40
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT 3.1.Kajian Terhadap Peraturan Perundang-Undangan yang Memuat
Kondisi Hukum yang ada.
Kajian berupa evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan terkait, dilakukan untuk mengetahui kondisi hukum atau peraturan
perundang-undangan yang
mengatur mengenai
Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Kabupaten Badung, serta untuk mengetahui posisi dari peraturan daerah yang baru, guna menghindari terjadinya
tumpang tindih pengaturan. Kajian terhadap peraturan perundang- undangan yang memuat kondisi hukum yang ada, mempergunakan
pendekatan perundangan-undangan dengan melihat jenis, hierarki dan materi muatan peraturan perundang-undangan berkaitan dengan
kewenangan pemerintah kabupaten tentang pengaturan kepariwisataan.
Dengan mempergunakan rujukan ketentuan Pasal 7 ayat 1 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 peraturan perundang-undangan dan
rumusan norma yang berkaitan dengan kewenangan kabupaten bidang kepariwisataan, ditampilkan dalam tabel berikut dibawah ini
Matrik 1. Peraturan Perundang-Undangan dan Rumusan Norma Yang Berkaitan Dengan Kewenangan Kabupaten Bidang Kepariwisataan.
No Peraturan
Perundang- Undangan
Rumusan Normanya Analisis
1 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun
1945 Pasal 18 ayat 6
Pemerintahan daerah
berhak menetapkan
peraturan daerah
dan peraturan
perundang- undangan
lain untuk
melaksanakan otonomi
dan tugas pembantuan Pemerintah daerah
Kabupaten Badung mempunyai
wewenang
untuk menetapkan
peraturan daerah
tentang untuk
melaksanakan otonomi.
Dengan demikian
Pemerintah Kabupaten Badung,
mempunyai wewenang
untuk menetapkan
Peratuuran Daerah tentang
Rencana Induk
Pembangunan
41
Pariwisata Kabupaten Badung
2 Undang-Undang Nomor 69 Tahun
1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah
Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-
daerah Tingkat I Bali,
Nusa Tenggara Barat
dan Nusa
Tenggara Timur Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
1958
Nomor 122, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1655;
BAB II TENTANG URUSAN
RUMAH TANGGA DAN KEWAJIBAN DAERAH
Pasal 4 2 Apabila daerah yang
dibentuk menurut
pasal 1 adalah suatu Daerah Swapraja, maka
dengan tidak
mengurangi ketentuan dimaksud dalam ayat 1,
untuk sementara waktu sampai
diadakan ketentuan lain, segala
urusan rumah-tangga
Daerah Swapraja yang bersangkutan
itu menurut
peraturan- peraturan
yang ada
tidak merupakan
urusan Pemerintah
Pusat, menjadi urusan daerah tingkat II yang
bersangkutan; Berdasarkan
ketentuan ini
Pemerintah Kabupaten Badung
mempunyai kewenangan untuk
mengatur
urusan rumah
tangga termasuk
didalamnya urusan kepariwisataan
3 Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang.
Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4725. Pasal 5
5Penataan ruang
berdasarkan nilai
strategis kawasan terdiri atas
penataan ruang
kawasan strategis
nasional, penataan
ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan
ruang kawasan strategis kabupatenkota.
Pasal 11 1Wewenang
pemerintah daerah kabupatenkota
dalam enyelenggaraan
penataan ruang meliputi: a.
pengaturan, pembinaan,
dan pengawasan
terhadap Berdasarkan
ketentuan Undang- Undang Nomor 26
Tahun
2007, Pemerintah
Kabupaten Badung mempunyai
wewenang
untuk melakukan
perencanaan tata
ruang wilayah
kabupaten. Kegiatan
penyusunan RIPPARDA
merupakan satu kegiatan
yang selaras
dengan perencanaan
tata ruang
wilayah
42
pelaksanaan penataan
ruang wilayah
kabupatenkota dan kawasan
strategis kabupatenkota;
b. pelaksanaan
penataan ruang
wilayah kabupatenkota;
c. pelaksanaan
penataan ruang
kawasan strategis
kabupatenkota; dan d.kerja sama penataan
ruang antar
kabupaten kota. 2Wewenang
pemerintah daerah kabupatenkota
dalam pelaksanaan
penataan ruang wilayah kabupatenkota
sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf b meliputi:
a. perencanaan
tata ruang
wilayah kabupaten kota;
b. pemanfaatan ruang
wilayah kabupatenkota;
dan
c. pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah
kabupatenkota.
3Dalam pelaksanaan
penataan ruang kawasan strategis kabupatenkota
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c,
pemerintah
daerah kabupatenkota
melaksanakan: a.
penetapan kawasan strategis
kabupatenkota; b.
perencanaan tata
kabupaten.
43
ruang kawasan
strategis kabupatenkota;
c. pemanfaatan ruang
kawasan strategis
kabupatenkota; dan
d. pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan
strategis kabupatenkota.
4Dalam melaksanakan
kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dan ayat 2, pemerintah daerah
kabupatenkota mengacu pada pedoman
bidang penataan ruang dan
petunjuk pelaksanaannya.
5Dalam pelaksanaan
wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
ayat 2, ayat 3, dan ayat
4, pemerintah
daerah kabupatenkota: a.
menyebarluaskan informasi
yang berkaitan
dengan rencana umum dan
rencana rinci tata ruang dalam rangka
pelaksanaan penataan
ruang wilayah
kabupatenkota; dan b.
melaksanakan standar
pelayanan minimal
bidang penataan ruang.
