Nilai Sosiologi Sastra Dalam Khutbah Thariq bin Ziyad Pada saat penaklukan Andalusia.

(1)

NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM KHUTBAH THARIQ BIN ZIYAD

PADA SAAT PENAKLUKAN ANDALUSIA

SKRIPSI SARJANA

O

L

E

H

FITRA HAKNI BATUBARA

05070400

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

MEDAN


(2)

NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM KHUTBAH THARIQ BIN ZIYAD PADA SAAT PENAKLUKAN ANDALUSIA

OLEH

FITRA HAKNI BATUBARA 050704002

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan untuk mengikuti ujian skripsi dan telah

disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr. Marjuni Rangkuti. M.A

Nip : 130905376 Nip : 131419764

Drs. Usman Sarawi Idris. lc. M.Ag

Program Studi Bahasa Arab Ketua,


(3)

Nip : 131837559

NILAI SOSIOLOGI SATRA DALAM KHUTBAH THARIQ BIN ZIYAD PADA SAAT PENAKLUKAN ANDALUSIA

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan

O L E H

FITRA HAKNI BATUBARA NIM : 0507040002

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Marjuni Rangkuti, M.A

NIP : 130905376 NIP : 131419764

Drs. Usman Sarawi Idris, Lc., M.Ag

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Dalam bidang ilmu Bahasa Arab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA


(4)

2009

Disetujui Oleh :

FAKULTA SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

Ketua, Sekretaris,

Dra. Khairawati, M.A., Ph.D.

NIP : 131837559 NIP : 131674461


(5)

PENGESAHAN :

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra

Dalam Ilmu Bahasa Arab pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

Pada : Tanggal : Hari :

FAKULTAS SASTRA USU Dekan,

NIP : 19650909 199403 1 004 Prof. Syaifuddin, M.A,Ph.D.

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. Dra. Khairawati,M.A.,Ph.D. ( ---)

2. Drs. Mahmud Khudri, M.Hum (---) 3. Prof.Dr.H. Marjuni Rangkuti, M.A (---)

4. Drs. Usman Sarawi Idris, Lc., M.Ag (---)


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Oktober 2009


(7)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Trasliterasi yang digunakan dalam skripsi ini adalah Pedoman Transliterasi berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.158 tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987/ tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

Ba b Be

Ta t Te

Sa ṡ es (dengan titik di atas)

Jim j Je

Ha ḥ ha (dengan titik di bawah)

Kha Kh ka dan ha

Dal d De

Zal Ż zet (dengan titik di atas)


(8)

Zai z Zet

Sin s Es

Syin sy es dan ye

Sad ṣ es (dengan titik di bawah)

Dad ḍ de (dengan tiik di bawah)

Ta ṭ te (dengan titik di bawah)

Za ẓ zet (denagn titik di bawah)

‘ain ‘ koma terbalik(di atas)

Gain g Ge

Fa f Ef

Qaf q Ki

Kaf k Ka

Lam l El

Mim m Em


(9)

Waw w We

Ha h Ha

ء

Hamzah ` Apostrof

Ya y Ye

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap (tasydid) di tulis rangkap. Contoh :

ﺔﻤﺪﻘﻣ

= muqaddimah

ﺓﺭﻭﻧﻤﻟﺍ

ﺔﻧﻳﺪﻣﻠﺍ

= al-madinah al-munawwarah

C. Vokal

1. Vokal Tunggal

--- (fathah) ditulis “a”, contoh :

ﺃﺮﻗ

= qara`a --- (kasrah) ditulis “i”, contoh :

ﻡﺤﺭ

=

raḥima --- (dammah) ditulis “u”, contoh :

ﺐﺗﻜ

=

kutubun

2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap ﻱ --- (fatha dan ya) ditulis “ai” Contoh :

ﺐﻧﻳﺯ

= zainab

ﻒﻴﻜ

= kaifa

Vokal rangkap

--- (fatha dan waw) ditulis”au” Contoh :

ﻝﻭﺤ

= ḥaula


(10)

D. Vokal Panjang (maddah)

--- dan

---- (fatha) ditulis “a”, contoh :

ﻡﺎﻗ

= qāma

ﻰﺿﻗ

= qaḍā

--- (kasrah) ditulis “I”, contoh :

ﻡﻴﺤﺮ

= raḥīmun

--- (dammah) ditulis “u”, contoh :

ﻡﻮﻟﻋ

= ‘ulūmun

E. Ta Marbutah

a. Ta marbutah yang berharkat sukun di transliterasikan dengan huruf “h” Contoh :

ﺔﻣﺭﻛﻤﻠﺍ

ﺔﻜﻣ

= makkah al-mukarramah

ﺔﻴﻣﻼﺳﻹﺍ

ﺔﻌﻳﺮﺷﻠﺍ

= asy-syarī’ah al-islāmiyah

b. Ta marbutah yang berharkat hidup di transliterasikan dengan huruf “t” Contoh

:

ﺔﻴﻣﻼﺴﻹﺍ

ﺔﻣﻮﻜﺤﻠﺍ

= al-ḥukūmatu al-islāmiyah

ﺓﺭﺗﺍﻮﺗﻣﻠﺍ

ﺔﻧﺳﻠﺍ

= as-sunnatu al-mutawātirah

F. Hamzah

Huruf hamzah (

) di awal kata dengan vocal tanpa didahului oleh tanda apostrof. Contoh : ﻥﺎﻣﻴﺇ = `imānun

G. Lafzu al-Jalālah

Lafzu al-Jalālah ( kata ﷲ ) yang berbentuk frase nomina di trnsliterasikan tanpa hamzah. Contoh :

ﺩﺒﻋ

= ‘Abdullah

ﻝﺑﺣ

= ḥablullah

H. Kata Sandang “al”


(11)

Contoh :

ﺔﺳﺪﻘﻤﻠﺍ

ﻥﻜﺎﻣﻷﺍ

= al-amākinu al-muqaddasah

ﺔﻴﻋﺮﺷﻟﺍ

ﺔﺳﺎﻴﺳﻟﺍ

= al-siyāsah al-syar’iyyah

2. huruf “a” pada kata sandang “al” tetap ditulis dengan huruf kecil meskipun merupakan nama diri.

Contoh :

ﻯﺩﺭﻮﻤﻠﺍ

= al-Mawardi

ﺭﻫﺯﻷﺍ

= al-Azhar

3. kata sandang “al” di awal kalimat dan pada kata “Allah SWT,qur’an” ditulis dengan huruf capital.

Contoh : Al-Afgan adalah seorang tokoh pembaharu Saya membaca Al-Qur’an al-karim


(12)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbi al-‘ālamīn penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala karunia dan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi sebagaimana adanya.

Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, seorang utusan Allah SWT yang yang patut di teladani sebagai suri tauladan baik dari moral, tingkah laku dan ketaatannya kepada Allah.

Skripsi ini berjudu l “ Nilai Sosiologi Sastra dalam Khutbah Thariq bin Ziyad Pada Saat Penaklukan Andalusia”. Penulis tertarik memilih judul ini karena dengan mengetahui dan memahami nilai sosiologi sastra suatu karya sastra dalam hal ini khutbah Thariq bin Ziyad maka hal tersebut bisa dijadikan sebagai pedoman hidup yang sangat berharga dalam kehidupan. Penulis juga menganggap penelitian ini dilakukan bukan hanya untuk menambah referensi skripsi saja tetapi juga harus berpengaruh dalam kehidupan.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, 2009


(13)

UCAPAN TERIMAKASIH

Berkat ridha dan rahmat Allah SWT, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orangtua tercinta, Ayahanda Kombang Jufri Pardamean Batubara dan Ibunda Siti Raya Srg yang telah membesarkan, mendidik dan dan selalu mendoakan penulis hingga penulis menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi.

2. bapak Prof. Syaifuddin,M.A,Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara beserta Pembantu Dekan I, II, dan III.

3. Ibu Dra. Khairawati,M,A.Ph.D selaku Ketua Program Studi bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Mahmud Khudri, m.Hum selaku Sekretaris Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. H Marjuni Rangkuti, M.A selaku dosen pembingbing I dan Bapak Drs. Usman Sarawi Idris,Lc. M,Ag selaku dosen pembimbing II yang denngan ikhlas telah rela meluangkan waktu dan pikirannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

6. Ibu Dra. Murniati,M,Hum selaku penasehat akademik yang telah memberikan berbagai nasehat dalam rutinitas penulis menjalani kegiatan perkuliahan di Program Studi Bahasa Arab, Universitas Sumatera Utara ini.

7. Ibu Nur Aisyah Simamora, Lc yang telah memberikan saran dan ide untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

8. Seluruh staf pengajar Fakultas sastra, Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pengajar di Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara yang telah menambah wawasan penulis selama masa perkuliahan.

9. Kakanda Ramni Elfia dan Abangda Maraganti yang telah memberikan tempat yang nyaman bagi penulis selama masa perkuliahan ini dan juga keponakanku tersayang dan rewel Bulan, Bintang & Naila yang telah membuat hari-hari


(14)

penulis semakin berwarna. Serta seluruh anggota keluarga besar penulis ucapkan terimakasih atas doa dan dukungannya.

10.Sahabat-sahabat tersayang : Puput, Hafni, A B@nd, Fozi dan Surya. Terima kasih ya udah mau jadikan aku sebagai seorang sahabat, terima kasih juga atas setiap canda dan tawa yang selalu ada diantara kesedihan dan kebahagiaan kita yang selalu bisa menghilagkan kejenuhan. Pengalaman bersama kalian serta semua masalah yang menghadang persahabatan kita memberikan banyak inspirasi dan nasehat kehidupan yang sangat berarti. Semoga persahabatan kita ini tidak terputuskan oleh jarak dan waktu yang memisahkan kita, karena setiap senyuman telah terukir di hati kita.

11.Sahabat-sahabat mayaku yang selalu memberikan saran ketika aku buntu, memberikan dorongan ketika aku down, dan bantuan yang tidak pernah henti ketika aku sangat membutuhkan. Dan buat seseorang yang telah memberikan perhatian dan waktunya, terimakasih ya…

12.Teman-teman stambuk `05(wak eli, lubiz, hafiz, tini, reje, amah, k` sam, mbak Linda, yunita, akmalia, ape, lia m, mukhlis, ijal, putra, faisal, kiki, sanah, lira dan fitri), khususnya untuk hafiz, makasih ya udah mau pinjamin kaset “Penaklukan Andalusia”nya, adik-adik serta teman-teman di Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab(IMBA).

13.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu tetapi telah memberikan bantuan yang tidak terhingga kepada penulis.

Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

Medan, Agustus 2009


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……… i

UCAPAN TERIMA KASIH ………. ii

DAFTAR ISI ………. iv

DAFTAR SINGKATAN ………. vi

ABSTRAKSI ……….. vii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 6

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 7

1.4 Manfaat Penelitian ……… 7

1.5 Metode Penelitian ……… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 9

2.1 Pesan Moral ……… 16

2.2 Kritik Sosial ……… 18

2.3 Pesan Religi ……… 20

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 22

3.1 Sejarah Singkat Penaklukan Andalusia ……… 22

3.2 Biografi Thariq bin Ziyad ………. 26

3.3 Pesan Moral dalam khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia 28

3.4 Pesan Kritik Sosial dalam khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia... 37

3.5 Pesan Religius dalam khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ... 44


(16)

3.6 Tujuan nilai sosiologi sastra pada khutbah thariq bin ziyad 51

BAB IV PENUTUP ... 52

4.1 Kesimpulan ... 52

4.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... ix

LAMPIRAN I (Khutbah Thariq bin Ziyad) ... x LAMPIRAN II (Pedoman Transliterasi)


(17)

DAFTAR SINGKATAN

AS : `Alaihi Salam CD : Compact Disc H.R : Hadits Riwayat

IMBA : Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab

M : Masehi

No. : Nomor

QS : Qur’an Surat RA : Radiyallahu ‘anhu RI : Republik Indonesia

SAW : Sallallahu ‘alaihi wasallam SKB : Surat Keputusan Bersama SWT : Subhanahu wa ta’ala


(18)

ABSTRAK

FITRA HAKNI, 2009. Nilai Sosiologi Sastra Dalam Khutbah Thariq bin Ziyad Pada

saat penaklukan Andalusia. Medan : Program studi Bahasa Arab Fakultas Satra Universitas Sumatera Utara.

Sosiologi adalah telaah tentang lembaga dan proses sosial manusia yang objektif dan ilmiah dalam masyarakat. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Nilai sosiologi sastra dalam khutbah Thariq bin Ziyad akan mengungkapkan nilai yang tersirat dengan bahasa sastra yang tersurat dan mengandung nilai sosial yang tinggi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai sosiologi sastra yang terkandung dalam khutbah Thariq bin Ziyad, yang terdiri dari pesan moral, pesan religius dan pesan kritik sastra. Untuk menganalisis khutbah tersebut penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Wellek & Werren dan Burhan Nurgiantoro. Khutbah ini di ucapkan Thariq bin Ziyad di atas bukit karang yang sekarang dikenal dengan Giblaltar, ketika ingin memulai peperangan melawan pasukan Visigoth, khutbah ini berisikan bagaiman penderitaan mereka yang berada di pulau musuh dan juga nilai-nilai moral yang sangat baik untuk menambah semangat perang pasukannya.

Untuk menganalisis nilai sosiologi sastra dalam khutbah thariq bin ziyad penulis melakukan penelitian dengan studi kepustakaan (library research) dan metode analisis deskriptif.

Penulis telah menemukan sebelas (11) pesan moral dan sembilan (9) pesan religius serta sembilan (9) pesan kritik sastra, yang sangat bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai pedoman hidup dalam mengarungi kehidupan ini.


(19)

ﺭﻮﺻ

ﺮﺠﺗ

ﺩﻴ

ﺔﻳ

ﺲﻟﺪﻧﻻﺍ ﺢﺘﻓ ﻲﻓ ﺩﺎﻳﺯ ﻦﺑﺍ ﻕﺭﺎﻁ ﺔﺒﻄﺧ ﻰﻠﻋ ﻲﺑ ﺩﺍ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﻢﻠﻌﻟﺍ ﻢﻴﻗ

ﺭﺎﺑﻮﺗﺎﺑ ﻰﻨﻘﺣ ﻯﺮﻄﻓ

:

ﺔﺒﺗﺎﻜﻟﺍ

:

ﻞﻴﺠﺴﺘﻟﺍ ﻢﻗﺭ

۰٥۰۷۰٤۰۰۲

ﺍ ﻞﻴﻠﺤﺗ ﻮﻫ ﻲﺑﺩﺃ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﻢﻠﻌﻟﺍ

ﺍ ﻉﺎﻤﺘﺟ

ﻮﻫﻭ

.

ﻊﻤﺘﺠﻣ ﻲﻓ ﺎﻴﻤﻠﻋ ﻭﺍ ﺎﻴﻋﻮﺿﻮﻣ ﺎﻣﺍ ﻪﺘﺑﻮﻁﺭ ﻭ ﻲﻧﺎﺴﻧ

.

ﺎﻀﻳﺍ ﺔﺘﺑ ﺎﺛ ﻊﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻥﺎﻛ ﻒﻴﻛ ﻭ ﻊﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻥﻮﻜﻳ ﻒﻴﻛ ﻭ ﻊﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻥﺎﻜﻣﺍ ﻦﻋ ﺚﺤﺒﻳ

ﺮﻤﻀﻤﻟﺍ ﺊﺸﻟﺍ ﻒﺸﻜﺗ ﺲﻟﺪﻧﻻﺍ ﺢﺘﻓ ﻲﻓ ﺩﺎﻳﺯ ﻦﺑﺍ ﻕﺭﺎﻁ ﺔﺒﻄﺧ ﻰﻠﻋ ﻲﺑﺩﺍ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﻢﻠﻌﻟﺍ ﻢﻴﻗ

(

ﺏﻮﺘﻜﻣ

)

ﺭﻮﻄﺴﻣ ﺊﺸﺑ

(

ﻝﻮﻬﺠﻤﻟﺍ

)

۰

ﻒﻴﻨﺼﺘﻟﺍ ﺔﺒﻀﻫ ﻰﻠﻋ ﺔﺒﻄﺨﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﺩﺎﻳﺯ ﻦﺑﺍ ﻕﺭﺎﻁ ﺐﻄﺧ

ﺲﻟﺪﻧﻻﺍ ﺢﺘﻔﻟ ﺃﺪﺑ ﺮﺘﻠﻠﺒﻏ ﻖﻴﻀﻤﺑ

،

ﻭ ﻭﺪﻌﻟﺍ ﻱﺪﻟ ﻢﻬﺑﺍﺬﻋ ﻞﻤﺤﺗ ﻦﻋ ﺔﺒﻄﺨﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻲﻓ ﻕﺭﺎﻄﻟﺍ ﻲﻜﺤﻳ

ﻪﺷﻮﻴﺟ ﺏﻮﻠﻗ ﻲﻓ ﺎﻀﻳﺃ ﻉﻼﻘﻟﺍ ﺓﻮﻗ ﺄﻨﺒﻳ ﺔﺒﻄﺨﻟﺍ ﻩﺬﻬﺑ ﻭ ﷲ ﻩﺪﻫﺎﻋ ﺎﻤﻛ ﺩﺎﻬﺠﻟﺍ ﺔﺟﺭﺩ ﺔﻴﻠﻋ

۰

ﻙﻮﻠﺴﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻞﻤﺸﺗ ﺏﺩﻷﺍ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﺭﻮﺼﻨﻌﻟﺍ ﺔﻓﺮﻌﻣ ﻞﻴﻠﺤﺘﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻦﻣ ﺽﺮﻐﻟﺍ ﻥﺎﻛ

ﻚﻠﻟﻭ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﺰﻣﺭ ﻡﺍﺪﺨﺘﺳﺎﺑ ﺎﻬﻨﻣ ﺩﻮﺼﻘﻣ ﻭ ﺔﻴﻨﻳﺪﻟﺍ ﻢﻴﻠﻌﺘﻟﺍ ﻭ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﺪﻘﻨﻟﺍ ﻭ ﻲﻧﺎﺴﻧﻷﺍ

)

ﻥﺭﻭ

wellek dan warren

ﺭﺎﻄﻨﻴﻏﺮﻧ ﻥﺎﻫﺮﺑ ﻭ

(

)

Burhan Nurgiantoro

(

۰

)

ﺔﻴﺒﺘﻜﻤﻟﺍ ﺔﺳﺍﺭﺪﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﺎﻬﺜﺤﺑ ﻲﻓ ﺔﺒﺗﺎﻜﻟﺍ ﺕﺪﻤﺘﻋﺍ

Library Research

ﺔﻘﻳﺮﻄﻟ ﺎﺑ ﻭ

(

ﺔﻴﺟﺎﺘﻨﺘﺳﻻﺍ

)

Deskriptif

(

ﻢﻠﻌﻠﻟ ﺎﻤﻴﻗ ﻦﻳﺮﺸﻋ ﻭ ﺔﻌﺴﺗ ﺕﺪﺟﻭ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻦﻣ ﺔﺠﻴﺘﻨﻟﺍ ﻭ

ﻙﻮﻠﺴﻟﺍ ﻦﻣ ﺎﻣﺍ ﻲﺑ ﺩﺍ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟ

.

ﺔﻴﻨﻳﺪﻟﺍ ﻢﻴﻠﻌﺘﻟﺍﻭ ﻰﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﺪﻘﻨﻟﺍ ﻭ ﻲﻧﺎﺴﻧ

.

ﻢﻬﺗﺎﻴﺣ ﻲﻓ ﺱﺎّﻨﻠﻟ ﺍﺮﻴﺜﻛ ﻊﻔﻨﻳ ﺔﺠﻴﺘﻨﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻭ


(20)

ABSTRAK

FITRA HAKNI, 2009. Nilai Sosiologi Sastra Dalam Khutbah Thariq bin Ziyad Pada

saat penaklukan Andalusia. Medan : Program studi Bahasa Arab Fakultas Satra Universitas Sumatera Utara.

Sosiologi adalah telaah tentang lembaga dan proses sosial manusia yang objektif dan ilmiah dalam masyarakat. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Nilai sosiologi sastra dalam khutbah Thariq bin Ziyad akan mengungkapkan nilai yang tersirat dengan bahasa sastra yang tersurat dan mengandung nilai sosial yang tinggi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai sosiologi sastra yang terkandung dalam khutbah Thariq bin Ziyad, yang terdiri dari pesan moral, pesan religius dan pesan kritik sastra. Untuk menganalisis khutbah tersebut penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Wellek & Werren dan Burhan Nurgiantoro. Khutbah ini di ucapkan Thariq bin Ziyad di atas bukit karang yang sekarang dikenal dengan Giblaltar, ketika ingin memulai peperangan melawan pasukan Visigoth, khutbah ini berisikan bagaiman penderitaan mereka yang berada di pulau musuh dan juga nilai-nilai moral yang sangat baik untuk menambah semangat perang pasukannya.

Untuk menganalisis nilai sosiologi sastra dalam khutbah thariq bin ziyad penulis melakukan penelitian dengan studi kepustakaan (library research) dan metode analisis deskriptif.

Penulis telah menemukan sebelas (11) pesan moral dan sembilan (9) pesan religius serta sembilan (9) pesan kritik sastra, yang sangat bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai pedoman hidup dalam mengarungi kehidupan ini.


(21)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra adalah sebuah istilah yang sangat sulit untuk didefenisikan, sebab istilah sastra dipakai untuk menyebutkan gejala budaya yang dapat dijumpai pada semua masyarakat baik secara sosial, ekonomi, maupun keagamaan.

Kata “sastra” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “sas” yang berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk atau instruksi. Dan juga kata “tra” yang berarti alat maupun sarana. Sehingga sastra dapat diartikan sebagai sarana atau alat yang dapat digunakan untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran. (Teeuw, 1984: 23).

Kata sastra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bahasa yang dipakai di dalam kitab-kitab (1988:786). Sedangkan kata sastra dalam bahasa Arab dikenal dengan kata

ﺪﻻﺍ

/

al-adabu/ (Yunus, 1990:37).

Sementara Mahmud Ad- Dairi (1999: 8) memberikan gambaran tentang adab sebagai berikut :

ﺐﺪﻷﺍ

ﻮﻫ

ﺲﺎﻛﻌﻧﺇ

ﺓﺎﻳﺣﻠﺍ

ﻲﻔ

ﺲﻔﻧ

ﺐﻳﺪﻻﺍ

ﺭﻴﺒﻌﺗﻠﺎﺒ

ﻞﻳﻤﺠﻟﺍ

ﻥﻤ

ﻞﻼﺧ

ﺔﻏﺎﻴﺼ

ﺔﻴﻧﻓ

ﺔﻴﻠﺎﻤﺠ

ﺮﺛﺆﺗ

ﻲﻔ

ﻦﺍﺪﺠﻮﻟﺍ

ﺮﻴﺜﺗ

ﺎﺷﻤﻟﺍ

ﺮﻋ

ﺔﻳﻧﺳﻧﻹﺍ

ﺔﻔﻠﺘﺨﻤﻟ

/ al-adabu huwa in’ikāsu al-ḥayāti fī nafsi al-adībi bi at-ta’bīri al-jamīli min khilāli iyāgatin fanniyyatin jamāliyyatin tu`aṡṡiru fī al-wijdāni wa tuṡīru al-masyā’ira al-insaniyyati al-mukhtalifatin/ “ Sastra adalah pantulan kehidupan yang ada dalam jiwa

penyair dengan mengibaratkan sesuatu yang indah dari sisi keindahan seni yang dapat memberikan kesan emosional dan mengarahkan perasaan manusia yang berbeda-beda”.

Mahmud Ad-Dairi (1999:10) juga memberikan defenisi sastra yang berbeda dengan defenisinya yang pertama. Defenisi lainnya tentang sastra berbunyi:


(22)

ﺐﺪﻷﺍ

ﻮﻫ

ﻢﻼﻜ

ﺎﺸﻧ

ﻰﺌ

ﻎﻴﻠﺒﻠﺍ

ﻯﺬﻟﺍ

ﺪﺼﻗﻳ

ﻪﺑ

ﻰﻠﺇ

ﺮﻳﺛﺄﺗﻠﺍ

ﻰﻔ

ﻮﻋ

ﻑﻄ

ﺀﺍﺮﻗﻠﺍ

ﺳﻠﺍﻮ

ﻦﻳﻌﻤ

،

ﺀﺍﻮﺳ

ﻥﺎﻜﺃ

ﺮﻌﺸ

ﻢﺃﺍ

ﺍﺮﺛ

/ al-adabu huwa kalāmu al-insyā-ī al-balīgu al-lażī yuqṣadu bihi ila at-ta`sīri fī ‘awātifi al-qurrā`i wa as-sāmi’īna, sawā`un akāna syi’ran am naṡran / “ sastra adalah

ungkapan yang indah dan jelas, yang dimaksudkan untuk menyentuh jiwa mereka yang mengucapkan atau yang mendengarnya baik berupa sya’ir maupun prosa”.

Sedangkan kata ”sosiologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu dari akar kata “soio/socius” yang berarti masyarakat dan kata ”logo/logos” yang berarti ilmu. Jadi sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, atau ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat yang bersifat umun, rasional dan empiris (Nyoman,2003:1)

Jadi sosiologi sastra adalah pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannnya.

Sastra merupakan institusi sosial yang memakai medium bahasa yang terdiri dari kenyataan sosial. Oleh karena itu sastra sering disebut sebagai cermin masyarakat pada waktu tertentu.

Sastra merupakan cerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan dan membentuknya.

Lebih lanjut Damono mengungkapkan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, antar masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang (2003:1). Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau


(23)

dengan masyarakat dan menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu.

Sosiologi dan sastra merupakan dua bidang ilmu pengetahuan yang berbeda, namun keduanya saling melengkapi. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang objek studinya berupa aktivitas sosial manusia. Sedangkan sastra adalah karya seni yang merupakan ekspresi kehidupan manusia (Fananie :132).

Sesungguhnya sosiologi dan sastra berbagi masalah yang sama. Seperti halnya sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat sebagai usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dengan demikian, karya sastra dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia sosial yaitu hubungan manusia dengan keluarga, lingkungan, politik, negara, ekonomi dan sebagainya yang juga menjadi urusan sosiologi. Dapat disimpulkan bahwa sosiologi dapat memberi penjelasan yang bermanfaat tentang sastra, dan bahkan dapat dikatakan tanpa sosiologi, pemahaman kita tentang satra belum lengkap.

Sosiologi adalah telaah tentang lembaga dan proses sosial manusia yang objektif dan ilmiah dalam masyarakat. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah ekonomi, agama, politik dan lain-lain, yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial, kita mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing.

Karya sastra tidak dapat dilepaskan dari masyarakat karena karya sastra merupakan cerminan suatu bangsa yang menggambarkan budaya bangsa serta dapat membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain.

Karya sastra juga tidak ditulis dalam suatu kondisi masyarakat yang mengalami kekosongan budaya, karena karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan manusia yang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kehidupan manusia. Karya sastra mampu membuka tabir realitas kehidupan manusia. Karya sastra memiliki makna sosial budaya serta falsafah, baik dalam tataran religius maupun kehidupan sosial.


(24)

Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat maupun pesan. Unsur amanat merupakan gagasan yang mendasari suatu karya sastra, dan gagasan yang mendasari diciptakannya sebuah karya sastra berperan sebagai pendukung pesan.

Pesan moral sastra lebih mengarah pada sifat manusia yang hakiki, bukan pada aturan-aturan yang dibuat, ditentukan dan dihakimi oleh manusia. Bahkan pesan moral ini adakalanya tampak seperti bertentangan dengan ajaran agama.

Kesusasteraan Arab oleh ahli-ahli bahasa Arab dibagi menjadi 5 masa yaitu :

• Masa jahiliyyah. Masa ini berakhir hingga agama Islam muncul(abad VI M)

• Masa Permulaan Islam (khulafaur rasyidin) sampai masa bani Umayyah(623-750)

• Masa Dulat Abbasiah.(750-1517 M)

• Masa kebangunan bangsa Turki(daulat Usmaniah 1517-1924 M)

• Masa Kebangunan terakhir (zaman baru), dimulai dari pemerintahan keluarga Muhammadiyah Al-Alawiah di Mesir(1924) sampai dewasa ini.

Dalam sejarah kesusasteraan Arab terdapat bermacam-macam karya sastra dan karya sastra yang paling digemari adalah syair karena mereka menganggap bahwa syair merupakan sebuah karya seni yang paling indah yang harus dihargai dan dimuliakan. Walaupun demikian tidak tertutup kemungkinan mereka juga memiliki karya sastra lain yang sangat mereka butuhkan, seperti halnya khutbah ( retorika ).

Khutbah juga tidak kalah pentingnya dengan syair. Jika syair bisa mengangkat derajat suatu kaum atau golongan, maka khutbah bagaikan kekuatan yang amat sangat hebat bagi suatu golongan terutama ketika sedang menghadapi musuh di medan perang. Maka bisa dikatakan khutbah bagaikan minuman segar yang sangat di butuhkan di tengah kehausan jiwa mereka dan sebagai alat penyemangat ketika mereka lemah.

Khutbah merupakan suatu karya sastra yang tergolong dalam bentuk prosa dan termasuk bagian dari ilmu bahasa, khususnya ilmu bina bicara. Walaupun khutbah merupakan bagian dari bidang ilmu bahasa namun khutbah juga tidak bisa dilepaskan dari sastra karena bahasa dan sastra itu sendiri saling mengikat. Khutbah sebagai seni bicara menggunakan bahasa sebagai media untuk menarik minat dan mempengaruhi para pendengar.


(25)

Khutbah terdiri dari beberapa unsur penting yang harus ada dalam sebuah khutbah yaitu, al-muqaddimah (pembukaan), al-‘ardu (tampilan), ad-tadlīlu (keterangan) dan al-khatimah (penutup) (Mahmud, Ad-Dairi,1999:162)

Khutbah terdiri dari beberapa alinea. Kalimat khutbah pada zaman jahilyyah pendek- pendek, kata-katanya jelas dan mempunyai arti yang dalam. Setiap dua kalimat atau lebih kadang-kadang diakhiri dengan huruf yang sama, ringkas dan di dalamnya terdapat kata- kata hikmah, peribahasa dan bait-bait puisi.

Dalam khutbahnya para khatib (juru pidato) tidak jarang mengisi semua pidatonya dengan ayat-ayat Al-Qur`an saja. Pidato dalam bahasa Arab dihiasi dengan ayat-ayat Al- Qur`an baik sebagai perumpamaan maupun peringatan. Kaum muslimin juga mencemoohkan khutbah yang tidak ada ayat- ayat Al-Qur`annya sebagai suatu yang paling jelek (syuha’), lebih- lebih jika tidak dimulai dengan pujian terhadap Allah (Al-Muhdar, 1983:100).

Munculnya prosa jenis ini disebabkan oleh banyaknya perang antarsuku, adanya peristiwa-peristiwa dalam masyarakat, seperti pengucapan rasa sukacita, rasa dukacita atau permintaan bantuan, adanya kekacauan dan kebebasan politik pada zaman jahiliyyah, masih adanya orang- orang yang buta huruf, sehingga tradisi lisan lebih banyak diterima daripada tulisan, dan juga masih adanya kebiasaan yang saling membanggakan asal-usul suku dan kemuliaan ahlaknya.

Pada masa Bani Umayyah khutbah juga sangat berkembang. Perkembangan khutbah ini disebabkan oleh beberapa hal yang berbeda diantaranya adalah pengaruh politik, pengaruh agama, dan juga pemikiran yang berkembang pada saat itu.

Dalam bahasa Arab prosa dikenal dengan naṡr

(

ﺮﺜﻨﻟﺍ

)

. Dan defenisi naṡr dalam bahasa Arab adalah :

ﺮﻴﻜﻔﺘﻟﺍ ﺮﻫﺎﻈﻣ ﻦﻣ ﺮﻬﻈﻣ ﻭ ﻞﻘﻌﻟﺍ ﺔﻐﻟ ﻮﻫ ﺮﺜﻨﻟﺍ

۰

/ an-naṡru huwa lugatu al-‘aqli wa maẓharun min maẓāhiri al-tafkīri/ “ Prosa adalah bahasa akal yang merupakan salah satu bentuk bahasa pemikiran”.

Pada masa Bani Umayyah terdapat beberapa jenis nasr, diataranya :

khutbah (pidato) merupakan serangkaian perkataan yang jelas dan lugas yang disampaikan kepada halayak ramai dalam rangka menjelaskan suatu perkara penting.


(26)

Kitābat (prosa tulisan) yang terbagi menjadi, Rasāil diwaniyyat yakni surat-surat dari pemerintah pusat yang disampaikan kepada penguasa atau pemimpin di daerah. Rasāil

ikhwaniyyat, yaitu surat-surat yang berisi ucapan suka cita, duka cita, teguran atau

pengarahan yang ditulis oleh penulis kepada penulis lainnya. Tawqi`at, yaitu kata-kata ringkas berupa pendapat yang ditulis oleh khalifah atau penguasa atas permintaan rakyatnya untuk menjelaskan suatu masalah.

Pada kesempatan ini penulis akan membahas khutbah Thariq bin Ziyad ketika beliau dan pasukannya yang ditugaskan untuk menaklukkan Andalusia, tepatnya pada bulan Rajab tahun 97 H (Juli 711 M), di selat Giblaltar, di atas perbukitan karang setinggi 425 m di pantai tenggara spanyol, dan nama Andalusia pada masa kini telah berganti nama dengan Spanyol.

Penulis tertarik membahas tentang khutbah Thariq bin Ziyad yang ditinjau dari bidang sosiologi sastra karena objek pembahasan ini belum pernah diteliti khususnya di jurusan bahasa Arab Universitas Sumatera Utara. Penulis juga menganggap khutbah ini perlu diteliti terutama nilai moralnya karena khutbah Thariq ini mengandung nilai moral dan nilai religius yang sangat tinggi, serta kata-katanya banyak mengandung hikmah terutama jika dibandingkan dengan era global ini yang telah banyak terjadi tindak kriminal dan kejadian-kejadian yang disebabkan oleh krisis moral yang terjadi pada saat ini. Khutbah ini juga memiliki sejarah yang sangat membanggakan umat muslim. Namun pembahasan tentang sosiologi sastra terhadap karya sastra lain telah pernah diteliti sebelumnya.

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendapat Wellek dan Werren serta Burhan Nurgiantoro dan buku Al-Qira’atu Ar-Rasyidatu(tanpa tahun) sebagai data utama. Adapun sumber-sumber lain yang berkaitan dengan judul penelitian ini serta kamus sebagai panduan terjemahan merupakan data sekunder dalam penelitian ini.

1.2 Perumusan Masalah


(27)

1. Nilai moral apa sajakah yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ?

2. Nilai religius apa sajakah yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ?

3. Kritik sosial apa sajakah yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ?

4. Apakah yang menjadi tujuan dari nilai sosiologis yang tersirat dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ?

1.3 Tujuan Penalitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia.

2. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai religius yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia.

3. Untuk mendeskripsikan kritik sosial yang terkandung dalam khutbah Thriq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia.

4. Untuk mendeskripsikan tujuan dari nilai sosiologi sastra yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia.

5. Untuk melengkapi persyaratan ujian sarjana sastra dalam bidang ilmu bahasa Arab pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang sastra Arab khususnya yang berkaitan tentang sosiologi sastra.


(28)

2. Untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan peminat bahasa dan sastra Arab.

3. Untuk menambah referensi ilmiah bagi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Bahasa Arab.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan sosiologis yakni menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Dalam hal ini pendekatan sosiologis menganggap karya sastra merupakan milik mansyarakat (Nyoman, 2004:59).

Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research) dan menggunakan analisis deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara mengumpul, mengklasifikasi, menganalisis dan mengimpretasikan data dalam fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.

Untuk memindahkan bahasa Arab kedalam bahasa Latin maka peneliti memakai sistem transliterasi Arab Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.158/1987 dan No.0543/ b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks khutbah Thariq bin Ziyad yang terdapat dalam buku Al-qirā`atu Ar-rasyīdu. Data-data lain yang

berkaitan tentang Khutbah Thariq bin Ziyad yang terdapat di buku dan internet dijadikan sebagai data sekunder dalam penelitian ini.

Adapun tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengumpulkan referensi atau buku-buku yang berkaitan dengan khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia dan sosiologi sastra. 2. Membaca dan mempelajari khutbah Thariq bin Ziyad pada saat


(29)

3. Mengklasifikasikan khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia kepada penggolongan nilai sosiologi sastra yang terdiri dari nilai moral, nilai religius dan kritik sosial yang terkandung dalam khutbah Thariq bin Ziyad.

4. Menganalisis khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia. 5. Menyusun hasil penelitian secara sistematis yang akan disajikan dalam


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Karya sastra merupakan manifestasi kehidupan jiwa bangsa dari abad ke abad dan menjadi warisan kebudayaan yang bernilai tinggi. Oleh sebab itu karya sastra perlu digali dan diinvetarisasi agar isinya dapat dinikmati dan dipedomani dari generasi ke generasi.

Dalam bahasa Arab pidato dikenal dengan khutbah. Kata khutbah berasal dari kata

ﺐﻄﺧ

/ khaṭaba /yang berarti berkhutbah atau berpidato. Kata khutbah juga tidak asing lagi bagi kita karena kata khutbah telah diserap oleh bahasa Indonesia.

Mahmud, Ad-dairi (1995: 155 ) memberikan pengertian khutbah sebagai berikut :

ﺔﺑﻄﺨﻟ

ﻰﻫ

ﻦﻔ

ﺔﺤﻔﺎﺷﻣ

ﺮﻮﻬﻣﺟﻟﺍ

ﻪﻋﺎﻧﻘﺇ

ﻪﺘﻠﺎﻤﺗﺴﺇ

،

ﻰﻬﻔ

ﻥﻔ

ﻢﻼﻜ

ﺪﻳﺠﻟﺍ

/ al-khubatu hiya fannu musyāfahati al-jumhūri wa iqnā’ihi wa istimālatihi, fahiya fannu kalāmi al-jayyidi / “ khutbah adalah seni berbicara di depan khalayak ramai dengan

pemuasan dan berisikan ajakan, ia adalah seni berbicara yang baik”.

Sedangkan menurut Hendrikus (1990:14) dalam bukunya yang berjudul Retorika, ia memberikan defenisi yang tidak jauh berbeda dengan pendapat Mahmud yang mengatakan bahwa retorika (khutbah) sebagai kesenian untuk berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan. Kesenian berbicara ini berarti bukan hanya berbicara lancar tanpa ada jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara secara singkat, jelas, padat dan mengesankan.

Sementara Sutiasumarga (2000:38) menggambarkan bahwa pidato adalah sekumpulan cara yang harus diikuti oleh seorang orator (khatib) pada saat berpidato di depan orang seperti bagaimana meningggikan atau merendahkan suara, dan juga bagaimana menggunakan gaya bahasa.

Encyclopaedia Britanica (dalam Rousydiy, 1985:6) mendefenisikan retorika sebagai :”The art of using languagein such away to produce a desired impress upon the

hearers and readers”. (“retorika adalah kesenian mempergunakan bahasa dengan cara


(31)

(tekanan) yang dikehendaki dari terhadap “pendengar dan pembaca” mengandung pengertian bahwa retorica itu bukan saja menyangkut bahasa yang di ucapkan untuk didengar tetapi juga menyangkut kesenian menggunakan bahasa yang ditulis untuk dibaca.

Pengertian yang demikian itu dicantumkan juga dalam devenisi yang diberikan oleh Encyclopedia Americana (dalam Rousydiy, 1985:6) yaitu “ Rhetorica includes in the

widest use of term the art of oratory whether written or spoken” Rhetorica mencakup

dalam penggunaan term yang luas kesenian keoratoran apakah ia dituliskan atau diucapkan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa retorika (khutbah) merupakan berbicara dihadapan umum, penyajian percakapan, pidato, karangan-karangan tertulis atau terucapkan, pengajian, tanya jawab, gaya bahasa dan lain sebagainya.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa khutbah (retorika) adalah suatu cabang ilmu sastra berbentuk prosa yang menggunakan seni atau keterampilan berbahasa indah, baik, lugas dan tegas sebagai media penyampaian atau media komunikasi yang terjadi secara langsung. Khutbah (retorika) mempunyai dua unsur yang sangat penting yang tidak bisa dilepaskan dari khutbah, yaitu “ kepuasan dan mempengaruhi “. Dengan kata lain, ketika seseorang berkhutbah dia harus mampu menyampaikan pesan yang terkandung dalam khutbahnya itu kepada para pendengar dan dia juga harus mampu mempengaruhi dan membuat para pendengar merasa puas atas apa yang disampaikannya dalam khutbahnya, serta dia juga harus mampu membuat para pendengar merasakan apa yang dirasakannya dari khutbahnya tersebut.

Khutbah (retorika) juga merupakan suatu cara penggunaan bahasa untuk memperoleh efek estetis. Yang bisa diperoleh melalui kreativitas pengungkapan bahasa, yaitu bagaimana khatib menyiasati bahasa sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasannya.

Bormann (1991:179-228) menambahkan bahwa khutbah (pidato) dapat dibedakan dalam beberapa jenis berdasarkan isinya. Jenis pidato (khutbah) sedikitnya akan dibedakan antara lain :

1. Pidato Informatif, yakni pidato yang berisi informasi dimana situasi public

speaking melibatkan informasi yang penting atau pengetahuan yang akan


(32)

2. Pidato Argumentatif, yakni hadirin biasanya mengharapkan agar pembicara mau memberikan argumentasi sebagai pendukung pendapat yang diperdebatkan. Dan juga mengambil masalah yang kontroversial dan memberi analisis pertanyaan yang beralasan dengan cara yang koheren dan berdasarkan logika.

3. Pidato Persuasif, yakni pidato yang berisi bujukan untuk mendapat respon dari penerima, untuk mengubah sikap dan keyakinan para penerima. Orang yang memberikan pidato persuasif mempunyai tujuan khusus dan menampilkan pesan yang bersifat membujuk untuk mencapai tujuan.

Menurut pembagian khutbah (retorika) di atas, penulis menyimpulkan bahwa khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ini tergolong kepada jenis pidato (khutbah) persuasif. Karena khutbah Thariq bin Ziyad tersebut bertujuan untuk mengubah sikap para tentaranya yang ingin berperang dari rasa khawatir menjadi semangat dan juga menyampaikan pesan-pesan tertentu yang berguna bagi para tentaranya dalam peperangan yang akan terjadi dalam jangka waktu yang singkat.

Sedangkan pada masa Bani Umayyah khutbah terbagi kepada tiga jenis (Jamil,2007:18). , yaitu

1. Khutbah politik : khutbah politik merupakan pidato yang di pakai pada lembaga-lembaga kenegaraan atau dapa acara-acara resmi kenegaraan.

2. Khutbah keagamaan : khutbah keagamaan juga dipakai khusus pada acara-acara keagamaan.

3. Khutbah kemasyarakatan : seperti halnya khutbah politik dan keagamaan maka khutbah kemasyarakatan ini digunakan jika ada acara-acara yang bersifat sosial. Sastra dan masyarakat sangat berkaitan karena bentuk dari karya sastra sebenarnya lebih banyak diambil dari fenomena sosial dibandingkan dengan seni yang lain. Dalam karya sastra terdapat dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam dengan kata lain unsur ini terlibat langsung dengan karya sastra tersebut. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang secara tidak langsung mendukung terbentuknya karya sastra. Salah satu dari unsur ekstrinsik ini adalah sosiologi sastra. (Nurgiantoro, 1995:24)


(33)

Sosiologi merupakan telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, telaah tentang proses sosial, sosiologi mencari tahu bagaimana masyarakat memungkinkan, bagaimana ia berlangsung dan bagaimana ia tetap ada.

Menurut Nyoman (2004:332) ada beberapa hal yang dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan yang erat dengan masyarakat. Dengan demikian kaitan sastra dengan masyarakat sebagai berikut :

1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan subjek tersebut adalah anggota masyarakat.

2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, meresap aspek-aspek yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat.

3. Media karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjamkan melalui kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan.

4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat istiadat dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etika bahkan juga logika. Masyarakat jelas sangat berkepentingan ketiga aspek tersebut.

5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya sastra.

Pendekatan sosiologis berarti menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman dari masyarakat ke individu. Dengan pengertian lain, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dengan manusia dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang.

Menurut Nyoman (2003:79) aspek sosial karya sastra memberikan kemungkinan yang sangat luas untuk mengakses emosi, obsesi, dan berbagai kecendrungan yang tidak mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan sosiologis sastra pada saat ini sudah mulai disukai oleh para sastrawan. Pada awalnya pendekatan sosiologi sastra tidak berkembang dan tidak diminati. Walaupun pendekatan sosiologis sudah berkembang bahkan menduduki posisi terpenting dikalangan ilmuwan Barat karena para sastrawan menganggap bahwa hubungan antara sosiologi dan sastra sangat jauh dan sulit untuk dihubungkan, karena


(34)

harus mengadakan pendekatan sosiologi terlebih dahulu dan disusul oleh pendekatan sastra.

Wellek dan Werren (1995:111) membuat tiga konsep untuk meneliti karya sastra ditinjau dari segi sosiologi sastra sebagai berikut :

1. Sosiologi pengarangan yang mempermasalahkan status sosial, idiologi, politik, dan lainnya yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra. 2. Sosiologi sastra yang mempermasalahkan karya sastra dalam karya sastra

itu sendiri, yang menjadi pokok penelaahannya adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuan atau amanat yang disampaikan.

3. Sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh pembaca sosial karya sastra.

Penulis menggunakan teori Wellek dan Warren pada bagian kedua sosiologi sastra yang diteliti adalah nilai sosiologi apa sajakah yang tersirat dalam sebuah karya sastra khususnya khutbah Thariq bin Ziyad dan apa yang menjadi tujuan dari nilai-nilai sosiologi yang tersirat dalam sebuah karya.

Unsur- unsur yang diteliti adalah unsur yang tersirat yang menggambarkan pola- pola masyarakat serta nilai-nilai sosial yang meliputi nilai pesan moral, pesan religius dan pesan kritik sosial (Nurgiantoro,1995:320- 342).

Adapun isi khutbah Thariq bin Ziyad yang akan diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut :

ﺲﻟﺪﻧﻷﺃ ﺡ ﻮﺘﻓ ﻞﺒﻗ ﻕﺭﺎﻁ ﺔﺒﻄﺧ

ﻢﻜﺋﺍﺭﻭ ﻦﻣ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺮﻔﻤﻟﺍ ﻦﻳﺃ

!

ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺎﻬﻳﺃ

،

ﻢﻜﻣﺎﻣﺃ ﻭﺪﻌﻟﺍﻭ

،

ﷲﻭ ﻢﻜﻟ ﺲﻴﻟﻭ

ﻕﺪﺼﻟﺍ ﻷ

ﺮﺒﺼﻟﺍﻭ

۰

/ `ayyuha an-nāsu ! `aina al-mafarru? al-baru min warā`ikum, wa al-‘aduwwu `amāmakum, wa laisa lakum wallāhi `illa aṣ-ṣidqu wa aṣ-ṣabru / “ wahai pasukan,


(35)

kemana kalian akan lari? Lautan di belakang kalian dan musuh di depan kalian, tidak ada pilihan kecuali jujur dan sabar”.

ﻡﺎﺘﻳﻷﺍ ﻦﻣ ﻊﻴﺿﺃ ﺎﻨﻫ ﻢﻜﻧﺃ ﺍﻮﻤﻠﻋﺍﻭ

،

ﻡﺎﺌﻠﻟﺍ ﺔﺑﻭﺩﺄﻣ ﻲﻓ

۰

/ wa’lamū `annakum huna `aḍya’u min al-`aitāmi, fī ma`dubati al-li`āmi / “ dan

ketahuilah, bahwa sesungguhnya kalian ada di pulau ini lebih sia-sia daripada anak yatim yang terlantar"

ﺓﺭﻮﻓﻮﻤﻟﺍ ﻪﺗﺍﻮﻗﺃ ﻭ ﻪﺘﺤﻠﺳﺃ ﻭ ﻪﺸﻴﺠﺑ ﻢﻛﻭﺪﻋ ﻢﻜﻠﺒﻘﺘﺳﺃ ﺪﻗﻭ

،

ﻢﻜﻓﻮﻴﺳ ﻻﺃ ﻢﻜﻟ ﺭﺯﻭﻻ ﻢﺘﻧﺃ ﻭ

،

ﻢﻛﻭﺪﻋ ﺪﻳﺃ ﻦﻣ ﻪﻧﻮﺼﻠﺨﺘﺴﺗ ﺎﻣ ﻻﺃ ﺕﺍﻮﻗﺃ ﻻﻭ

۰

/ waqad `istaqbalakum ‘aduwwukum bijaisyihi wa `asliḥatihi wa `aqwātihi al-maufuratu, wa `antum lāwazara lakum `illa suyūfakum, wa lā `aqwāta `illa mā tastkhliūnahu min `aidi ‘aduwwikum / “ musuh dengan jumlah pasukan yang besar, dan persenjataan yang

lengkap serta persiapan bekal yang berlimpah telah siap menghadapi kalian, dan kalian hanyalah tinggal pedang kalian, dan tidak ada bekal kecuali yang kalian rampas dari musuh”.

ﻭﺇ

ﺍﺮﻣﺃ ﻢﻜﻟ ﺍﻭﺰﺠﻨﺗ ﻢﻟﻭ ﻢﻛﺭﺎﻘﺘﻓﺍ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻳﻷﺍ ﻢﻜﺑ ﺕﺪﺘﻣﺍ ﻥ

،

ﻢﻜﺤﻳﺭ ﺐﻫﺫ

،

ﺖﺿﻮﻌﺗ ﻭ

ﻢﻜﻴﻠﻋ ﺓﺃﺮﺠﻟﺍ ﻢﻜﻨﻣ ﺎﻬﺒﻋﺭ ﻦﻣ ﺏﻮﻠﻘﻟﺍ

۰

/ wa`in imtaddat bikum al-ayyāmu ‘ala iftiqārikum walam tunjizū lakum `amran, żahaba ḥukum, wa ta’awwaḍati al-qulūbu min ru’biha minkumu al-jur`ata ‘alaikum / “ jika hari

berlalu seperti itu, dan kalian tidak menyelesaikan urusan ini ia berlalu membuat mereka senang dan berganti hati karena permainan kalian jadi berani pada kalian”.

ﻢﻛﺮﻣﺃ ﻦﻣ ﺔﺒﻗﺎﻌﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻥﻻﺬﺧ ﻢﻜﺴﻔﻧﺃ ﻦﻋ ﺍﻮﻌﻓﺭﺎﻓ

،

ﺔﻴﻏﺎﻄﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﺓﺰﺟﺎﻨﻤﺑ

،

ﻪﺑ ﺖﻘﻟﺃ ﺪﻘﻓ

ﺔﻨﻴﺼﺤﻟﺍ ﻪﺘﻨﻳﺪﻣ ﻢﻜﻴﻟﺃ

۰

/ farfa’ū ‘an `anfusikum khużlāna hażihi al-‘āqibati min `amrikum, bimunājazati hażā aṭ -ṭāgiyati, faqad `alqat bihi madīnatuhu al-ḥaṣīnatu / “ sekarang kalian sudah berada dalam pulau yang kuat ini, maka lawanlah diri kalian karena hinanya akibat ini dengan menumpas pembangkang ini..(roderic)”.

ﻭﺇ

ﻦﻜﻤﻤﻟ ﻪﻴﻓ ﺔﺻﺮﻔﻟﺍ ﺯﺎﻬﺘﻧﺍ ﻥ

ﺕﻮﻤﻟﺎﺑ ﻢﻜﺴﻔﻧﻷ ﻢﺘﺤﻤﺳ ﻥ

۰


(36)

/ wa `inna intihāza al-furṣati fīhi lamumkinun `in samaḥtum li`anfusikum bilmauti / “ dan sungguh dalam kesempatan sangat mungkin untuk hal itu jika kalian biarkan diri untuk mati”.

ﻭﺇ

ﺓﻮﺠﻨﺑ ﻪﻨﻋ ﺎﻧﺃ ﺍﺮﻣﺃ ﻢﻛﺭﺬﺣﺃ ﻢﻟ ﻰﻧ

،

ﺱﻮﻔﻨﻟﺍ ﺎﻬﻴﻓ ﻉﺎﺘﻣ ﺺﺧﺭﺃ ﺔﻄﺧ ﻰﻠﻋ ﻢﻜﺘﻠﻤﺣ ﻻﻭ

،

ﻰﺴﻔﻨﺑ ﺃﺪﺑﺃ ﻻ

۰

/ wa `innī lam `uḥażżirukum `amran `anā ‘anhu binajwatin, wa lā amaltukum ‘alā

khuṭṭatin `arkhaṣu matā’in fīhā an-nufūsu, `illa `abda`u binafsī / “ dan saya tidak akan memperingatkan akan sesuatu yang membahayakan dan saya sendiri selamat darinya, dan juga tidak akan membawa kalian ke jalan dimana nyawa bernilai rendah dan akulah orang yang pertama memulainya”

ﻢﻜﻧﺃ ﺍﻮﻤﻠﻋﺍﻭ

ﻼﻴﻠﻗ ﻖﺷﻷﺍ ﻰﻠﻋ ﻢﺗﺮﺒﺻ ﻥ

،

ﻼﻳﻮﻁ ﺬﻟﻷﺍ ﻪﻓﺭﻷﺎﺑ ﻢﺘﻌﺘﻤﺘﺳ

۰

/ wai’lamū `annakum `in abartum ‘alā al-`asyaqqi qalīlan, `istamta’tum bil`arfahi al -`alżżi ṭawīlan / “ dan ketahuilah jika kalian sabar sedikit kalian akan merasakan banyak kelezatan”.

ﻰﺴﻔﻧ ﻦﻋ ﻢﻜﺴﻔﻧﺄﺑ ﺍﻮﺒﻏﺮﺗ ﻼﻓ

،

ﻰﻈّﺣ ﻦﻣ ﺮﻓﻭﺄﺑ ﻪﻴﻓ ﻢﻜﻈّﺣ ﺎﻤﻓ

،

ّﻰﻟﻭ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﷲﻭ

ﻢﻛﺩﺎﺠﻳ

،

ﻦﻳﺭﺍﺪﻟﺍ ﻰﻓ ﺍﺮﻛﺫ ﻢﻜﻟ ﻥﻮﻜﻳ ﺎﻣ ﻰﻠﻋ

۰

/ falā targabū bi`amfusikum, famā ḥaẓẓukum fīhi bi`aufara min ḥaẓẓī, wa Allāhu ta’ālā

waliyyu `ījādikum, ‘alā mā yakūnu lakum żikran fī ad-dāraini / “ dan janganlah kalian merasa enggan kepadaku, karena keberuntunganku tidak lebih besar daripada kalian, Allah ta’ala menjadi saksi kebaikan kalian, atas apa yang akan kalian dapatkan di dua tempat”.

ﺐﻴﺠﻣ ﻝّﻭﺃ ﻰّﻧﺃ ﻮﻤﻠﻋﺍﻭ

ﻢﻜﺗﻮﻋﺩ ﺎﻣ ﻰﻟ

ﻪﻴﻟ

،

ﻰﺴﻔﻨﺑ ﻞﻣﺎﺣ ﻦﻴﻌﻤﺠﻟﺍ ﻰﻘﺘﻠﻣ ﺪﻨﻋ ﻰّﻧﺃ ﻭ

ﻪﻠﺗﺎﻘﻓ ﻖﻳﺭﺬﻟ ﻡﻮﻘﻟﺍ ﻪﻴﻏﺎﻁ ﻰﻠﻋ

ﻰﻟﺎﻌﺗ ﷲءﺎﺸﻧ

،

ﻰﻌﻣ ﺍﻮﻠﻤﺣﺎﻓ

۰

/ wai’lamū`annī `awwalu mujībin `ila mā da’autukum `ilaihi, wa `annī ‘inda multaqa al -jam’aini āmilun binafsī’alā āgiyati al-qaumi lużarīqa faqātiluhu `insyā`a Allāhu

ta’ālā, faihmalū na’ī / “ dan ketahuilah bahwa aku orang yang pertama


(37)

ﻥﺈﻓ

ﻩﺮﻣﺃ ﻢﺘﻴﻔﻛ ﺪﻘﻓ ﻩﺪﻌﺑ ﺖﻜﻠﻫ

،

ﻢﻛﺭﻮﻣﺃ ﻥﻭﺪﻨﺴﺗ ﻞﻣﺎﻋ ﻞﻄﺑ ﻢﻛﺯﻮﻌﻳ ﻢﻟﻭ

ﻪﻴﻟ

،

ﻰﻟﻮﺻﻭ ﻞﺒﻗ ﺖﻜﻠﻫ

ﻪﻴﻟ

،

ﻩﺬﻫ ﻰﺘﻤﻳﺰﻋ ﻰﻓ ﻰﻧﻮﻔﻠﺨﻓ

،

ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻜﺴﻔﻧﺄﺑ ﺍﻮﻠﻤﺣﺍﻭ

،

ﺍﻮﻔﺘﻛﺍﻭ

ﻪﻠﺘﻘﺑ ﻰﺿﺍﺭﻷﺍ ﻩﺬﻫ ﺢﺘﻓ ﻦﻣ ﻢﻬﻟ

۰

/ fa`in halaktu ba’dahu faqad kufītum `amrahu, wa lam yu’wizkum baalun ‘āmilun

tusnidūna `umūrakum `ilaihi, wa `in halaktu qabla wuūlī `ilaihi, fakhlufūnī fī ‘aīmatī hażihi, wa imalū bi `amfusikum ‘alaihi, wa iktafū lahum min fathi al-`arādī biqatlihi / “

jika aku binasa setelah dia cukuplah kalian urusan ini, dan kalian belum berkehendak untuk memilih seseorang untuk urusan ini, dan jika aku binasa sebelum sampai padanya, bersumpahlah kalian untuk tekatku ini, dan bawalah diri kalian untuk menyerangnya, dan untuk menaklukkan nagara ini, cukuplah hanya dengan membunuh dia”.

2.1 Pesan Moral

Media sastra dalam hal ini khutbah Thariq bin Ziyad dapat menyampaikan pesan-pesan moral baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pesan moral dapat disampaikan secara langsung kepada masyarakat yang hidup dan mendengar langsung khutbah Thariq bin Ziyad pada masa penaklukan Andalusia dan pesan moral juga disampaikan secara tidak langsung kepada para pembaca dan peminat sastra yang hidup pada masa kini untuk dijadikan sebagai pedoman hidup atau pelajaran hidup yang sangat berharga.

Secara umum moral menyarankan pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya. Ahklak, budi pekerti, susila (KBBI,1988:592). Jika dilihat dari bentuk dikotomi antara bentuk karya sastra tema dan moral merupakan unsur isi, yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya.

Tema dan moral mempunyai kemiripan dan mempunyai pengertian yang identik walaupun pada dasarnya tidak selalu menyarankan hal yang sama. Tema bersifat lebih kompleks daripada moral disamping tidak memiliki nilai langsung sebagai saran yang


(38)

ditujukan kepada pembaca. Moral dapat dipandang sebagai salah satu wujud tema yang sederhana namun tidak semua tema merupakan moral. (Kenny,1966:89 dalam Nurgiantoro, 1998:320).

Moral merupakan salah satu wujud tema dalam bentuk sederhana, walaupun tidak semua tema harus sekaligus merupakan nilai. Moral dikatakan bersifat praktis karena “ajaran” yang diberikan langsung ditunjukkan secara kongret lewat sikap dan tingkah laku tokoh cerita.

Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca. Moral dalam karya sastra juga dipandang sebagai amanat, pesan atau message (Nurgiantoro,1995:322). Unsur amanat dalam karya sastra merupakan gagasan yang mendasari karya itu.

Menurut Kenny (1996:89 dalam nurgiantoro, 1998:320) :

Moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Moral merupakan “petunjuk” hidup yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat ditampilkan atau ditemukan modelnya di kehidupan nyata, sebagai model yang ditampilkan dalam cerita.

Nurgiantoro (1998:323) menegaskan bahwa :

Karya sastra senantiasa menawarkan nilai sosiologis yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan mertabat manusia. Sifat luhur pada dasarnya bersifat universal, dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh manusia sejagat.


(39)

karya sastra selalu dalam pengertian yang baik. Dalam sebuah karya sastra terdapat bukan hanya satu pesan moral saja, namun terdiri dari beberapa pesan moral baik yang tersirat maupun tersurat. Pesan moral juga tidak dapat ditentukan, biasanya pesan moral dalam sebuah karya sastra bisa disimpulkan sendiri oleh pembaca sesuai dengan pemahamam dan pandangan mereka terhadap karya sastra tersebut.

Jenis dan wujud pesan moral itu sendiri bermacam-macam seperti pemertanyaan diri (eksistensi diri), harga diri, rasa percaya diri, takut, maut, rindu dan dendam. Pesan moral juga dapat berbentuk cinta kasih pada kedua orang tua, dapat berupa masalah yang berhubungan dengan Tuhan maupun antar sesama manusia.

Dalam khutbah Thariq bin Ziyad dapat kita lihat suatu pesan moral, dimana jika manusia bersabar atas apa yang diberikan Allah maka akan mendapat balasan yang lebih dari-Nya. Hal ini tampak dalam potongan khutbah sebagai berikut :

ﺍﻮﻤﻠﻋﺍﻭ

ﻢﻜﻧﺃ

ﻦﺇ

ﻡﺗﺮﺒﺼ

ﻰﻟﻋ

ﻖﺷﻷﺍ

ﻼﻴﻟﻘ

،ﺇ

ﻢﺘﻌﺗﻤﺗﺴ

ﺮﻷﺎﺒ

ﻪﻓ

ﺬﻟﻷﺍ

ﻼﻴﻮﻃ

/ wa i’lamu annakum in ṣabartum ‘ala al-`asyaqqqi qalīlan, istamta’tum bi al-arpahi al-alżżi tawīlan/ “Maka ketahuilah, jika kalian sedikit bersabar dalam kesulitan, maka kalian

akan merasakan banyak kenikmatan”.

Pada bait di atas menggambarkan bahwa sabar adalah kunci dari kesuksesan. Orang yang sabar akan menerima semua takdir tuhan dengan ikhlas dan selalu memetik hikmah dari apa yang terjadi kepadanya, dengan kesabarannya seseorang telah mengubah takdirnya.

Dalam Al-Quran Allah memuji orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-baqarah : 177: "

.

ﻥﻮﻘﺘﻤﻟﺍ ﻢﻫ ﻚﺌﻟﺍ ﻭ ﺍﻮﻗﺪﺻ ﻦﻳﺬﻟﺍ ﻚﺌﻟﻭﺍ ﺱﺄﺒﻟﺍ ﻦﻴﺣ ﻭ ءﺍ ّﺮﻠﻀﻟﺍ ﻭ ءﺎﺳﺄﺒﻟﺍ ﻲﻓ ﻦﻳﺮﺑﺎﺼﻟﺍﻭ

Artinya: …dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."

Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah terdapat anjuran untuk selalu sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad). Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa


(40)

Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.

Adapun tujuan Thariq Bin Ziyad mengucapkan kalimat di atas dalam khutbahnya adalah untuk memberikan semangat yang tidak boleh putus dan rasa sabar yang harus selalu ada dalam jiwa para tentaranya walau sepahit apapun yang mereka alami pada saat perang ini, karena jika sabar dan semangat yang tinggi telah tertanam dalam jiwa mereka insya Allah kesabaran dan semangat tersebut akan berbuah manis pada waktunya.

2.2 Kritik Sosial

Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis oleh pengarang pada suatu kurun waktu tertentu pada umumnya langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada zaman itu (Luxemburg, 1984:23).

Karya sastra pada umumnya selalu memberikan atau menyisipkan kritik sosial di dalamnya, wujud kehidupan sosial yang dikritik bermacam-macam, seluas lingkup kehidupan sosial itu sendiri. Pesan kritik yang dihadirkankan pun berbeda-beda. Namun perlu diketahui bahwa suatu karya sastra jadi bernilai bukan hanya karena pesan kritik tersebut melainkan ditentukan oleh kekoherensian unsur intrinsik karya sastra tersebut.

Banyak karya sastra yang bernilai tinggi yang didalamnya menampilkan pesan kritik sosial, dimana wujud kehidupan sosial yang di kritik sangat beragam seluas lingkup kehidupan sosial itu sendiri. Namun, perlu ditegaskan bahwa karya-karya sastra tersebut menjadi bernilai bukan lantaran pesan itu, melainkan lebih ditentukan oleh koherensi semua unsure intrinsiknya. Pesan kritik sosial merupakan hubungan sosial manusia dengan lingkup sosial dan alam. Karya sastra yang memiliki kritik sosial, biasanya lahir ditengah-tengah masyarakat apabila terjadi hal-hal yang tidak baik dalam kehidupan sosial masyarakat.

Wujud kritik sosial bisa berkaitan dengan adat-istiadat , tentang perjodohan dan lain sebagainya yang bersifat hakiki, langgeng, universal, serta tak terikat oleh batas waktu dan tempat. Pesan kritik sosial dalam khutbah Thariq bin Ziyad dapat dilihat dari


(41)

ﻢﻛﺮﻣﺃ ﻦﻣ ﺔﺒﻗﺎﻌﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻥﻻﺬﺧ ﻢﻜﺴﻔﻧﺃ ﻦﻋ ﺍﻮﻌﻓﺭﺎﻓ

،

ﺔﻴﻏﺎﻄﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﺓﺰﺟﺎﻨﻤﺑ

/ farfa’ū

an anfusikum khużlāna hāżihi al-‘āqibata min amrikum, bimunājazati hāżā

aṭṭāgiyati / “ maka lawanlah diri kalian karena hinanya akibat ini, dengan menumpas pembangkang ini (Roderic)”.

Dalam bait di atas digambarkan bahwa melawan diri (nafsu) adalah hal utama yang harus dikerjakan sebelum melakukan sesuatu, karena dengan menahan nafsu sendiri maka semua akan lebih mudah terkontrol dan lebih mudah melakukan sesuatu serta berfikir jerni.

Dalam kalimat di atas Thariq memilih kata “

ﺔﻴﻏﺎﻄﻟﺍ

“ /a-āgiyah/ yang artinya pembangkang, karena raja yang memerintah pada masa itu sangat sombong dan angkuh, dia selalu memaksakan kehendaknya terhadap orang lain, dan sering menyiksa kaumnya. Dia juga membuat peraturan pembayaran pajak yang sangat tinggi. Dan sebagai pemimpin, raja roderic tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, seharusnya seorang pemimpin negara haruslah memperhatikan kepentingan dan kemakmuran negara dan penduduknya serta memperlakukan ummatnya dengan baik, bukan malah menyiksa dan membuat rasa tidak aman dan nyaman dalam hati penduduknya. Pesan kritik sosial yang penulis ambil dari kalimat di atas adalah penyelewengan, dan sikap semena-mena seorang pemimpin atas kekuasaannya sebagai raja.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim disebutkan betapa besarnya tanggung jawab seorang pemimpin untuk menaungi umatnya.

...

ﻪﺘﻴﻋﺭ ﻦﻋ ﻝﺆﺴﻣ ﻢﻜﻠﻠﻛ ﻭ ﻉﺍﺭ ﻢﻜﻠﻠﻛ

Artinya : setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawabannya kelak….

Dari potongan hadist di atas dapat diketahui bahwa setiap pemimpim seharusnya bersikap adil dan bijaksana karena semua tindakan seorang pemimpin akan dimintai pertanggung jawanannya di hari akhir( akhirat).

Adapun tujuan Thariq bin Ziyad mengucapkan kalimat tersebut untuk mengkritik sikap dan perlakuan seorang raja yang sombong dan tamak, juga sekaligus mengingatkan kepada pasukannya atau pun kita sebagai pembaca yang hidup jauh sesudahnya agar


(42)

tidak melakukan hal yang sama dan tidak menyalah gunakan kekuasaan dan jabatan yang dimilikinya.

2.3 Pesan Religius

Dalam sebuah karya sastra terdapat berbagi macam pesan moral yang disampaikan. Selain menghidangkan pesan moral dan kritik sosial karya sastra juga menyisipkan pesan religius sesuai dengan kurun waktu karya tersebut diciptakan.

Kehadiran pesan religius dan keagamaan dalam sebuah karya sastra merupakan setua keberadaan sastra itu sendiri. Karena sastra itu tumbuh dari hal yang bersifat religius. Pada awal mula segala sastra adalah religius, (Mangun wijaya, 1982 : 11)

Istilah religius dan agama sering dikonotasikan maknanya, walaupun sebenarnya keduanya menyarankan makna yang berbeda. Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi. Sedangkan religiositas melihat aspek yang ada dalam lubuk hati, riak getaran nurani pribadi, totalitas mengatasi, lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak formal dan resmi.

Dalam karya sastra pesan agama dan religius bisa berbaur dan memberikan makna yang koherensi. Contoh pesan religius dalam khutbah Thariq bin Ziyad adalah sebagai berikut :

ﻢﻛﺮﻣﺃ ﻦﻣ ﺔﺒﻗﺎﻌﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻥﻻﺬﺧ ﻢﻜﺴﻔﻧﺃ ﻦﻋ ﺍﻮﻌﻓﺭﺎﻓ

،

ﺔﻴﻏﺎﻄﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﺓﺰﺟﺎﻨﻤﺑ

/ farfa’ū

an anfusikum khużlāna hāżihi al-‘āqibata min amrikum, bimunājazati hāżā

aṭṭāgiyati / “ maka lawanlah diri kalian karena hinanya akibat ini, dengan menumpas pembangkang ini…(Roderic)”.

Kata “

ﺔﻴﻏﺎﻄﻟﺍ

“ /aṭ-ṭāgiyah/ sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya artinya adalah “pembangkang” dalam kalimat tersebut digunakan kata pembangkang karena sifat sang raja yang sangat zalim dan suka memaksakan kehendak. Kezaliman sang raja menyebabkan penduduknya tidak betah dan tidak kerasan tinggal di bawah pimpinannya.


(43)

memaksakan kehendak, apalagi dari pihak yang lebih berkuasa. Apapun wujud kehendak yang dipaksakan itu adalah perbuatan yang tidak manusiawi dan tidak religius.

Kebebasan difahami, sebagai satu istilah yang menekankan kebolehan seseorang tidak luput dengan keterpaksaan. Islam memandang kebebasan dan keterpaksaan manusia dalam setiap prilaku, untuk menemukan kehidupan yang paling baik walaupun kebebasan tidak memiliki sifat keterikatan. Tetapi Islam sudah menggariskan, melalui aturan-aturan yang tersirat dan tersersurat di dalam Al Quran maupun Al Hadist. Manusia menurut hukum alam ciptaan Tuhan, mempunyai kebebasan dalam kemauan dan memiliki daya dalam dirinya untuk mewujudkan perbuatan yang dikehendakinya.

Adapun tujuan Thariq bin Ziyad mengucapkan kalimat tersebut untuk mengingatkan kita agar tidak selalu memaksakan kehendak kepada orang lain siapapun ia, baik anak kecil, orang dewasa apalagi kepada orang tua dan terutama terhadap diri sendiri. Karena memaksakan kehendak itu bukanlah suatu hal yang menyenangkan orang lain, tak jarang memaksakan kehendak kepada diri sendiri dan orang lain bisa menyebabkan rasa tidak nyaman dan aman dalam hati.


(44)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Singkat Penaklukan Andalusia

715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Ummat

715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di penaklukan sebagai salah satu propinsi dari dinasti 705 M). Khalifah Abd al-Malik Rahimahullah mengangkat Hasan ibn Nu'man Di zaman kekuasaannya dengan menduduki

Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangs dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Penaklukan atas wilaya dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan


(45)

menjadi basis kekuasaan kerajaan menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaa kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat untuk menaklukka kaum muslimin dalam penaklukan wilayah

Dalam proses penaklukan dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh menang dan kembali ke jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh untuk memperoleh harta rampasan perang, mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan

Rahimahullah.

karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar orang menyeberangi Selat di bawah pimpina tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama terbukalah pintu secara luas untuk memasuki tempat yang bernam

Rahimahullah dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti

berhasil menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepad


(46)

Nushair Rahimahullah d 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan

Kemenangan pertama yang dicapai oleh jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu,

Rahimahullah merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan

maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa Rahimahullah berhasil menaklukka bergabung dengan Thariq di kota penting di

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pimpinan pasukan dipercayakan kepada gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada pasukannya, ia menyerang kota sehingga penyerangan ke ke

Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke tahun 734 M, ke tanga seluruh


(47)

mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.

Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, dari pen disiksa, dan dibunuh secara brutal.

Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan dari oran segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi penguasa penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum berdiri.

Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika masuk ke tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah


(48)

di bawah kekuasaan kerajaan menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.

Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja adalah ketika Raj sementar begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dar Sementara itu terjadi pula konflik antar wilayah mendukung usaha umat pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa Rahimahumullah.

Hal menguntungkan tentara terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang Selain itu, ora bantuan bagi perjuangan kaum

Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokon-tokoh pejuang dan para prajurit penaklukan wilayah kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran yang ditunjukkan para tentar Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum menyebabkan pen


(49)

3.2 Biografi Thariq bin Ziyad

Thariq bin Ziyad bin Abdulllah bin Walgho bin Walfazun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau adalah putra suku Ash-shadaf, suku Barbar yang merupakan penduduk asli daerah Atlas, Afrika Utara. Ia lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Sosok Thariq juga sangat mahir menuggang kuda, menggunakan senjata, dan juga ilmu bela diri. (file:///G:/thariq%20ziyad,%20sang%20penakluk%20spanyol

Sebelum memeluk agama Islam, Thariq bin Ziyad adalah seorang budak yang berasal dari suku Barbar yang kemudian dibebaskan oleh tuannya yang bernama Musa bin Nusair. Setelah itu Thariq bin Ziyad mempelajari agama Islam dan memeluknya serta memegang kuat keyakinannya itu.

Thariq bin Ziyad adalah seorang jendral dari dinasti Umayyah yang memimpin penaklukan muslim atas Al-Andalus (Spanyol, Portugal, Andora, Giblartar dan sekitarnya). Dalam sejarah bangsa Spanyol Thariq bin Ziyad lebih dikenal sebagai legenda dengan sebutan Taric El Tuerto (Thariq yang memiliki satu mata) (file:///G:/Tharriq_bin_ziyad.htm)

Thariq bin Ziyad adalah tokoh yang sangat di kenal, baik di negara Arab maupun di Negara-Negara Eropa, karena keberaniannya dan ketangguhannya dalam memperluas pemerintahan Islam dan mengembangkan ajarannya. Thariq bin Ziyad telah berhasil menaklukkan Andalusia dengan jumlah pasukan yang sedikit.

Andalusia (Spanyol) adalah salah satu negara dari daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman pemerintahan Khalifah Bani Umayyah. Sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai oleh bangsa Gotic, Jerman.

Agama yang berkembang di Andalusia pada masa pemerintahan Raja Roderic adalah agama Yahudi dan Kristen. Selama pemerintahan Raja Roderic, masyarakat Andalusia terbagi dalam lima kelas sosial. Kelas pertama adalah keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki para pendeta. Kelas ketiga diisi oleh pegawai negara, seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintah. Kelas ketiga ini berperan sebagai alat memeras rakyat. Kelas keempat adalah para petani, pedagang dan kelompok masyarakat yang


(50)

hidup cukup lainnya. Kelas ini dibebani pajak dan pungutan tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan, pelayan dan budak.

Akibat klasifikasi sosial dan tindakan-tindakan yang zalim dari Raja Roderic rakyat Andalusia (Spanyol) menjadi tidak tahan hidup di bawah naungan pemimpin yang zalim, maka rakyat Andalusia pun tidak sedikit yang hijrah ke Afrika Utara yang pada masa itu dipimpin oleh Khalifah Musa bin Nusair.

3.3 Pesan Moral dalam Khutbah Thariq bin Ziyad

Nilai moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup

pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang hal-hal kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Nilai moral dalam karya sastra akan bergantung pada keyakinan dan keinginan pengarang yang bersangkutan. Nilai moral tidak pernah dapat didefenisikan karena merupakan pandangan hidup seseorang yang bersifat tidak terbatas. Pesan moral dalam karya sastra selalu dalam pengertian baik. Dalam penelitian ini penulis mencoba memberi penafsiran terhadap khutbah thariq bin zitad berikut :

Pesan moral yang ingin disampaikan adalah : Tidak lari dari masalah hidup yang ada.

ﻢﻜﺋﺍﺭﻭ ﻦﻣ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺮﻔﻤﻟﺍ ﻦﻳﺃ

!

ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺎﻬﻳﺃ

،

ﻢﻜﻣﺎﻣﺃ ﻭﺪﻌﻟﺍﻭ

،

ﷲﻭ ﻢﻜﻟ ﺲﻴﻟﻭ

ﻕﺪﺼﻟﺍ ﻷ

ﺮﺒﺼﻟﺍﻭ

۰

/ayyuha an-nāsu ! aina al-mafarru? al-baru min warā`ikum, wa al-‘aduwwu amāmakum, wa laisa lakum wallāhi illa aṣ-ṣidqu wa aṣ-ṣabru / wahai pasukan, kemana " kalian akan lari? Lautan di belakang kalian dan musuh di depan kalian, tidak ada pilihan kecuali jujur dan sabar”.

Pada baris pertama ini pengarang menggambarkan bahwa betapa hidup ini tidak selalu sejalan dengan apa yang kita inginkan, selalu dalam kontrol keinginan yang kadang lupa


(51)

Dalam menjalani kehidupan tidak jarang hal yang buruk dan masalah yang tidak kita inginkan pun bisa saja terjadi tanpa terduga, kapan dan dimanapun kita berada. Sebagai manusia arif kita harus bisa menerima semuanya dengan sabar, karena sesungguhnya Allah mencintai orang yang bersabar, dan bertanggung jawab.

Pesan moral yang ingin disampaikan adalah : Mensyukuri setiap nikmat yang telah

diberi Allah kepada kita selama hidup ini.

ﻡﺎﺘﻳﻷﺍ ﻦﻣ ﻊﻴﺿﺃ ﺎﻨﻫ ﻢﻜﻧﺃ ﺍﻮﻤﻠﻋﺍﻭ

،

ﻡﺎﺌﻠﻟﺍ ﺔﺑﻭﺩﺄﻣ ﻲﻓ

۰

/ wa’lamū annakum hunā aḍya’u min al-aitāmi, fī ma`dūbati al-li`āmi / “ dan

ketahuilah, bahwa sesungguhnya kalian ada di pulau ini lebih sia-sia daripada anak yatim yang terlantar"

Selama hidup ini kita telah banyak menerima kebaikan-kebaikan Allah yang tidak bisa kita hitung lagi dengan jari, mulai dari kesehatan, waktu yang bermanfaat, anggota tubuh dan rejeki yang berlimpah. Semua nikmat yang diberikan Allah SWT tidak terasa selama nikmat tersebut mengalir tanpa henti,tapi jika Allah menarik salah satu nikmatnnya saja maka akan sangat terasa kurang keindaahan hidup ini.

Mensyukuri nikmat yang diberikan Allah merupakan sebab dibukanya pintu barakah. Wujud syukur kepada Allah dengan meyakini bahwa setiap nikmat yang kita terima itu berasal dari Allah SWT dan kemudian memuji-Nya serta memanfaatkan nikmat tersebut kepada hal-hal yang diridhai Allah.

Dalam potongan khutbah di atas semua tentara merasakan lebih daripada apa yang dirasakan anak yatim kehilangan ayahnya. Jika anak yatim hanya kehilangan ayah saja dan masih mendapat perhatian dan dukungan dari lingkungan sekitarnya maka para tentara tersebut kehilangan perhatian dan juga tidak mempunyai bekal untuk makan dan minum. Terkadang manusia baru menyadari dan mensyukuri apa yang diberikan Allah ketika ia sudah tidak memiliki apa-apa lagi.


(1)

perang yang bertanggung jawab menumbuhkan jiwa dan semangat baru dalam hati tiap pasukan perangnya. Dan sebagai pemimpin Thariq tidak munafik dalam mengemban tugasnya, dalam tiap pertempuran melawan musuh Thariq selalu berada pada barisan terdepan dan berhadapan langsung dengan musuh. Sebagai pemimpin yang memegang kuasa penuh dalam peperangan Thariq bin Ziyad tidak menyeleweng dan tetap memegang teguh amanat yang diberikan kepadanya, karena beliau yakin setiap apa yang diperbuat di bumi ini selama kita hidup maka akan diminta pertanggung jawabannya dikemudian hari (akhirat).

Sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana Thariq juga memberikan siraman rohani kepada para pasukannya diantara khutbahnya yang membakar semangat jihad para mujahid tersebut. Dan dalam peperangan tersebut beliau juga memakai etika perang yang telah di ajarkan oleh Rasulullah.

Keseluruhan nilai sosiologis sastra dari khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ini mengajarkan kepada manusia untuk selalu berbuat kebaikan baik bagi diri sendiri maupun orang lain, alam dan juga kepada sang pencipta.


(2)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah diadakan penelitian yang berjudul Nilai Sosiologi Sastra Dalam Khutbah Thariq Bin Ziyad Pada Saat Penaklukan Andalusia dapat ditarik kesimpulan bahwa makna yang tersirat dari khutbah tersebut dapat diambil sebagai pelajaran bagi manusia. Khutbah Thariq bin Ziyad ini bertemakan pegangan hidup, sedangkan problematika kehidupan yang tergambar dalam khutbah ini adalah masalah peperangan, kejahatan yang dilakukan umat manusia(penguasa) dimuka bumi ini, serta peperangan manusia dengan dirinya sendiri dalam menaklukan hawa nafsunaya.

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan sosiologis yakni menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. persoalan manusia dengan diri sendiri sangat bermacam-macam. Ia dapat berhubungan dengan masalah-masalah seperti harga diri, kepecayaan diri, takut, rindu, dendam, kesepian, keterombang-ambingan antara beberapa pilihan dan lain-lain yang bersifat melibatkan kejiwaan seorang individu.

Persoalan hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial dapat berupa: persahabatan, penghianatan, kesetiaan, kekeluargaan, seperti suami istri, orangtua-anak, hubungan buruh-majikan, atasan-bawahan, dan lain-lain yang bersifat melibatkan interaksi antar manusia.

Persoalan manusia dengan tuhannya dapat berupa: doa, sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran agama, menghilangkan kebebasan pribadi, memaksakan kehendak, apalagi di pihak yang lebih berkuasa dan menurunkan harkat dan martabat kemanusiaan.

Khutbah Thariq bin Ziyad ini mempunyai beberapa nilai sosiologis yang sangat penting, diantaranya pesan moral yang sangat baik untuk dijadikan pedoman hidup, juga terdapat pesan religius yang mengajak setiap manusia untuk beriman kepada tuhannya,


(3)

mengingat, patuh dan taat kepada ajaran agama serta pasrah terhadap kekuasaan Tuhan, juga terdapat kritik sosial yang membangun bagi masyarakat. Dalam hal ini kritikan tersebut ditujukan kepada segala lapisan masyarakat untuk dapat menciptakan suasana damai, aman dan tentram guna terwujudnya kerukunan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di atas bumi ini.

Adapun tema-tema dari pesan moral dan kritik sosial serta pesan religius dalam khutbah ini adalah :

A Moral

• Tidak lari dari masalah hidup yang ada.

• Mensyukuri setiap nikmat yang telah diberi Allah selama hidup. • Sifat berlebih-lebihan itu tidak baik.

• Jangan melalaikan waktu, gunakan dan hargailah waktu.

• Menegakkan keadilan dan kebaikan kapan dan dimanapun berada. • Menggunakan waktu sebaik mungkin.

• Percaya diri adalah salah satu kunci keberhasilan. • Tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini.

• Hidup dan mati ada di tangan Allah.

• Manusia diberi tanggung jawab agar selalu menepati janji. • Setiap manusia mempunyai kedudukan yang sama.

B. Kritik Sosial

• Agar pasukan tidak takut menghadapi musuh.

• Dampak peperangan yang selalu menyudutkan pasukan dan masyarakat. • Bertahan hidup dalam situasi perang dan dalam perang harus ada etika. • Kemiskinan dapat melemahkan hati dan fisik jika dibiarkan.

• Dalam menghadapi masalah tidak boleh dengan keputusasaan dan dalam memimpin tidak boleh ada penyelewengan.


(4)

• Agar manusia tidak bersifat pengecut , kesetiaan dan kepatuhan terhadap pemimpin.

• Menegakkan kebenaran dan keadilan tidak selamanya dengan kekerasan. C. Religius.

• Menghadapi segala kemungkinan dengan sabar dan tawakkal. • Senantiasa bersabar dalam menghadapi cobaan.

• Berlebih-lebihan itu tidak baik dan dibenci Allah, serta senantiasa sabar dan yakin dalam setiap cobaan.

• Jihad nafsiyah hal yang paling baik dalam menuju kemenangan yang haqiqi. • Jihad adalah jalan yang mulia di mata Allah.

• Dibalik kesabaran ada kenikmatan yang indah. • Kemuliaan tempat disisi Allah bagi yang mati syahid. • Dalam keadaan apapun harus tetap berdoa kepada Allah.

• Selalu bertawakkal kepada Allah dalam menghadapi masalah, perdamaian itu indah.

4.2 Saran

Agar lebih berkembangnya pengetahuan mahasiswa bahasa Arab merupakan hal yang penting bila pembaca dapat memberikan pemikiran yang berpijak pada kebaikan guna penyempurnaan skripsi ini. Penullis berharap dengan segala kekurangan skripsi ini dapat menunjang kemauan mahasiswa khususnya jurusan sastra Arab untuk menganalisis karya sastra pada tinjauan yang lebih mendalam lagi. Karena dengan tinjauan yang beraneka ragam akan menambah dan meningkatkan wawasan mahasiswa Program Studi Bahasa Arab.

Penulis juga berharap semoga tulisan ini dapat membantu dalam memahami analisis sebuah karya sastra, serta menarik minat pembaca untuk mengkaji lebih luas lagi tentang seluk beluk karya sastra Arab khususnya khutbah bukan hanya pada pendekatan sosiologis sastra tapi juga pada pendekatan sastra lainnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Muhdar, Yunus Ali dan Arifin Bey. 1983. Sejarah Kesusastraan Arab. Surakarta : PT Bina Ilmu Offset

Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta : Muhammadiyah University Press

Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka pelajar Offset

Hendrikus, Dori Wuwur. 1990. Retorika. Yogyakarta : Kanisius

Isa, Syahrial. 1992. Kumpulan Bacaan Wajib Mahasiswa. Medan :Universitas Sumatera Utara

Jabarohim. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT Hanindita Graha Widia

Khutaratna, Nyoman. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset

---. 2004. Teori, Metode dan Tehnik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

---. 2005. Sastra dan Cultural Studies Represantasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Mahmud ad-dairi, Makārim. 1999. Al-Adabu Al-Jahiliyy. Qāhirah : Jāmi’ah al- Azhar. Mahmud yamin, Khairul Jamil. 2007. Al-`Adabu wa An-Nuṣūs. Medan : Jāmi’atu


(6)

Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University press

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Moderen. Yogyakarta : Gama Media

Prodotokusmo, Partini Sarjono. 2005. Pengkajian Sastra. Jakarta : PT Sun

Said, Fuad. 1984. Pengantar Sastra Arab. Medan :Percetakan Mestika

Segers, Rien T. 2000. Evaluasi Teks Sastra. Yogyakarta : Adicita

Shabrabik,’Abdul Fathi dan Ali Murabik.tt. Al-Qirā`atu Ar-Rasyidu. Miṣra

Sugihastuti. 2002. Teori dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset

Sutiasumarga, Males. 2000. Kesusastraan Arab Asal Mula dan Perkembangannya. Jakarta : Zikrul Hakim

Teew. 1985. Sastra dan Ilmu Sastra (Pengantar Teori Sastra ). Jakarta : Pustaka Jaya

Teo, Jimmy. 2006. Mutiara Kehidupan. Jakarta. Pustaka Populer Obor

Welek, Rene dan Austin Werren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta : PT Gramedia

Yunus, Mahmud. 1990. Kamus Arab Indonesia. Jakarta : PT Hidakarya Agung


Dokumen yang terkait

Nilai Moral Dalam Komik Naruto Kajian : Sosiologi Sastra

5 94 183

Al-Ittijahat Al-Siyasiyah wa Al-Ijtimaiyyah fi khutbah Hasyim bin Abdi Manaf

0 10 63

NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA Nilai-Nilai Edukatif Dalam Novel Ayah Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Pada Pembelajaran Sastra Di SMA N 1 Sambun

1 9 18

NILAI-NILAI EDUKASI DALAM NOVEL AKAR KARYA DEWI LESTARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Nilai-Nilai Edukasi Dalam Novel Akar Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 3 12

NILAI-NILAI EDUKASI DALAM NOVEL AKAR KARYA DEWI LESTARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Nilai-Nilai Edukasi Dalam Novel Akar Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 2 11

NILAI-NILAI EDUKASI DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Nilai-Nilai Edukasi dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra.

4 32 13

NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM KUMPULAN PANTUN MELAYU: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM KUMPULAN PANTUN MELAYU: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA.

1 1 10

NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Nilai-Nilai Edukatif Dalam Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 4 13

Kata kunci: Nilai Budaya, Cerita Rakyat, Suku Tolaki, dan Sosiologi Sastra Pendahuluan - NILAI-NILAI BUDAYA DALAM TIGA CERITA RAKYAT TOLAKI (PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA)

0 1 17

Peranan Thariq bin Ziyad dalam Pembebasan Spanyol - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 97