EVALUASI DAN ANALISIS Laporan Penelitian Naskah Akademik Rancangan Peraturanrah Daerah Kabupaten Badung tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2015-2030.

40

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT 3.1.Kajian Terhadap Peraturan Perundang-Undangan yang Memuat Kondisi Hukum yang ada. Kajian berupa evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan terkait, dilakukan untuk mengetahui kondisi hukum atau peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Kabupaten Badung, serta untuk mengetahui posisi dari peraturan daerah yang baru, guna menghindari terjadinya tumpang tindih pengaturan. Kajian terhadap peraturan perundang- undangan yang memuat kondisi hukum yang ada, mempergunakan pendekatan perundangan-undangan dengan melihat jenis, hierarki dan materi muatan peraturan perundang-undangan berkaitan dengan kewenangan pemerintah kabupaten tentang pengaturan kepariwisataan. Dengan mempergunakan rujukan ketentuan Pasal 7 ayat 1 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 peraturan perundang-undangan dan rumusan norma yang berkaitan dengan kewenangan kabupaten bidang kepariwisataan, ditampilkan dalam tabel berikut dibawah ini Matrik 1. Peraturan Perundang-Undangan dan Rumusan Norma Yang Berkaitan Dengan Kewenangan Kabupaten Bidang Kepariwisataan. No Peraturan Perundang- Undangan Rumusan Normanya Analisis 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 ayat 6 Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan perundang- undangan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan Pemerintah daerah Kabupaten Badung mempunyai wewenang untuk menetapkan peraturan daerah tentang untuk melaksanakan otonomi. Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Badung, mempunyai wewenang untuk menetapkan Peratuuran Daerah tentang Rencana Induk Pembangunan 41 Pariwisata Kabupaten Badung 2 Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah- daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655; BAB II TENTANG URUSAN RUMAH TANGGA DAN KEWAJIBAN DAERAH Pasal 4 2 Apabila daerah yang dibentuk menurut pasal 1 adalah suatu Daerah Swapraja, maka dengan tidak mengurangi ketentuan dimaksud dalam ayat 1, untuk sementara waktu sampai diadakan ketentuan lain, segala urusan rumah-tangga Daerah Swapraja yang bersangkutan itu menurut peraturan- peraturan yang ada tidak merupakan urusan Pemerintah Pusat, menjadi urusan daerah tingkat II yang bersangkutan; Berdasarkan ketentuan ini Pemerintah Kabupaten Badung mempunyai kewenangan untuk mengatur urusan rumah tangga termasuk didalamnya urusan kepariwisataan 3 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725. Pasal 5 5Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupatenkota. Pasal 11 1Wewenang pemerintah daerah kabupatenkota dalam enyelenggaraan penataan ruang meliputi: a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap Berdasarkan ketentuan Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Badung mempunyai wewenang untuk melakukan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten. Kegiatan penyusunan RIPPARDA merupakan satu kegiatan yang selaras dengan perencanaan tata ruang wilayah 42 pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupatenkota dan kawasan strategis kabupatenkota; b. pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupatenkota; c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupatenkota; dan d.kerja sama penataan ruang antar kabupaten kota. 2Wewenang pemerintah daerah kabupatenkota dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupatenkota sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b meliputi: a. perencanaan tata ruang wilayah kabupaten kota; b. pemanfaatan ruang wilayah kabupatenkota; dan c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupatenkota. 3Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupatenkota sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c, pemerintah daerah kabupatenkota melaksanakan: a. penetapan kawasan strategis kabupatenkota; b. perencanaan tata kabupaten. 43 ruang kawasan strategis kabupatenkota; c. pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupatenkota; dan d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupatenkota. 4Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, pemerintah daerah kabupatenkota mengacu pada pedoman bidang penataan ruang dan petunjuk pelaksanaannya. 5Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4, pemerintah daerah kabupatenkota: a. menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupatenkota; dan b. melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang. 6 Dalam hal pemerintah daerah abupatenkota tidak dapat memenuhi standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, pemerintah daerah 44 provinsi dapat mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 3 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739. Pasal 55 1Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pada tingkat kabupatenkota dilaksanakan secara terpadu yang dikoordinasi oleh dinas yang membidangi kelautan dan perikanan. 