Telur Validasi Metode TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telur

Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan mudah dicerna. Oleh karenanya, telur merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk anak-anak yang sedang tumbuh, ibu hamil dan menyusui dan juga dianjurkan diberikan kepada orang yang sedang sakit untuk mempercepat proses kesembuhannya Sudaryani, 2003. Komposisi sebutir telur terdiri dari 11 kulit telur, 58 putih telur, dan 31 kuning telur. Kandungan gizi sebutir telur ayam dengan berat 50 g terdiri dari protein 6,3 g, karbohidrat 0,6 g, lemak 5 g, vitamin A, D, E, B 1 , B 2 , B 6 , dan B 12 , dan mineral kalsium, fosfor, besi, magnesium, kalium, natrium, dan zink. Protein telur merupakan protein yang bermutu tinggi dan mudah dicerna karena sebagian besar asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia terdapat di dalam telur. Lemak pada telur terdiri dari trigliserida, fosfolipida, dan kolesterol. Fungsi gliserida dan fosfolipida umumnya menyediakan energi untuk aktivitas sehari-hari. Kolesterol digunakan untuk pembentukan garam empedu dan juga hormon seperti testosteron dan adrenalin Panda, 1998. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas telur, diantaranya perbedaan kelas, strain, famili, dan individu; kandungan zat gizi pakan ayam, penyakit, umur ayam dan suhu lingkungan Sudaryani, 2003. 2.2 Antibiotik 2.2.1 Pengertian Antibiotika Antibiotika adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh mikroba seperti bakteri dan jamur, yang dalam konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan mikroba lain. Berdasarkan definisi ini, bahan yang dapat dianggap sebagai antibiotika adalah hasil alamiah saja. Akan tetapi yang termasuk kategori ini juga adalah bahan-bahan antibiotika semi sintetis yang merupakan hasil modifikasi bahan kimia antibiotika alam dan transformasi mikrobiologi dari bahan-bahan sintetis Hadisahputra dan Harahap, 1994. Antimikroba harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes Setiabudy dan Gan, 2007.

2.2.2 Penggunaan Antibiotika dalam Peternakan

Pengunaan antibiotika pada hewan dilakukan peternak bertujuan untuk mencegah dan mengobati ternak dari serangan penyakit dan juga sebagai hormon pertumbuhan bagi ternak bila diberikan dalam dosis kecil. Pada usaha peternakan modern, imbuhan pakan sudah umum digunakan. Suplemen ini dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pakan dengan mengurangi mikroorganisme pengganggu patogen atau meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan di dalam saluran pencernaan Rahayu, 2009.

2.2.3 Residu Antibiotika

Tiap senyawa anorganik atau organik, baik yang berupa obat-obatan, mineral atau hormon yang masuk atau dimasukkan ke dalam tubuh individu, akan mengalami berbagai proses yang terdiri dari absorbsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi. Kecepatan proses biologik tersebut di atas tergantung kepada jenis dan bentuk senyawa, cara masuknya dan kondisi jaringan yang memprosesnya. Apabila bahan tersebut dimasukkan melalui mulut, penyerapan terjadi di dalam saluran pencernaan yang sebagian besar dilakukan oleh usus. Setelah terjadi penyerapan, senyawa yang berbentuk asli akan di metabolisme menjadi metabolitnya akan dibawa oleh darah dan akan didistribusikan ke seluruh bagian tubuh. Eliminasi akan dilakukan terutama oleh ginjal, dalam bentuk kemih dan lewat usus dalam bentuk tinja. Senyawa-senyawa dalam bentuk asli maupun metabolitnya akan tertinggal atau tertahan di dalam jaringan untuk waktu tertentu tergantung pada waktu paruh senyawa tersebut atau metabolitnya. Pada kondisi ternak yang sehat kecepatan eliminasi akan jauh lebih cepat daripada ternak sakit. Dalam keadaan tubuh lemah atau terdapat gangguan alat metabolisme, maka eliminasi obat akan terganggu. Apabila senyawa-senyawa tersebut diberikan dalam waktu yang lama, maka akan terjadi timbunan senyawa atau metabolitnya di dalam tubuh, itulah yang disebut dengan residu. Jadi residu obat adalah akumulasi dari obat atau metabolitnya dalam jaringan atau organ hewanternak setelah pemakaian obat hewan Rahayu, 2009. 2.3 Kloramfenikol 2.3.1 Uraian Umum Rumus Molekul : C 11 H 12 Cl 2 N 2 O 5 Rumus Bangun : Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih sampai putih kelabu atau putih kekuningan; tidak berbau; rasa sangat pahit. Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol 95 P dan dalam 7 bagian propilenglikol P; sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P. Serapan ultraviolet : Serapan-1 cm larutan 0,002 bv dalam air pada 278 nm adalah 0,58 sampai 0,61 Ditjen POM, 1995. Kloramfenikol termasuk antibiotika yang paling stabil. Larutan dalam air pada pH 6 menunjukkan kecenderungan terurai yang paling rendah. Senyawa ini cepat dan hampir sempurna diabsorpsi dari saluran cerna. Oleh karena itu pemberian peroral menonjol Wattimena, 1990.

2.3.2 Aktivitas Antimikroba

Kloramfenikol adalah antibiotika pertama yang mempunyai efek terhadap riketsia dan juga menjadi obat pilihan pada penyakit tifoid salmonellosis, hemofilus influenza, dan klebsiella pneumoniae. Penggunaannya perlu diawasi dengan memonitor keadaan hematologi karena dapat menyebabkan efek hipersensitivitas Hadisahputra dan Harahap, 1994.

2.3.3 Reaksi - Reaksi yang Tidak Diinginkan

Semua obat mempunyai reaksi yang tidak dikehendaki, tetapi kloramfenikol barangkali yang paling dikenal efek sampingnya dibandingkan yang lainnya. Penggunaan klinis kloramfenikol pada saat sekarang terbatas pada pengobatan demam tifoid, infeksi salmonela, dan infeksi yang disebabkan oleh organisme yang peka terhadap antibiotik ini Foye, 1996. Menurut Katzung 2004, reaksi-reaksi yang tidak diinginkan pada terapi kloramfenikol antara lain: a. Gangguan Gastrointestinal Kadang-kadang, orang dewasa dapat mengalami mual-mual, muntah-muntah, dan diare. Hal ini jarang dijumpai pada anak-anak. b. Gangguan Sumsum Tulang Kloramfenikol biasanya menimbulkan suatu supresi reversibel terhadap produksi sel darah merah yang terkait dosis, pada dosis diatas 50 mgkghari setelah 1-2 minggu. Anemia aplastik jarang menjadi konsekuensi pemberian kloramfenikol melalui jalur apapun. Hal ini merupakan reaksi idiosinkrasi yang tidak ada hubungannya dengan dosis c. Toksisitas pada Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir kekurangan suatu mekanisme konjugasi asam glukoronat glucoronic acid yang efektif untuk degradasi dan detoksifikasi kloramfenikol. Lebih jauh lagi, apabila bayi-bayi ini diberi dosis diatas 50 mgkghari, obat dapat terakumulasi dan mengakibatkan sindrom bayi kelabu gray baby sindrome.

2.3.4 Penetapan Kadar Kloramfenikol

Penetapan kadar kloramfenikol dapat dilakukan secara: 1. Nitrimetri dengan pelarut asam klorida P menggunakan pentiter natrium nitrit 0,1 M dan indikator kertas kanji iodida P. Titrasi dianggap selesai jika titik akhir dapat ditunjukkan lagi setelah larutan dibiarkan selama 5 menit Ditjen POM, 1979. 2. Secara spektrofotometri ultraviolet, larutan sampel dalam air diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum ± 278 nm dengan harga A 1, 1 cm pada 278 nm adalah 298 Ditjen POM, 1979. 3. Secara kromatografi cair kinerja tinggi dengan menggunakan fase gerak berupa campuran air : metanol P : asam asetat glasial 55:45:0,1, detektor pada panjang gelombang 278 nm dan laju alir 1 mlmenit Ditjen POM, 1995. Uji kuantitatif keberadaan residu antibiotika dapat menggunakan metode KCKT mempunyai beberapa keuntungan dibanding metode analisis lain, diantaranya kolom dapat digunakan kembali, memiliki berbagai jenis detektor, waktu analisis umumnya relatif singkat, ketepatan dan ketelitian relatif tinggi serta dapat digunakan untuk menganalisis kebanyakan senyawa kimia yang tidak tahan terhadap suhu tinggi Meyer, 2004.

