ELABORASI TEMA Aceh Tamiang Shopping Center (Iconic Dalam Arsitektur)

Sesuai dengan kondisi kawasan segmentasi mal ciputra adalah B+. Untuk itu, beragam jenis retail tenant yang dipilih telah melalui seleksi disesuaikan segmentasi tersebut dan dengan sistem pengelolaan yaitu system sewa penuh. Penerapan single- corridor dengan ramping sistem shopping center di lantai 1- 6 pada interior bangunan menambah kuat konsep mal. Penyusunan letak retai tenant berhubungan langsung dengan zoning mal. Untuk barang – barang bermerek dari mancanegara diletakkan di ground floor sebagai daya tarik dan nilai jual mal. Anchor tenant di sudut – sudut bangunan untuk menarik pengunjung agar mengelilingi semua sudut bagian mal. Sedangkan untuk retail tenant kecil, disusun bercampur agar secara psikologis pengunjung tidak merasa lelah dan bosan. Meskipun usianya telah menginjak 13 tahun, mal ciputra sampai sekarang tetap menjadi menjadi salah satu tujuan wisata belanja, khususnya untuk kawasan Jakarta Barat. Dengan kondisi ini tentunya Mal Ciputra akan selalu mengembangkan dan memajukan diri demi kenyamanan, kemudahan dan kepuasan pengunjung di tengah era persaingan antar mal yang semakin hari semakin kuat.

BAB III ELABORASI TEMA

Dalam perkembangan arsitektur, semiotika mulai banyak digunakan sejak era Arsitektur Post-Modern yaitu era dimana para arsitek mulai menyadari adanya kesenjangan antara kaum elite pembuat lingkungan arsitek dengan orang awam yang menghuni lingkungan. Dalam masyarakat tradisional, usaha memadukan dua unsur ini Gbr 2.32. Denah Mal Ciputra Jakarta Sumber : Indonesia Shopping Center, Design Concept Lifestyle Universitas Sumatera Utara tidak begitu sulit karena mereka memiliki bahasa arsitektur yang sama. Tetapi dalam budaya pluralis seperti yang kita hadapi sekarang ini akan lebih sukar karena latar belakang yang berbeda. Arsitek berkeinginan mengajak masyarakat awam untuk memahami karyanya dengan cara berkomunikasi, oleh sebab itu diperlukan pemahaman dan pemakaian semiotika yang merupakan studi hubungan antara sign tanda dan bagaimana manusia memberikan meaning arti. III.1. Semiotika Dalam Arsitektur III.1.1. Pengertian Semiotika Semiotika semiotics berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda. Tanda- tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan sesuatu yang lain stand for something else yang dapat dipikirkan atau dibayangkan Broadbent, 1980. Bidang-bidang yang terlibat dalam semiotika cukup luas, mencakup dunia manusia, binatang dan benda-benda. Sebagai tanda dapat dipahami secara alami artinya terdapat hubungan yang alami natural antara tanda dan artinya, seperti misalnya pada teriakan orang yang kesakitan. Namun sebagian besar dari tanda-tanda yang dimanfaatkan untuk komunikasi antar manusia perlu dipelajari dan berdasarkan pada konvensi, contoh yang paling jelas adalah penggunaan simbol.Beberapa pengertian lain semiotika yaitu menurut : Charles Sanders Perre Semiotika adalah teori mengenai suatu arti yang dapat ditangkap dari suatu jenis tanda. Ia memberi tanda ke dalam 3 kelompok utama, yaitu : icon, index dan symbol. Ketiga jenis ini paling banyak digunakan dalam Arsitektur. Dien S. Halim Semiotika adalah ilmu atau teori mengenai tanda-tanda, tanda-tanda mana yang dipakai untuk menyampaikan sesuatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan sesuatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Charles Jencks Semiotika adalah dalam Arsitektur, jika seseorang melihat sesuatu bangunan, mengekspresikan bentuknya dan menebak apa maksud yang ingin diekspresikan dan dikomunikasikan oleh bentuk tersebut. Saussure Universitas Sumatera Utara Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda. Semiotika menjelaskan dari mana tanda-tanda tersebut dibuat dan hukum-hukum apa saja yang mengatur sifat dan tanda-tanda tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya menurut Aart Van Zoest 1978 muncul 3 aliran dalam semiotika, yaitu: 1. Aliran Semiotika Komunikatif Aliran ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang mempelajari tanda-tanda sebagai bagian dari suatu proses komunikasi. Yang dianggap sebagai tanda adalah tanda yang dipakai oleh pengirim dan diterima oleh penerima dengan arti yang sama kesamaan pengertian. Mengenai tanda itu sendiri, arti atau maknanya dapat ditangkap secara denotatif dan konotatif. Yang dimaksud dengan denotatif adalah arti makna yang langsung dari suatu tanda, yang telah disepakati bersama atau sudah menjadi pengertian yang sama. Sedang konotatif adalah arti kedua atau yang tersirat di luar arti pertama tadi. 2. Aliran Semiotika Konotatif Aliran ini mempelajari artimakna tanda-tanda yang konotatif. Semiotika konotatif ini banyak diterapkan pada bidang kesusasteraan dan arsitektur. 3. Aliran Semiotika Ekspansif Aliran ini sebenarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari semiotika konotatif. Dalam semiotika ekspansif ini artimakna tanda telah diambil alih sepenuhnya oleh pengertian yang diberikan. Aliran ini seolah-olah akan mengambil alih peran filosofi. III.1.2. Klasifikasi Tanda Dalam Semiotika Menurut Jacques Havet 1978, pembentukan suatu tanda semeion adalah akibat hubungan yang kuat antara signifier pemberi tandasemeion dan signified arti yang dimaksudkansemainomenon. Berdasarkan dasarnya, Zoes 1978 membagi tanda- tanda menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Qualisign Kata quali diambil dari kata quality kualitas, sifat. Qualisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan sifatnya. Misalnya warna merah yang menyolok dimanfaatkan dalam pembuatan tanda larangan dalam lalu-laintas. Universitas Sumatera Utara 2. Sinsign Kata sin berasal dari kata singular tunggal. Sinsign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan kejadian, bentuk, atau rupa yang khas dan orisinil. Misalnya kita dapat mengenal seseorang dari suaranya yang khas. Bangunan tradisional etnis juga dapat mengandung sinsign karena bentuk dan penampilannya yang unik dan khas. 3. Legisign Kata legi berasal dari kata lex hukum. Legisign adalah suatu tanda yang menjadi tanda karena suatu keberaturan tertentu. Jenis tanda ini banyak digunakan dalam arsitektur misalnya dalam struktur bangunan. Peirce dalam Zoest, 1978 membedakan jenis tanda yaitu ikon icon, indeks index dan simbollambing symbol. 1. Ikon Adalah tanda yang menyerupai objek benda yang diwakilinya atau tanda yang menggunakan kesamaan ciri-ciri dengan yang dimaksud. Misalnya kesamaan peta dengan wilayang geografis yang digambarkan, foto dengan oranng yang difoto dan lain-lain. Bila dirinci maka sifat dari ikon adalah sebagai berikut : - Sesuatu yang pasti segi tiga, segi empat - Persis sama dengan yang diwakili contoh lukisan naturalis, foto - Berhubungan dengan angka contoh : hurup, angka - Memperlihatkan atau menggambarkan sesuatu contoh : peta, foto Contoh penggunaan ikon dalam disain arsitektur adalah toko yang menjual rokok yang dirancang persis sama dengan bungkus rokok yang dijual. 2. Indeks Indeks adalah tanda yang tergantung pada keberadaan suatu denotatum penanda. Tanda ini memiliki kaitan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya. Misalnya asap dan api, tidak aka nada asap kalau tidak ada api, maka asap adalah indeks. Indeks sebagai tanda akan kehilangan cirri bila bendanya disingkirkan, namun akan tetap punya arti walaupun tidak ada pengamat. Contoh yang paling sederhana yaitu petunjuk arah mata angin di lapangan terbang. Benda ini baru Universitas Sumatera Utara akan berfungsi apabila ada angin bertiup dan hal ini akan berlangsung terus baik ada maupun tidak ada pengamat. 3. Simbollambang Adalah tanda dimana hubungan antara tanda dengan denotatum penanda ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau kesepakatan bersama konvensi. Tanda bahasa dan matematika merupakan contoh simbol. Simbol juga dapat menggambarkan suatu ide abstrak dimana tidak ada kemiripan antara bentuk tanda dan arti. Misalnya Garuda Pancasila umumnya hanya dikenal di Indonesia. Makna simbol itu akan hilang bila tidak dapat dipahami oleh masyarakat yang latar belakangnya berbeda. Tanda biasanya berfungsi dalam hubungannya dengan tanda-tanda yang lain. Ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan ini disebut semiotika sintaksis. Ilmu ini biasanya bertujuan untuk mencari peraturan-peraturan yang menjadi kesamaan berfungsinya tanda-tanda tersebut. Penyelidikan yang diarahkan untuk mempelajari hubungan antara tanda, denotatum, serta interpreternya disebut semiotika semantik. Sedangkan penyelidikan yang diarahkan untuk mempelajari hubungan antara tanda dan reaksi penerima disebut semiotika pragmatis. Tabel 3.1 Trikotomi Menurut Pierce Tandasign ICON INDEKS SIMBOL Ditandai dengan Perkesamaan mengikut sifat obyeknya Hubungan sebab- akibat Konvensi Contoh Gambar, patung, tokoh, monumen Asap api Gejala sakit Kata-kata Isyarat Gambar Universitas Sumatera Utara Proses Dapat dilihat Dapat diperiksa Harus dipelajari III.1.3. Aplikasi Semiotika dalam Arsitektur Semiotika dalam arsitektur pertamakali diperkenalkan pada suatu debat arsitektur di Italia tahun 1950, ketika para arsitek mulai mempertanyakan tentang Internasional Style. Sekitar akhir tahun 1960-an di Prancis, Jerman, dan Inggris semiotika didiskusikan untuk membentuk kembali pengertian arsitektur dan dijadikan alat normatif dalam menyerang teori-teori fungsionalisme yang berlebihan. Pada tahun 1970-an, mulai banyak semiotika arsitektural telah menjadi isu popular dikalangan teoritikus arsitektur, bahkan muncul istilah baru yaitu arsemiotika archsemiotics sebagai istilah khusus semiotika dalam arsitektur. Para tokohnya antara lain Geoffrrey Broadbent dan Richard Bunt Inggris, Thomas Llorens dan Charles Jencks AS, M. Kiemley dan A. Moless Jerman. Menurut Richards, dalam semiotika arsitektur pesan yang terkandung signified dalam obyek terbentuk dari hubungan antara pemberi tanda signifier dan fungsi nyata atau sifat benda. III.2. Interpretasi Tema Ikon merupakan suatu hal yang menarik untuk diangkat dalam perancangan arsitektur. Dengan ikon, diharapkan sesuatu yang dirancang akan menyerupai objek yang diwakilinya atau menggunakan kesamaan dengan ciri-ciri dengan apa yang dimaksud. Tema Icon dalam arsitektur yang diambil dan diiterapkan pada pada perancangan proyek Aceh Tamiang Shopping Centre ini adalah untuk menciptakan suatu bangunan yang dapat menjadi icon dari Kabupaten Aceh Tamiang, dan mampu memberi kesan tersendiri bagi pengunjung yang datang ke bangunan ini. Pada proyek Aceh Tamiang Shopping Centre ini, diterapkan suatu kesamaan bentuk sebuah perahukapal, karena lokasi proyek shopping centre ini terletak dekat dengan Universitas Sumatera Utara Sungai Tamiang yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang. Sungai ini dahulunya menjadi jalur transportasi air yang banyak digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Tamiang. III.3. Studi Banding Tema Sejenis The Clyde Auditorium The Armadillo Bangunan ini dirancang oleh Norman Foster dan terletak di pinggir sungai Clyde, sebelah barat jembatan Kingston dan pusat kota. Bangunan ini dijuluki “The Armadillo” karena bentuknya diadopsi dari binatang bernama sama yaitu armadillo trenggiling. Bangunan ini mampu menampung 3000 orang untuk kepentingan pertemuan tingkat dunia. Bangunan ini terdiri dari auditorium, aula ekshibisi dan ruang seminar.Strukturnya terbuat dari cangkang yang dilapisi alumunium yang terpisah-pisah dan diatur secara bertimpa menciptakan bentuk yang unik pada skyline. The Clyde Auditorium secara teknis merupakan pernyataan seni. Kompleks bangunan secara keseluruhan seluas 25 Ha di mana di dalamnya termasuk kompleks ekshibisi, konferensi dan kompleks hiburan dengan arena berkapasitas 12.500 orang sementara The Armadillo sendiri merupakan bangunan tambahan yang dibuka tahun 1997. Sydney Opera House Sydney Opera House berada di Sydney, New South Wales, Australia yang merupakan salah satu bangunan menakjubkan dan terkenal pada abad ke-20. Berlokasi di pelabuhan Sydney dengan taman di sebelah selatan dan dekat dengan jembatan pelabuhan Sydney, bangunan dan lingkungan sekelilingnya menjadi iconic bagi image Gbr 3.1. exterior Clyde Auditorium Gbr 3.2. sketsa Clyde Auditorium Universitas Sumatera Utara Australia. Bagian cangkang berbentuk spherical mengingatkan kepada kapal layar yang sering berlabuh di sana. Opera House ini merupakan rumah bagi Opera Australia, Teater Sydney dan Sydney Symphony Orchestra. Kompleks bangunan ini memiliki luas lahan 1,8 Ha dan untuk kantor seluas 4,5 Ha. Tinggi bangunan 183 m dan lebar 120 m. Bangunan didukung oleh 580 pondasi tiang pancang beton yang tertanam sejauh 25 m di bawah laut. Bangunan ini berkapasitas 25.000 orang. Bangunan memiliki 1000 ruangan mencakup 5 teater, 5 studio latihan, 2 aula utama, 4 restoran, 6 bar dan beberapa toko souvenir. Atap Opera House terbuat dari 1.056.000 lantai granit sedangkan interiornya dilapisi granit merah muda dan plywood. Sydney Opera House mulai dibangun tahun 1940. Proyek ini terbagi atas 3 tahap yaitu pembangunan podium atas, pembangunan di luar cangkang dan pembangunan interior dan konstruksi. Bangunan ini dirancang oleh Jorn Utzon. Gbr 3.4. Sydney Opera House main entrance Gbr 3.3. Sydney Opera House Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA