2.4. Faktor Resiko Anemia Defisiensi Besi
Beberapa faktor risiko terjadinya ADB yaitu :
13,22
A. Usia 1. Bayi. Persediaan besi kurang karena berat badan lahir rendah,
prematur atau lahir kembar, susu formula rendah besi, tidak mendapat makanan tambahan, pertumbuhan cepat dan ibu mengalami anemia
selama kehamilan. 2. Satu sampai 2 tahun. Asupan besi kurang karena tidak mendapat
makanan tambahan, kebutuhan meningkat karena infeksi berulang atau malabsorbsi.
3. Dua sampai 5 tahun. Asupan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung besi
heme , kebutuhan meningkat karena infeksi
berulang, atau kehilangan berlebihan karena perdarahan. 4. Usia 5 tahun sampai remaja. Kehilangan berlebihan, misalnya
infeksi parasit. 5. Remaja sampai dewasa. Pada wanita antara lain karena menstruasi.
B. Sosial ekonomi rendah C. Kegemukan. Anak dengan kegemukan cenderung terjadi penurunan
aktifitas sehingga pemecahan mioglobin berkurang yang akan mengakibatkan penurunan pelepasan besi, juga cenderung terjadi
pembatasan diet yang kaya akan kandungan besi, misalnya daging. Pada
anak perempuan yang gemuk akan terjadi pertumbuhan yang lebih cepat dan maturitas pada usia yang lebih dini, yang menyebabkan kebutuhan zat
besi semakin meningkat. D. Vegetarian. Vegetarian akan menghindari konsumsi zat makanan dari
sumber hewani misalnya daging, ikan, unggas yang kaya zat besi. Sebaliknya mereka mengkonsumsi zat makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang kaya selulosa yang merupakan penghambat penyerapan besi non
heme .
2.5. Penilaian Status Gizi
Pertumbuhan merupakan indikator kesehatan dan status gizi anak yang penting. Penilaian pertumbuhan merupakan komponen surveilans kesehatan
anak yang penting karena hampir semua masalah dalam hal fisiologis, interpersonal dan sosial dapat mempengaruhi pertumbuhan. Metode yang
paling bermakna dalam menilai pertumbuhan adalah grafik pertumbuhan, yang dapat memberikan banyak informasi yang dibutuhkan untuk menilai
pertumbuhan anak. Perhatian utama adalah mengetahui keadaan malnutrisi dan gagal tumbuh, tetapi sekarang obesitas dikenal sebagai epidemi yang
semakin meningkat.
23
Penilaian status gizi anak merupakan bagian yang integral dalam penatalaksanaan pasien, karena status gizi akan mempengaruhi respon
pasien terhadap penyakit. Penilaian ini merupakan deteksi dini adanya defisiensi atau kelebihan zat gizi. Tidak satupun penilaian status gizi yang
terbaik, karena itu gabungan dari berbagai sistem penilaian masih digunakan.
8,23
Berbagai grafik pertumbuhan sekarang tersedia untuk membantu penilaian pertumbuhan. Dalam hal ini termasuk grafik pertumbuhan CDC
Centers for Disease Control and Prevention yang telah direvisi pada tahun
2000. Masing–masing grafik pertumbuhan mempunyai keakuratan. Hasil dari penilaian ini membantu untuk identifikasi resiko pasien malnutrisi, obesitas,
pendek, bayi-kecil untuk masa kehamilan dan sebagai monitoring respon klinis pasien terhadap terapi nutrisi.
8
Pada masa bayi, anak dan remaja, banyak tejadi perubahan dalam pertumbuhan dan komposisi tubuh. Oleh sebab itu, harus dimengerti
pertumbuhan yang normal untuk mengetahui keadaan yang abnormal. Juga dibutuhkan pengetahuan untuk dapat mengenali perubahan status gizi yang
terjadi pada penyakit akut atau kronis. Dengan bertambahnya insiden obesitas pada anak, diperlukan identifikasi yang tepat pasien obesitas dan
overweight . Skrining penilaian status gizi yang sederhana dan praktis untuk
menentukan pasien yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Skrining status gizi terdiri dari penilaian medis dan riwayat makanan termasuk
kesulitan makan, pengukuran antropometrik BB dan TB dan hasil
laboratorium. Penilaian status gizi yang lengkap meliputi riwayat makanan dan medis yang lebih detail termasuk penghitungan asupan nutrisi,
pemeriksaan fisik yang lengkap, penilaian komposisi tubuh dan antropometrik, maturasi tulang dan seksual, hasil laboratorium, perkiraan
kebutuhan zat gizi. Penilaian klinis anak yang menyeluruh berdasarkan data objektif dan pertimbangan klinis juga penting sebagai pertimbangan dalam
menilai pertumbuhan dan menentukan status gizi.
8,23
Riwayat medis sangat penting dalam penilaian status gizi. Riwayat penyakit sekarang dan penyakit terdahulu, termasuk lamanya sakit, keluhan,
pemeriksaan untuk diagnostik dan terapi yang sudah diberikan perlu diketahui. Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran antropometrik
seperti BB, TB, lingkaran kepala dan lingkaran lengan atas. Pemeriksaan fisik secara umum termasuk penilaian kondisi pasien secara menyeluruh.
Riwayat makanan adalah komponen yang esensial dalam penilaian status gizi, karena memberikan informasi jumlah dan kwalitas makanan yang
dikonsumsi, pola makan dan kebiasaan.
8
Beberapa tahun terakhir, dipertimbangkan suatu metode penilaian status nutrisi anak, merupakan pendekatan klinis yang valid, yang dikenal
dengan Subjective Global Nutritional Assessment
SGNA. Metode ini berdasarkan hubungan pengukuran objektif antropometri, asupan nutrisi,
biokimia dan imunologis, yang dapat mengidentifikasi resiko nutritional yang
berhubungan dengan komplikasi penyakit dan perawatan yang lama di rumah sakit. Penelitian oleh Secker dan Jeejeebhoy 2006, mendapatkan
adanya korelasi yang baik antara SGNA dengan penilaian status nutrisi berdasarkan pengukuran objektif antropometri yang digunakan sekarang.
Pada anak dengan penyakit sistemik dan kronis, SGNA dapat digunakan secara luas dengan berbagai macam keadaan.
24
Grafik pertumbuhan digunakan secara luas untuk memonitor pertumbuhan anak. Tinggi dan berat badan merupakan pengukuran
antropometri yang banyak digunakan. Indek berat badanumur BBU paling banyak digunakan. Onis dkk 2004 melaporkan dari 178 negara, 154 negara
menggunakan grafik pertumbuhan, semua menggunakan grafik BBU dan hanya setengahnya menggunakan TBU.
25
Pengukuran antropometri telah lama dikenal sebagai indikator sederhana untuk penilaian status gizi di
Indonesia. Informasi yang dihasilkan dari pengukuran antropometri telah banyak dimanfaatkan dalam memantau pertumbuhan anak. Status gizi
dihitung berdasarkan baku rujukan antropometri menurut NCHS-WHO, dengan menggunakan
Z–score standar deviasi sebagai batas ambang
yang dihitung berdasarkan rumus:
26
Z-score atau
SD-score =
observed value – median reference value standard deviation of reference population
Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks BBTB dibagi menjadi enam dengan batas ambang sebagai berikut :
26
1. Status gizi buruk dengan ”batas atas ” lebih kecil – 3 SD
2. Status gizi kurang dengan ” batas bawah ” lebih besar atau sama
dengan -3 SD dan ”batas atas ” lebih kecil – 2 SD
3. Status gizi sedang dengan ” batas bawah ” lebih besar atau sama
dengan -2 SD dan ”batas atas ” lebih kecil – 1 SD
4. Status gizi baik dengan ” batas bawah ” lebih besar atau sama
dengan -1 SD dan ”batas atas ” lebih kecil + 1 SD
5. Status gizi lebih dengan ” batas bawah ” lebih besar atau sama
dengan +1 SD dan batas atas lebih kecil + 2 SD
6. Kegemukan, dengan batas bawah lebih besar atau sama dengan
+ 2 SD
2.6. Kerangka Konseptual
17
Gambar 2 .1 . Kerangka konsept ual
I NFEKSI PENY.KRONI S SOSI AL EKONOMI
POLA MAKAN, NUTRI SI GENETI K, USI A, JENI S
KELAMI N, LI NGKUNGAN EMOSI KASI H SAYANG
ADB St at us Gizi:
- Berat Badan BB - Tinggi Badan TB
Status Gizi: -Berat BadanBB
-Tinggi BadanTB
RUANG LI NGKUP PENELI TI AN
Besi 3 bulan
BAB 3. METODOLOGI
3.1. Desain
Penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol untuk mengetahui respon pemberian terapi besi terhadap peningkatan berat badan dan status gizi
pada anak penderita ADB.
3.2. Tempat dan waktu
Tempat penelitian adalah di Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu tiga bulan yaitu dari bulan
November 2006 sampai Februari 2007 .
3.3. Populasi dan sampel
Populasi penelitian adalah anak SD yang berusia 8 sampai 12 tahun. Sampel penelitian ádalah anak yang menderita ADB.
3.4. Perkiraan besar sampel
Perkiraan besar sampel untuk menguji perbedaan rerata dua populasi independen
, menggunakan rumus:
27
n
1
= n
2
= 2 z g + z
βs 2
x
1
- x
2
s = simpang baku kedua kelompok = 1,05
referensi 9