DENSIFIKASI ALATMESIN PENGEMPA BRIKET

6 Tabel 2. Potensi beberapa jenis limbah di Indonesia No Komoditiproduk Tipe limbah biomassa Potensi limbah 1 Padi gabah Batang padi 5000 kgton gabah 2 Beras Sekam padi 280 kgton gabah 3 CPO Pelepah daun 24.84 tonHa 4 CPO Tandan kosong FEB 200 kgton FFB 5 CPO Serat dan cangkang 420 kgton CPO 6 CPO Kayu replanting 74.5 tonHa replanting 7 CPO Lumpur sawit NA 8 Jagung Bonggol jagung NA 9 Ubi kayu Batang pohon 800 kgton ubi kayu 10 Gula tebu Bagas 280 kgton gula 11 Kayu Serbuk gergaji NA 12 Kelapa Serat 280 kgton kelapa 13 Kelapa Batok kelapa 150 kgton kelapa 14 Karet Kayu peremajaan 1500 m 3 Ha peremajaan 15 Kakao Kulit buah kakao NA 16 Kopi Daging buah kulit kopi NA 17 Minyak jarak Kulitdaging buah NA 18 Minyak jarak Cangkang buah NA 19 Minyak jarak Getah NA 20 Minyak jarak Ampas jarak 700 kgton biji jarak Sumber : Agustina, 2006 dalam Riseanggara, 2007

B. DENSIFIKASI

Beberapa alternatif jalur konversi yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi dapat dilihat pada Gambar 1. 7 Sumber : Agustina, 2006 dalam Riseanggara, 2007 Gambar 1. Pilihan alur konversi limbah biomassa Berdasarkan pada Gambar 1, dijelaskan bahwa biomassalimbah biomassa dapat dikonversi menjadi energi listrik, energi mekanik, dan energi panas dengan berbagai alur konversi. Pada bagian alur yang berwarna merupakan alur konversi untuk memperoleh energi dengan memanfaatkan limbah biomassa yang telah didensifikasikan briket terlebih dahulu. Menurut Abdullah, dkk 1991 densifikasi atau pengempaan dimaksudkan sebagai salah satu cara untuk memperbaiki sifat suatu bahan agar mudah dalam penanganan maupun penggunaannya.dalam proses ini bahan baku yang digunakan adalah bahan yang ukuran partikelnya kecil, berbentuk serbuk atau yang berbentuk lainnya yang dalam penggunaan sebagai bahan bakar kurang disukai atau sulit dalam penanganannya. Sebagai contoh adalah serbuk gergaji, sekam, rumput dan daun-daunan, bagase, dan lain sebagainya. Dalam proses ini, bahan biomassa atau limbah biomassa dikempa dengan tekanan tertentu sehingga menghasilkan bentuk dengan tekanan yang dikehendaki.