2Jenis kegiatan yang dikoordinasikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. penilaian setiap usulan rencana kegiatan tiap-tiap pemangku kepentingan sesuai dengan perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil terpadu; b. perencanaan antarinstansi, dunia usaha, dan masyarakat; c. program akreditasi skala kabupatenkota; d. rekomendasi izin kegiatan sesuai dengan kewenangan tiap-tiap dinas otonom atau badan daerah; serta e. penyediaan data dan informasi bagi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil skala Berdasarkan ketentuan Undang- Undang Nomor 27 Tahun 2007 ini, kabupaten mempunyai wewenang untuk mengelola wilayah pesisir yang dilaksanakan secara terpadu oleh dinas yang membidanginya. 45 kabupatenkota. 3Pelaksanaan kegiatan sebagaimana imaksud pada ayat 2 diatur oleh bupatiwalikota. 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966 Pasal 8 1Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi, dan rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupatenkota. 2Pembangunan kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan bagian integral dari rencana pembangunan jangka panjang nasional Pasal 9 1Rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah. 2Rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 1 diatur dengan Peraturan Daerah provinsi. 3Rencana induk Undang-Undang No 10 Tahun 2009, memberi wewenang kepada daerah kabupaten untuk menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupatenkota dengan Peraturan Daerah kabupatenkota. 46 pembangunan kepariwisataan kabupatenkota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 1 diatur dengan Peraturan Daerah kabupatenkota. 4Penyusunan rencana induk pembangunan kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan. 5Rencana induk pembangunan kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 meliputi perencanaan pembangunan industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran, dan kelembagaan kepariwisataan. Pasal 29 Pemerintah provinsi berwenang: a. menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi; b. mengoordinasikan penyelenggaraan kepariwisataan di wilayahnya; c. melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan pendataan pendaftaran usaha pariwisata; d. menetapkan destinasi pariwisata provinsi; e. menetapkan daya tarik wisata provinsi; f. memfasilitasi promosi 47 destinasi pariwisata dan produk pariwisata yang berada di wilayahnya; g. memelihara aset provinsi yang menjadi daya tarik wisata provinsi; dan h. mengalokasikan anggaran kepariwisataan. 5 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059 . Pasal 63 3 Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah kabupatenkota bertugas dan berwenang: a. menetapkan kebijakan tingkat kabupatenkota; b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupatenkota; c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH kabupatenkota; d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL; e. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca pada tingkat kabupatenkota; f. mengembangkan dan melaksanakan kerja sama dan kemitraan; g. mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup; h. memfasilitasi Salah satu kewenangan Kabupaten yakni menetapkan kebijakan tingkat kabupaten berkaitan dengan pengelolan lingkungan hidup pembentukan RIPPARDA Kabupaten, berkaitan dengan kebijakan tingkat kabupaten yang substansi materinya berkaitan dengan pengelolaan lingkungan. Dengan demikian Undang- Undang Pengelolan Lingkungan Hidup relevan dirujuk sebagai ketentuan mengingat dalam Ranperda RIPPARDA yang akan dibentuk. 48 penyelesaian sengketa; i. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha danatau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang- undangan; j. melaksanakan standar pelayanan minimal; k. melaksanakan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat kabupatenkota; l. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat kabupatenkota; m. mengembangkan dan melaksanakan kebijakan sistem informasi lingkungan hidup tingkat kabupatenkota; n. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan; o. menerbitkan izin lingkungan pada 49 tingkat kabupatenkota; dan p. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat kabupatenkota. 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587. Pasal 12 1. ... 2. ... 3Urusan Pemerintahan Pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 1 meliputi: a. kelautan dan perikanan; b. pariwisata; c. pertanian; d. kehutanan; e. energi dan sumber daya mineral; f. perdagangan; g. perindustrian; dan h. transmigrasi. Urusan Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Badung salah satunya bersumber dari sektor Pariwisata. Pariwisata bagi Pemerintah kabupaten Badung, merupakan salah satu penghasil devisa, dengan demikian salah satu urusan pilihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Badung adalah urusan pilihan bidang pariwisata. Dengan demikian Undang-undang ini relevan dipergunakan sebagai salah satu ketentuan mengingat dari 50 rencana pembentukan RIPPARDA Kabupaten Badung. 7 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737; Pasal 7 1 ... 2 ... 3Urusan pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 2 adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. 4Urusan pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 meliputi: a.kelautan dan perikanan; b. pertanian; c. kehutanan; d.energi dan sumber daya mineral; e.pariwisata; f. industri; g. perdagangan;dan h. ketransmigrasian. 5.Penentuan urusan pilihan ditetapkan oleh pemerintahan daerah. Berdasarkan Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tanggal 9 Juli 2007, pada hurup Q diatur pembagian urusan pemerintahan bidang pariwisata. Kewenangan Berdasarkan ketentuan Pasal 6 Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Badung, Pariwisata ditetapkan sebagai salah satu urusan pilihan. Dalam menentukan Pariwisata sebagai urusan pilihan, salah satu kewenangan yang dimiiki oleh pemerintahan daerah kabuapten adalah penetapan kebijakan skala kabupaten berupa RIPP Kabupaten. Dalam Peraturan ini tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan RIPP, namun berdasarkan kelaziman dalam penetapan kebijakan kepariwisataan, RIPP ini lazim diterjemahkan atau dibaca Rencana Induk Pembangunan Pariwisata. 51 Pemerintahan Daerah kabupaten diatur sebagai berikut : 1. ... 2. ... 3. Sub Bidang Kebijakan Bidang Kepariwisataan. 1. Kebijakan 1. Pelaksanaan kebijakan nasional,provinsi dan penetapan kebijakan skala kabupaten: a. RIPP Kabupaten. b. ... c. ... d. Pelaksanaan kebijakan nasional dan provinsi serta penetapan pedoman pengembangan destinasi pariwisata skala kabupaten. 4.... 5.Sub Bidang Kebijakan Bidang Kebudayaan dan Pariwisata. 1. Rencana induk pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata nasional skala kabupaten. 2. Pelaksanaan kebijakan nasionalprovinsi dan penetapan kebijakan kabupaten dalam pengembangan sumber daya manusia kebudayaan dan pariwisata skala Dari analisis ini, maka dapat dikatakan, Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007, dapat dipergunakan sebagai salah satu ketentuan mengingat dalam Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Badung tentang RIPPARDA Kepariwisataan. 52 kabupaten. 3. Pelaksanaan kebijakan nasional provinsi dan penetapan kebijakan kabupaten penelitian kebudayaan dan pariwisata skala kabupaten. 8 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168 . Pasal 64 Pengamanan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 dan Pasal 62 harus memperhatikan pemanfaatannya bagi kepentingan sosial, pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, agama, kebudayaan, danatau pariwisata. Pasal 67 1Setiap orang dilarang memindahkan Cagar Budaya peringkat nasional, peringkat provinsi, atau peringkat kabupatenkota, baik seluruh maupun bagian-bagiannya, kecuali dengan izin Menteri, gubernur, atau bupatiwali kota sesuai dengan tingkatannya. Pasal 72 1Pelindungan Cagar Budaya dilakukan dengan menetapkan batas-batas keluasannya dan pemanfaatan ruang melalui sistem Zonasi berdasarkan hasil Cagar Budaya pemanfaatannya dapat untuk kepentingan sosial, pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, agama, kebudayaan, danatau pariwisata. Bupati mempunyai kewenangan berkaitan dengan pemanfaatan cagar budaya untuk kepentingan pariwisata. Berdasarkan ketentuan ini, maka UU No 11 Tahun 2010, relevan dirujuk sebagai salah satu ketentuan mengingat dalam Rancangan perda yang akan dibentuk. 53 kajian. 2Sistem Zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan oleh: a. Menteri apabila telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya nasional atau mencakup 2 dua provinsi atau lebih; b.gubernur apabila telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya provinsi atau mencakup 2 dua kabupatenkota atau lebih; atau c.bupatiwali kota sesuai dengan keluasan Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya di wilayah kabupatenkota. Pasal 109 2Setiap orang yang tanpa izin gubernur atau izin bupatiwali kota, membawa Cagar Budaya ke luar wilayah provinsi atau kabupatenkota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun danatau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 satu juta rupiah dan paling banyak Rp100.000.000,00 seratus juta rupiah. 9 Peraturan Pemerintah Republik Pasal 4 1RIPPARNAS menjadi pedoman bagi RIPPARNAS dan Rencana Induk Pembangunan 54 Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4562. pembangunan kepariwisataan nasional. 2RIPPARNAS sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menjadi pedoman penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi. 3RIPPARNAS dan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 menjadi pedoman penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan KabupatenKota. Kepariwisataan Provinsi dipergunakan menjadi pedoman penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten. Persoalan hukum yang ditemui sampai saat dilakukan kajian ini, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Bali, sampai saat ini belum ditetapkan. Dengan demikian Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Bali, tidak dipergunakan sebagai salah satu ketentuan mengingat dari Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Badung. 10 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelengaraan Penataan Ruang Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21. Pasal 153 1Peraturan zonasi kabupatenkota merupakan penjabaran dari ketentuan umum peraturan zonasi yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah kabupatenkota. 2Peraturan zonasi kabupatenkota sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan peraturan daerah Ketentuan ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten mempunyai wewenang untuk menetapkan peraturan daerah tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Badung. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 55 kabupatenkota. 3Peraturan zonasi kabupatenkota merupakan dasar dalam pemberian insentif dan disinsentif, pemberian izin, dan pengenaan sanksi di tingkat kabupatenkota. Pasal 154 1Peraturan zonasi kabupatenkota memuat zonasi pada setiap zona peruntukan. 2Zona peruntukan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan suatu bagian wilayah atau kawasan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang untuk mengembankan suatu fungsi tertentu sesuai dengan karakteristik zonanya. 3Ketentuan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. ketentuan kegiatan dan penggunaan ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, dan yang tidak diperbolehkan; b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang paling sedikit terdiri atas: 1. koefisien dasar bangunan maksimum; 2. koefisien lantai bangunan tentang Penyelengaraan Penataan Ruang relevan dirujuk sebagai salah satu ketentuan mengingat dalam Perda RIPPARDA Kabupaten Badung yang akan dibentuk. 56 maksimum; 3. ketinggian bangunan maksimum; dan 4. koefisien dasar hijau minimum. c. ketentuan prasarana dan sarana minimum sebagai kelengkapan dasar fisik lingkungan yang mendukung berfungsinya zona secara optimal; dan d. ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana, kawasan keselamatan operasi penerbangan, dan kawasan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 4Selain ketentuan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat 3, dalam wilayah kota memuat ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mengendalikan perkembangan penggunaan lahan campuran, sektor informal, dan pertumbuhan gedung pencakar langit. 11 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pasal 4 1RIPPARNAS menjadi pedoman bagi pembangunan kepariwisataan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 Kabupaten Badung 57 Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4562. nasional. 2RIPPARNAS sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menjadi pedoman penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi. 3RIPPARNAS dan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 menjadi pedoman penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan KabupatenKota. mempunai wewenang untuk menetapkan Peraturan Daerah berkaitan dengan RIPPARDA Kabupaten. 12 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48.Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285. Pasal 1 Angka 1 Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan Usaha danatau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin Usaha danatau Kegiatan. Angka 2 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian mengenai dampak penting suatu Usaha danatau Kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan Usaha pariwisata merupakan usaha yang menediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Dalam kasus-kasus tertentu, berkaitan dengan usaha pariwisata wajib memperhatikan dan memenuhi Izin Lingkungan. Dengan demikian, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan relevan dipergunakan sebagai salah satu ketentuan mengingat dalam 58 tentang penyelenggaraan Usaha danatau Kegiatan. Angka 3 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL- UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha danatau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha danatau Kegiatan. Angka 4 Usaha danatau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan hidup. Rancangan Peraturan Daeah tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2015-2030 yang akan dibentuk. 13 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Pasal 2 Pengaturan penataan ruang diselenggarakan untuk: a. mewujudkan ketertiban dalam penyelenggaraan penataan ruang; b. memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku c. kepentingan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab d. serta hak dan kewajibannya dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 memberikan kewenangan kepada Kabupaten untuk melakukan penataan ruang termasuk didalammnya 59 Badung, Gianyar, Dan Tabanan.Lemba ran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 121. penyelenggaraan penataan e. ruang; dan f. mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan g. dalam seluruh aspek penyelenggaraan penataan ruang. Pasal 3 Pengaturan penataan ruang disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupatenkota sesuai dengan kewenangannya. Pasal 4 1. ... 2. ... 3Pengaturan penataan ruang oleh pemerintah daerah kabupatenkota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi penyusunan dan penetapan: a. rencana tata ruang wilayah kabupatenkota, rencana tata 7 ruang kawasan strategis kabupatenkota, rencana detail 8 tata ruang kabupatenkota termasuk peraturan zonasi 9 yang ditetapkan dengan peraturan daerah 10 kabupatenkota; dan a. ketentuan tentang perizinan, bentuk dan menata kawasan sebagai kawasan pariwisata yang dituangkan dalam RIPPARDA Kabupaten. 60 besaran insentif 11 dan disinsentif, serta sanksi administratif, yang ditetapkan dengan peraturan bupatiwalikota. Pasal 5 1Selain penyusunan dan penetapan peraturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupatenkota dapat menetapkan peraturan lain di bidang penataan ruang sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan. 14 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2005 tentang Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung. Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2005 Nomor 5. Pasal 21 Gubernur mengkoordinasikan pengendalian persyaratan arsitektur bangunan gedung, penggunaan symbol fungsi, dan symbol keagamaan dengan pemerintah kabupatenkota Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib dan terkendali. Karena pengendalian langsung tentang persyaratan arsitektur bangunan sesuai dengan semangat otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka 61 KabupatenKota harus membuat peraturan daerah kabupatenkota yang memat ketentuan tentang persyaratan arsitektur bangunan gedung dengan mengadopsi, menjabarkan, dan lebih memperinci subsansi Peraturan Daerah ini agar memiliki kekhasan sesuai potensi daerah dan lebih mudah ditetapkan. Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas kemanfaatan, keselamatan , keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan dan berkeadilan. 15 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali.Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2009 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Pasal 91 7 Instansi pelaksana program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dapat dilakukan oleh: a. pemerintah; b. pemerintah provinsi; c. pemerintah kabupatenkota; d. dunia usaha; e. Kerjasama Melalui Peraturan Daerah Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009. Pemerintah Provinsi memberikan kewenangan penyelenggaraan pemanfaatan ruang kepada kabupaten. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Perda Provinsi 62 Bali Nomor 15. Pemerintah dan Swasta KPS; dan f. masyarakat. Pasal 131 1 Pemerintah provinsi menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2 Dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan penataan ruang, pemerintah provinsi memberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada pemerintah kabupatenkota. Bali No 16 Tahun 2009 relevan dipergunakan sebagai salah satu ketentuan mengingat Ranperda RIPPARDA Kabupaten Badung yang akan dibentuk. 16 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali. Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2012 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 2. Pasal 11 3 Dalam mengembangkan destinasi pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat 2 Pemerintah Provinsi dapat bekerja sama dengan KabupatenKota. Pasal 20 Pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota dapat bekerjasama untuk melakukan promosi kepariwisataan Bali. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali, memberikan arah dan sejalan dengan Ranperda RIPPARDA yang akan dibentuk. 17 Peraturan Daerah Kabupaten Pasal 6 1Urusan pilihan sebagimana dimaksud Rumusan ketentuan ini menentukan, 63 Badung No. 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Badung.Lembar an Daerah Kabupaten Badung Tahun 2008 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Badung Nomor 4. dalam Pasal 4 berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,kekhasan, dan potensi yang ada di daerahyang bersangkutan; 2Berdasarkan analisis terhadap Produk Domestik Regional BrutoPDRB mata pencaharian penduduk, pemanfaatan lahan dan pengembangan potensi yang ada di daerah, maka urusan pilihan yang dilaksanakan meliputi bidang: a. pariwisata; b.pertanian; c. perdagangan d. ... Selanjutnya dalam Lampiran Peraturan Daerah ini ditentukan sebagai berikut : A. Urusan Pemerintahan Bidang Pariwisata. Sub Bidang Kebijakan Bidang kepariwisataan. Sub-sub bidang Kebijakan. Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten. 1. Pelaksanaan kebijakan nasional,propinsi dan penetapan kebijakan skala kabupaten: a. RIPP Kabupaten b. ... 2. Pelaksanaan Bidang Pemerintah Daerah Kabupaten Badung menentukan Pariwisata sebagai salah satu urusan pilihan. Berdasarkan urusan pilihan ini, Pemerintah Kabupaten Badung mempunai kewenangan untuk menyusun RIPPARDA Kabupaten. 64 Kepariwisataan 3. Kebikaan bidang Pariwisata: i. Rencana induk pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata nasional skala kabupaten 18 Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan. Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2012 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Badung Nomor 2. Pasal 8 1Pembangunan Kepariwisataan dilakukan berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah. 2Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1, mencakup visi dan misi serta tahapan sasaran yang akan diwujudkan, kebijakan dan strategi untuk pemberdayaan masyarakat, pembangunan daya tarik wisata, pembangunan destinasi pariwisata, pembangunan usaha pariwisata, pemasaran pariwisata serta pengorganisasian kepariwisataan dalam rangka mewujudkan tujuan penyelenggaraan kepariwisataan. 3Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan. Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 2 Tahun 2012, sejalan dan searah dengan Ranperda RIPPARDA yang akan dibentuk. 65 Pasal 11 Pemerintah Daerah bersama lembaga yang terkait menyelenggarakan penelitian dan pengembangan kepariwisataan untuk mendukung pembangunan kepariwisataan. 19 Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 26 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Badung.Lembar an Daerah Kabupaten Badung Tahun 2013 Nomor 26, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Badung Nomor 25. Pasal 3 Penataan Ruang Wilayah Kabupaten bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Badung sebagai Pusat Kegiatan Nasional dan destinasi pariwisata internasional yang berkualitas, berdaya saing dan berjatidiri budaya Bali melalui sinergi pengembangan Wilayah Badung Utara, Badung Tengah dan Badung Selatan secara berkelanjutan berbasis kegiatan pertanian, jasa dan kepariwisataan menuju kesejahteraan Masyarakat sebagai implementasi dari falsafah Tri Hita Karana. Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 26 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Badung, searah dan sejalan dengan Rancangan RIPPARDA Kabupaten Badung yang akan dibentuk. 3.2.Kajian Terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Badung yang memuat kondisi hukum yang ada terkait dengan Kepariwisataan. Penelusuran terhadap beberapa Peraturan Daerah Kabupaten Badung, yang memuat kondisi hukum terkait dengan kepariwisataan, sejalan dan searah dengan RIPPARDA Kabupaten Badung dapat ditampilkan pada matrik dibawah ini. 66 Matrik 2.Peraturan Daerah Kabupaten Badung yang memuat kondisi hukum yang ada terkait dengan Kepariwisataan. No Peraturan Daerah Rumusan Normanya Analisis 1 Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Badung; Pasal 6 1Urusan pilihan sebagimana dimaksud dalam Pasal 4 berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,kekhasan, dan potensi yang ada di daerahyang bersangkutan; 2Berdasarkan analisis terhadap Produk Domestik Regional BrutoPDRB mata pencaharian penduduk, pemanfaatan lahan dan pengembangan potensi yang ada di daerah, maka urusan pilihan yang dilaksanakan meliputi bidang: a. pariwisata; b.pertanian; c. perdagangan d. ... Selanjutnya dalam Lampiran Peraturan Daerah ini ditentukan sebagai berikut : A. Urusan Pemerintahan Bidang Pariwisata. Sub Bidang Kebijakan Bidang kepariwisataan. Sub-sub bidang Kebijakan. Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 4 Tahun 2008, menentukan salaah satu urusan pilihan yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah kabupaten Badung adalah Urusan Kepariwisataan. Salah satu kebijakaan bidang Pariwisata di Kabupaten Badung, yang menjadi kewenangan dari Pemerintah Kabupaten Badung yakni membentuk Rencana induk pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata nasional skala kabupaten. 67 Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten. 1.Pelaksanaan kebijakan nasional,propinsi dan penetapan kebijakan skala kabupaten: a. RIPP Kabupaten b. ... 2. Pelaksanaan Bidang Kepariwisataan 3. Kebikaan bidang Pariwisata: i. Rencana induk pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata nasional skala kabupaten. 2 Peraturan Daerah Kabupaten Badung No.2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan. Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2012 Nomor 2,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Badung Nomor 2. Pasal 8 1Pembangunan Kepariwisataan dilakukan berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah. 2Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1, mencakup visi dan misi serta tahapan sasaran yang akan diwujudkan, kebijakan dan strategi untuk pemberdayaan masyarakat, Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 2 Tahun 2012, sejalan dan searah dengan Ranperda RIPPARDA yang akan dibentuk. 