BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi saat ini persaingan semakin ketat, oleh karena itu perusahaan dituntut untuk mampu bersaing. Persaingan dapat muncul disetiap
bidang industri baik itu industri jasa maupun manufaktur. Salah satu penerapan strategi yang baik adalah dengan memperhatikan dan menjaga kualitas produk.
Perusahaan membutuhkan strategi yang baik agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.
Mutu adalah salah satu sasaran penentuan posisi yang penting bagi pemasar . Mutu produk mencerminkan kemampuan produk untuk menjalankan
fungsinya. Mutu produk mancakup daya tahan, keandalan, kekuatan, kemudahan penggunaan dan reparasi produk dan ciri-ciri bernilai lainnya. Sebagian dari ciri-
ciri ini dapat diukur secara objektif. Namun, dari sudut pandang pemasar, mutu seharusnya diukur melalui presepsi pembeli.
1
Berdasarkan pengertian dasar tentang mutu di atas, tampak bahwa mutu selalu berfokus pada kepuasan konsumen. Dengan demikian produk-produk
didesain, diproduksi, serta pelayanan diberikan untuk memenuhi keinginan konsumen.
PT. Medisafe Technologies merupakan perusahaan yang sudah lebih dari 25 tahun memproduksi sarung tangan sekali pakai dengan kualitas tinggi. Adapun
1
Widjaja Tungggal Amin, 1993, Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta:PT. Rineka Cipta
Universitas Sumatera Utara
jenis sarung tangan yang diproduksi oleh PT. Medisafe Technologies adalah smooth
licin dan tectured tidak rata. Pada penelitian ini data yang diteliti adalah sarung tangan jenis smooth licin, karena jumlah produksi dan tingkat
kecacatannya lebih banyak dibandingkan dengan jenis sarung tangan tectured tidak rata. PT. Medisafe Technologies memiliki batas standar tingkat kecacatan
yang diinginkan yaitu sebesar 5. Tabel 1.1. menunjukkan jumlah kecacatan produksi sarung tangan jenis
smooth licin pada tanggal 16 November sampai dengan 15 Desember 2015.
Tabel 1.1. Data Jumlah Kecacatan Produksi Sarung Tangan Jenis Smooth Licin Periode Tanggal 16 November sampai
Tanggal 15 Desember 2015
Tanggal Produksi
Pieces Jenis Cacat
Jumlah Cacat
per Hari
Pieces Persentasi
Total Cacat
Koyak Pieces
Bocor Pieces
Ketebalan Pieces
11162015 2446
98 79
70 247
10.10 11172015
2483 71
77 117
265 10.67
11182015 2419
88 76
97 261
10.79 11192015
2338 95
69 78
242 10.35
11202015 2329
64 72
111 247
10.61 11212015
2464 66
78 100
244 9.90
11222015 2448
76 72
90 238
9.72 11232015
2371 69
68 94
231 9.74
11242015 2406
101 60
96 257
10.68 11252015
2302 61
86 99
246 10.69
11262015 2490
103 57
93 253
10.16 11272015
2336 76
75 76
227 9.72
11282015 2360
88 64
78 230
9.75 11292015
2455 103
58 78
239 9.74
11302015 2362
66 64
111 241
10.20 1212015
2467 98
64 89
251 10.17
1222015 2407
82 70
83 235
9.76 1232015
2473 106
29 110
245 9.91
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1. Data Jumlah Kecacatan Produksi Sarung Tangan Jenis Smooth Licin Periode Tanggal 16 November sampai
Tanggal 15 Desember 2015 Lanjutan
Tanggal Produksi
Pieces Jenis Cacat
Jumlah Cacat
per Hari
Pieces Persentasi
Total Cacat
Koyak Pieces
Bocor Pieces
Ketebalan Pieces
1242015 2416
71 106
80 257
10.64 1252015
2416 97
78 70
245 10.14
1262015 2310
106 57
63 226
9.78 1272015
2420 89
76 80
245 10.12
1282015 2372
90 64
101 255
10.75 1292015
2491 100
72 95
267 10.72
12102015 2468
106 61
78 245
9.93 12112015
2452 89
66 106
261 10.64
12122015 2346
82 78
90 250
10.66 12132015
2392 84
72 95
251 10.49
12142015 2451
77 74
107 258
10.53 12152015
2314 82
59 106
247 10.67
Total 2584
2081 2741
7406
Sumber : PT. Medisafe Technologies
Dari data yang diperoleh tingkat kecacatan sarung tangan adalah sebesar 9-10, sedangkan batas standar yang diinginkan perusahan adalah sebesar 5 .
