populasi, penggunaan spesies yang berlebihan untuk kepentingan manusia, introduksi spesies-spesies eksotik dan penyebaran penyakit. Sedangkan spesies-
spesies yang rentan terhadap kepunahan biasanya mempunyai salah satu karakter sebagai berikut: spesies dengan sebaran geografis yang sempit, spesies yang
terdiri dari salah satu atau beberapa populasi, spesies yang memiliki ukuran populasi yang kecil, spesies yang ukuran populasinya menurun, spesies yang
memiliki densitas yang rendah, spesies yang memerlukan wilayah jelajah yang luas, spesies yang tidak memiliki kemampuan menyebar yang baik, spesies yang
bermigrasi musiman, spesies dengan keanekaragaman genetik yang rendah, spesies yang memiliki relung tertentu, spesies yang hanya dijumpai pada
lingkungan yang stabil, spesies yang membentuk kelompok secara tetap atau sementara dan spesies yang diburu atau dipanen manusia.
2.3 Definisi Endemik, Langka dan Terancam Punah
Istilah endemisme, langka rare dan terancam punah endangered seringkali dianggap sama, penting untuk disadari bahwa ketiga istilah tersebut
menggambarkan aspek biogeografi yang berbeda. Dikatakan endemik apabila sebarannya terbatas pada suatu lokasi tertentu, langka rare mengacu pada
sedikitnya jumlah yang ditemui dan terancam punah endangered mengacu pada keterancaman menuju kepunahan Estill dan Cruzan, 2001.
Menurut Daubenmire 1978 dalam Estill dan Kruzan 2001 terdapat 4 tipe endemisme yang dibedakan berdasarkan mekanisme sebaran endemiknya.
Yang pertama adalah paleoendemics merupakan spesies-spesies yang tersisa dari sebaran takson yang luas, neoendemics mewakili turunan taksa baru yang
mungkin meningkat sebarannya seiring dengan waktu. Insular endemics adalah
Universitas Sumatera Utara
spesies yang dihasilkan dari suatu isolasi dalam waktu yang lama, misalnya spesies endemik di Kepulauan Hawai. Tipe endemisme yang terakhir adalah
ecological endemics, yaitu taksa yang telah berevolusi dalam lingkungan yang spesifik secara ketat dan membatasi diri dari koloni di luar area habitatnya yang
spesifik. Para konservasionis telah lama menggunakan data geografi
keanekaragaman hayati untuk menentukan prioritas untuk area yang dilindungi Brooks et al., 2006 dalam Young, 2007. Masukan penting untuk analisis
tersebut meliputi data spesies endemik dan spesies yang terancam punah. Spesies terancam punah memerlukan tindakan khusus atau kalau tidak mereka akan punah
selamanya. Spesies endemik juga memerlukan perhatian karena terbatasnya sebaran dan sebagai konsekuensinya dapat menjadi terancam punah. Apabila
habitat yang dibutuhkan tidak terpenuhi, populasinya akan menurun dan habis Young, 2007.
2.4 Konservasi
Konservasi diartikan sebagai pengelolaan biosphere secara bijaksana bagi keperluan manusia, sehingga menghasilkan manfaat secara berkelanjutan bagi
generasi kini dan menetapkan potensi untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi mendatang Alikodra, 2012. Strategi Konservasi Dunia yang
dikeluarkan bersama oleh IUCN, WWF dan UNEP pada tahun 1980 menganjurkan konservasi sumberdaya kehidupan sebagai bagian yang penting
untuk pembangunan yang berkelanjutan, melalui MacKinnon et al., 2000:
Universitas Sumatera Utara
- Pemeliharaan proses-proses ekologis yang penting dan sistem penunjang kehidupan yang merupakan sumber kelangsungan hidup manusia dan
pembangunan - Pengawetan keragaman genetika yang merupakan sumber program
pemuliaan yang perlu untuk melindungi dan memperbaiki tumbuhan yang dibudidayakan dan binatang yang dijinakkan, juga untuk kemajuan ilmu
pengetahuan, inovasi teknis, dan banyak industri yang menggunakan sumberdaya kehidupan
- Menjamin penggunaan secara berkelanjutan jenis-jenis dan ekosistem- ekosistem yang menunjang berjuta-juta masyarakat manusia dan juga
industri-industri utama Menyadari berkembangnya proses penyusutan keanekaragaman hayati
Indonesia di semua tingkatannya, maka pemerintah berupaya agar laju penyusutannya dapat dikurangi dengan jalan menyisihkan areal hutan alam untuk
kawasan pelestarian. Di dalam areal seperti itu keanekaragaman hayati diharapkan dapat dipertahankan secara in situ di tempat habitat aslinya. Pada
akhir-akhir ini, untuk melebarkan usaha pelestarian keanekaragaman hayati, Indonesia juga telah mengembangkan konsep pelestarian keanekaragaman hayati
di luar kawasan konservasi ex situPrimack et al., 1998. Sistem kawasan konservasi tersebut secara hukum dibuat berdasarkan
ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya. Di sini ditentukan berbagai jenis kawasan konservasi
dengan berbagai tujuan dan karakteristiknya.
Universitas Sumatera Utara
Kawasan yang dimaksud meliputi Cagar Alam yang terdiri dari Cagar Alam Ketat dan Suaka Margasatwa dan Kawasan Konservasi Alam Taman
Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Rekreasi Alam. Dalam Undang-Undang ini juga ditetapkan penetapan zona pengelolaan, penetapan Cagar Alam Biosfer,
perlindungan terhadap spesies langka dan terancam punah, dan mengacu pada Daerah Penyangga. Definisi istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
- Cagar Alam: suatu kawasan daratan atau perairan yang memiliki cagar alam sebagi fungsi utamanya yaitu melestarikan keanekaragaman hayati
tumbuhan dan binatang serta sebagai suatu ekosistem yang juga berfungsi sebagai sistem penunjang kehidupan
- Cagar Alam Ketat: merupakan kawasan cagar alam yang memiliki serangkaian tumbuhan, binatang dan ekosistem yang khas, yang
harus dilindungi dan dibiarkan berkembang secara alamiah. - Suaka Margasatwa: merupakan suatu kawasan cagar alam yang
memiliki keanekaragaman spesies bernilai tinggi atau unik, tempat pengelolaan habitat bisa diterapkan, dengan maksud menjamin
keberadaan dan kelangsungan hidupnya. - Kawasan Konservasi Alam: merupakan suatu kawasan daratan atau
perairan yang fungsi utamanya adalah melestarikan keanekaragaman spesies tumbuhan dan binatang, serta memberikan pemanfaatan
sumberdaya hidup dan ekosistemnya secara berkelanjutan. - Taman Nasional: merupakan kawasan konservasi alam yang
memiliki ekosistem asli, dan yang dikelola melalui suatu sistem zonasi untuk memudahkan riset, kepentingan ilmu pengetahuan,
Universitas Sumatera Utara
pendidikan, peningkatan perkembangbiakan, rekreasi dan pariwisata
- Taman Hutan Raya: merupakan kawasan konservasi alam yang berfungsi menyediakan berbagai jenis tumbuhan dan binatang asli
dan atau bukan asli untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, peningkatan perkembangbiakan,
kebudayaan, rekreasi dan pariwisata - Taman Rekreasi Alam: merupakan suatu kawasan konservasi alam
yang terutama dimaksudkan untuk kepentingan rekreasi dan pariwisata
Selain pelestarian secara in situ, perlu juga dilaksanakan pelestarian ex situ. Hal ini diperlukan untuk melengkapi usaha pelestarian in situ di atas.
Bentuk-bentuk pelestarian secara ex situ misalnya: kebun raya, kebun binatang, kebun-kebun koleksi tanaman, dan lain-lain.
Kawasan konservasi di Indonesia mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 1981 yang hanya sekitar 7.628 juta hektar ASEAN Center for
Biodiversity, 2010. Luas dan fungsi serta jumlah kawasan konservasi di
Indonesia disajikan pada Tabel 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Fungsi, jumlah dan luas kawasan konservasi di Indonesia Fungsi
Jumlah Unit Luas Ha
Cagar Alam Cagar Alam Laut
Suaka Margasatwa Suaka Margasatwa Laut
Taman Nasional Taman Nasional Laut
Taman Wisata Alam Taman Wisata Alam Laut
Taman Buru Taman Hutan Raya
239 6
71 4
43 7
102 14
13 22
4.330.619,96 154.610,00
5.024.138,29 5.588,25
12.328.523,34 4.043.541,30
257.418,85 491.248,00
220.951,44 350.090,41
Luas Total 521
27.206.729,84
Sumber: Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung, 2010 Indonesia juga telah meratifikasi berbagai kesepakatan lingkungan
multilateral Multilateral Environment Agreement. Berbagai kesepakatan yang telah diratifikasi tersebut adalah CITES Convention on International Trade of
Endangered Species pada tahun 1979; World Heritage Convention, pada tahun 1989; Convention Wetlands of International Importance RAMSAR, pada tahun
1992; Convention on Biological Diversity pada tahun 1994; dan Cartagena Protocol on Biosafety pada tahun 2005 ASEAN Center for Biodiversity, 2010.
Dalam skala regional, telah pula ditandatangani Deklarasi Heart of Borneo HoB pada tanggal 12 Februari 2007 di Bali antara Indonesia, Brunei dan Malaysia
untuk menyelamatkan kawasan jantung Kalimantan yang terletak di perbatasan. Saat ini pemerintah sedang mempertimbangkan untuk penandatanganan
kesepakatan ASEAN Heritage Park Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Johannesteijsmannia altifrons Rchb.f. Zoll. H. E. Moore