6 Dalam hal pemerintah daerah abupatenkota
tidak dapat memenuhi standar
pelayanan minimal
bidang penataan
ruang, pemerintah
daerah
44
provinsi dapat
mengambil langkah
penyelesaian sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
3 Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 84,
Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4739. Pasal 55
1Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
pada tingkat
kabupatenkota dilaksanakan
secara terpadu
yang dikoordinasi oleh dinas
yang membidangi
kelautan dan perikanan. 2Jenis
kegiatan yang
dikoordinasikan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 meliputi:
a. penilaian
setiap usulan
rencana kegiatan
tiap-tiap pemangku
kepentingan sesuai
dengan perencanaan Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil terpadu;
b. perencanaan
antarinstansi, dunia usaha,
dan masyarakat;
c. program
akreditasi skala
kabupatenkota; d.
rekomendasi izin
kegiatan sesuai
dengan kewenangan tiap-tiap
dinas otonom atau badan
daerah; serta e.
penyediaan data dan informasi
bagi Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau- Pulau
Kecil skala
Berdasarkan ketentuan Undang-
Undang Nomor 27 Tahun
2007 ini,
kabupaten mempunyai
wewenang untuk
mengelola wilayah
pesisir yang
dilaksanakan secara terpadu oleh dinas
yang membidanginya.
45
kabupatenkota. 3Pelaksanaan
kegiatan sebagaimana
imaksud pada ayat 2 diatur oleh
bupatiwalikota. 4
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4966 Pasal 8
1Pembangunan kepariwisataan
dilakukan berdasarkan
rencana induk
pembangunan kepariwisataan
yang terdiri
atas rencana
induk pembangunan
kepariwisataan nasional, rencana
induk pembangunan
kepariwisataan provinsi, dan
rencana induk
pembangunan kepariwisataan
kabupatenkota.
2Pembangunan kepariwisataan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan
bagian
integral dari
rencana pembangunan
jangka panjang nasional Pasal 9
1Rencana induk
pembangunan kepariwisataan nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 1
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2Rencana induk
pembangunan kepariwisataan provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 1
diatur dengan Peraturan Daerah provinsi.
3Rencana induk
Undang-Undang No 10
Tahun 2009,
memberi wewenang kepada
daerah kabupaten
untuk menetapkan
rencana induk
pembangunan kepariwisataan
kabupatenkota dengan
Peraturan Daerah
kabupatenkota.
46
pembangunan kepariwisataan
kabupatenkota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat 1 diatur dengan Peraturan
Daerah kabupatenkota.
4Penyusunan rencana
induk pembangunan
kepariwisataan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 dilakukan
dengan
melibatkan pemangku kepentingan.
5Rencana induk
pembangunan kepariwisataan
sebagaimana dimaksud pada ayat 4 meliputi
perencanaan pembangunan
industri pariwisata,
destinasi pariwisata,
pemasaran, dan
kelembagaan kepariwisataan.
Pasal 29 Pemerintah
provinsi berwenang:
a. menyusun
dan menetapkan
rencana induk
pembangunan kepariwisataan provinsi;
b. mengoordinasikan
penyelenggaraan kepariwisataan
di wilayahnya;
c. melaksanakan
pendaftaran, pencatatan, dan
pendataan pendaftaran
usaha pariwisata;
d. menetapkan
destinasi pariwisata provinsi;
e. menetapkan daya tarik
wisata provinsi; f.
memfasilitasi promosi
47
destinasi pariwisata dan produk pariwisata yang
berada di wilayahnya;
g. memelihara aset provinsi
yang menjadi daya tarik wisata provinsi; dan
h. mengalokasikan
anggaran kepariwisataan.
5 Undang-
Undang Nomor
32 Tahun 2009
tentang Perlindungan
dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Lembaran Negara
Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan
Lembaran Negara
Republik Indonesia
Nomor 5059 .
Pasal 63 3
Dalam perlindungan
dan pengelolaan
lingkungan hidup,
pemerintah kabupatenkota
bertugas dan
berwenang: a.
menetapkan kebijakan
tingkat kabupatenkota;
b. menetapkan
dan melaksanakan KLHS
tingkat kabupatenkota;
c. menetapkan
dan melaksanakan
kebijakan mengenai RPPLH
kabupatenkota;
d. menetapkan
dan melaksanakan
kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL;
e. menyelenggarakan
inventarisasi sumber daya alam dan emisi
gas rumah
kaca pada
tingkat kabupatenkota;
f. mengembangkan dan
melaksanakan kerja sama dan kemitraan;
g. mengembangkan dan
menerapkan instrumen
lingkungan hidup;
h. memfasilitasi
Salah satu
kewenangan Kabupaten
yakni menetapkan
kebijakan tingkat
kabupaten berkaitan
dengan pengelolan
lingkungan hidup pembentukan
RIPPARDA Kabupaten,
berkaitan
dengan kebijakan
tingkat kabupaten
yang substansi materinya
berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan. Dengan
demikian Undang-
Undang Pengelolan Lingkungan Hidup
relevan dirujuk
sebagai ketentuan
mengingat dalam
Ranperda RIPPARDA
yang akan dibentuk.
48
penyelesaian sengketa;
i. melakukan
pembinaan dan
pengawasan ketaatan
penanggung jawab
usaha danatau
kegiatan terhadap
ketentuan perizinan lingkungan
dan peraturan
perundang- undangan;
j. melaksanakan
standar pelayanan
minimal; k.
melaksanakan kebijakan mengenai
tata cara pengakuan keberadaan
masyarakat hukum adat, kearifan lokal,
dan hak masyarakat hukum adat yang
terkait
dengan perlindungan
dan pengelolaan
lingkungan hidup
pada tingkat
kabupatenkota; l.
mengelola informasi lingkungan
hidup tingkat
kabupatenkota; m.
mengembangkan dan melaksanakan
kebijakan sistem
informasi lingkungan hidup
tingkat kabupatenkota;
n. memberikan
pendidikan, pelatihan,
pembinaan, dan
penghargaan; o.
menerbitkan izin
lingkungan pada
49
tingkat kabupatenkota; dan
p. melakukan
penegakan hukum
lingkungan hidup
pada tingkat
kabupatenkota. 6
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang
Pemerintahan Daerah
Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
5587. Pasal 12
1. ... 2. ...
3Urusan Pemerintahan
Pilihan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat 1 meliputi:
a. kelautan
dan perikanan;
b. pariwisata;
c. pertanian;
d. kehutanan;
e. energi dan sumber
daya mineral; f.
perdagangan; g.
perindustrian; dan h.
transmigrasi. Urusan
Pemerintahan Pilihan
adalah Urusan
Pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh Daerah sesuai
dengan potensi yang dimiliki Daerah.
Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten
Badung salah
satunya bersumber dari
sektor Pariwisata.
Pariwisata bagi
Pemerintah kabupaten Badung,
merupakan salah
satu penghasil
devisa, dengan
demikian salah satu urusan pilihan yang
diselenggarakan oleh
Pemerintah Kabupaten Badung
adalah urusan
pilihan bidang
pariwisata. Dengan
demikian Undang-undang ini
relevan dipergunakan
sebagai salah satu ketentuan
mengingat
dari
50
rencana pembentukan
RIPPARDA Kabupaten Badung.
7 Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007
tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi
dan Pemerintahan
Daerah KabupatenKota
Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4737; Pasal 7
1 ...
2 ...
3Urusan pilihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 2
adalah urusan
pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi
untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan
kondisi,kekhasan dan
potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
4Urusan pilihan
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 meliputi:
a.kelautan dan
perikanan; b. pertanian;
c. kehutanan; d.energi dan sumber
daya mineral; e.pariwisata;
f. industri; g. perdagangan;dan
h. ketransmigrasian.
5.Penentuan urusan
pilihan ditetapkan oleh pemerintahan daerah.
Berdasarkan Lampiran
Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tanggal 9
Juli 2007, pada hurup Q diatur pembagian urusan
pemerintahan
bidang pariwisata.
Kewenangan Berdasarkan
ketentuan Pasal 6 Peraturan
Daerah Kabupaten Badung
No. 4 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan yang
Menjadi Kewenangan
Kabupaten Badung, Pariwisata
ditetapkan sebagai salah satu urusan
pilihan.
Dalam menentukan Pariwisata sebagai
urusan pilihan, salah satu
kewenangan yang dimiiki oleh
pemerintahan daerah kabuapten
adalah penetapan kebijakan skala
kabupaten berupa RIPP Kabupaten.
Dalam Peraturan ini tidak dijelaskan apa
yang dimaksud dengan RIPP,
namun berdasarkan kelaziman dalam
penetapan kebijakan
kepariwisataan, RIPP ini lazim
diterjemahkan atau dibaca Rencana
Induk Pembangunan
Pariwisata.
51
Pemerintahan Daerah
kabupaten diatur sebagai berikut :
1. ...
2. ...
3. Sub Bidang Kebijakan
Bidang Kepariwisataan. 1.
Kebijakan 1.
Pelaksanaan kebijakan
nasional,provinsi dan
penetapan kebijakan
skala kabupaten:
a. RIPP
Kabupaten. b.
... c.
... d.
Pelaksanaan kebijakan
nasional dan
provinsi serta
penetapan pedoman
pengembangan destinasi
pariwisata skala
kabupaten.
4.... 5.Sub Bidang Kebijakan
Bidang Kebudayaan dan Pariwisata.
1. Rencana
induk pengembangan
sumber daya
kebudayaan dan
pariwisata nasional
skala kabupaten. 2.
Pelaksanaan kebijakan
nasionalprovinsi dan penetapan
kebijakan kabupaten
dalam pengembangan
sumber daya manusia kebudayaan
dan pariwisata
skala Dari analisis ini,
maka dapat
dikatakan, Peraturan
Pemerintah Nomor 38
tahun 2007,
dapat dipergunakan sebagai salah satu
ketentuan mengingat
dalam Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Badung
tentang RIPPARDA Kepariwisataan.
52
kabupaten. 3.
Pelaksanaan kebijakan
nasional provinsi
dan penetapan
kebijakan kabupaten penelitian
kebudayaan dan
pariwisata skala
kabupaten. 8
Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2010 tentang
Cagar Budaya, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2010
Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5168 .
Pasal 64 Pengamanan
Cagar Budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61
dan Pasal
62 harus
memperhatikan pemanfaatannya
bagi kepentingan
sosial, pendidikan,
pengembangan ilmu
pengetahuan, agama,
kebudayaan, danatau
pariwisata. Pasal 67
1Setiap orang dilarang memindahkan
Cagar Budaya
peringkat nasional,
peringkat provinsi, atau peringkat
kabupatenkota, baik
seluruh maupun
bagian-bagiannya, kecuali
dengan izin
Menteri, gubernur, atau bupatiwali kota sesuai
dengan tingkatannya.
