ASESMEN PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA REGULER DI SEKOLAH INKLUSIF SMP MUHAMMADIYAH 2 MALANG

33

A. ASESMEN

1. Gambaran Umum

Asesmen merupakan proses untuk melaksanakan penggalian data, hal ini bertujuan untuk mengetahui data tentang kondisi maupun permasalahan yang dimiliki oleh peserta. Data hasil asesmen akan dianalisis sebagai bahan untuk menentukan prosedur pelaksanaan psikodrama. Asesmen ini dilaksanakan sebelum pelaksanaan psikodrama. Proses asesmen dilakukan kepada siswa reguler sekolah inklusif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan empati siswa reguler terhadap siswa Anak Berkebutuhan Khusus selanjutnya akan disingkat ABK.

2. Tujuan

a. Melakukan analisa tingkat empati siswa reguler terhadap siswa ABK. b. Menentukan peserta psikodrama.

3. Metode

a. Interview terhadap orang-orang yang bersangkutan seperti guru yang menjadi wali kelas dan guru Bimbingan Konseling BK serta beberapa siswa reguler di sekolah inklusif. b. Observasi secara langsung di sekolah

c. Pemberian skala empati kepada siswa reguler sekolah inklusif.

4. Waktu

Proses asesmen dengan 3 metode ini dilaksanakan di beberapa waktu. Interview dilaksanakan dengan menyesuaikan waktu luang guru Bimbingan Konseling BK dan wali kelas. Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan belajar-mengajar sedang berlangsung maupun pada waktu istirahat dengan cara melakukan observasi di dalam kelas maupun di luar kelas. Asesmen terakhir berupa pemberiavasi dan skala empati yang diaksanakan setelah proses observasi dan interview selesai. Asesmen difokuskan untuk mengetahui bagaimana interaksi antara siswa reguler dengan siswa ABK. Proses asesmen ini dapat dinyatakan selesai apabila telah mendapatkan data sesuai dengan yang dibutuhkan.

5. Tahapan

Tahap pertama, peneliti mengumpulkan data tingkat kemampuan empati siswa reguler terhadap siswa ABK dengan melakukan observasi atau pengamatan baik ketika proses pembelajaran berlangsung maupun ketika istirahat. Tahap kedua, peneliti melaksanakan interview kepada guru BK, guru wali kelas, dan beberapa siswa reguler di sekolah inklusif dengan topik interview adalah interaksi siswa reguler dan siswa ABK di sekolah tersebut. Tahap ketiga, peneliti memberikan skala empati kepada siswa reguler kelas VII di sekolah inklusif. Tahap keempat, peneliti menganalisis data-data yang diperoleh dari proses interview, observasi, dan pemberian skala. Hasil tersebut digunakan untuk menentukan siswa reguler yang tepat menjadi peserta psikodrama, yakni yang memiliki kemampuan empati yang rendah terhadap siswa ABK.

B. FOCUS GROUP DISCUSSION FGD