2.4 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT

Kromatografi adalah suatu terminologi umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi cuplikan diantara suatu fase gerak yang bisa berupa gas ataupun cairan, dan fase diam yang juga bisa berupa cairan atau padatan. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi karena didukung oleh kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sangat sensitif dan beragam sehingga mampu menganalisis berbagai cuplikan secara kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun campuran Ditjen POM, 1995.

2.4.1 Jenis Pemisahan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Berdasarkan mekanisme interaksi antara analit dengan fase diam, kromatografi cair dapat dibagi menjadi 4 metode, yaitu: kromatografi fase normal normal phase chromatography atau disebut juga kromatografi adsorpsi, kromatografi fase balik reversed phase chromatography, kromatografi penukar ion ion exchange chromatography, dan kromatografi eksklusi ukuran size exclusion chromatography Riley,1995. Kromatografi fase balik menggunakan fase diam yang relatif non polar seperti oktadesisilan ODS atau C 18 sedangkan fase geraknya relatif lebih polar dari fase diam. Kondisi kepolaran kedua fase ini merupakan kebalikan dari fase normal sehingga disebut kromatografi fase balik Meyer, 2004; Rohman, 2007.

2.4.2 Parameter Kromatografi

Ada beberapa parameter kromatografi yang digunakan secara umum yaitu:

2.4.2.1 Waktu Tambat t

R Periode waktu antara penyuntikan sampel dan puncak maksimum yang terekam oleh detektor disebut sebagai waktu rambatretention time t R . Waktu tambat merupakan fungsi dari laju alir fase gerak dan panjang kolom. Jika fase gerak mengalir lebih lambat atau kolom semakin panajng, maka waktu tambat akan semakin besar, dan sebaliknya jika fase gerak mengalir lebih cepat atau kolom semakin pendek, maka waktu tambat akan semakin kecil Meyer, 2004.

2.4.2.2 Faktor Kapasitas k’

Faktor kapasitas k’ merupakan suatu ukuran seberapa jauh senyawa tersebut berpartisi mengadsorpsi ke dalam fase diam dari fase gerak. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu senyawa ditahan untuk melewati kolom bergantung pada faktor kapasitasnya Watson, 2009. Faktor kapasitas suatu komponen dapat dinyatakan sebagai berikut : Keterangan : t = waktu yang diperlukan bagi suatu molekul-takditahan untuk melewati volume hampa t r = waktu yang diperlukan analit untuk melewati kolom

2.4.2.3 Resolusi Rs

Resolusi didefinisikan sebagai perbedaan antara waktu retensi 2 puncak yang saling berdekatan dibagi dengan rata-rata lebar puncak. Nilai resolusi harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan memberikan pemisahan puncak yang baik Rohman, 2007.

2.4.2.4 Selektifitas atau Faktor Pemisahan α

Menurut Kazakevich 2007, s elektifitas α adalah kemampuan sistem kromatografi untuk membedakan analit yang berbeda. Selektifitas ditentukan sebagai rasio perbandingan faktor kapasitas k’ dari analit yang berbeda: Nilai selektifitas yang didapatkan dalam sistem KCKT harus lebih besar dari 1 Ornaf dan Dong, 2005.