Pasal 72 1Pelindungan
Cagar Budaya
dilakukan dengan
menetapkan batas-batas
keluasannya dan
pemanfaatan ruang
melalui sistem Zonasi berdasarkan
hasil Cagar
Budaya pemanfaatannya
dapat untuk
kepentingan sosial, pendidikan,
pengembangan ilmu pengetahuan,
agama, kebudayaan,
danatau pariwisata.
Bupati mempunyai kewenangan
berkaitan dengan
pemanfaatan cagar budaya
untuk kepentingan
pariwisata. Berdasarkan
ketentuan ini, maka UU No 11 Tahun
2010, relevan
dirujuk sebagai
salah satu
ketentuan mengingat
dalam Rancangan
perda yang akan dibentuk.
53
kajian. 2Sistem
Zonasi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 ditetapkan oleh:
a. Menteri apabila telah ditetapkan
sebagai Cagar Budaya nasional
atau mencakup 2 dua provinsi atau lebih;
b.gubernur
apabila telah
ditetapkan sebagai Cagar Budaya
provinsi atau
mencakup 2
dua kabupatenkota
atau lebih; atau
c.bupatiwali kota
sesuai dengan
keluasan Situs Cagar
Budaya atau
Kawasan Cagar Budaya di
wilayah kabupatenkota.
Pasal 109 2Setiap orang yang tanpa
izin gubernur atau izin bupatiwali
kota, membawa Cagar Budaya
ke luar wilayah provinsi atau
kabupatenkota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 ayat 2
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
lima
tahun danatau
denda paling
sedikit Rp1.000.000,00 satu juta
rupiah dan paling banyak Rp100.000.000,00 seratus
juta rupiah.
9 Peraturan Pemerintah
Republik Pasal 4
1RIPPARNAS menjadi
pedoman bagi
RIPPARNAS dan
Rencana Induk
Pembangunan
54
Indonesia Nomor 50 Tahun 2011
Tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan
Nasional Tahun 2010-2025.
Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4562. pembangunan
kepariwisataan nasional.
2RIPPARNAS sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 menjadi pedoman penyusunan
Rencana
Induk Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi.
3RIPPARNAS dan
Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan
Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 menjadi
pedoman penyusunan Rencana
Induk Pembangunan
Kepariwisataan KabupatenKota.
Kepariwisataan Provinsi
dipergunakan menjadi
pedoman penyusunan
Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan
Kabupaten. Persoalan
hukum yang
ditemui sampai
saat dilakukan
kajian ini, Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan
Provinsi
Bali, sampai
saat ini
belum ditetapkan.
Dengan demikian
Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan
Provinsi Bali, tidak dipergunakan
sebagai salah satu ketentuan
mengingat
dari Rencana
Induk Pembangunan
Kepariwisataan Kabupaten Badung.
10 Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun
2010
tentang Penyelengaraan
Penataan Ruang Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 21. Pasal 153
1Peraturan zonasi
kabupatenkota merupakan penjabaran
dari ketentuan umum peraturan zonasi yang
ditetapkan
dalam rencana
tata ruang
wilayah kabupatenkota.
2Peraturan zonasi
kabupatenkota sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 ditetapkan dengan
peraturan daerah
Ketentuan ini
menunjukkan bahwa Pemerintah
Daerah Kabupaten mempunyai
wewenang
untuk menetapkan
peraturan daerah
tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan
Kabupaten Badung. Peraturan
Pemerintah Nomor 15
Tahun 2010
55
kabupatenkota. 3Peraturan
zonasi kabupatenkota
merupakan dasar
dalam pemberian
insentif dan disinsentif, pemberian
izin, dan
pengenaan sanksi di tingkat
kabupatenkota.
Pasal 154 1Peraturan
zonasi kabupatenkota
memuat zonasi pada setiap
zona peruntukan.
2Zona peruntukan
sebagaimana dimaksud pada
ayat 1
merupakan suatu
bagian wilayah atau kawasan
yang ditetapkan
dalam rencana
tata ruang
untuk mengembankan suatu fungsi tertentu
sesuai dengan
karakteristik zonanya. 3Ketentuan
zonasi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 meliputi: a.
ketentuan kegiatan dan
penggunaan ruang
yang diperbolehkan,
diperbolehkan dengan syarat, dan
yang
tidak diperbolehkan;
b. ketentuan intensitas
pemanfaatan ruang paling sedikit terdiri
atas:
1. koefisien dasar
bangunan maksimum;
2. koefisien lantai
bangunan tentang
Penyelengaraan Penataan
Ruang relevan
dirujuk sebagai salah satu
ketentuan mengingat
dalam Perda
RIPPARDA Kabupaten Badung
yang akan dibentuk.
56
maksimum; 3.
ketinggian bangunan
maksimum; dan 4.
koefisien dasar hijau minimum.
c. ketentuan prasarana
dan sarana
minimum sebagai
kelengkapan dasar
fisik lingkungan yang mendukung
berfungsinya zona
secara optimal; dan d.
ketentuan lain yang dibutuhkan
untuk mengendalikan
pemanfaatan ruang
pada kawasan cagar budaya,
kawasan rawan
bencana, kawasan
keselamatan operasi penerbangan,
dan kawasan
lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
4Selain ketentuan zonasi sebagaimana dimaksud
pada ayat 3, dalam wilayah kota memuat
ketentuan
lain yang
dibutuhkan untuk
mengendalikan perkembangan
penggunaan lahan
campuran, sektor
informal, dan
pertumbuhan gedung
pencakar langit. 11
Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2011
tentang Rencana
Induk Pasal 4
1RIPPARNAS menjadi
pedoman bagi
pembangunan kepariwisataan
Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011
Kabupaten Badung
57
Pembangunan Kepariwisataan
Nasional Tahun 2010-2025
Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4562. nasional.
2RIPPARNAS sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 menjadi pedoman penyusunan
Rencana
Induk Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi.
3RIPPARNAS dan
Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat
2 menjadi pedoman penyusunan
Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan
KabupatenKota. mempunai
wewenang untuk
menetapkan Peraturan
Daerah berkaitan
dengan RIPPARDA
Kabupaten.
12 Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun
2012 tentang Izin Lingkungan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012
Nomor 48.Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5285.
Pasal 1 Angka 1
Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada
setiap orang
yang melakukan
Usaha danatau Kegiatan yang
wajib Amdal atau UKL-UPL dalam
rangka perlindungan
dan pengelolaan
lingkungan hidup sebagai prasyarat
memperoleh izin Usaha danatau Kegiatan.
Angka 2 Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut Amdal,
adalah kajian mengenai dampak
penting suatu
Usaha danatau Kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup
yang diperlukan
bagi proses
pengambilan keputusan
Usaha pariwisata
merupakan usaha
yang menediakan
barang dan atau jasa
bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan
dan penyelenggaraan
pariwisata. Dalam kasus-kasus
tertentu, berkaitan dengan
usaha pariwisata
wajib memperhatikan dan
memenuhi Izin
Lingkungan. Dengan
demikian, Peraturan
Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012
tentang Izin
Lingkungan relevan dipergunakan
sebagai salah satu ketentuan
mengingat
dalam
58
tentang penyelenggaraan
Usaha danatau Kegiatan. Angka 3
Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup
dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup, yang
selanjutnya disebut UKL- UPL, adalah pengelolaan
dan pemantauan terhadap Usaha danatau Kegiatan
yang
tidak berdampak
penting terhadap
lingkungan hidup
yang diperlukan
bagi proses
pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan
Usaha danatau Kegiatan. Angka 4
Usaha danatau Kegiatan adalah
segala bentuk
aktivitas yang
dapat menimbulkan
perubahan terhadap rona lingkungan
hidup serta menyebabkan dampak
terhadap lingkungan hidup.
Rancangan Peraturan
Daeah tentang
Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan
Daerah
Tahun 2015-2030
yang akan dibentuk.
13 Peraturan
Presiden Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun
2014 Tentang
Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 45 Tahun 2011
Tentang Rencana
Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Denpasar,
Pasal 2 Pengaturan
penataan ruang diselenggarakan
untuk: a.
mewujudkan ketertiban
dalam penyelenggaraan
penataan ruang; b.
memberikan kepastian hukum bagi seluruh
pemangku c.
kepentingan dalam
melaksanakan tugas
dan tanggung jawab d.
serta hak
dan kewajibannya
dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2014 Tentang
Perubahan
atas Peraturan Presiden
Nomor 45 Tahun 2011
memberikan kewenangan kepada
Kabupaten
untuk melakukan
penataan ruang
termasuk didalammnya
59
Badung, Gianyar,
Dan Tabanan.Lemba
ran Negara
Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor
121. penyelenggaraan
penataan e.
ruang; dan f.
mewujudkan keadilan bagi
seluruh pemangku
kepentingan g.
dalam seluruh aspek penyelenggaraan
penataan ruang.
Pasal 3 Pengaturan
penataan ruang
disusun dan
ditetapkan oleh
Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi,
dan pemerintah
daerah kabupatenkota
sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 4 1. ...
2. ... 3Pengaturan
penataan ruang oleh pemerintah
daerah kabupatenkota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 meliputi penyusunan
dan penetapan:
a. rencana tata ruang
wilayah kabupatenkota,
rencana tata
7 ruang
kawasan strategis
kabupatenkota, rencana detail
8 tata
ruang kabupatenkota
termasuk peraturan
zonasi 9
yang ditetapkan dengan peraturan daerah
10 kabupatenkota; dan
a. ketentuan
tentang perizinan, bentuk dan
menata kawasan
sebagai kawasan
pariwisata yang
dituangkan dalam
RIPPARDA Kabupaten.
60
besaran insentif 11
dan disinsentif, serta sanksi
administratif, yang ditetapkan dengan
peraturan bupatiwalikota.
Pasal 5 1Selain penyusunan dan
penetapan peraturan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4,
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah
kabupatenkota dapat menetapkan peraturan
lain di bidang penataan ruang
sesuai kewenangan
berdasarkan ketentuan peraturan
perundang undangan.
14 Peraturan
Daerah Provinsi Bali Nomor 5
Tahun
2005 tentang
Persyaratan Arsitektur
Bangunan Gedung.
Lembaran Daerah Provinsi
Bali Tahun 2005 Nomor 5.
Pasal 21 Gubernur
mengkoordinasikan pengendalian persyaratan
arsitektur
bangunan gedung,
penggunaan symbol
fungsi, dan
symbol keagamaan
dengan pemerintah
kabupatenkota Untuk
menjamin kepastian
dan ketertiban
hukum dalam
penyelenggaraan bangunan gedung,
setiap
bangunan gedung
harus diselenggarakan
secara tertib dan terkendali.
Karena pengendalian
langsung tentang
persyaratan arsitektur
bangunan sesuai
dengan semangat
otonomi daerah
sebagaimana diatur dalam
Undang –
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah,
maka
61
KabupatenKota harus
membuat peraturan
daerah kabupatenkota
yang memat
ketentuan tentang
persyaratan arsitektur
bangunan gedung
dengan mengadopsi, menjabarkan,
dan lebih
memperinci subsansi Peraturan
Daerah ini
agar memiliki kekhasan
sesuai potensi
daerah dan lebih mudah ditetapkan.
