Pengaruh Umur Tanaman Terhadap Pendapatan

5.3 Pengaruh Umur Tanaman Terhadap Pendapatan

Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian seluruh hasil produksi dengan harga jual produksi. Umumnya harga jual produksi di daerah penelitian dalam bentuk produksi kopi beras adalah Rp 21.000kg dan dalam bentuk buah merah kopi adalah Rp.6000kg. Petani sampel di daerah penelitian tidak dapat berlaku sebagai price taker kondisi ini dikarenakan sebagian besar penduduk di daerah penelitian berusahatani kopi Arabika yang membuat para pedagang pengumpul tidak susah untuk mengumpulkan produksi. Tabel 14. Rata-rata Penerimaan Petani Kopi Arabika Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Tahun. No Uraian Penerimaan Rp 1 Per Petani 12.760.900 2 Per Hektar 24.421.866 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 8 Tahun 2011 Dari Tabel 14. dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan petani kopi per petani adalah Rp.12.760.900 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp.1.063.408 per bulan, sedangkan untuk penerimaan petani kopi per hektar adalah Rp.24.421.866 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp.2.035.155 per bulan. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, baik biaya tetap penyusutan alat, PBB maupun biaya variabel seperti biaya pembelian sarana produksi bibit, pupuk, dan obat-obatan dan biaya tenaga kerja. Berikut ini diperlihatkan rata-rata biaya produksi usahatani kopi Arabika per hektar. Biaya Penyusutan Biaya penyusutan yang diperhitungkan disini adalah penyusutan semua alat-alat pertanian yang digunakan petani dalam mengusahakan tanaman kopinya. Penyusutan alat-alat pertanian ini dihitung dengan menggunakan rumus straight-line method. Biaya Sarana Produksi Yang termaksud dalam biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli bibit, pupuk, dan obat-obatan.  Bibit Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bibit ini tergantung pada jarak tanam dan luas lahan petani kopi itu sendiri. Pada umumnya jarak tanam yang digunakan petani sampel adalan 2m x 3m dengan kebutuhan bibit 1700 bibit, ada juga yang menggunakan jarak tanam 2.5m x 2.5m dengan kebutuhan bibit sebanyak 1600 bibit.  Pupuk Pupuk yang digunakan oleh petani kopi Arabika di daerah penelitian adalah pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk organik merupakan pupuk kandang yang dibeli dan pupuk kompos yang biasanya dari sampah kopi kulit kopi serta daun- daun yang dipangkas. Selain pupuk organik petani di daerah penelitian juga menggunakan pupuk kimia dalam usahataninya. Pupuk kimia yang digunakan bervariasi jumlahnya dan umumnya petani sampel melakukan intensitas pemupukan hanya satu kali saja.  Obat-obatan Obat-obatan yang digunakan petani sampel di daerah penelitian berupa herbisida Gromoxone untuk membasmi gulma yang ada di kebun kopi petani sampel. Adapun rata-rata kebutuhan herbisida per petani adalah 0.7 liter sedangkan rata- rata penggunaan herbisida per hektar adalah 1.01 liter.  Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan pada daerah penelitian adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Besarnya biaya tenaga kerja di daerah penelitian tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan, karena petani sampel mempekerjakan semua anggota keluarganya maka sebagian besar mereka setiap hanya menggunakan tenaga kerja luar keluarga untuk panen saja. Sistem pengupahan tenaga kerja luar keluarga di daerah penelitian adalah sistem harian.  Biaya PBB Besarnya biaya PBB tergantung lokasi lahan. Semakin jauh lahan dari wilayah kota maka akan semakin murah biaya PBB. Pada daerah penelitian Biaya PBB bervariasi mulai dari Rp.5000 sampai Rp.25.000 setiap tahunnya per luas lahan yang dimiliki. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya produksi usahatani kopi Arabika per petani dan per hektar dapat diuraikan pada Tabel 15. berikut ini. Tabel 15. Biaya Rata-Rata Produksi Usahatani kopi Arabika per petani dalam 1 tahun. No Jenis Biaya Besar Biaya Rp Per Petani Besar Biaya Rp Per Hektar 1 Biaya Penyusutan 314.688.89 314.688.89 2 Biaya Saprodi 2.814.69 5.550.15 3 Biaya Tenaga Kerja 1.597.50 2.888.301 4 Biaya PBB 10.966.67 10.966.67 Total 4.783.222 8.763.972 Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 7 Dari Tabel 15. dapat diketahui bahwa total rata-rata biaya produksi per petani untuk usahatani kopi Arabika adalah Rp.4.783.222 dan total biaya produksi per hektar adalah Rp.8.763.972. Biaya yang terbesar yaitu pada biaya sarana produksi sebesar Rp.2.814.69 per petani dan Rp.5.550.15 per hektar, biaya penyusutan Rp.314.688,89 per petani dan per hektar, biaya tenaga kerja sebesar Rp.1.597.500 per petani dan Rp.2.888.301 per hektar, serta biaya PBB sebesar Rp.10.966,67 per petani dan per hektar dalam waktu setahun. Besarnya biaya dalam usahatani kopi Arabika yang paling dominan adalah biaya sarana produksi. Hal tersebut dikatakan wajar karena sarana produksi berkaitan dengan penggunaan input usahatani. Input usahatani inilah yang nanti akan mempengaruhi output atau produksi dari usahatani kopi Arabika di desa Tanjung Beringin. Sedangkan yang paling rendah adalah biaya PBB. Biaya PBB ini berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang diperoleh petani. Tidak adanya pemerataan dalam penentuan nilai PBB membuat terjadinya perbedaan harga PBB yang mencolok untuk masing-masing petani sampel di daerah penelitian. Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan yang diperoleh petani dikurangi dengan jumlah biaya produksi selama satu tahun terakhir. Pendapatan yang dimaksud disini adalah pendapatan yang dikhususkan untuk usahatani kopi Arabika. Pendapatan merupakan total dari setiap umur tanaman yaitu umur 3 tahun sampai 10 tahun dimana dalam umur tanaman 3-8 tahun pendapatan diperoleh dalam bentuk produksi kopi beras sementara dalam umur 10 tahun pendapatan diperoleh dalam bentuk produksi buah kopi merah. Berikut ini diperlihatkan rata-rata pendapatan bersih petani kopi Arabika di daerah penelitian. Tabel 16. Rata-rata Pendapatan Bersih Petani Kopi Per Petani dan Per Hektar Dalam 1Tahun. No Pendapatan Petani Kopi Rupiah 1 Per Petani 8.409.344 2 Per Hektar 16.818.688 Sumber: Analisa Data Primer Lampiran 9 Tahun 2011 Dari Tabel 16. dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan petani kopi Arabika per petani adalah Rp.8.409.344 dalam satu tahun atau setara dengan Rp.700.778 dalam satu bulan sedangkan rata-rata pendapatan petani kopi Arabika per hektar adalah Rp.15.654.560 dalam satu tahun atau setara dengan Rp.1.401.557 dalam satu bulan. Dari data diatas dapat diatas dapat dikatakan bahwa usahatani kopi di daerah penelitian menguntungkan, karena penerimaan petani lebih besar daripada biaya yang mereka keluarkan untuk berusahatani. Kesimpulan yang sama juga dihasilkan oleh penelitian Nailul, 2011 yang menunjukkan bahwa usahatani kopi Arabika memberikan keuntungan bagi petani yang mengusahakannya, dengan penerimaan yang diterima petani lebih besar daripada biaya yang mereka keluarkan dalam berusahatani kopi Arabika. Harga jual dari setiap bentuk produksi pada daerah penelitian semua sudah ditetapkan oleh pedagang pengumpul,untuk harga kopi beras berkisar Rp.21.000 per kg dan untuk harga buah merah kopi berkisar Rp.6000 per kg, petani tidak dapat bertindak sebagai price taker karena hampir semua penduduk di daerah penelitian berusahatani kopi Arabika. Analisis dilakukan terhadap 3 tiga tahapan umur tanaman kopi Arabika, yakni untuk tanaman kopi muda yaitu 2–4 tahun, tanaman kopi sedang yaitu 5-7 tahun, dan tanaman kopi tua yaitu 8-10 tahun. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pola pendapatan kopi Arabika mulai dari tahun 2-4 kopi Arabika mulai berproduksi dengan asumsi apabila tingkat kuantitas dan kualitas produksi kopi semakin tinggi maka pendapatan yang diperoleh juga semakin tinggi begitu juga pada tanaman tua 8-10 tahun maka kuantitas dan kualitas semakin menurun begitu juga dengan pendapatan yang ikut menurun juga. Ini terbukti dari jenis produksi per setiap umur tanaman itu sendiri. Adapun pada umur tanaman 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, tahun diperoleh pendapatan dari jenis produksi kopi beras sementara pada umur tanaman 9 dan 10 tahun diperoleh pendapatan dari jenis produksi awal yaitu buah merah cherry red. Dan pada umur tanaman 2-8 tahun terjadi koversi kuantitas produksi buah merah kopi ke produksi kopi beras dengan perbandingan 0.2 - 0.3. Tanaman kopi Arabika apabila dirawat dengan tepat dan teratur maka sudah bisa memproduksi dari umur tanaman mulai 3 tahun. Namun kenyataan di lapangan ada salah satu petani sampel yang memiliki tanaman kopi Arabika sudah berproduksi sejak umur 2 tahun. Biasanya jumlah buah kopi yang dipetik pada panen pertama masih relative sedikit. Jumlah teresebut semakin meningkkat dari tahun ke tahun sampai memasuki ke umur paling produktif yaitu sekitar 6-7 tahun. Berikut ini ditampilkan tabel hasil pengujian Regresi Linier Sederhana dari tahapan umur tanaman muda yakni 2-4 tahun yang mempengaruhi pendapatan. Tabel 17. Tabel Hasil Pengujian Umur Tanaman muda 2-4 Tahun Terhadap Pendapatan. Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .466 a .217 .105 5.42230E6 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -3.784 1.009 -.375 .719 umur tanaman 4.441 3.190 .466 1.392 .207 Dengan persamaan Y = 3.784 + 4.441 X Y = Pendapatan Rpha X = Umur Tanaman 2-4 Tahun Berdasarkan Tabel 17. diketahui dari model persamaan yang diperoleh dengan bertambahnya umur satu tahun maka pendapatan akan bertambah sebesar Rp.4.441.000. Adapun nilai koefisien regresi R Square sebesar 0.217, yang artinya pada model persamaan bahwa variabel umur tanaman muda dapat menjelaskan 21.7 variasi dari variabel pendapatan sedangkan sisanya 78.3 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam model persamaan ini. Diketahui F hitung = 1.938 F tabel= 5.590 pada α 5 yang artinya H 1 ditolak dan H diterima yakni tidak ada pengaruh antara variabel umur tanaman muda terhadap variabel pendapatan. Terdapat signifikansi sebesar 0.20 0.05 yang menunjukkan bahwa variabel umur tanaman muda tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan. Pada daerah penelitian sebagian besar tanaman kopi Arabika mulai berproduksi sejak umur tanaman 3 tahun dan semakin bertambahnya umur tanaman kopi maka pendapatannya juga akan semakin bertambah pula tetapi hal tersebut tidaklah cukup terbukti apabila teknik budidaya dan pemeliharaan tanaman kopi tidak dilakukan secara tepat dan teratur. Dengan umur tanaman muda yang merupakan awal dari produksi ada sebagian besar petani sampel yang melakukan budidaya yang tepat dan ada juga yang sebaliknya seperti penggunaan bibit unggul tidak semua petani sampel menggunakannya begitu juga dengan pemeliharaan tanaman muda sehingga ada beberapa umur tanaman muda dalam ukuran luas lahan yang sama tetapi tidak mengalami kenaikan kuantitas produksi atau dengan pendapatan poduksi itu sendiri. Misalnya pada Lampiran 9. Ada dua petani sampel dengan ukuran luas lahan 0.4Ha dengan umur tanaman 2 dan 3 tahun sama-sama memiliki pendapatan selama setahun sekitar Rp.5.500.000 berarti tidak ada kenaikan pendapatan sementara terjadi kenaikan umur tanaman muda yang naik selama satu tahun. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya alasannya karena dengan ukuran luas lahan sama tidak dilakukan budidaya dan pemeliharaan secara tepat dan teratur dengan demikian pengaruh umur tanaman muda terhadap pendapatan pendapatan memiliki pengaruh yang tidak nyata. Tabel 18. Tabel Hasil Pengujian Umur Tanaman Sedang 5-7 tahun Terhadap Pendapatan. Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .700 a .490 .433 2.83735E6 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -1.223 7.550 -1.621 .140 umur tanaman 3.910 1.331 .700 2.938 .017 Analisa Data Primer Lampiran 8c Tahun 2011. Dengan persamaan Y = 1.223 + 3.910 X Y = Pendapatan Rpha X = Umur Tanaman 5-7 Tahun Berdasarkan Tabel 18. diketahui dari model persamaan yang diperoleh dengan bertambahnya umur satu tahun maka pendapatan akan bertambah sebesar Rp.3.910.000. Adapun nilai koefisien regresi R Square sebesar 0.490, yang artinya pada model persamaan bahwa variabel umur tanaman sedang dapat menjelaskan 49 variasi dari variabel pendapatan sedangkan sisanya 51 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam model persamaan ini. Diketahui F hitung = 8.364 F tabel= 5.120 pada α 5 yang artinya H ditolak dan H 1 diterima yakni ada pengaruh antara variabel umur tanaman sedang terhadap variabel pendapatan. Terdapat signifikansi sebesar 0.01 0.05 yang menunjukkan bahwa variabel umur tanaman sedang memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel pendapatan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh petani sampel bahwa umur tanaman sedang berkisar 6-7 tahun merupakan umur tanaman paling produktif sehingga terjadi kenaikan kuantitas produksi buah merah kopi yang cukup besar dibandingkan dengan umur tanaman yang lain sehingga untuk kuantitas produksi kopi beras ikut terjadi kenaikan kuantitas produksi juga adapun dengan kualitas buah merah kopi yang masih bagus dan diterima oleh pasar. Tabel 19. Tabel Hasil Pengujian Umur Tanaman Tua 8-10 tahun Terhadap Pendapatan. Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .880 a .775 .747 1.51207E6 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 3.053E7 4.637E6 6.584 .000 umur tanaman -2.661E6 506847.271 -.880 -5.251 .001 Analisa Data Primer Lampiran 8c Tahun 2011. Dengan persamaan Y = 3.053 – 2.661 X Y = Pendapatan Rpha X = Umur Tanaman 8-10 Tahun Berdasarkan Tabel 19. diketahui dari model persamaan yang diperoleh dengan bertambahnya umur satu tahun maka pendapatan akan berkurang sebesar Rp.2.661.000. Adapun nilai koefisien regresi R Square sebesar 0.775, yang artinya pada model persamaan bahwa variabel umur tanaman tua dapat menjelaskan 77.5 variasi dari variabel pendapatan sedangkan sisanya 22.5 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam model persamaan ini. Diketahui F hitung = 27.568 F tabel= 5.320 pada α 5 yang artinya H ditolak dan H 1 diterima yakni ada pengaruh antara variabel umur tanaman tua terhadap variabel pendapatan. Terdapat signifikansi sebesar 0.01 0.05 yang menunjukkan bahwa variabel umur tanaman sedang memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel pendapatan. Pada umur tanaman tua dari mulai umur 8 tahun sudah terjadi penurunan produksi dan kualitas dari buah merah kopi. Kuantitas produksi kopi beras yang menurun pada umur tanaman ini membuat pendapatan ikut menurun juga. Pada umur tanaman 9-10 buah merah kopi yang dihasilkan banyak yang kapang tidak berisi dan kualitas kadar air kurang dari 10 sehingga petani sampel menjual produksi hanya bisa dalam jenis kopi merah saja sehingga harga jual yang diperoleh juga Rp.6000kg.. Sudah wajar terjadi dikatakan dengan semakin tua umur tanaman tersebut maka kuantitas, kualitas, dan pendapatan menjadi menurun dengan demikian pengaruh umur tanaman tua terhadap pendapatan adalah nyata. BAB IV KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan