Universitas Sumatera Utara
1. Kreativitas melibatkan respons atau gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat jarang terjadi.
2. Kreativitas ialah dapat memecahkan persoalan secara realistis. 3. Kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang
orisinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin Rakhmat, 2007: 74,75.
Para psikolog menyebutkan lima tahap proses berpikir kreatif antara lain sebagai berikut:
1. Orientasi: Masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah
diidentifikasi. 2.
Preparasi: Pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah.
3. Inkubasi: pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan
berhadapan dengan jalan buntu. Pada tahap ini, proses pemecahan masalah berlangsung terus dalam jiwa bawah sadar kita.
4. Iluminasi: Masa inkubais berakhir ketika pemikir memperoleh
semacam ilham, serangkaian insight yang memecahkan masalah. Ini menimbulkan Aha Erlebnis.
5. Verifikasi: Tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai
Rakhmat, 2007:76. Coleman dan Hammen 1974 mengatakan ada tiga faktor-faktor yang
secara umum menandai orang-orang yang berpikir kreatif antara lain sebagai berikut:
1. Kemampuan kognitif: yaitu kecerdasan rata-rata. Kemampuan
melahirkan gagasan-gagasan baru, gagasan-gagasan yang berlainan, dan fleksibilitas kognitif.
2. Sikap yang terbuka: orang kreatif mempersiapkan dirinya
menerima stimuli internal dan eksternal ; ia memiliki minat yang beragam dan luas.
3. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri. Orang
kreatif tidak senang digiring; ingin menampilkan dirinya semampu dan semaunya; ia tiodak terlalu terikat pada konvensi-konvensi
sosial Rakhmat, 2007:77.
2.2.3 Teori Tindakan yang Beralasan Theory of Reasoned Action
Teori tindakan yang beralasan menyatakan bahwa keputusan untuk melakukan tingkah laku tertentu adalah hasil dari sebuah proses rasional yang diarahkan pada
suatu tujuan tertentu dan mengikuti urutan-urutan berpikir. Pilihan tingkah laku
Universitas Sumatera Utara
dipertimbangkan, konsekuensi dan hasil dari setiap tingkah laku dievaluasi, dan dibuat sebuah keputusan apakah akan bertindak atau tidak. Kemudian keputusan
ini direfleksikan dalam tujuan tingkah laku, dimana menurut Fishbein, Ajzen, dan banyak peneliti lain, seringkali dapat menjadi prediktor yang kuat terhadap cara
kita akan bertingkah laku dalam situasi yang terjadi menurut Ajzen, 1987 dalam Baron dan Donn, 2009:135.
Gambar 2.1: Model Teoritis Theory of Reasoned Action Taylor dkk,
2009:204. Teori ini juga menegaskan peran dari niat seseorang membentuk apakah
sebuah perilaku akan terjadi dan teori ini secara tidak langsung menyatakan bahwa perilaku pada umumnya mengikuti niat dan tidak akan pernah terjadi tanpa
niat. Niat seseorang juga dipengaruhi oleh sikap terhadap suatu perilaku, seperti apakah ia merasa suatu perilaku itu penting Graeff dkk, 1996:27. Pada akhirnya
teori ini ditentukan oleh dua faktor yaitu: 1.
Sikap terhadap tingkah laku attitudes toward a behavior yaitu evaluasi positif atau negatif dari tingkah laku ditampilkan apakah seseorang
berpikir tindakan itu akan menimbulkan konsekuensi positif atau negatif 2.
Norma subjektif Subjektif Norm yaitu persepsi seseorang apakah orang lain akan menyetujui atau menolak tingkah laku tersebut.
Sikap terhadap
Evaluasi hasil perilaku x
kemungkinan hasil
Perilaku Niat
perilaku Persetujuan atas perilaku oleh
orang lain yang signifikan x
motivasi untuk menuruti keinginan orang lain
Norma Sosial Subjektif
Universitas Sumatera Utara
Teori ini berasumsi bahwa kita berperilaku sesuai dengan niat sadar kita, yang didasarkan pada kalkulasi rasional tentang efek potensial dari perilaku kita
dan tentang bagaimana orang lain akan memandang perilaku kita Taylor dkk, 2009:204. Poin utama teori ini adalah perilaku seseorang dapat diprediksikan dari
behavioral intention niat perilaku. Niat perilaku dapat diprediksikan melalui
dua variabel utama: sikap seseorang terhadap perilaku dan norma sosial subjektif atau dengan kata lain Sikap kita terhadap segala sesuatu, yang berasal dari diri
kita sendiri dan norma yang secara subjektif berlaku di masyarakat perkumpulan dalam situasi yang sama yang mempengaruhi sikap kita akan segala
sesuatu. Theory of Reasoned Action sendiri lahir pada tahun 1980 yang
dikembangkan oleh Martin Fishbein dan Icek Ajzen, adalah model yang bertujuan untuk memprediksi tujuan motif intensi dari sebuah perilaku dan tingkah laku,
termasuk dari motif awal terjadinya perilaku hingga kenapa seseorang melakukan sebuah tingkah laku tersebut.
Theory of Reasoned Action memiliki asumsi-asumsi dasar dalam teorinya, yaitu:
1. Manusia adalah makhluk yang rasional dan akan melakukan pilihan
keputusan yang dapat diprediksi dalam ketentuan kondisi tertentu yang spesifik.
2. “Intention of Act”, atau motif dari sebuah tindakan adalah faktor paling
determinan dalam penentuan sebuah perilaku tingkah laku tindakan. 3.
Manusia tidak selalu bertindak seperti apa yang ia harapkan inginkan. Sumber:http:komunikasi.usindex.phpmata-kuliahdmnm4032-theory-
of-reasoned-action
.
2.2.4 Teori Disonansi Kognitif