Keseluruhan maksud dan tujuan
pengaturan tersebut dilandasi oleh asas
kemanfaatan, keselamatan
, keseimbangan, dan
keserasian bangunan
gedung dengan
lingkungannya, bagi kepentingan
masyarakat
yang berperikemanusiaan
dan berkeadilan.
15 Peraturan
Daerah Provinsi Bali Nomor 16
Tahun
2009 tentang Rencana
Tata Ruang
Wilayah Provinsi Bali.Lembaran
Daerah Provinsi Bali Tahun 2009
Nomor
16, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi
Pasal 91 7
Instansi pelaksana
program pemanfaatan
ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat 1, dapat dilakukan oleh:
a. pemerintah;
b. pemerintah
provinsi; c.
pemerintah kabupatenkota;
d. dunia usaha;
e. Kerjasama
Melalui Peraturan
Daerah Peraturan
Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun
2009. Pemerintah
Provinsi memberikan
kewenangan penyelenggaraan
pemanfaatan ruang kepada kabupaten.
Berdasarkan
hal tersebut
diatas, maka Perda Provinsi
62
Bali Nomor 15. Pemerintah
dan Swasta KPS; dan
f. masyarakat.
Pasal 131 1 Pemerintah
provinsi menyelenggarakan
penataan ruang untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
2 Dalam melaksanakan
tugas penyelenggaraan penataan
ruang, pemerintah
provinsi memberikan
kewenangan penyelenggaraan
penataan ruang kepada pemerintah
kabupatenkota. Bali No 16 Tahun
2009 relevan
dipergunakan sebagai salah satu
ketentuan mengingat
Ranperda RIPPARDA
Kabupaten Badung yang akan dibentuk.
16 Peraturan
Daerah Provinsi Bali Nomor 2
Tahun
2012 tentang
Kepariwisataan Budaya
Bali. Lembaran
Daerah Provinsi Bali Tahun 2012
Nomor
2, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi
Bali Nomor 2. Pasal 11
3 Dalam
mengembangkan destinasi
pariwisata sebagaimana dimaksud
pada ayat
2 Pemerintah
Provinsi dapat bekerja sama
dengan KabupatenKota.
Pasal 20 Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah KabupatenKota
dapat bekerjasama
untuk melakukan
promosi kepariwisataan Bali.
Peraturan Daerah
Provinsi Bali Nomor 2
Tahun 2012
tentang Kepariwisataan
Budaya Bali,
memberikan arah
dan sejalan dengan Ranperda RIPPARDA
yang akan dibentuk.
17 Peraturan
Daerah Kabupaten
Pasal 6 1Urusan
pilihan sebagimana dimaksud
Rumusan ketentuan
ini menentukan,
63
Badung No. 4 Tahun
2008 tentang Urusan
Pemerintahan yang
Menjadi Kewenangan
Kabupaten Badung.Lembar
an
Daerah Kabupaten
Badung Tahun
2008 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Daerah
Kabupaten Badung Nomor
4. dalam
Pasal 4
berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai
dengan kondisi,kekhasan, dan
potensi yang ada di daerahyang
bersangkutan; 2Berdasarkan analisis
terhadap
Produk Domestik
Regional BrutoPDRB
mata pencaharian penduduk,
pemanfaatan lahan dan pengembangan potensi
yang ada di daerah, maka urusan pilihan
yang
dilaksanakan meliputi bidang:
a. pariwisata; b.pertanian;
c. perdagangan d. ...
Selanjutnya
dalam Lampiran
Peraturan Daerah ini ditentukan
sebagai berikut : A.
Urusan Pemerintahan
Bidang Pariwisata. Sub Bidang Kebijakan
Bidang kepariwisataan. Sub-sub
bidang Kebijakan.
Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten.
1. Pelaksanaan
kebijakan nasional,propinsi
dan penetapan
kebijakan skala
kabupaten: a.
RIPP Kabupaten
b. ...
2. Pelaksanaan Bidang
Pemerintah Daerah
Kabupaten Badung
menentukan Pariwisata
sebagai
salah satu
urusan pilihan.
Berdasarkan urusan
pilihan ini, Pemerintah
Kabupaten Badung
mempunai kewenangan
untuk menyusun
RIPPARDA Kabupaten.
64
Kepariwisataan 3.
Kebikaan bidang
Pariwisata: i.
Rencana induk
pengembangan sumber
daya kebudayaan dan
pariwisata nasional
skala kabupaten
18 Peraturan
Daerah Kabupaten
Badung No. 2 Tahun
2012 tentang
Kepariwisataan. Lembaran
Daerah Kabupaten
Badung
Tahun 2012 Nomor 2,
Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten
Badung Nomor 2.
Pasal 8 1Pembangunan
Kepariwisataan dilakukan berdasarkan
Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Daerah.
2Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat 1, mencakup
visi
dan misi
serta tahapan sasaran yang
akan diwujudkan,
kebijakan dan strategi untuk
pemberdayaan masyarakat,
pembangunan daya
tarik wisata,
pembangunan destinasi pariwisata,
pembangunan usaha
pariwisata, pemasaran
pariwisata serta
pengorganisasian kepariwisataan
dalam rangka
mewujudkan tujuan penyelenggaraan
kepariwisataan. 3Penyusunan
Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan
dengan
melibatkan pemangku kepentingan.
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung No. 2 Tahun 2012,
sejalan dan searah dengan
Ranperda RIPPARDA
yang akan dibentuk.
