commit to user 19
Menurut hasil penelitian Weiss et al., 1994, serbuk sari buah naga putih Hylocereus undatus masih viabel hingga 60 jam setelah bunga mekar.
Ketersediaan serbuk sari dengan viabilitas yang tinggi merupakan salah satu komponen yang menentukan keberhasilan persilangan tanaman. Frankle and
Galun 1977, menyatakan bahwa viabilitas serbuk sari yang tinggi mempunyai peluang menghasilkan buah yang tinggi jika sel-sel kelamin
jantan tidak mengalami hambatan inkompatibilitas. Persilangan buah naga putih Hylocereus undatus dan buah naga
kuning Selenicerius megalanthus merupakan persilangan Intergenerik, yakni perkawinan antara genus yang berbeda. Kedua buah naga ini juga
memiliki jumlah
ploidi yang
berbeda. Buah
naga kuning
Selenicereus megalanthus memiliki kromosom tetraploid yakni 2n=44, sedangkan buah naga dari genus Hylocereus memiliki kromosom diploid
yakni 2n=22. Persilangan antar genus biasanya jarang sekali berhasil. Namun pada
persilangan yang dilakukan ini, persentase keberhasilan menunjukkan nilai yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan buah naga daging putih
Hylocereus undatus dan buah naga kuning Selenicerius megalanthus masih memiliki hubungan dekat, yakni nasih dalam satu famili yang sama
Cactaceae. Sarwono 2002, menyatakan bahwa persilangan antar genera yang memiliki perbedaan jauh, jarang sekali berhasil. Namun persilangan
yang masih memiliki hubungan dekat, biasanya berhasil dengan baik.
C. Jumlah Buah Gugur
Jumlah buah gugur diamati untuk mengetahui seberapa besar buah yang tidak dapat bertahan untuk menjadi buah. Buah yang akan gugur
menunjukkan perubahan warna menjadi kuning yang dimulai dari ujung buah sampai pangkal buah dan kemudian gugur ketika seluruh bagian buah sudah
menguning Lampiran Gambar 6. Pada variabel pengamatan jumlah buah gugur, buah gugur hanya terjadi pada persilangan PK buah naga putih
dengan kuning yakni sebesar 25.
commit to user 20
Tabel 2. Persentase Jumlah Buah Gugur pada Buah Naga Hasil Persilangan Persilangan
Jumlah buah yang berhasil
Jumlah buah yang gugur
Persentase jumlah buah gugur
K X P 6
P X K 8
2 25
K X K 23
P X P 14
Keterangan: K
: Buah naga kuning P
: Buah naga putih
Buah gugur pada persilangan ini terjadi pada minggu kedua setelah penyerbukan. Buah yang akan gugur ditandai dengan warna buah kuning
kecoklatan. Darjanto dan Satifah 1990, menyatakan bahwa gugurnya buah yang masih muda karena embrio dan endosperm yang berhenti tumbuh,
karena kombinasi tetua-tetua induknya, menghasilkan buah yang tidak normal sehingga buah yang terbentuk akan gugur.
D. Umur Panen Buah
Pemasakan merupakan satu rangkaian hasil dari proses metabolisme jaringan tanaman yang meliputi penurunan tingkat keasaman, peningkatan
gula terlarut, dan pelunakan jaringan buah. Perubahan tersebut terjadi mulai dari buah terbentuk sampai buah masak Lampiran Gambar 3 dan 4. Umur
panen sangat terkait dengan kualitas buah, umur panen sangat menentukan komposisi kimiawi dalam buah. Perlakuan macam persilangan menunjukkan
bahwa umur buah naga berbeda-beda. Persilangan buah naga dengan tetua jantan putih menunjukan umur panen lebih cepat apabila dibandingkan
dengan persilangan buah naga dengan tetua jantan kuning Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Umur Panen Buah Naga Hasil Persilangan
Persilangan Rata-rata umur panen buah hari
K X P 72,17 + 1,47
P X K 40,83 + 3,54
K X K 81,44 + 3,18
P X P 32,79 + 0,43
Keterangan: K
: Buah naga kuning P
: Buah naga putih
commit to user 21
Umur panen sangat dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman sehingga setiap tanaman memiliki umur panen berbeda satu dengan yang lainnya. Rata-
rata umur panen buah naga putih adalah 32 hari. Umur panen buah naga kuning berkisar 81 hari. Persilangan buah naga putih dengan buah naga
kuning menyebabkan umur panen lebih panjang mencapai 40 hari jika dibandingkan dengan persilangan PP, yakni mengakibatkan waktu pemasakan
menjadi lebih panjang sekitar 8 hari. Umur panen buah persilangan KP menjadi lebih pendek sekitar 9 hari, jika dibandingkan dengan KK.
Persilangan KP menunjukkan umur panen yang lebih pendek daripada persilangan KK. Perbedaan hasil yang diperoleh dari setiap perlakuan diduga
karena pengaruh asal tetua jantannya. Menurut Mizrahi et al. 2004, bahwa perbedaan waktu panen
dipengaruhi oleh induk jantannya. Dimana pada persilangan dengan asal induk jantan dari genus Hylocereus akan mempercepat kematangan buah
naga kuning, sedangkan asal induk jantannya dari genus Selenicereus memperpanjang waktu pemasakan dari betina Hylocereus sp. Tingginya
viabilitas serbuk sari Hylocereus undatus dapat mempercepat proses pemasakan buah. Pemasakan yang lebih cepat ini menyebabkan umur buah
yang semakin pendek. Lichtenzveig et al. 2000, menyatakan bahwa hal ini dimungkinkan berkaitan dengan lebih lamanya periode yang dibutuhkan
untuk pengembangan buah, karena bergabungnya dua spesies yang berbeda. Kedua buah naga ini juga memiliki jumlah ploidi yang berbeda. Buah naga
kuning Selenicereus megalanthus memiliki kromosom tetraploid yakni 2n=44, sedangkan buah naga dari genus Hylocereus memiliki kromosom
diploid yakni 2n=22 Setyowati, 2008. Perbedaan waktu dalam proses pemasakan buah pada persilangan buah
naga putih dengan buah naga kuning dan sebaliknya, jika dibandingkan dengan persilangan sendiri menunjukkan adanya pengaruh asal serbuk sari.
Pengaruh asal serbuk sari terhadap buah hasil persilangan ini disebut xenia. Efek xenia telah mempengaruhi umur panen buah naga hasil persilangan
dalam penelitian ini.
commit to user 22
Persilangan PP memiliki simpangan baku terkecil yakni 0,43. Nilai simpangan baku yang kecil mengindikasikan keragaman yang dimiliki oleh
tipe persilangan tersebut kecil. Persilangan PK memiliki simpangan baku terbesar 3,54. Nilai simpangan baku yang tinggi menunjukkan besarnya
sebaran data dari hasil persilangan. Keragaman yang dimiliki oleh tipe persilangan tersebut menunjukkan beragamnya sifat genetik dari buah
tersebut.
E. Bentuk Buah