2.4.2.5 Faktor Tailing dan Faktor Asimetri

Faktor asimetri disebut juga “tailing factor TF” yaitu terjadinya pengekoran pada kromatogram sehingga bentuk kromatogram menjadi tidak simetris Mulja dan Suharman, 1995. Idealnya, puncak kromatogram akan memperlihatkan bentuk Gaussian dengan derajat simetris yang sempurna Ornaf and Dong, 2005. Namun kenyataannya, puncak yang simetris secara sempurna jarang dijumpai. Jika diperhatikan secara cermat, maka hampir setiap puncak dalam kromatografi memperlihatkan tailing. Pada Gambar 4 ditunjukkan tiga jenis bentuk puncak. Gambar 1. Bentuk puncak kromatogram. sumber: Kazakevich, Y. 2007. Pengukuran derajat asimetris puncak dapat dihitung dengan 2 cara, yakni faktor tailing dan faktor asimetris. Faktor tailing T f dihitung dengan menggunakan lebar puncak pada ketinggian 5 W0,05, rumusnya dituliskan sebagai berikut. f W T 2 05 , = Dengan nilai f merupakan setengah lebar puncak pada ketinggian 5. Sedangkan faktor asimetri dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. 1 , 1 , a b T = Nilai a dan b dalam perhitungan faktor asimetri merupakan setengah lebar puncak pada ketinggian 10. Jika nilai T = 1, maka faktor tailing dan asimetri menunjukkan bentuk puncak yang simetris sempurna. Bila puncak berbentuk tailing, maka kedua faktor ini akan bernilai lebih besar dari 1 dan sebaliknya bila puncak berbentuk fronting, maka faktor tailing dan asimetri akan bernilai lebih kecil dari 1. Gambar 2. Pengukuran derajat asimetris puncak sumber : Meyer, V.R. 2004. 2.4.2.6 Efisiensi Kolom N Menurut Snyder and Kirkland 1979, efisiensi adalah ukuran tingkat penyebaran puncak dalam kolom. Efisiensi kolom ditunjukkan dari jumlah lempeng teoritikal atau theoretical plates N, yang dapat dihitung dengan rumus: Kolom yang efisien adalah kolom yang mampu menghasilkan pita sempit dan memisahkan analit dengan baik. Nilai lempeng akan semakin tinggi jika ukuran kolom semakin panjang, hal ini berarti proses pemisahan yang terjadi semakin baik. Hubungan antara nilai lempeng dengan panjang kolom disebut sebagai nilai HETPHigh Equivalent of a Theoretical Plate H. H dapat dihitung dengan rumus: N L H =

2.5 Komponen KCKT

2.5.1 Wadah Fase Gerak

Wadah fase gerak harus bersih dan lembam inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum digunakan adalah gelas dan baja anti karat. Daya tampung tandon harus lebih besar dari 500 ml, yang dapat digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir yang umumnya 1-2 mlmenit Munson, 1991. Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing penghilangan gas yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis. Oleh karena itu, fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu dengan penyaring mikrometer untuk menghindari partikel-partikel kecil Rohman, 2009.

2.5.2 Pompa

Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni : pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 6000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 0,1-10 mlmenit. Aliran pelarut dari pompa harus tanpa denyut untuk menghindari hasil yang menyimpang pada detektor Putra, 2007.

2.5.3 Injektor

Ada 3 jenis macam injektor, yakni syringe injector, loop valve dan automatic injector autosampler. Syringe injector merupakan bentuk injektor yang paling sederhana Meyer, 2004.

2.5.4 Kolom

Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok : a. Kolom analitik : diameter khas adalah 2 – 6 nm. Panjang kolom tergantung pada jenis kemasan. Untuk kemasan pellikular, panjang yang umumnya adalah 50 – 100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, umumnya 10 – 30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm. b. Kolom preparatif : umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25 – 100 cm. Kolom umumnya dibuat dari stainless steel dan biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi. Kemasan kolom tergantung pada mode KCKT yang digunakan.

2.5.5 Detektor

Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen cuplikan dalam aliran yang keluar dari kolom. Detektor-detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan noise yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi tanggapanrespon untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh. Beberapa detektor yang paling sering digunakan dalam KCKT adalah detektor spektrofotometri UV-Vis, photodiode-array PDA, fluoresensi, indeks bias dan detektor elektrokimia Rohman, 2007.

2.5.6 Pengolah Data

Komponen yang terelusi mengalir ke detektor dan dicatat sebagai puncak- puncak yang secara keseluruhan disebut sebagai kromatogram. Alat pengumpul data seperti komputer, integrator dan rekorder dihubungkan ke detektor. Alat ini akan mengukur sinyal elektronik yang dihasilkan oleh detektor dan memplotkannya sebagai suatu kromatogram yang selanjutnya dapat dievaluasi oleh seorang analis Rohman, 2007.