68 pembangunan daya tarik wisata, pembangunan destinasi pariwisata, pembangunan usaha pariwisata, pemasaran pariwisata serta pengorganisasian kepariwisataan dalam rangka mewujudkan tujuan penyelenggaraan kepariwisataan. 3Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan. Pasal 11 Pemerintah Daerah bersama lembaga yang terkait menyelenggarakan penelitian dan pengembangan kepariwisataan untuk mendukung pembangunan kepariwisataan. 3 Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 26 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Badung.Lembaran Pasal 3 Penataan Ruang Wilayah Kabupaten bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 26 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 69 Daerah Kabupaten Badung Tahun 2013 Nomor 26, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Badung Nomor 25. Badung sebagai Pusat Kegiatan Nasional dan destinasi pariwisata internasional yang berkualitas, berdaya saing dan berjatidiri budaya Bali melalui sinergi pengembangan Wilayah Badung Utara, Badung Tengah dan Badung Selatan secara berkelanjutan berbasis kegiatan pertanian, jasa dan kepariwisataan menuju kesejahteraan Masyarakat sebagai implementasi dari falsafah Tri Hita Karana. Kabupaten Badung, searah dan sejalan dengan Rancangan RIPPARDA Kabupaten Badung yang akan dibentuk. 4 Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah. Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2013 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah kabupaten Badung Nomor 7. Pasal 4 Pengelolaan Sampah bertujuan untuk meningkatkan kebersihan, kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan yang kondusif serta menjadikan sampah sebagai sumber daya yang potensial. Tujuan pengelolaan sampah dalam Perda ini sejalan dengan tujuan pengembangan kepariwisataan yang akan dibentuk yang dituangkan dalam RIPPARDA Kabupaten Badung. 5 Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 8 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah kabupaten Badung Pasal 10 Tempat umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 2 huruf g meliputi : a.pasar modern; b.pasar tradisional; c.tempat wisata; d.tempat hiburan; e.hotel; 70 Nomor 8. f.restoran; g.tempat rekreasi; h.halte; i.terminal angkutan umum; j.terminal angkutan barang; k.pelabuhan; dan l.bandara. 6 Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 9 Tahun 2010 tentang Izin Ganguan. Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2010 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Badung Nomor 9. Pasal 2 1 Maksud ditetapkannya Peraturan Daerah ini dalam rangka pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan usaha tempat usaha guna terciptanya iklim usaha yang kondusif di daerah. 2 Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah ini untuk memberikan legalitas, dasar hukum dan kepastian hukum dalam pelaksanaan kewenangan daerah dalam pemberian perizinan kepada masyarakat dan sebagai upaya untuk mencegah timbulnya gangguan terhadap kesehatan, keselamatan, ketentraman dan atau kesejahteraan terhadap kepentingan Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah ini untuk mencegah timbulnya gangguan terhadap kesehatan, keselamatan, ketentraman dan atau kesejahteraan terhadap kepentingan umum, searah dengan Ranperda tentang RIPPARDA Kabupaten Badung yang akan dibentuk. 71 umum. Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor : 9 Tahun 2010 Tanggal: 23 Nopember 2010 Tentang: Izin Gangguan Tempat-tempat usaha lainnya yang wajib memiliki Izin Gangguan sebagaimana dimaksud pada angka I nomor 21 adalah : 43.Usaha di bidang pariwisata yaitu : 1Restoran, rumah makan, kafe; 2 Bar; 3 Bilyar; 4 Diskotik; 5 Club malam; 6 Panti pijat; 7Bioskop, sinema; 8Bola etangkasan; 9 Barber shop; 10 Karaoke; 11Hotel bintang, Hotel melati; 12Hotel transit; 13 Losmen; 14Penginapan remaja; 15Pondok wisata; 16Mandala wisata; 17 Wisma; 18 ... 7 Peraturan Daerah Kabupaten Badung Pasal 3 1Objek Retribusi 72 Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Retribusi Tempat Penjualan Minuman Beralkohol. Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2013 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah kabupaten Badung Nomor 12. adalah pemberian izin tempat penjualan minuman beralkohol disuatu tempat tertentu. 2Tempat tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah: a.pengecer minuman beralkohol golongan B danatau golongan C ditempatlainnya termasuk toko Bebas Bea duty free shop; b.penjual minuman beralkohol golongan B danatau golongan C untuk diminum langsung ditempat, meliputi: 1.Hotel berbintang : -Hotel berbintang 3, -Hotel berbintang 4, dan -Hotel berbintang 5. 2.Restoran, Bar, termasuk Pub, Karaoke dan Klab malam. c.pengecer dalam kemasan minuman beralkohol untuk tujuan kesehatan. 73

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS