Metode Penelitian

3.2 Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, menurut Bogdan dan Guba pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif (data yang dikumpulkan berupa kata - kata, gambar, dan bukan angka). Hal ini dimaksudkan peneliti menggunakan menjelaskan dengan cara memahami studi kasus didalamnya. Hal ini dimaksudkan banyaknya adegan – adegan kekerasan film atau media massa tersebut.

Menurut Kirk dan Miller penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang lain dalam bahasa dan peristilahannya.

Lalu metode kualitatif menurut Creswell adalah suatu proses penelitian yang berdasarkan pada pendekatan penelitian metodologis yang khas yang meneliti permasalahan sosial dan kemanusiaan. Dapat membangun gambaran secara holistik yang kompleks; menganalisis kata – kata; melaporkan pandangan detail dari para partisipan; dan melaksanakan studi tersebut dalam setting atau lingkungan yang alami. (Creswell, 2015)

Metode kualitatif memandang realitas sebagai sesuatu yang berdimensi - banyak, suatu kesatuan yang utuh, serta berubah - ubah, karena itu pula rancangan penelitian tidak disusun secara rinci dan pasti sebelum penelitian dimulai. Untuk itu pula pengertian kualitatif sering diasosiasikan dengan teknik analisis data dan penulisan laporan penelitian.

3.2.1 Metode Analisis Semiotika

Terma semoitik bukanlah istilah baru. Istilah ini berasal dari kata Yunani, semeion , yang berarti tanda atau dari kata semeiontikos , yang berarti teori tanda.

Menurut Paul Colbey, kata dasar semiotik terdapat dari kata seme (Yunani) yang berarti penafsir tanda. Menurut (Rusmana, 2014) istilah semiotik lazim dipakai oleh imuwan Amerika Serikat, sedangkan ilmuwan Eropa lebih banyak menggunakan istilah semiologi. Semiotik sendiri merupakan cabang ilmu yang mengkaji persoalan tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda. Semiotik juga merupakan suatu tanda sebagai tindak komunikasi yang disempurnakan menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek substansi untuk pemahaman gejala kesusastraan sebagai alat komunikasi yang khas dalam masyarakat (Rusmana, 2014).

Secara signifikan semiotik mengkaji dan mencari tanda – tanda dalam wacana dan menerangkan maksud dari tanda – tanda tersebut dengan mencari hubungan antara ciri – ciri tanda dan makna yang dikandungnya (Rusmana, 2014). Berbeda menurut Daniel Chadler dalam (Vera, 2014) mengatakan, “ The shortest definition is that is that study of signs ” (definisi singkat dari semiotika adalah ilmu tentang tanda – tanda). Oleh karena itu (Vera, 2014) mengatakan semiotika adalah ilmu tentang tanda, dan merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari dan menelaah “tanda”.

Pengembangan semiotika sebagai bidang studi sudah ditetapkan dalam pertemuan Vienna Circle yang berlangsung di Vienna University tahun 1922. Di dalam pertemuan Vienna Circle , sekelompok sarjana menyajikan sebuah karya yang berjudul “ International Encyclopedia of Unifed Science ”. Dalam karya

volume I, Charles Morris selaku sekelompok sarjana menuliskan dalam karyanya yang berjudul “ Foundation of Sign Theory ” mengelompokan semiotika menjadi tiga bagian atau tiga cabang ilmu tentang tanda yaitu;

1. Semantics , yang mempelajari bagaimana sebuah tanda berkaitan dengan yang lain.

2. Syntactics , yang mempelajari bagaimana sebuah tanda memiliki arti dengan tanda yang lain.

3. Pragmatics , yang mempelajari bagaimana tanda digunakan dalam kehidupan sehari – hari.

Studi tentang bagaimana mengorganisasikan sistem tanda – tanda dan penggunanya disebut syntactic dan pragmatic codes . Syntactic mempelajari bahwa sebuah tanda mempunyai arti bila dikaitkan dengan tanda lain, dalam sebuah aturan formasi, atau disebut sebagai tata bahasa. Sedangkan pragmatics mempelajari bahwa sesuatu memiliki arti tergantung pada kesepakatan sehari – hari sebuah komunitas. Misalnya, kata clean bagi kelompok penggemar tato adalah bagian tubuh yang belum sama sekali di tato, sedangkan bagi komunitas lain kata clean memiliki makna yang berbeda (Little John, 2002) dalam (Vera, 2014).

Berdasarkan Kaelan dalam (Vera, 2014) lingkup pembahasannya, semiotika dibedakan atas tiga macam seperti berikut.

1. Semiotika murni ( Pure )

Pure Semiotic membahas tentang dasar filosofis semiotika, yaitu berkaitan dengan metabahasa, dalam arti hakikat bahasa secara universal. Misalnya, pembahasan tentang hakikat bahasa sebagaimana dikembangkan oleh Saussure dan Peirce.

2. Semiotika Deskriptif ( Descriptive )

Descriptive Semiotic adalah lingkup semiotika yang membahas tentang semiotika tertentu, misalnya sistem tanda tertentu atau bahasa tertentu

secara deskriptif.

3. Semiotika Terapan ( Applied )

Applied Semiotic adalah lingkup semiotika yang membahas tentang penerapan semiotika pada bidang atau konteks tertentu, misalnya dengan kaitannya sistem tanda sosial, sastra, komunikasi, periklanan, dan lain

sebagainya.

Oleh karena itu peneliti ini akan menggunakan metode analisis semiotika. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan ( humanity ) memaknai hal - hal ( things ). Memaknai berarti bahwa objek - objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek - objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.

Peneliti akan mencoba memaknai analisis semiotika Charles Sanders Peirce yang berusaha memaknai objek – objek yang tidak hanya membawa informasi tetapi objek tersebut akan berkomunikasi dan juga mengkonstruksi

sistem terstruktur dari sebuah tanda.