C. BRIKET BIOMASSA

Pada Tabel 1 disebutkan bahwa potensi limbah di Indonesia begitu melimpah, sehingga diperlukan teknologi untuk mengubah limbah tersebut menjadi energi yang bisa dimanfaatkan. Salah satunya adalah dengan pembuatan BiomassaLim- bah Biomassa Mikrobiologis Gasifikasi Pirolisis Pembakaran langsung Densifikasi Gas Arang Tar Bahan bakar padatan Engine motor Turbin TungkuKompor Boiler Energi listrik Energi mekanik Energi panas Uap Engine Turbin Uap Generator 8 briket dengan memanfaatkan serbuk gergaji dan arang sekam sebagai bahan pembuatan briket. Serbuk gergaji adalah limbah padat yang dihasilkan oleh industri penggergajian kayu. Volume limbah sekitar 50 dari jumlah produksi kayu gergajian dengan komposisi 15 berupa serbuk gergaji, 25 sebetan, dan 10 potongan ujung Departemen Kehutanan, 1984. Serbuk gergajian kayu dapat digunakan untuk berbagai keperluan, diantaranya adalah sebagai media tanam tanaman jamur, digunakan sebagai campuran pupuk organik dan untuk keperluan bahan bakar dibuatlah briket untuk lebih memudahkan dalam penanganan maupun penggunaannya. Untuk mengetahui nilai kalor dari limbah kayu dan kulit kayu, dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai kalor limbah kayu dan kulit kayu dengan berbagai kadar air Produk Kadar Air Nilai kalori MJkg Bubuk kayu papan 8 17.9 Bubuk kayu kayu padat 12 16.6 Serbuk gergaji papan 10 17.6 Serbuk gergaji kayu padat 15 15.9 Serutan kayu shaving 15 15.9 Kepingan kayu wood chip 15 15.9 Balak kering-udara 20 15.3 Balak basah 60 10.7 Kulit kayu 60 10.5 Sumber : Phillip, 1980 dalam Nuryadin Budiman,1990 Briket arang adalah arang yang dirubah bentuk, ukuran dan kerapatannya menjadi produk yang lebih efisien dalam penggunaannya sebagai bahan bakar Hartoyo, 1983. Tujuan dari pengarangan adalah untuk meningkatkan nilai kalor, mempermudah penanganan menjadi bahan bakar, mengurangi asap pembakaran, serta mempermudah penyimpanan. sekam yang diarangkan memiliki kadar air yang lebih rendah dan memiliki berat yang lebih ringan dibandingkan dengan sekam sebelum diarangkan. Arang sekam mempunyai nilai kalor sebesar 6198,99 9 kkalkg Djeni Hendra dan Saptadi Darmawan, 2000. Sebagai perbandingan, Tabel 4 menyajikan perbandingan nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar. Tabel 4. Perbandingan Nilai Kalor dari berbagai jenis bahan bakar Jenis Bahan Nilai Kalor kKal kg Kayu 4530 – 5000 Arang 6900 – 7160 Arang Briket 7000 Batubara 6680 – 7880 Ampas Arang 6680 – 7160 Fuel Oil 10030 – 10510 Kerosine 10990 Sumber : Hemprey dan Ironside 1974 dalam Ani Suryani 1986 Menurut Abdullah, dkk 1991 pengarangan dilakukan didalam tungku, tanur, atau retort dengan mengunakan panas langsung ataupun panas tidak langsung untuk merombak zat yang ada di dalam biomassa atau limbah biomassa sehingga didapatkan arang. Ada beberapa tahapan utama dalam proses pembuatan briket serbuk gergaji. Tahapan-tahapan tersebut adalah sortasi, pencampuran serbuk gergaji dengan perekat, pengempaan, dan pengeringan. Bagan alir mengenai proses pembuatan briket serbuk gergaji disajikan pada Gambar 2. Proses pembuatan briket dengan bahan arang sekam dan canpuran serbuk gergaji dan arang sekam tidak jauh berbeda dengan proses pembuatan briket dari bahan serbuk gergaji. Bagan alir mengenai proses pembuatan briket arang sekam disajikan pada Gambar 3 sedangkan proses pembuatan briket dengan bahan campuran serbuk gergaji dan arang sekam disajikan pada Gambar 4. Gambar 2. Bagan alir proses pembuatan briket serbuk gergaji Briket Serbuk Gergaji Sortasi Sebuk Gergaji murni Pencampuran Pengempaan Pengeringan Serbuk Gergaji Bahan Perekat 10 Gambar 3. Bagan alir proses pembuatan briket arang sekam Gambar 4. Bagan alir proses pembuatan briket campuran serbuk gergaji dan arang sekam Keterangan : = Masukan = Proses = Hasil Arang sekam Pengeringan Pengempaan Pencampuran Sebuk Arang murni Briket Arang sekam Sortasi Sortasi Pencampuran Pengempaan Pengeringan Serbuk Gergaji Briket Serbuk Gergaji Dan Arang Sekam Sortasi Pencampuran Bahan briket Arang sekam Bahan Perekat Bahan Perekat 11

a. Pengarangan karbonisasi

Pengarangan karbonisasi adalah proses perombakan biomassa atau limbah biomassa dengan menggunakan panas langsung atau tidak langsung sehingga didapatkan arang

b. Sortasi

Sortasi dilakukan untuk memisahkan benda asing yang ada didalam bahan pembuat briket untuk memperoleh keseragaman briket yang dihasilkan