Sarung tangan yang dihasilkan dikatakan cacat apabila tidak sesuai dengan batas standar yang diinginkan perusahan seperti sarung tangan koyak, ketebalan tidak
sesuai dan bocor. Sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap factor-faktor yang menyebabkan hasil produk tidak sesuai dengan batas standar yang ditetapkan
perusahaan. Jika permasalahan produk cacat ini dibiarkan terus-menerus, perusahaan
akan mengalami kerugian di dalam memasarkan produknya. Biaya yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan produksinya semakin meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan pun tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan sarung tangan lainnya.
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bakhtiar, S, Suharto Tahir dan Ria Asysyfa Hasni 2014, dari Universitas Malikussaleh Aceh, Program
Studi Teknik Industri yang berjudul “Analisa Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control SQC
”, pada UD. Mestika yang beralamat di Tapaktuan, Aceh Selatan. UD.Mestika adalah perusahaan yang
bergerak dalam industri produksi sirup pala. Bedasarkan hasil penelitian diketahui dua jenis kecacatan yaitu botol pecah dan botol rusak. Tujuan dari permasalah ini
adalah untuk mengendalikan kualitas produk sirup pala dan mengidentifikasi penyebab penyimpangan kualitas produk dengan menggunakan alat bantu statistik
yaitu seven tools stratifikasi check sheet, histogram, diagram pareto, scatter diagram
, peta kendali dan diagram sebab akibat sehingga dapat mengetahui faktor penyebab kerusakan dan pencegahan yang akan dilakukan. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah dari ke 7 alat pengendalian kualitas yang telah dianalisa dapat diketahui bahwa penyebab penyimpangan kualitas pada UD. Mestika adalah
kerusakan pada botol jenis pecah dan retak disebabkan oleh 4 faktor yaitu manusia, material, metode dan proses serta tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan dari faktor manusia ialah memberikan arahan dan melakukan pengawasan yang ketat serta melakukan pelatihan pada karyawan. Faktor material
ialah botol yang akan digunakan harus diperhatikan dengan baik, faktor metode ialah area gudang harus tertutup agar botol tidak terkena cahaya matahari
Universitas Sumatera Utara
langsung, dan faktor proses adalah jangan terlalu lama merendam botol dalam air panas, agar tidak mengurangi ketahanan botol.
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Pandu Hari Respati, Yuniar dan Dwi Novirani 2014, dari Universitas Institut Teknologi Nasional Itenas
Bandung, Jurusan Teknik Industri yang berjudul “Usulan Urutan Penanganan Limbah Produksi Garmen Berdasarkan Prioritas Menggunakan Failure Mode
and Effect Analysis di PT. Putra Indonosa ” PT. Putra Indonosa PT. PI
perusahaan yang bergerak dibidang industri garmen yang mempunyai limbah sisa produksi antara lain bahan kain, kertas, kones, dan benang. Beberapa limbah yang
dihasilkan dari industri garmen dapat dimanfaatkan kembali, sehingga dapat memberikan manfaat tambahan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menentukan prioritas adalah dengan menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis
FMEA. Metode FMEA digunakan untuk mengetahui prioritas utama dari suatu masalah yang terjadi diperusahaan serta diharapkan dapat
mempercepat proses penyelesaian masalah sesuai dengan urutan prioritasnya. Menurut hasil perhitungan RPN, maka dapat dilihat jenis limbah yang perlu
diprioritaskan penanganannya ada 2 yaitu limbah potongan kain besar dan kain kecil. Kedua jenis limbah ini memiliki nilai RPN diatas 200. Penanganan masalah
limbah yang diusulkan adalah pengolahan kembali limbah menjadi produk baru. Usulan penanganan untuk limbah kain kecil adalah diolah menjadi keset dan
untuk limbah kain besar diolah menjadi celana pendek. Pengendalian kualitas merupakan suatu fungsi manajemen untuk
mengurangi maupun mengendalikan jumlah produk yang cacat ataupun yang
Universitas Sumatera Utara
tidak memenuhi spesifikasi perusahaan. Dalam melakukan proses produksi, ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi kecacatan tersebut baik dari mesin,
metode kerja, material yang digunakan dan faktor lainnya. Namun dari faktor- faktor tersebut belum diketahui secara spesifik bagian mana yang mempengaruhi
kecacatan produk yang paling besar. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan pengecekan terhadap produk sarung tangan apakah sudah sesuai dengan
spesifikasi atau tidak dan dilakukan analisis penyebab kecacatan. Dalam hal ini, untuk mengendalikan kualitas produk sarung tangan agar sesuai dengan
spesifikasinya digunakan alat pengendali kualitas metode Statistical Quality Control
SQC dan metode Failure Mode and Effect Analysis FMEA untuk mengidentifikasi potensi kegagalan yang akan timbul dengan tujuan untuk
meminimisasi resiko kecacatan.
1.2. Perumusan Masalah