2.5.7 Fase Gerak

Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel Rohman, 2007 Elusi Gradien dan Isokratik Elusi pada KCKT dapat dibagi menjadi dua sistem yaitu: 1. Sistem elusi isokratik. Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan satu macam atau lebih fase gerak dengan perbandingan tetap komposisi fase gerak tetap selama elusi. 2. Sistem elusi gradien. Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan campuran fase gerak yang perbandingannya berubah-ubah dalam waktu tertentu komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi. Elusi bergradien digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas Rohman, 2009.

2.6 Validasi Metode

Validasi metode adalah suatu proses yang menunjukkan bahwa prosedur analitik telah sesuai dengan penggunaan yang dikehendaki Bliesner, 2006. Validasi metode merupakan persyaratan mendasar yang diperlukan untuk menjamin kualitas dan reabilitas hasil dari semua aplikasi analitik. Hasil validasi dapat digunakan untuk menentukan kualitas, reabilitas dan konsistensi dari hasil analitik. Hal ini merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu praktik analitik yang baik Ermer, 2005. Menurut United States Pharmacopeia USP Edisi Ketigapuluh, ada 8 karakteristik utama yang digunakan dalam validasi metode, yakni akurasi, presisi, spesifisitas, batas deteksi, batas kuantitasi, linieritas dan rentang, kekasaran dan ketahanan. Akurasi atau kecermatan adalah kedekatan antara nilai hasil uji yang diperoleh lewat metode analitik dengan nilai sebenarnya. Akurasi dinyatakan dalam persen perolehan kembali recovery. Akurasi dapat ditentukan dengan dua metode, yakni spiked-placebo recovery dan standard addition method. Pada spiked placebo recovery atau metode simulasi, analit murni ditambahkan spiked ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi, lalu campuran tersebut dianalisis dan jumlah analit hasil analisis dibandingkan dengan jumlah analit teoritis yang diharapkan. Jika plasebo tidak memungkinkan untuk disiapkan, maka sejumlah analit yang telah diketahui konsentrasinya dapat ditambahkan langsung ke dalam sediaan farmasi. Metode ini dinamakan standard addition method atau metode penambahan baku Harmita, 2004 Presisi atau keseksamaan merupakan ukuran kedekatan antar serangkaian hasil analisis yang diperoleh dari beberapa kali pengukuran pada sampel homogen yang sama. Biasanya diekspresikan sebagai relatif standar deviasi RSD dari sejumlah sampel yang berbeda secara signifikan secara statistik Rohmsn, 2007. Berdasarkan rekomendasi ICH International Conference on Harmonization, karakteristik presisi dilakukan pada 3 tingkatan, yakni keterulangan repeatability, presisi antara intermediate precision, dan reprodusibilitas reproducibility. Keterulangan dilakukan dengan menganalisis sampel yang sama oleh analis yang sama menggunakan instrumen yang sama dalam periode waktu singkat. Presisi antara dikerjakan oleh analis yang berbeda. Sedangkan reprodusibilitas dikerjakan oleh analis yang berbeda dan di laboratorium yang berbeda Epshtein, 2004. Batas deteksi limit of detection, LOD didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. Batas kuantitasi limit of quantitation, LOQ didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan Rohman, 2007.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari 2011 sampai Maret 2011. 3.2 Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seperangkat instrumen KCKT lengkap Hitachi dengan pompa L-2130, injektor autosampler L-2200, kolom Luna 5u C18 250 mm x 4,60 mm, detektor UV-Vis L-2420, degasser DGU 20 AS, wadah fase gerak, vial autosampler, sonifikator Branson 1510, pompa vakum Gast DOA - P604 – BN, neraca analitik Mettler Toledo, membran penyaring PTFE 0,5 µm, membran penyaring nitrat selulosa 0,45 µm dan 0,2 µm, spektrofotometer UV-Vis Shimadzu UV 1800, blender Miyako, vortex Boeco-Germany, sentrifus Hitachi, dan alat-alat gelas.

3.3 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini jika tidak dinyatakan lain merupakan kualitas pro analysis keluaran E.Merck meliputi asetonitril, n- heksan, metanol gradient grade for liquid chromatography, NaCl, aquabidestilata PT. Ikapharmindo Putramas, kloramfenikol BPFI dan kloramfenikol baku pabrik PT. Varia Sekata.

3.4 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif di lima lokasi di Sumatera Utara yaitu Binjai, Tandem, Pantai Labu, Marelan dan Kabanjahe.