Fatwa Majelis Ulama Indonesia

G. Fatwa Majelis Ulama Indonesia

Fatwa menurut ilmu ushul fiqh berarti pendapat yang dikemukakan seseorang, berarti pendapat yang dikemukakan seorang mujtahid atau faqih sebagai jawaban yang diajukan oleh peminta fatwa dalam suatu kasus yang sifatnya tidak mengikat. Pihak yang meminta fatwa tersebut bisa pribadi, lembaga, maupun kelompok masyarakat. Fatwa yang dikemukakan mujtahid atau faqih tidak mesti diikuti oleh orang yang meminta fatwa, dan karenanya fatwa tidak mempunyai daya ikat. Pihak yang memberi fatwa dalam istilah fiqh atau ushul fiqh disebut sebagai mufti, sedangkan pihak yang meminta fatwa diebut al-

mustafi. 72 Fatwa sangat dibutuhkan oleh umat Islam, karena fatwa memuat

penjelasan tentang kewajiban-kewajiban agama, batasan-batasan, serta menyatakan tentang haram atau halalnya sesuatu. Bagi umat Islam, fatwa merupakan pedoman dalam melaksanakan ajaran agamanya. Selain itu juga dapat dijadikan sumber atau kaidah penuntun dalam membuat Undang-Undang.

Pedoman fatwa sekarang ini merupakan penyempurnaan yang kedua kali dari pedoman fatwa yang ditetapkan pada tahun 1986 dan 1987. kemudian disempurnakan lagi pada tahun 2000 yang merupakan pembatasan pada ijtima’ ulama sekarang ini.

Pedoman penetapan fatwa terdiri dari delapan pasal, antara lain:

1. MUI adalah Majelis Ulama Indonesia.

2. MUI Daerah, adalah MUI Pusat tingkat I.

72 Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ickhtiar baru Van Hoeve, 2000), hlm. 326-328.

3. Dewan Pimpinan adalah ketua, sekretaris, serta ketua komisi Fatwa MUI.

4. Komisi adalah Komisi Fatwa MUI.

5. Anggota komisi adalah anggota komisi fatwa berdasarkan ketetapan dewan pimpinan.

6. Sidang komisi adalah sidang komisi fatwa yang dihadiri oleh anggota komisi dan peserta lain yang dipandang perlu untuk membahas masalah hukum yang difatwakan.

7. Fatwa adalah jawaban atau penjelasan ulama mengenai masalah keagamaan dan berlaku untuk umum.

8. Keputusan Fatwa adalah hasil sidang komisi tentang suatu masalah hukum yang telah disetujui oleh anggota komisi dalam sidang komisi.

9. Tanfid adalah pengesahan fatwa oleh pimpinan dalam bentuk Surat keputusan MUI.

Dasar-dasar umum penetapan fatwa terdiri dari tiga tahap: 73

1. Setiap keputusan fatwa berdasarkan pada Kitabullah dan Sunnah Rasul yang mu’tabarah, serta tidak bertentangan dengan kemaslahatan umat.

2. Jika tidak terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah Rasul, maka yang menjadi rujukan Keputusan Fatwa yaitu Ijma’, Qiyas yang mu’tabar dan dalil-dalil hukum yang lain, seperti Istikhsan, Maslakhah Mursalah dan Sadd az-Zariat dalam pedoman dimasukkan sebagai metode dalam memberikan jawaban suatu maslaah melalui pendekatan manhaji.

Departemen Agama, Sistem dan Prosedur Penetapan Fatwa Produk Halal Majlis Ulama Indonesia, hlm. 8.

3. Sebelum pengambilan keputusan fatwa hendaklah meninjau pendapat- pendapat para Imam Mazhab terdahulu, baik yang berhubungan dengan dalil-dalil hukum maupun yang berhubungan dengan dalil-dalil yang dipergunakan oleh pihak yang berbeda pendapat, serta pandangan penasehat ahli yang dihadirkan. Majelis Ulama Indonesia berwenang mengeluarkan fatwa mengenai:

1. Masalah-masalah keagamaan yang bersifat umum dan menyangkut umat Islam Indonesia Nasional.

2. Masalah-masalah keagamaan disuatu daerah yang diduga dapat meluas kedaerah lain. Majelis Ulama Indonesia Daerah berwenang mengeluarkan fatwa

mengenai masalah-masalah keagamaan dan bersifat lokal (kasus di daerah). Setiap surat keputusan fatwa dilingkungan MUI maupun MUI Daerah dengan prosedur yang ditetapkan dalam Surat Keputusan ini mempunyai kedudukan sederajat dan tidak saling membatalkan. Jika terjadi perbedaan antara SK MUI dan SK Fatwa MUI Daerah mengenai masalah yang sama, perlu diadakan peetemuan antara kedua dareah pimpinan untuk mencari penyelesaian yang baik.