BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, setiap perusahaan ingin melanjutkan operasinya dengan tujuan untuk menghasilkan laba serta mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Dalam upaya
untuk menghasilkan laba ini, tentu perusahaan harus mampu mengelola semua sumber daya yang dimilikinya secara efektif. Sumber daya yang ada di perusahaan ini tentunya
bisa diperoleh melalui modal yang bersumber dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan. Sumber modal internal adalah berupa pemanfaatan laba yang
ditahan retained earnings, yaitu laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Sumber pembiayaan eksternal diperoleh perusahaan dengan
melakukan pinjaman kepada pihak lain atau menjual sahamnya kepada masyarakat go public di pasar modal.
Menurut Harahap 2004, kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua sumber yang ada, penjualan, kas, aset, modal disebut sebagai rentabilitas profitabilitas.
Salah satu jenis rasio profitabilitas ini adalah Return on Investment ROI. Rasio ROI akan mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan
tingkat asset tertentu. Jika angka yang ditunjukkan semakin besar berarti semakin bagus. Seyogyanya, setiap perusahaan go public akan berusaha untuk memperoleh laba yang
besar untuk kelangsungan operasi perusahaan serta dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan
mempunyai dana yang cukup untuk dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang sahamnya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suharli 2007 yang
membuktikan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
Universitas Sumatera Utara
terhadap kebijakan dividen. Penelitian lainnya dilakukan oleh Sudarsi 2007 yang juga membuktikan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap dividend payout. Hal ini berarti perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang baik akan senantiasa membayar dividen.
Dalam PSAK No. 2 paragraf 12 IAI : 2002 dinyatakan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari
operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pandanaan dari luar. Hermi 2004 menyatakan bahwa untuk membayar dividen, suatu perusahaan harus
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi laba untuk dividen atau untuk laba ditahan. Ada faktor utama yang harus dipertimbangkan, misalnya ketersediaan kas,
karena walaupun perusahaan memperoleh laba namun jika uang kas tidak mencukupi maka ada kemungkinan perusahaan memilih menahan laba tersebut untuk diinvestasikan
kembali bukan diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Bagi perusahaan, informasi yang terkandung dalam dividend payout ratio DPR
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jumlah pembagian dividen. Bagi para pemegang saham, akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi, yaitu apakah akan menanamkan dananya atau tidak pada suatu perusahaan. Banyak pemegang saham yang hidup dari penghasilan berupa
dividen, mereka tentu akan lebih memilih saham-saham yang dividennya dapat mereka andalkan.
Beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006-2008 memberikan dividen dengan jumlah yang berbeda-beda setiap tahunnya. Fenomena yang
terjadi adalah adakalanya tidak semua perusahaan yang mampu menghasilkan laba yang
Universitas Sumatera Utara
meningkat dari tahun ke tahun akan membayar dividen. Fenomena di atas dapat didukung oleh data dalam tabel berikut. Informasi yang terdapat pada tabel di bawah ini, diperoleh
dari laporan keuangan masing-masing perusahaan.
Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Yang Mengalami Peningkatan Profitabilitas Tetapi Tidak
Membayar Dividen
NO. NAMA PERUSAHAAN
PROFIT 000.000
SALES 000.000
2005 2006 2007 2005 2006
2007
1 PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY TBK
1.049.077 1.167.846
1.343.031 11.276
14.582 22.934
2 PT DAVOMAS ABADI TBK
1.120.893 4.656.584
2.800.084 90.069
196.277 208.456
3 PT FAJAR SURYA WISEA TBK
1.506.491 1.693.081
2.655.795 5.828
101.728 121.97
4 PT PELANGI INDAH CANINDO TBK
233.117 249.39 336.161 1.774 1.88
8.525 5
PT PYRIDAM FARMA TBK 39.64
61.337 86.643
1.328 1.729
1.743 6
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO TBK 313.398
417.81 425.584
37.641 38.226
41.396 7
PT RODA VIVATEX TBK 158.36
140.672 142.015
21.134 34.578
34.882 8
PT SUPARMA TBK 579.316
688.343 815.41
8.149 23.293
27.397 9
PT TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD TBK 229.273
333.455 499.87
35 130
15.76 10
PT TUNAS BARU LAMPUNG TBK 1.220.636 1.193.999 1.844.207
6.219 52.884 97.227 11
PT ULTRA JAYA MILK TBK 711.723
835.23 1.126.800
4.528 14.732
30.317 12
PT VOKSEL ELEKTRONIK TBK 803.283
919.537 1.358.648
26.831 35.597
53.701 13
PT YANAPRIMA HASTAPERSADA TBK 101.172
174.551 241.23
1.015 7.215
13.459
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2007 dan www.idx.co.id Berdasarkan informasi tersebut, dapat kita lihat bahwa tidak semua perusahaan
yang listing di BEI, yang memiliki profitabilitas yang baik ditinjau dari kenaikan laba akan membayar dividen, dan berdasarkan fenomena tersebut, ternyata di samping ROI
yang dicapai dan laba yang dihasilkan, ada banyak faktor lain yang juga mempengaruhi kebijakan deviden suatu perusahaan, antara lain faktor likuiditas, kebutuhan dana untuk
membayar utang, tingkat ekspansi yang direncanakan, pertumbuhan perusahaan, ukuran dan umur korporasi.
Universitas Sumatera Utara
Dari pernyataan-pernyataan diatas, penulis menyimpulkan bahwa dalam menetapkan kebijakan dividen, manajemen tentu sangat memperhatikan Return on
Investment ROI sebagai salah satu rasio dari profitabilitas perusahaan yang dihasilkan oleh perusahaan dan jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan
indikator yang menentukan apakah kegiatan operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan,
membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pandanaan dari luar.
Peneliti ingin mengetahui informasi manakah yang lebih akurat apakah Return on Investment ROI atau arus kas operasi yang lebih mempengaruhi perusahaan dalam
menentukan ratio pembayaran dividen DPR, atau antara Return on Investment ROI dan arus kas operasi secara bersama-sama mempengaruhi rasio pembayaran dividen
DPR, secara khusus untuk perusahaan-perusahaan manufaktur yang listing di BEI dari tahun 2006-2008. Apakah perusahaan-perusahaan manufaktur ini juga mengalami
fenomena yang tersebut di atas. Maka, berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Return on Invetment ROI dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
II. Perumusan Masalah