c. Pencampuran Bahan Briket dengan Perekat

Perekat adalah suatu bahan yang mampu menggabungkan bahan dengan cara perpautan antara permukaan yang dapat diterangkan dengan prinsip kohesi dan adhesi. Tujuan pemberian perekat bahan pengikat adalah untuk memberikan lapisan tipis dari perekat pada permukaan briket arang serbuk gergaji sebagai upaya memperbaiki konsistensi atau kerapatan dari briket yang dihasilkan. Menurut Abdullah dkk 1991, terdapat dua macam perekat yang biasa digunakan dalam pembuatan briket yaitu perekat yang berasap tar, molase, dan pitch dan perekat yang tidak berasap pati dan dekstrin tepung beras. Faktor-faktor yang mempengaruhi perekatan antara lain adalah sifat bahan baku dan besarnya tekanan yang diberikan pada saat proses pengempaan Brown et al. dalam Yulistina, 2001. Dengan pemakaian perekat maka tekanan pengempaan yang diperlukan akan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan briket tanpa pemakain bahan perekat Boedjang dalam Yulistina, 2001.

d. Pengempaan

Menurut Knight 1952 dalam Yulistina 2001, tekanan pengempaan dilakukan untuk menciptakan kontak antara permukaan bahan yang direkat dengan bahan perekat. Setelah perekat dicampurkan dan tekanan mulai diberikan maka perekat yang masih dalam keadan cair akan mulai mengalir membagi diri dipermukaan bahan. Perekat akan terus mngalir selama masih berbentuk cairan dan mendapatkan tekanan yang cukup besar pada saat yang tepat. Pada saat yang bersamaan dengan terjadinya aliran maka perekat juga mengalami perpindahan dari permukaan yang diberi perekat ke permukaan yang belum terkena perekat Marra, 1951 dalam Ani Suryani, 1986. 12 Perbedaan tekanan berpengaruh terhadap keteguhan tekan dan kerapatan arang briket. Hartoyo et al. 1978 menyatakan bahwa pada umumnya semakin tinggi tekanan yang diberikan akan memberikan kecenderungan menghasilkan arang briket dengan kerapatan dan keteguhan tekan yang semakin tinggi pula. Tekanan pengempaan akan menentukan porositas briket yang dihasilkan. Briket yang terlalu padat akan sulit terbakar, akan tetapi briket yang kurang padat akan cepat terbakar habis, mudah hancur, dan banyak menghasilkan percikan bara yang kurang disukai Abdullah dkk., 1991

e. Pengeringan

Tujuan dari pengeringan adalah agar briket yang dihasilkan menjadi kering atau kadar airnya dapat disesuaikan dengan ketentuan kadar air arang briket yang berlaku. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara pengeringan dengan menggunakan oven atau penjemuran langsung dibawah sinar matahari. Suhu dan waktu pengeringan yang digunakan dalam pembuatan briket tergantung dari jumlah kadar air campuran dan macam pengering. Pada umumnya pengeringan dilakukan pada suhu 60 C selama 24 jam.

f. Pengujian Mutu Briket

Menurut Wardi 1969 dalam Ani Suryani 1986 menyatakan bahwa arang yang bermutu baik harus mempunyai persyaratan sebagai berikut : 1. Warna hitam dengan nyala kebiruan 2. Mengkilat pada pecahannya 3. Tidak mengotori tangan 4. Terbakar tanpa asap, tidak memercik dan tidak berbau 5. Dapat menyala terus dengan tidak dikipasi 6. Tidak terlalu cepat terbakar 7. Berdenting seperti logam Sedangkan menurut Millstein dan Morkved dalam Ani Suryani 1986 menyatakan persyaratan arang briket yang baik adalah sebagai berikut : 1. Bersih, tidak berdebu dan berbau 2. Mempunyai kekerasan yang merata 3. kadar abu serendah mungkin 4. Nilai kalor sepadan dengan bahan bakar lain 13 5. Menyala dengan baik dan memberikan panas secara merata 6. Harganya dapat bersaing dengan bahan bakar lain Pengujian mutu briket serbuk gergaji, arang sekam dan campuran antara serbuk gergaji dan arang sekam pada prinsipnya sama dengan pengujian mutu briket arang sekam pada mata kuliah Energi dan Listrik Pertanaian di Deparetemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, yang mencakup : - Nilai kalor briket hasil pengempaan. - Kadar air - Berat jenis - Ketahanan beban - Laju pembakaran

D. ALATMESIN PENGEMPA BRIKET

Beberapa alat dan mesin mesin pengempa briket telah dipergunakan, baik yang manual maupun yang telah mempergunakan mesin sebagai sumber tenaga. diantaranya adalah alat kempa tuas manual, alat kempa tipe ulir dan alat kempa hidrolik.

1. Alat Kempa Tuas manual

Sesuai jenisnya, alat ini bekerja secara manual dengan menggunakan tenaga manusia sehingga kerapatan briket yang dihasilkan berbeda-beda tergantung dari tekanan yang diberikan. Alat ini berupa batang yang tegar, lurus dan bekerja dengan prinsip kempa press secara manual. Kapasitas produksi dari alat ini relatif rendah yaitu 3 kgjam Suandi dkk. dalam Syafrian, 2005 sehingga alat ini cocok untuk digunakan pada skala industri rumah tangga. Alat ini juga terdapat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian EEP, Departemen Teknik Pertanian, IPB Gambar 5. Briket hasil dari pengempaan secara manual disajikan pada Gambar 6. 14 Gambar 5. Alat kempa tuas manual di Labolatorium EEP, IPB a b Gambar 6. Briket serbuk gergaji a dan briket arang b hasil pengempaan secara manual.

2. Alat Kempa Tipe Ulir

Pengempaan cara ini sering disebut sebagai expeller-pressing atau screw- pressing atau kempa ulir. Alat ini berupa silinder panjang, yang didalamnya terdapat ruang-ruang kempa press chamber. Di dalam ruang kempa terdapat sumbu berbentuk konus yang dapat berputar. Pada sumbu seolah-olah terdapat lingkaran sekrup. Gambar 7 menyajikan skema alat kempa ulir Kartika, 1994 15 Sumber : Kartika, 1994 Keterangan : 1. Sumbu utama g1. Roda bergigi 2. Kamar kempa g2, g3, g4. Roda-roda bergigi 3. sekrup Pembawa g4. Roda gila 4. Voor-cind g5. Roda payung 5. Potongan sekrup 6. Konis 7. Ring Gambar 7. Skema alat kempa ulir Prinsip kerja alat ini menyerupai prinsip kerja ekstruder, dimana bahan dimasukan kedalam bagian pengisi. Pada tahap ini udara didorong keluar dan bahan dimampatkan hingga masif dan mengisi seluruh ruangan antara screw dan barrel . Kemudian bahan tersebut didorong kedalam bagian kompresi. Di tempat ini bahan mendapat tekanan cukup tinggi. Tekanan timbul karena terjadi penyempitan ruangan, akibat dari penyempitan ruangan tersebut terjadi energi mekanis dan gaya geser terhadap bahan semakin meningkat. Keadaan tesebut mengakibatkan suhu bahan meningkat dan di bagian dalam alat pemanasan terjadi kecepatan geser shear rate sangat tinggi yang akan disertai dengan kenaikan suhu secara cepat. Suhu mencapai maksimal sebelum bahan disemprotkan melalui lubang-lubang kecil atau lubang pelepas di ujung selubung die. Asian Institute of Technology AIT, Thailand telah mengembangkan mesin pengempa briket jenis ulir screw pressing dengan menggunakan sumber tenaga motor listrik dan motor diesel Gambar 8. 16 a. Menggunakan motor listrik b. Menggunakan motor diesel Gambar 8. Mesin pengempa briket yang dikembangkan oleh Asian Institute of Technology AIT, 1984.

3. Alat Kempa Hidrolik

Pengempaan hidrolik umumnya digunakan untuk pengempaan penuh. Pengempa hidrolik ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian pompa hidrolik hydraulic pump dan ruang kempa chamber press. Beberapa alat kempa hidrolik dapat dilihat pada Gambar 9. 17 a Pengempa briket yang dikembangkan oleh Kementrian Riset dan Teknologi Indonesia b Pengempa briket yang dikembangkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Gambar 9. Alat pengempa briket secara hidrolik

E. MESIN PENGEMPA BRIKET SEMI MEKANIS TIPE KEMPA ULIR SCREW PRESSING RANCANGAN ADI SYAFRIAN 2005