19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
testis turun ke dalam skrotum, namun selain pada musim kawin testis terletak dalam rongga abdomen. Pada permukaan testis terdapat tubulussaluran yang
membelit bernama epididymis, tempat terkumpul dan tersimpannya sel sperma. Selain itu, juga terdapat saluran vas deferens yang menyalurkan sperma dan cairan
semen dari epididymis menuju uretra, kemudian melewati penis dan dikeluarkan dari tubuh Sowash, 2009
Gambar 2.2 Anatomi Sistem Reproduksi Tikus Jantan Chemes, 2011
Kelenjar berwarna cokelat yang terletak di kanan dan kiri kandung kemih dalah vesikula seminalis. Kelenjar di bawah kandung kemih adalah kelenjar
prostat, ia terbungkus sebagian disekitar penis. Vesikula seminalis dan kelenjar prostat mensekresi bahan yang akan dibentuk menjadi cairan semen Sowash,
2009.
2.4.1 Spermatozoa
Spermatozoa merupakan hasil akhir dari proses spermatogenesis. Spermatozoa terdiri dari kepala berisi inti dan ekor. Panjangnya sekitar 60 µm
dan lebarnya sekitar 3 µm. kepala terutama terdiri atas inti dengan kromatin yang menggumpal yang dua pertiga anteriornya dibungkus erat oleh akrosom Finn,
1994.
Gambar 2.3 Spermatozoa Tikus. a kepala, b midpiece, c ekor.
sumber: http:animalsciences.missouri.edu
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sampai saat ini parameter spermatozoa masih merupakan indikator terpenting pada evaluasi fertilitas pria Rusmiati, 2007. Salah satu indikator yang
menentukan terjadinya fertilisasi atau terbentuknya embrio adalah motilitas spermatozoa. Menurut WHO 1988, gerakan spermatozoa dikategorikan sebagai
berikut: a. Jika sperma bergerak cepat dan lurus ke depan gerak maju sangat baik; b. Jika geraknya lambat dan sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus
gerakan lemah; c. Jika tidak bergerak maju dan; d. Jika sperma tidak bergerak.
2.4.2 Spermatogenesis S
el kelamin pada tikus jantan tidak aktif sampai sebelum masa pubertas,yaitu sekitar 50 hari setelah lahir. Pada tahap tersebut sel germinal
primordial PGC mulai membelah dan menjadi spermatogonium, dan terus aktif membelah sampai hewan tersebut kehilangan kemampuan untuk memproduksi
spermatozoa Krinke, 2000.
Gambar 2.4
Tahapan Spermatogenesis
Tikus. A,
Tipe spermatogonium; A In, spermatogonium tipe intermediet; B, tipe
spermatogonium B; R, spermatosit primerresting; L, spermatosit leptotene; Z, spermatosit zygotene; PI, PVII, PXII, awal,
pertengahan, dan akhir spermatosit pachytene. Angka romawi menunjukkan tahap siklus di mana ia ditemukan; Di, diplotene; II,
spermatosit sekunder; 1-19, tahap spermiogenesis. Table di tengah memberikan komposisi selular dari tahapan siklus pada epitel
seminiferous I-XIV. Penulisan m menunjukkan terjadinya mitosis Clermont, 1962.
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada tahap awal spermatogenesis, PGC berkumpul di tepi membrane basal epitel germinativum yang disebut sebagai spermatogonia tipe A Guyton, 1996.
Spermatogonia tersebut membelah dan berdiferensiasi menjadi spermatogonia tipe B dan bermigrasi kea rah sentral di antara sel-sel Sertoli. Dalam 24 hari
spermatogonia tipe B berkembang menjadi spermatosit primer yang memiliki 46 kromosom. Pada hari ke-24, setiap spermatosit primer terbelah dua
menjadispermatosit sekunder, proses ini disebut meiosis pertama. Dua sampai tiga hari terjadi meiosis kedua menghasilkan spermatid yang memiliki 23 kromosom
tunggal. Selanjutnya, spermatid mengalami fase spermiogenesis, yaitu perkembangan spermatid menjadi spermatozoa Sherwood, 2001.
Sebuah spermatogonium tikus membutuhkan 4 siklus untuk dapat membentuk spermatozoa, satu siklus memerlukan waktu 12 hari. Sehingga untuk
menyelesaikan keseluruhan tahap spermatogenik pada tikus dibutuhkan waktu 48 hari Krinke,2000.
2.4.3 Hormon yang Mempengaruhi Spermatogenesis