendah.
(2)
sebanyak beberapa titis yang akan diperiksa kadar hemoglobinnya menggunakan alat hemoglobinometer jenis Site® MHgb Meter (Ref No.900900) dengan test card STaT-Site® MHgb Test Cards (Ref No.901025).
Subjek penelitian akan dibahagikan kepada dua kelompok iaitu kelompok merokok dan kelompok tidak merokok.
Pengambilan darah untuk pemeriksaan hemoglobin ini hanya dilakukan sekali saja. Biaya pemeriksaan hemoglobin ini tidak ditanggung oleh subjek penelitian.
Lazimnya, pengambilan darah ini tidak berakibat yang berbahaya terhadap Tuan/ Encik/ Saudara sekalian, namun jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akibat pengambilan darah tersebut dapat dirujuk kepada peneliti.
Kerjasama Tuan/ Encik/ Saudara sangat diharapkan dan setelah memahaminya saya mohon untuk mengisi lembar persetujuan menjadi peserta penelitian (informed consent) yang telah disiapkan.
Kepala Batas, __ Oktober 2010.
Peneliti,
___________________________ (AHMAD ASYRAF BIN ZUKEFELI)
(3)
LAMPIRAN 3
INFORMED CONSENT (Persetujuan setelah penjelasan)
Saya yang bertanda tangan dibawah menyatakan setuju untuk sebagai peserta penelitian berikut:
Hubungan merokok dengan kadar hemoglobin darah pada penduduk dengan jenis kelamin lelaki berusia 18-40 tahun yang tinggal di Bandar Putra Bertam, Kepala Batas, Pulau Pinang, Malaysia
(4)
Kepala Batas, _ Oktober 2010
Peserta penelitian, Peneliti,
__________________________ __________________________
( ) AHMAD ASYRAF BIN ZUKEFELI
(5)
LAMPIRAN 4
SURVEY AWAL SEBELUM MENJALANKAN PENELITIAN
Nama : _______________________________________ Usia : _______________________________________ No. Telefon : _______________________________________
Anda diminta menjawab soalan di bawah:
1. Adakah anda merokok ?
Jika “Ya”, berapakah bilangan rokok yang dihisap dalam masa sehari : 1-10 / 11-20 / melebihi 20*
YA TIDAK
2. Adakah anda tidak mengambil asupan suplemen zat besi atau diet tinggi besi?
YA TIDAK 3. Anda sedang berada dalam kondisi yang sehat, yaitu bebas
dari penyakit seperti penyakit infeksi kronik atau penyakit ginjal kronik.
YA TIDAK
* bulatkan pilihan jawapan anda.
Jika jawapan anda dari soal nomor 2 dan 3 di atas adalah “Ya”, maka anda telah layak untuk menjadi sampel penelitian.
(6)