pembentukan bunga hingga menjadi buah. Adanya musim kering yang agak panjang guna diperoleh produksi yang optimal.
4.1.4. Keadaan Penduduk 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dapat dilihat pada tabel 3 berikut
ini.
Tabel 3. Komposisi Penduduk Desa Tanjung Beringin Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011.
No Jenis Kelamin
Jumlah Jiwa Persentase
1 Laki-laki
1094 48,73
2 Perempuan
1151 51,27
Jumlah 2245
100 Sumber: Data Monografi Desa Tanjung Beringin 2011.
Dari Tabel 3. dapat diketahui bahwa perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan di Desa Tanjung Beringin tidak terlalu jauh. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1094 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1151 jiwa.
2. Komposisi penduduk berdasarkan klasifikasi usia
Jumlah penduduk di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul saat ini adalah 2245 jiwa. Untuk lebih jelas mengenai keadaan penduduk menurut klasifikasi usia dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Komposisi Penduduk Desa Tanjung Beringin Berdasarkan Klasifikasi Usia Tahun 2010.
No
Klasifikasi Usia Jumlah Jiwa
1 Anak-anak
300 2
Remaja 350
3 Dewasa
1195
4 Lansia
400
Jumlah 2245
Sumber : Data Monografi Desa Tanjung Beringin 2011.
Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa penduduk Desa Tanjung Beringin yang terbanyak berada pada klasifikasi usia dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk di Desa Tanjung Beringin berada pada usia produktifnya. 3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Komposisi mata pencaharian penduduk dari masing-masing bidang usaha di Desa Tanjung Beringin adalah sebagai berikut.
Tabel 5. Komposisi Penduduk Desa Tanjung Beringin Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2011.
No Jenis Pekerjaan
Jumlah Jiwa
1 Petani
1375 2
Pegawai 85
3 Wiraswasta
89 4
Pedagang 78
5 Pensiunan
48 6
Buruh Tani 500
7 Pertukangan
70
Jumlah 2245
Sumber : Data Monografi Tanjung Beringin 2011.
Dari Tabel 5. Dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh penduduk Desa Tanjung Beringin adalah petani yaitu sebesar 1375 jiwa. Hal ini dapat
dilihat dari setiap rumah warga yang sebagian besar memanfaatkan lahan kosong untuk bercocok tanam usahatani dan kondisi iklim yang mendukung.
4.1.5. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di Desa Tanjung Beringin sudah mencukupi dan
mendukung kegiatan dan pendidikan masyarakat di desa ini. Sarana dan prasarana
sangat menunjang pembangunan masyarakat desa karena sarana dan prasarana yang baik berdampak positif terhadap pembangunan desa. Hal ini dapat dilihat fasilitas
rumah ibadah, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan yang semua sarana dan prasarana tersebut dapat dicapai dengan kendaraan umum karena letaknya berada di
pinggir jalan besar. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6. berikut ini:
Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi 2011.
No Pekerjaan
Unit
1 Mesjid
1 2
Gereja 13
3 Puskesmas
1 4
SMA 1
5 SMP
2 6
SD 2
7 TK
2
Jumlah 22
Sumber: Data Monografi Desa Tanjung Beringin 2011. 4.2. Karateristik Sampel
Karakter petani yang menjadi sampel pada penelitian ini meliputi luas lahan dan umur tanaman. Karateristik petani sampel dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Luas Lahan Tanaman Kopi Arabika Sampel No.
Luas Lahan Ha Jumlah
Persentase
1 0.12
1 3.33
2 0.16
1 3.33
3 0.24
2 6.66
4 0.28
1 3.33
5 0.32
1 3.33
6 0.34
1 3.33
7 0.36
3 10
8 0.4
4 13.33
9 0.48
4 13.33
10 0.56
2 6.66
11 0.6
1 3.33
12 0.64
2 6.66
13 0.72
1 3.33
14 0.8
1 3.33
15 1
4 13.33
16 1.5
1 3.33
Jumlah 30
100 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 1 Tahun 2011.
Dari Tabel 7. dapat dilihat bahwa luas lahan sebesar 0.4 Ha, 0.48 Ha dan 1 Ha yang paling banyak dengan jumlah sebanyak 4 sampel dengan persentase sebesar 13.33.
Hal ini menunjukkan bahwa ukuran luas lahan didaerah penelitian antara 0.4 Ha- 0.1,Ha masih tergolong ukuran luas lahan yang sebagian besar dibawah dari ukuran
luas lahan 1 Ha. Keterangan yang diambil dari lapangan hal ini dikarenakan sebagian besar petani sampel melakukan usahatani secara polikultur, bukan hanya tanaman
kopi Arabika saja tetapi petani sampel juga menanam tanaman kopi Robusta, cabai, sawi, bahkan tembakau dalam satu lahan. Status hak milik tanah petani sampel adalah
milik sendiri, petani sampel mendapatkan tanah warisan dari orangtua terdahulu yang sudah bertahun-tahun berusahatani kopi Arabika di daerah penelitian ini adapun pola
pikir petani dalam mengolah usahatani kopi Arabika ini masih mengikuti tatacara pola usahatani dari orangtua mereka terdahulu yaitu tidak ada pemeliharaan yang begitu
intensif adapun tidak ada penentuan intensitas dilakukan pemeliharaan seperti pembersihan gulma maupun pemangkasan. Tidak ada penanaman pohon pelindung
seperti pohon lamtoro, pohon sengon laut, pohon jipang dan pohon aren padahal penanaman pohon pelindung ini sangat bermanfaat untuk mengatur intensitas sinar
matahari karena jika intensitas sinar matahari tidak teratur maka hal ini dapat mengurangi hasil panen cherry red dan pada daerah penelitian petani sampel tidak
melakukan kegiatan ini.
Tabel 8. Data Umur Tanaman Kopi Sampel No.
Umur Tanaman Tahun
Jumlah Sampel kk
Persentase
1 2
1 3.33
2 3
6 20.00
3 4
2 6.66
4 5
5 16.67
5 6
5 16.67
6 7
1 3.33
7 8
4 13.33
8 9
1 3.33
9 10
5 16.67
Jumlah 30
100 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 1 Tahun 2011
Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa tanaman berumur 3 tahun yang paling banyak dengan jumlah sebanyak 6 sampel dengan persentase sebesar 20 . Kemudian diikuti
dengan tanaman kopi berumur 10 tahun dengan jumlah sebanyak 5 sampel dengan persentase sebesar 16.67 . Dengan umur tanaman 3 tahun menunjukkan umur
tanaman kopi di daerah penelitian tergolong muda, usia 3 tahun dikategorikan dari awal produksi buah tanaman kopi. Kondisi ini dikarenakan pada daerah penelitian
petani sampel tidak bisa menjual kopi beras karena jika umur tanaman lebih dari 8 tahun maka kualitas dari buah kopi itu menurun sehingga pada saat usia tanaman kopi
memasuki umur 11-12 tahun petani sampel langsung melakukan kegiatan replanting sehingga banyak ditemukan tanaman kopi kategori tahapan muda di daerah
penelitian. Sedangkan untuk umur tanaman 10 tahun menunjukkan bahwa banyak terdapat usia tanaman dalam kategori tua di daerah penelitian. Kondisi ini
dikarenakan masa produksi dari tanaman kopi Arabika itu sendiri yang hanya bisa sampai usia tanaman 12 tahun jadi tidak mengherankan jika banyak ditemukan usia
tanaman kopi Arabika tahapan tua disini.
Adapun umur tanaman yang menjadi sampel dalam penelitian terbagi dalam 3 tahapan dan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 9. Data Interval Umur Tanaman No.
Umur Tanaman Tahun Tahapan
1 2-4
Muda 2
5-7 Sedang
3 8-10
Tua
Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 1 Tahun 2011.
Pada daerah penelitian ditemukan umur tanaman sebagai sampel yaitu dari umur tanaman tahapan muda yakni 2 – 4 sampai tahapan umur tanaman tua yakni 8 – 10
tahun. Dari umur tanaman 2 tahun sampai umur tanaman 8 tahun petani sampel menjual produksi dalam bentuk kopi beras karena pada saat itu kualitas buah merah
kopi bagus tidak kapang dan tidak busuk sehingga dapat menghasilkan kualitas kopi beras dalam standarisasi kadar air ringan. Hal ini sesuai seperti yang dikemukakan
oleh Panggabean,2011 bahwa kualitas kopi yang bagus adalah memiliki kadar air kopi beras optimum sebesar 10-13. Bila kadar air kopi beras lebih dari 13
biasanya akan mudah terserang cendawan, sedangkan bila kurang dari 10 akan mudah pecah.
Pengolahan buah merah kopi dilakukan melalui dua cara yaitu basah dan kering adapun pada daerah penelitian petani sampel melakukan pengolahan dengan metode
sederhana karena pengolahan metode kering relatif pendek . Hal ini terkait dengan kemampuan petani sampel, masih kurangnya modal dan peralatan yang kurang
memadai untuk melakukan proses pengolahan lebih lanjut. Berikut ini tahapan pengolahan metode sederhana yang pada prinsipnya hampir sama dengan pengolahan
metode kering sebagai berikut.
1. Sortasi buah merah kopi. Pemanenan. Pemetikan, dan sortasi merupakan aspek penting untuk menghasilkan
cita rasa kopi yang baik. Dimaksudkan untuk memisahkan kopi merah yang berbiji dan sehat dengan kopi hampa dan terserang bubuk. Caranya, dilakukan
perendaman pada buah kopi merah yang sudah ditimbang kadar air kopi buah merah basah setelah petik sekitar 60-70. Buah merah kopi yang terserang bubuk
dan yang hampa akan mengapung sementara yang sehat dan berisi akan tenggelam lalu buah merah kopi yang tenggelam disalurkan ke mesin pulper.
2. Pulping pengupasan kulit buah Bertujuan untuk memisahkan kulit buah dari biji sehingga menghasilkan kopi
berkulit tanduk atau sering disebut kopi beras atau kopi putih. Pemisahan kulit menggunakan mesin pulper mesin penggiling.
3. Pengeringan buah Pengeringan buah ini dilakukan khusus untuk jenis kopi Arabika saja bertujuan
untuk mengurangi kadar air yang awalnya 60-70 menjadi 50-55. Penurunan kadar air pada kopi Arabika harus dilakukan secara bertahap agar tidak terjadi
cacat cita rasa. Teknik pengeringan dilakukan secara tradisional yang menggunakan tikar pelastik sebagai media alas. Kelebihan penjemuran secara
tradisional dapat meminimalkan perubahan cita rasa yang menyimpang. 4. Pencucian.
Bertujuan untuk menghilangkan seluruh lapisan lendir dan kotoran lainnya yang masih tertinggal.
5. Pengeringan akhir
Pengeringan akhir bertujuan untuk menurunkan kadar air hingga menjadi 13 dan melepaskan kulit ari yang masih tersisa pada biji. Sama seperti proses pengeringan
sebelumnya, secara alami dilakukan dengan menjemur kopi dilantai yang sudah dialasi dengan tikar pelastik. Pada kopi jenis Arabika jika suhu terlalu berlebihan,
dapat mengakibatkan pecah atau retak di ujung biji kopi beras dan bentuk biji menjadi agak melengkung.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis hubungan luas lahan terhadap produktivitas