Arsitektur Bangunan Klenteng Kwan Sing Bio

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dewi dan Jiam si tersebut biasanya berupa syair atau puisi yang dapat kita tanyakan penafsirannya atau artinya. g. Ruang Tri Nabi Klenteng Kwan Sing Bio Ruang Tri Nabi merupakan ruang pemujaan bagi para tokoh suci ajaran Tri Dharma. Tokoh suci tersebut adalah Budha Sakyamuni yang mewakili ajaran Budha, sedangkan ajaran Tao diwakili oleh Thay Siang Loo Kum dan ajaran Kong Hu Cu mempunyai wakil yaitu Nabi Kong Tjoe. h. Pendopo 8 Tokoh Legenda Sam Kok Klenteng Kwan Sing Bio Pendopo ini merupakan tempat untuk menyimpan peralatan-peralatan sembahyang yang hanya digunakan pada acara- acara khusus yaitu pada saat dewa Kwan kong akan diarak keluar keliling kota Tuban. P eralatan tersebut disimpan pada sebuah pendopo dimana di tengah pendopo tersebut terdapat ruang kaca yang dikelilingi oleh patung dari 8 Tokoh Legenda Sam Kok, yaitu para menteri dan panglima-panglima pada zaman kerajaan Siok yakni Thio Hwie, Tio Tju Liong Tio In, Oei Tiong Han Seng, Ma Tiauw, Liu Pei, Bang Thong, Hoat Tjeng, dan Kho Tjing 9 . 9 Data berasal dari sumber tulisan yang ada di klenteng Kwan Sing Bio Tuban beserta tambahan penjelasan wawancara dengan bapak Anton, pada tanggal 04 September 2015. di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id i. Lorong 4 Naga Klenteng Kwan Sing Bio. Lorong pilar 4 naga merupakan lorong yang mengarah pada koridor belakang. Lorong ini diapit dua pilar yang bercabang dua, dimana tiap cabangnya dihiasi ornamen naga. Ornamen naga tersebut terdiri dari naga merah, naga kuning, naga biru dan naga hijau. Pilar ini berbeda dengan bentuk pilar pada bangunan Cina umumnya, dimana biasanya pilar yang tidak bercabang dan hanya dihiasi oleh satu naga saja. Pilar yang bercabang dua ini berasal dari permintaan penyumbang. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 48

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD

Bab ini akan memberikan penjelasan tentang prosesi pelaksanaan tradisi bunceng sedekah bumi, respon masyarakat serta berbagai pendapat masyarakat sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

A. Makna Dan Tujuan Tradisi Bunceng

Secara umum tradisi bunceng ini, merupakan salah satu bentuk ritual tradisional masyarakat di pulau Jawa yang sudah berlangsung secara turun-temurun dari nenek moyang orang jawa terdahulu. Ritual sedekah bumi ini biasanya dilakukan oleh mereka pada masyarakat jawa yang berprofesi sebagai petani, petani yang menggantunggkan hidup keluarga dan sanak famili mereka dari mengais rizqi dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di bumi. Bagi masyarakat jawa khususnya para kaum petani, tradisi ritual tahunan semacam sedekah bumi bukan hanya merupakan sebagai rutinitas atau ritual yang sifatnya tahunan belaka. Akan tetapi tradisi sedakah bumi mempunyai makna yang lebih dari itu, ritual tradisional sedekah bumi itu sudah menjadi salah satu bagian dari masyarakat yang tidak akan mampu untuk dipisahkan dari budaya jawa. Secara umum, Menurut cerita dari para nenek moyang orang jawa terdahulu, Tanah merupakan pahlawan yang sangat besar bagi kehidupan manusia di muka bumi. Maka dari itu tanah harus diberi penghargaan yang layak dan besar. Dan ritual sedekah bumi inilah yang menurut mereka digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id sebagai salah satu simbol yang paling dominan bagi masyarakat jawa khususnya para petani dan para nelayan untuk menunjukan rasa cinta kasih sayang dan sebagai penghargaan manusia atas bumi yang telah memberi kehidupan bagi manusia. Sehingga dengan begitu maka tanah yang dipijak tidak akan pernah marah seperti tanah longsor dan banjir dan bisa bersahabat bersandingan dengan masyarakat yang menempatinya. Selain itu, Sedekah bumi dalam tradisi masyarakat jawa juga merupakan salah satu bentuk untuk menuangkan serta mencurahkan rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat dan berkah yang telah diberikan-Nya. Sehingga seluruh masyarakat jawa bisa menikmatinya. Sedekah bumi pada umumnya dilakukan sesaat setelah masyarakat yang mayoritas masyarakat agraris habis menuai panen raya. Sebab tradisi sedekah bumi hanya berlaku bagi mereka yang kebanyakan masyarakat agraris dan dalam memenuhi kebutuhannya dengan bercocok tanam. Dalam tradisi sedekah bumi umat Konghucu berbeda dengan tradisi sedekah bumi yang umum dilakukan oleh orang Jawa, jika masyarakat Jawa pada umunya melakukan sedekah bumi pada saat musim panen, hal ini tidak terjadi pada sedekah bumi umat Konghucu di TITD Kwan Sing Bio Tuban, yang melakukan tradisi sedekah bumi tidak setelah panen, karena pada umunya umat Konghucu di TITD Kwang Sing Bio Tuban tidak berprofesi sebagai petani, akan tetapi istilah sedekah bumi digunakan untuk mengistilahkan bahwa sesaji yang digunakan atau bunceng merupakan hasil dari bumi. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Tradisi sedekah bumi umat Konghucu di TITD Kwang Sing Bio Tuban tidak pernah diketahui kapan asal mula dimulai pertama kali tradisi tersebut, namun secara temurun tradisi tersebut dilakukan dalam rangka mendo’akan arwah para leluhur dan meminta kepada Tian kemudahan. bahkan untuk saat ini kegiatan sedekah bumi umat Konghucu di TITD Kwan Sing Bio Tuban menjadi agenda rutin serta mampu menyedot anime masyarakat, baik dari daerah Tuban atau luar daerah. Tradisi sedekah bumi mempunyai makna untuk mendo’akan para arwah leluhur umat Konghucu yang sudah meninggal, selain itu juga untuk memohon kepada Tian kemudahan dalam menjalankan kehidupan. Karena umat Konghucu percaya bahwa pada saat pelaksanaan tradisi sedekah bumi tersebut arwah para keluarga yang sudah meninggal akan turun ke bumi. Namun secara garis besar nilai yang terkandung dari pelaksanaan tradisi sedekah bumi yang dilaksanakan oleh umat Konghucu di TITD Kwan Sing Bio Tuban ini adalah sebagaimana berikut ini: a. Ditinjau dari aspek internal keimanan umat Konghucu, maka pelaksanaan tradisi sedekah bumi yang rutin dilaksanakan oleh umat Konghucu di TITD Kwan Sing Bio Tuban ini mempunyai nilai tersendiri bagi mereka, yakni sebagai ungkapan syukur atas nikmat yang diberikan Tian, selain itu mereka juga mendoakan arwah leluhur yang sudah meninggal dunia, karena mereka yakin bahwa pada hari pelaksanaan sedekah bumi tersebut para arwah leluhur turun ke dunia. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Jika ditinjau dari aspek etika dan sejarah. Secara etika dan sejarah pelaksanaan tradisi sedekah bumi yang rutin dilaksanakan oleh umat Konghucu di TITD Kwan Sing Bio Tuban menunjukkan adanya keinginan untuk melanjutkan tradisi yang sudah berjalan secara turun – temurun, sebagai upaya melestarikan tradisi nenek moyang terdahulu. c. Jika dilihat dari persiapan yang dilakukan oleh umat Konghucu maka tradisi sedekah bumi ini bisa memunculkan sikap gotong royong, dalam pelaksanaan tradisi sedekah bumi yang rutin dilaksanakan oleh umat Konghucu di TITD Kwan Sing Bio Tuban dibutuhkan sikap dan kerjasama yang solid dalam mempersiapkan tradisi sedekah bumi ini. Hal ini bisa dilihat dari pembuatan bunceng yang banyak sehingga semua elemen internal masyarakat klenteng harus bersatu padu untuk mempersiapkan bunceng tersebut. d. Jika dilihat dari antusiasme warga sekitar yang mengikuti tradisi rebutan bunceng di klenteng TITD Kwan Sing Bio Tuban, maka disitu terkandung nilai kerukunan antar umat beragama yang ada dalam pelaksanaan rebutan bunceng tersebut. Masyarakat sekitar dan umat yang ada di klenteng seolah menjadi satu bagian bersama dalam ikut serta memperebutkan bunceng yang sudah disiapkan di depan klenteng, tentu ini bisa menjadi nilai yang positif dalam menjaga tradisi keagamaan sekaligus menjaga nilai kerukunan antar umat beragama. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id e. Jika melihat dari antusisasme warga yang tidak hanya datang dari sekitaran Tuban untuk melihat agenda tahunan di TITD Kwan Sing Bio Tuban ini, maka pelaksanaan tradisi sedekah bumi ini bisa menjadi tujuan destinasi wisata masyarakat, apalagi dalam acara tersebut tak jarang panitia dari pihak klenteng juga mengundang seluruh umat Konghucu diberbagai daerah untuk ikut serta melihat prosesi rebutan bunceng dalam rangkaian sedekah bumi. 1

B. Prosesi Tradisi Bunceng

Dalam rangkaian pelaksanaannya tradisi bunceng yang dilaksanakan umat Konghucu, tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan tradisi sedekah bumi yang dilakukan oleh agama atau kelompok masyarakat lain. Akan tetapi tempat melaksanakan tradisi sedekah bumi yang biasa dilakukan oleh umat Konghucu berbeda dengan yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa pada umumnya, jika masyarakat Islam Jawa pada umunya melakukan sedekah bumi di tempat yang mempunyai hubungan erat dengan sumber atau pendukung hasil bumi seperti sendang, sawah atau aliran sungai, maka berbeda dengan yang dilakukan oleh umat Konghucu, yang melaksanakan kegiatan sedekah bumi di Klenteng tempat mereka beribadah setiap harinya. Dalam memberikan penjelasan tentang prosesi ritual tradisi sedekah bumi umat Konghucu, peneliti membagi dalam dua bagian, yang pertama adalah 1 Wawancara dengan Anton di Tuban pada 04 September 2015.