65
Pasal 11 Pemerintah
Daerah bersama
lembaga yang
terkait menyelenggarakan penelitian
dan pengembangan
kepariwisataan untuk
mendukung pembangunan kepariwisataan.
19 Peraturan
Daerah Kabupaten
Badung No. 26 Tahun
2013 tentang Rencana
Tata Ruang
Wilayah Kabupaten
Badung.Lembar an
Daerah Kabupaten
Badung Tahun
2013 Nomor 26, Tambahan
Lembaran Daerah
Kabupaten Badung Nomor
25. Pasal 3
Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
bertujuan untuk
mewujudkan Kabupaten
Badung sebagai
Pusat Kegiatan
Nasional dan
destinasi pariwisata
internasional yang berkualitas, berdaya
saing dan
berjatidiri budaya Bali melalui sinergi
pengembangan Wilayah
Badung Utara, Badung Tengah
dan Badung
Selatan secara
berkelanjutan berbasis
kegiatan pertanian,
jasa dan
kepariwisataan menuju kesejahteraan Masyarakat
sebagai implementasi dari falsafah Tri Hita Karana.
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung No. 26 Tahun 2013
tentang Rencana
Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Badung,
searah dan sejalan dengan
Rancangan RIPPARDA
Kabupaten Badung yang
akan dibentuk.
3.2.Kajian Terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Badung yang memuat kondisi hukum yang ada terkait dengan Kepariwisataan.
Penelusuran terhadap beberapa Peraturan Daerah Kabupaten Badung,
yang memuat kondisi hukum terkait dengan kepariwisataan, sejalan dan searah dengan RIPPARDA Kabupaten Badung dapat ditampilkan pada
matrik dibawah ini.
66
Matrik 2.Peraturan Daerah Kabupaten Badung yang memuat kondisi hukum yang ada terkait dengan Kepariwisataan.
No Peraturan Daerah
Rumusan Normanya
Analisis 1
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung No. 4 Tahun 2008
tentang Urusan
Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan
Kabupaten Badung; Pasal 6
1Urusan pilihan
sebagimana dimaksud
dalam Pasal 4 berpotensi
untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
sesuai dengan
kondisi,kekhasan, dan potensi yang ada
di
daerahyang bersangkutan;
2Berdasarkan analisis
terhadap Produk
Domestik Regional BrutoPDRB
mata pencaharian
penduduk, pemanfaatan
lahan dan
pengembangan potensi yang ada di
daerah, maka urusan pilihan
yang dilaksanakan
meliputi bidang: a. pariwisata;
b.pertanian; c. perdagangan
d. ...
Selanjutnya dalam
Lampiran Peraturan Daerah ini ditentukan
sebagai berikut : A.
Urusan Pemerintahan Bidang
Pariwisata. Sub
Bidang Kebijakan
Bidang kepariwisataan.
Sub-sub bidang
Kebijakan. Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No. 4
Tahun 2008,
menentukan salaah
satu urusan
pilihan yang
dijalankan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten
Badung adalah
Urusan Kepariwisataan.
Salah
satu kebijakaan bidang
Pariwisata di
Kabupaten Badung,
yang menjadi
kewenangan dari Pemerintah
Kabupaten Badung
yakni membentuk
Rencana induk
pengembangan sumber
daya kebudayaan
dan pariwisata
nasional skala
kabupaten.
67
Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten.
1.Pelaksanaan kebijakan
nasional,propinsi dan penetapan kebijakan
skala kabupaten:
a. RIPP Kabupaten b. ...
2. Pelaksanaan
Bidang Kepariwisataan
3. Kebikaan
bidang Pariwisata: i. Rencana
induk pengembangan
sumber daya
kebudayaan dan
pariwisata nasional
skala kabupaten.
2 Peraturan
Daerah Kabupaten
Badung No.2
Tahun 2012
tentang Kepariwisataan.
Lembaran Daerah
Kabupaten Badung
Tahun 2012 Nomor 2,Tambahan
Lembaran Daerah
Kabupaten Badung
Nomor 2. Pasal 8
1Pembangunan Kepariwisataan
dilakukan berdasarkan
Rencana
Induk Pembangunan
Kepariwisataan Daerah.
2Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan
Daerah sebagaimana
dimaksud
pada ayat 1, mencakup
visi dan misi serta tahapan
sasaran yang
akan diwujudkan,
kebijakan dan
strategi untuk
pemberdayaan masyarakat,
Peraturan Daerah Kabupaten
Badung No.
2 Tahun
2012, sejalan dan searah
dengan Ranperda RIPPARDA
yang akan dibentuk.
68
pembangunan daya tarik
wisata, pembangunan
destinasi pariwisata,
pembangunan usaha
pariwisata, pemasaran
pariwisata serta
pengorganisasian kepariwisataan
dalam rangka
mewujudkan tujuan
penyelenggaraan kepariwisataan.
3Penyusunan Rencana
Induk Pembangunan
Kepariwisataan sebagaimana
dimaksud
pada ayat 1 dilakukan
dengan melibatkan pemangku
kepentingan.
Pasal 11 Pemerintah
Daerah bersama
lembaga yang
terkait menyelenggarakan
penelitian dan
pengembangan kepariwisataan untuk
mendukung pembangunan
kepariwisataan.
3 Peraturan
Daerah Kabupaten
Badung No. 26 Tahun 2013
tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Badung.Lembaran Pasal 3
Penataan Ruang
Wilayah Kabupaten
bertujuan untuk
mewujudkan Kabupaten
Peraturan Daerah Kabupaten
Badung No. 26 Tahun
2013 tentang Rencana
Tata Ruang
Wilayah
69
Daerah Kabupaten
Badung Tahun 2013 Nomor
26, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten
Badung Nomor 25. Badung sebagai Pusat
Kegiatan Nasional
dan destinasi
pariwisata internasional
yang berkualitas,
berdaya saing dan berjatidiri
budaya Bali melalui sinergi
pengembangan Wilayah
Badung Utara,
Badung Tengah dan Badung
Selatan secara berkelanjutan
berbasis
kegiatan pertanian, jasa dan
kepariwisataan menuju
kesejahteraan Masyarakat
sebagai implementasi
dari falsafah
Tri Hita
Karana. Kabupaten
Badung, searah
dan sejalan
dengan Rancangan
RIPPARDA Kabupaten
Badung
yang akan dibentuk.
4 Peraturan
Daerah Kabupaten Badung
Nomor 7
Tahun 2013
tentang Pengelolaan
Sampah. Lembaran Daerah
Kabupaten Badung Tahun 2013
Nomor 7, Tambahan Lembaran
Daerah kabupaten
Badung Nomor 7.
Pasal 4 Pengelolaan Sampah
bertujuan untuk
meningkatkan kebersihan,
kesehatan masyarakat
dan kualitas lingkungan
yang kondusif serta menjadikan sampah
sebagai sumber daya yang potensial.
Tujuan pengelolaan
sampah dalam
Perda ini sejalan dengan
tujuan pengembangan
kepariwisataan yang
akan dibentuk
yang dituangkan dalam
RIPPARDA Kabupaten
Badung.
5 Peraturan
Daerah Kabupaten Badung
Nomor 8
Tahun 2013
tentang Kawasan
Tanpa Rokok. Lembaran
Daerah Kabupaten
Badung Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Daerah
kabupaten Badung
Pasal 10 Tempat
umum sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 3 ayat 2 huruf g meliputi :
a.pasar modern; b.pasar tradisional;
c.tempat wisata; d.tempat hiburan;
e.hotel;
70
Nomor 8. f.restoran;
g.tempat rekreasi; h.halte;
i.terminal angkutan
umum; j.terminal angkutan
barang; k.pelabuhan; dan
l.bandara.
6 Peraturan
Daerah Kabupaten Badung
Nomor 9
Tahun 2010 tentang Izin
Ganguan. Lembaran
Daerah Kabupaten Badung
Tahun 2010 Nomor 9,
Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Badung
Nomor 9. Pasal 2
1 Maksud
ditetapkannya Peraturan Daerah
ini dalam rangka pembinaan,
pengendalian dan pengawasan
terhadap kegiatan usaha
tempat usaha
guna terciptanya
iklim usaha
yang kondusif di daerah.
2 Tujuan
ditetapkannya Peraturan Daerah
ini untuk
memberikan legalitas,
dasar hukum
dan kepastian
hukum dalam pelaksanaan
kewenangan daerah
dalam pemberian
perizinan kepada
masyarakat dan
sebagai upaya
untuk mencegah
timbulnya gangguan terhadap
kesehatan, keselamatan,
ketentraman dan atau kesejahteraan
terhadap kepentingan
Tujuan ditetapkannya
Peraturan Daerah ini
untuk mencegah
timbulnya gangguan
terhadap kesehatan,
keselamatan, ketentraman dan
atau kesejahteraan
terhadap kepentingan
umum,
searah dengan Ranperda
tentang RIPPARDA Kabupaten
Badung yang akan dibentuk.
71
umum. Lampiran Peraturan
Daerah Kabupaten
Badung Nomor : 9 Tahun
2010 Tanggal:
23 Nopember 2010
Tentang: Izin
Gangguan Tempat-tempat
usaha lainnya yang wajib memiliki Izin
Gangguan sebagaimana
dimaksud
pada angka I nomor 21
adalah :
43.Usaha di bidang pariwisata yaitu :
1Restoran, rumah
makan, kafe; 2 Bar;
3 Bilyar; 4 Diskotik;
5 Club malam; 6 Panti pijat;
7Bioskop, sinema; 8Bola etangkasan;
9 Barber shop; 10 Karaoke;
11Hotel
bintang, Hotel melati;
12Hotel transit; 13 Losmen;
14Penginapan remaja;
15Pondok wisata; 16Mandala wisata;
17 Wisma; 18 ...
7 Peraturan
Daerah Kabupaten Badung
Pasal 3 1Objek
Retribusi
72
Nomor 12
Tahun 2013
Tentang Retribusi
Tempat Penjualan Minuman
Beralkohol. Lembaran
Daerah Kabupaten Badung
Tahun 2013 Nomor 12,
Tambahan Lembaran
Daerah kabupaten
Badung Nomor 12.
adalah pemberian izin
tempat penjualan
minuman beralkohol disuatu
tempat tertentu.
2Tempat tertentu
sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 adalah:
a.pengecer minuman
beralkohol golongan
B danatau
golongan C
ditempatlainnya termasuk
toko Bebas Bea duty
free shop; b.penjual
minuman beralkohol
golongan B
danatau golongan
C untuk diminum
langsung ditempat,
meliputi:
1.Hotel berbintang :
-Hotel berbintang 3,
-Hotel berbintang 4,
dan -Hotel
berbintang 5. 2.Restoran, Bar,
termasuk Pub, Karaoke
dan Klab
malam. c.pengecer
dalam kemasan minuman
beralkohol untuk
tujuan kesehatan.
73
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS