21
pada masa mantan rektor UNNES, Prof.Dr.Rasdi Eko Siswoyo dan Prof.Dr.H.A.T.Soegito mempunyai kebijakan khusus untuk masyarakat
Sekaran melalui program beasiswa Bina Lingkungan yaitu memberikan beasiswa pada mahasiswa asli Sekaran dan memberikan prioritas dalam
proses penerimaan mahasiswa baru pada lulusan SLTA masyarakat Sekaran untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi UNNES
dimana prioritas ini disesuaikan dengan potensi masing-masing lulusan dengan prosentase diterima di kampus UNNES ini lebih dari 50 . Tak
hanya memberikan beasiswa untuk tingkat mahasiswa saja UNNES juga memberikan bantuan beasiswa untuk para siswa yang tidak mampu pada
sekolah-sekolah dasar di kelurahan Sekaran. Adanya bantuan dari pihak UNNES ini tentu berpengaruh pada tingkat kesadaran pendidikan
masyarakat Sekaran. Orientasi pendidikan tidak lagi hanya pada tingkat Sekolah Dasar saja akan tetapi meningkat sampai padajenjang SLTP dan
SLTA dan bahkan perguruan tinggi. Dari sini dapat dilihat bahwa keberadaaan UNNES mempunyai pengaruh terhadap tingkat kesadaran
pendidikan masyarakat Sekaran.
B. Landasan Teori
Dalam mengkaji dan menganalisis “Faktor-faktor penyebab rendahnya kesadaran melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada masyarakat Sekaran”
peneliti menggunakan teori difusi. Teori difusi adalah persebaran budaya selayaknya tetesan air menyebar dari tempat yang dekat dengan pusat kebudayaan
22
dan secara bertahap menuju ke tempat yang lebih jauh dari pusat kebudayaan. Konsep kebudayaan sendiri terdiri dari tujuh unsur seven cultural universal
yakni sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian
hidup, sistem teknologi dan peralatanKoentjaraningrat 1981:3. Namun dalam hal ini persebaran kebudayaan yang dimaksud adalah unsur sistem pengetahuan
pendidikan. Kaitanya dengan penelitian ini adalah keadaan di masyarakat Sekaran dalam hal pendidikan. Seperti kita ketahui bersama Universitas Negeri
Semarang UNNES yang terletak di desa Sekaran adalah pusat pendidikan pusat kebudayaan. Masyarakat Sekaran notabene adalah masyarakat yang tinggal di
daerah pusat kebudayaan itu, idealnya masyarakat Sekaran mempunyai kesadaran yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi sesuai
dengan teori difusi diatas. Para sarjana tokoh teori difusi diantaranya adalah F.Graebner, W.Scmidt,
Rivers, Elliot Smith dan Perry. Sejarah teori difusi bermula dari adanya anggapan dasar para sarjana bahwa kebudayaan manusia itu pangkalnya satu dan di suatu
tempat tertentu yaitu pada waktu makhluk manusia baru saja muncul di dunia ini. Kemudian kebudayaan induk itu berkembang, menyebar dan pecah ke dalam
banyak kebudayaan baru karena pengaruh keadaan lingkungan dan waktu Koentjaraningrat 1987;111.
Menurut Smith dan Perry dalam Koentjaraningrat 1987 : 119-120 dalam sejarah kebudayaan dunia pada zaman purbakala pernah terjadi suatu
peristiwa difusi besar yang berpangkal di Mesir, yang bergerak ke arah timur dan
23
meliputi jarak yang sangat jauh,yaitu ke daerah-daerah di sekitar lautan tengah, ke Afrika , India, Indonesia, Polinesia dan Amerika. Pandangan yang Mesir sentris
ini sebenarnya tidak begitu aneh pada zaman itu, yaitu sekitar zaman perang dunia I, waktu orang Eropa sedang kagum-kagumnya pada peninggalan-peninggalan
kebudayaan Mesir kuno. Kekaguman Elliot Smith akan kebudayaan itu mulanya karena sebagai ahli anatomi ia mulai melakukan penelitian terhadap otak-otak dan
mumi-mumi Mesir itu. Dari aktivitas itu ia mulai tertarik pada kebudayaan Mesir kuno, dan selama ia memperdalam dirinya ke dalam buku-buku tentang
kebudayaaan itu, ia mendapat kesan bahwa banyak unsur dalam kebudayaan itu menunjukan persamaan dengan unsur-unsur dalam kebudayaan-kebudayaan besar
lain di tempat-tempat lain di dunia pada zaman dahulu. Karena kekagumanya terhadap kemegahan kebudayaan Mesir kuno itu, ia berpendapat bahwa unsur-
unsur yang tersebar luas di berbagai tempat di dunia itu tadi tentulah berasal dari Mesir, dan telah dibawa oleh bangsa-bangsa yang berpindah dari satu tempat di
muka bumi ke tempat lain, untuk mencari kekayan dalam bentuk emas dan mutiara. Maka timbulah teori heliolitik dalam kebudayaan mesir kuno bangunan
batu besar atau megalith dan matahari atau helios menjadi unsur yang sangat penting.
WJ Perry dalam Koentjaraningrat 1981:120 mencoba meneliti jalan- jalan difusi kebudayaan heliolitik, unsur-unsur kebudayaan yang tersangkut dalam
gerak persebaran itu, serta sebab-sebab dari difusi. Dalam persebaranya dari Mesir ke arah timur sampai ke Amerika tengah dan selatan - waktu itu menjadi sangat
populer yaitu The children of the sun 1923.
24
Koentjaraningrat menyimpulkan bahwa proses difusi tidak hanya dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain di
muka bumi saja tetapi terutama sebagai suatu proses dimana unsur-unsur kebudayaan di bawa oleh individu-individu dari suatu kebudayaan dan harus
diterima oleh kebudayaan lain, maka terbukti bahwa tidak pernah terjadi difusi dari satu unsur kebudayaan. Unsur-unsur itu selalu berpindah-pindah sebagai
suatu gabungan atau suatu kompleks yang tidak mudah dipisahkan. Menurut Boas dalam Koentjaraningrat 1987:126 pertumbuhan
kebudayaan menyebabkan timbulnya unsur-unsur baru yang akan mendesak unsur-unsur lama ke arah pinggir sekeliling daerah pusat pertumbuhan tadi.
C. Kerangka Berfikir