menyatakan bahwa keanekaragaman jenis palem di New Guinea menurun seiring dengan meningkatnya ketinggian tempat. Puncak keanekaragaman palem
ditemukan pada ketinggian 0 – 100 m dpl.
4.2.2 Kelerengan
Menurut Chan 2009 sebaran J. lanceolata sangat kuat dipengaruhi oleh topografi. Penelitiannya menunjukkan bahwa sebaran dan kerapatan mulai dari
yang tertinggi sampai dengan yang terendah berturut-turut adalah lembah terdapat 52 individu atau setara dengan 65 individuha, lereng terdapat 10 individu atau
setara dengan 15,6 individuha dan punggung bukit 2 individu atau setara dengan 7,1 individuha. Sementara J. altifrons, J. perakensis dan J. magnifica
merupakan tumbuhan yang cukup banyak ditemukan di puncak-puncak punggung bukit dan lereng-lereng bukit yang mempunyai drainase tanah yang bagus.
Senada dengan hal tersebut, Qomar et al. 2006 juga menyatakan bahwa J. altifrons paling banyak dijumpai pada kelerengan di atas 60, tidak jauh berbeda
dengan Indriani et a.l 2009 yang menemukan Daun Sang pada kelerengan ≥
45. Pada penelitian ini, Daun Sang mempunyai rentang kelerengan antara 10
sampai dengan 90. Untuk mengetahui lebih jelasnya, ditampilkan pada Tabel 4.4
.
Tabel 4.4. Keberadaan Daun Sang berdasarkan tingkat hidup dan kelerengan
No. Kelerengan
Tingkat Hidup Total
Persentase Semai Juvenil Dewasa
Rusak 1
0 – 8 2
8 – 15 9
4 1
14 15
3 15 – 25
2 3
2 7
8 4
25 – 45 12
13 7
2 34
37 5
45 6
23 8
1 38
41 Total
29 43
17 4
93 100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.4. dapat terlihat bahwa semakin meningkat
kelerengan, semakin banyak ditemukan Daun Sang. Secara keseluruhan, untuk tingkat hidup semai, paling banyak dijumpai pada kelerengan 25 – 45, juvenil
pada kelerengan 45 dan dewasa juga pada kelerengan 45. Ditemukan juga bahwa terjadi pembungaan pada tingkat hidup juvenil dan dewasa, keduanya
terdapat pada kelerengan di atas 45. Hal tersebut menunjukkan bahwa Daun Sang menyukai kondisi kelerengan yang terjal. Pada kelerengan yang terjal,
aerasi dan drainase tanah bagus, sehingga tidak dijumpai tanah yang tergenang, diduga hal ini yang menyebabkan Daun Sang banyak ditemukan pada kondisi
tersebut.
4.2.3 Karakteristik Tanah
Sampel tanah pada plot penelitian diambil dengan metode komposit, pada kedalaman 0-20 cm. Secara umum, karakteristik tanah pada tempat tumbuh Daun
Sang mempunyai pH yang rendah berkisar antara 4-4,5, struktur remah dan tekstur pasir berlempung sandy loam. Berbeda dengan di Malaysia, yang
mempunyai tekstur tanah sandy clay. Hasil analisis tanah selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 4. Ringkasan hasil analisis tanah dapat dilihat pada Tabel 4.5
.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Karakteristik fisik dan kimia tanah tempat tumbuh Daun Sang
No. Karakteristik Rentang Nilai
Kategori 1.
Sifat Fisik: - Struktur
- Tekstur: - Pasir
- Debu - Liat
- 51,21 – 88,54
3,82 – 28,46 3,89 – 20,38
Remah Pasir Berlempung
2. Sifat Kimia:
- pH - C-org
- N-tot - P-Bray I
- K-dd 4 – 4,5
0,77 – 4,24 0,06 – 0,27
1,06 – 14,03ppm 0,06 – 0,22me100g
Sangat asam - asam Sangat rendah - tinggi
Sangat rendah - sedang Sangat rendah - sedang
Sangat rendah – rendah
Senada dengan hasil penelitian ini, penelitian di Malaysia oleh Chan 2009 juga menyatakan bahwa pH tanah pada J. lanceolata berkisar antara 3,96 –
4,87 sangat asam – asam, sementara untuk J. altifrons di Taman Nasional Bukit Tigapuluh berkisar antara 5,6 – 5,9 agak asam. Artinya, Johannesteijsmannia
cukup toleran dengan kondisi tanah yang marginal. Sejalan dengan kondisi pH tanah yang rendah, hal tersebut pasti akan
berpengaruh juga terhadap ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Berdasarkan hasil analisis tanah, unsur-unsur hara berada pada rentang sangat rendah- sedang
N-tot dan P-Bray I, sangat rendah – rendah K-dd dan sangat rendah – tinggi C-org. Di kawasan hutan tropis, bagian terbesar kesuburan dalam bentuk
kandungan mineral atau unsur zat hara disimpan pada bagian vegetasi di atas tanah. Keadaan iklim yang basah karena curah hujan yang tinggi disertai dengan
suhu yang panas sepanjang tahun mengakibatkan jasad renik, seperti fungi, bakteri dan sebagainya menjadi sangat aktif. Akibatnya, proses pembusukan
serasah hutan akan berlangsung sangat cepat, sehingga dapat mensuplai kebutuhan unsur hara bagi vegetasi yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini CN ratio berkisar antara 10,94 plot 20 sampai dengan 19,06 plot 27. Hal ini mencerminkan kandungan serasah yang cukup tinggi di
lantai hutan dan sedang dalam proses pelapukan. Pengukuran ketebalan serasah di plot penelitian berkisar antara 4 – 40 cm.
4.2.4 Iklim Suhu, Kelembaban dan Intensitas Cahaya