MAKNA MAHAR DALAM PERKAWINAN ETNIK ACEH TAMIANG DI DESA TANAH TERBAN KECAMATAN KARANG BARU KABUPATEN ACEH TAMIANG.

MAKNA MAHAR DALAM PERKAWINAN ETNIK ACEH TAMIANG
DI DESA TANAH TERBAN KECAMATAN KARANG BARU
KABUPATEN ACEH TAMIANG

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:
SITI FADHILAH
3103122051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRAK
Siti Fadhilah. NIM 3103122051. Makna Mahar Dalam Perkawinan Etnik Aceh
Tamiang di Desa Tanah Terban Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang
Skripsi. Jurusan Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan. 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna Mahar dalam masyarakat Aceh
Tamiang, mengetahui kedudukan mahar dalam masyarakat Aceh Tamiang,untuk mengetahui
penentuan mahar dalam masyarakat Aceh Tamiang dan untuk mengetahui bentuk dan nilai
mahar di Aceh Tamiang sesuai dengan perkembangan zaman dengan mengambil lokasi
penelitian di Desa Tanah Terban Kecamatan Karang baru Kabupaten Aceh Tamiang
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif
yang bertujuan untuk memahami dan menafsirkan makna dalam suatu persitiwa atau
fenomena interaksi tingkah laku manusia sehingga dapat memberikan gambaran yang
sistematis. Teknik pengumpulan data dengan observasi non partisipasi, wawancara dan
Dokumentasi. Informan dipilih secara purposive sampling dengan demikian yang menjadi
informan adalah Tokoh Adat I Orang(Bapak Sarifuddin,62 Tahun), Tokoh Agama 1
orang(Bapak Khairuddin S.Ag 59 Tahun), Masyarakat Umum 2 orang(Bapak Juned,48
Tahun dan Bapak Muhammad yusuf 45 Tahun), dan Masyarakat Etnik Aceh Tamiang 2
orang(Bapak Muntasir,50 Tahun dan Bapak Mu’ad, 47 Tahun)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memperoleh hasil penelitian
sebagai berikut: (1) Dalam hal Makna Mahar dalam masyarakat Aceh Tamiang, Mahar
memiliki makna yang sangat luas, sudah mencakup didalamnya yaitu nilai Mahar,dan sistem
Mahar. Dalam kata lain, Mahar itu merupakan sesuatu atau syarat yang harus ada dalam
pernikahan. (2). Kedudukan Mahar dalam masyarakat Aceh Tamiang memiliki peranan atau
kedudukan yang sangat penting, karena Mahar itu merupakan salah satu syarat yang harus

ada dalam pernikahan atau perkawinan selain ijab Qabul(3). Dalam hal penentuan Mahar,
keluarga perempuan sangat berperan aktif dalam pengambilan keputusan dan penentuan
Mahar itu juga tergantung dari kemampauan si calon suami, tidak ada istilah uang hangus dan
penentuan Mahar harus di lafazkan dan di ucapkan.(4) Bentuk dan nilai Mahar Aceh
Tamiang sesuai dengan perkembangan zaman yaitu agak sedikit berbeda antara zaman dulu
dan zaman sekarang. Nilai Mahar zaman dulu segala sesuatu yang berguna dan bermanfaat
sudah dapat dijadikan Mahar. Berbeda dengan zaman sekarang yang kita ketahui bahwa
Mahar dalam Etnik Aceh Tamiang memiliki jumlah atau Nilai Mahar yang tinggi. Perbedaan
tersebut dapat dipengaruhi dari faktor kondisi sosial ekonomi Masyarakat zaman dahulu yang
belum canggih.
Kesimpulan menunjukkan bahwa Mahar merupakan hal yang sangat penting dalam
suatu pernikahan atau perkawinan masyarakat Etnik Aceh Tamiang, dalam sebuah akad nikah
Mahar adalah wajib, tanpa Mahar maka akad nikah menjadi tidak sah dalam syariat Islam.

Kata kunci: mahar, perkawinan

i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas nikmat dan petunjuk Nya yang telah memberikan

kemudahan dan kelancaran yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul `Makna Mahar Dalam Perkawinan Etnik Aceh Tamiang di Desa Tanah
Terban Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Medan. Penulis menyadari skirpsi ini kurang sempurna, masih terdapat kekuarangan
dan kesalahan. Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis memiliki kemampuan terbatas
namun karena berbagai bantuan dari banyak pihak baik moril, doa dan materil penulis dapat
menyelesaikannya

dengan

baik.

Oleh

Karenanya,

pada


kesempatan

ini

penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan,
2. Ibu. Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas
Negeri Medan,
3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Antropologi yang telah
banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini
4. Bapak Drs Payerli Pasaribu M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan begitu banyak bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis sejak awal
penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.

ii

5. Ibu Dra Puspitawati M.Si, Bapak Drs. Tumpal Simarmata, M.Si, Bapak Drs Waston
Malau M.Si sebagai dosen penguji yang memberikan banyak saran dan masukan kepada

penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Dra Puspitawati M.si sebagai dosen pembimbing akademik yang memberikan
bimbingan dan motivasi selama penulis menjalankan perkuliahan.
7. Seluruh dosen pengajar di program studi Pendidikan Antropologi yang memberikan
bimbingan dan pengajaran kepada penulis dalam perkuliahan.
8. Kakanda Ayu Febriani, Spd. M.Sos yang telah membantu mempersiapkan berkas-berkas
dan penyelsaian skripsi ini
9. Teristimewa di persembahkan kepada kedua orang tua, ayahanda Muhammad Yusuf dan
ibunda Dra Tuti Ariani tercinta yang senantiasa memcurahkan rasa sayang, didikan,
bimbingan serta doa yang tak henti-hentinya kepada penulis. Terkhusus untuk adik
penulis Nanda Muzdalifah dan Nurul Aulia Azzahra yang siap membantu dalam
menyelesaikan skripsi
10. Kepada Seluruh Informan yang telah memberikan data dan informasi kepada Penulis,
Bapak Sarifuddin, Bapak M. juned Thahir dan Bapak Muntasir yang telah bersedia
menjadi tempat bertanya dan menggali informasi tentang Mahar Dalam Masyarakat
Etnik Aceh Tamiang.
11. Kepada sahabat-sahabat saya selama berjuang di universitas Negeri Medan Fakultas Ilmu
Sosial Prodi Pendidikan Antropologi Anisa Mutmainah, Fira Gustina, Irma ries verany
yang selalu menemani penulis dalam proses penyusunan skrispi ini dan untuk semua
keluarga besar Antropologi angkatan 2010 serta seluruh kakak dan abang stambuk

2008,2009 dan adik-adik 2011 dan 2012,2013 dan 2014.
12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi dan penelitian
ini yang mungkin terlupakan oleh penulis dan tidak dapat di tulis satu persatu

iii

Kiranya semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membalas segala kebaikan yang
telah di berikan. Dan semoga segala kerja keras dalam penyelesaian skripsi ini kelak dapat
memberikan hasil yang bermanfaat bagi seluruh pihak.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini oleh
karenanya segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima sebagai perbaikan
yang positif. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan
oleh semua pihak dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
Medan, Juni 2016
Penulis,

Siti Fadhilah
Nim : 3103122051

iv


DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2.Identifikasi Masalah..................................................................................... 4
1.3.Pembatasan Masalah................................................................................. ... 5
1.4.Rumusan Masalah ..................................................................................... .. 5
1.5.Tujuan Penelitian ....................................................................................... . 5
1.6.Manfaat Penelitian ..................................................................................... . 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1.Kajian Pustaka .......................................................................................... . 7
2.1.1 Mahar Secara Umum ...................................................................... . 7
2.1.2 Mahar dan Pernikahan ……………………………………………. 8
2.2. Kerangka Teori ......................................................................................... 10

2.3. Kerangka Konseptual ............................................................................... 10
2.3.1. Konsep Pernikahan ......................................................................... 11
2.3.2. Konsep Mahar ................................................................................ 11
2.3.3. Adat Istiadat Masyarakat Aceh Tamiang ...................................... 12

v

2.3.4. Etnik Aceh Tamiang ....................................................................... 13
2.4. Kerangka Berpikir …................................................................................ 14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ......................................................................................... 15
3.2. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 15
3.3.Penentuan Informan ................................................................................... 15
3.4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 16
3.4.1 Observasi Non Partisipasi ............................................................... 16
3.4.2 Wawancara Mendalam .................................................................... 16
3.4.3 Dokumentasi .................................................................................... 17
3.5. Teknik Analisis Data ............................................................................... . 18
BAB IV HASIL dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 19

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 19
4.1.1.1 Letak dan Kondisi Geografis .............................................. 19
4.1.1.2 Sistem Kekerabatan ............................................................ 20
4.1.1.3 Lingkungan Etnografis dan Demografis ............................ . 23
4.1.1.4 Pendidikan ........................................................................... 24
4.1.1.5 Kesenian .............................................................................. 26
4.1.1.6 Mata Pencaharian Masyarakat ........................................... . 28
4.1.1.7 Agama ................................................................................. 31
4.1.2 Adat Perkawinan Etnik Aceh Tamiang .......................................... . 31
4.1.2.1 Kawin berimpal ................................................................... 32
vi

4.1.2.2 Kawin Sewali atau Sesuku ................................................. . 33
4.1.2.3 Kawin lari ............................................................................ 33
4.1.2.4 Kawin Sumbang .................................................................. 33
4.1.2.5 Kawin Berambe ................................................................... 34
4.1.3 Pelaksanaan Pesta Perkawinan ........................................................ 35
4.1.3.1 Duduk Pakat ........................................................................ 35
4.1.3.2 Dudok Kerja ........................................................................ 35
4.1.3.3 Duduk Berinai ..................................................................... 35

4.1.3.4 Ngantar Mempelai ............................................................... 35
4.1.3.5 Nerime Mempelai ............................................................... 37
4.1.3.6 Nabar Beras dan padi ......................................................... . 38
4.1.3.7 Naik Mempelai .................................................................... 38
4.1.4 Makna Mahar Dalam Masyarakat Aceh Tamiang .......................... 39
4.1.5 Kedudukan Mahar dalam Masyarakat Aceh Tamiang ................... . 40
4.1.6 Penentuan Mahar Dalam Masyarakat Aceh Tamiang ..................... 41
4.1.7 Bentuk dan Nilai Mahar Etnik Aceh Tamiang Sesuai dengan
Perkembangan Zaman ............................................. ........................ 44
4.2 Pembahasan
4.2.1 Makna Mahar dalam Masyarakat Etnik Tamiang ........................... 46
4.2.1.1 Mahar Dalam Islam ............................................................. 47
4.2.1.2 Mahar Dalam Etnik Aceh Tamiang ................................... 47
4.2.2 Kedudukan Mahar dalam Perspektif Islam dan Etnik Tamiang ..... 48
4.2.3 Penentuan Mahar dalam Etnik Aceh Tamiang sesuai adat
vii

Dan kaidah Islam ............................................................................ 50
4.3 Dampak Sosial Kedudukan Mahar Etnik Aceh Tamiang
Dalam Kalangan Pemuda Saat ini ........................................................... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... . 55
5.2 Saran .......................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
PEDOMAN WAWANCARA
LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tingkat Pendidikan Masyarakat ............................................................................ 25
Tabel 2. Sarana Pendidikan .................................................................................................. 25
Tabel 3. Mata Pencaharian Masyarakat Aceh Tamiang di Desa Tanah Terban ................... 30

ix

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ............................................................................................. 15

x

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkawinan bagi sebagian besar masyarakat merupakan hal yang sangat
urgen dan sakral.Hampir seluruh adat masyarakat di Indonesia memandang
pernikawan sebagai sebuah momen yang secara serius membutuhkan perhatian
besar.Segala hal yang menyangkut tentang perkawinan haruslah dipersiapkan
dengan sebaik-baiknya.
Perkawinan merupakan sebuah upacara penyatuan dua jiwa manusia,
menjadi sebuah keluarga melalui akad perjanjian yang diatur oleh adat dan agama.
Karena itulah penyatuan antara dua manusia menjadi sakral dan agung oleh sebab
adanya tata cara khusus, baik menurut adat maupun dari agama yang dianut oleh
orang yang melangsungkan perkawinan.
Pada umumnya, Perkawinan diselenggarakan dalam sebuah prosesi khusus
dan tata cara yang khusus yang disesuaikan dengan ketentuan dalam agama
maupun dalam tradisi masyarakat dimana prosesi itu akan dilaksanakan.
Terkhusus ketentuan dalam agama Islam, terdapat beberapa hal yang menjadi
rukun dan syarat dalam pernikahan. Rukun dan syarat ini sama-sama harus
dipenuhi, baik proses sebelum akad nikah maupun pada saat pelaksanaan akad
nikah. Rukun dan syarat sah nikah tersebut antara lain: Rukun Nikah: (1).
Pengantin Laki-laki (suami), (2) Pengantin perempuan(isteri), (3).Wali, (4) Dua
orang saksi laki-laki, (5). Ijab dan Kabul(akad nikah)

1

2

Syarat sah Nikah: Syarat Bakal Suami: (1). Islam, (2). Lelaki yang tertentu, (3).
Bukan lelaki mahram dan bakal isteri, (4). Mengetahui wali yang sebenarnya bagi
akad nikah tersebut, (5). Bukan dalam ihram , haji, atau umrah. (6), Dengan
kerelaan sendiri dan bukan paksaan. (7). tidak mempunyai empat istri yang sah
dalam satu massa. (8). Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi
adalah sah dijadikan istri
Syarat Sah Istri: (1). Islam, (2). Perempuan yang tertentu, (3). Bukan perempuan
mahram dan bakal suami, (4). Bukan seorang khunsa, (5). Bukan dalam ahram
haji atau umrah, (6). Tidak dalam idah, (7). Bukan istri orang.
Sryarat Wali: (1). Islam, (2). Lelaki, (3) Baligh, (4). Dengan kerelaan sendiri
bukan paksaan, (5) tidak fasik, tidak cacat akal fikiran, gila dan bukan paksaan.
Pada etnik Aceh Tamiang syarat dan rukun pernikahan haruslah
diklarifikasikan sebelum perkawinan dilangsungkan. Pada umumnya, sebagai
pemeluk agama Islam pernikahan sudah ditetapkan oleh Allah sejak zaman
manusia pertama yaitu Adam, yang dinikahkan langsung oleh Allah dengan
pasangannya yaitu, Siti Hawa, di surga.
Maka jelaslah bahwa menikah merupakan sesuatu yang dianjurkan
Rasulullah.Bukan semata untuk meneruskan keturunan dan menciptakan generasi
melainkan terutama untuk mengatur kehidupan agar selaras dengan ajaran agama
yang memuliakan manusia di atas makhluk lainnya.
Bagi pemeluk agama Islam, selain syarat dan rukun dalam suatau
pernikahan adalah dengan adanya mahar, karena mahar hal yang sangat
memperhatikan dan menghargai kedudukan seorang wanita dengan memberi hak

3

kepadanya, dan hak itu adalah hak untuk menerima mahar. Mahar hanya diberikan
oleh calon suami kepada calon istri, bukan kepada wanita lainnya atau siapapun.
Sistem bermahar dalam masyarakat Aceh Tamiang Tidak jauh berbeda
dengan etnis-etnis

lainnya yang ada di Indonesia. Pada masyarakat Aceh

Tamiang mahar di tentukan sesuai dengan tingkat kedudukan si calon mempelai
wanita, makin tinggi kedudukan calon mempelai wanita maka makin tinggi pula
nilai mahar yang akan di tentukan.
Nilai mahar tersebut dapat berubah disesuaikan dengan status sosial
keluarga wanita dimana nilai mahar ini ditentukan oleh pihak keluarga wanita
tersebut. Tingkat pendidikan yang dienyam, kemampuan ekonomi, latar belakang
keturunan, dan kecantikan paras menjadi variabel berubahnya nilai mahar si
wanita. Makin tinggi tingkatan variabel yang disebutkan di atas yang dimiliki oleh
seorang wanita, maka akan semakin tinggi nilai mahar yang ditetapkan oleh
keluarganya.
Kata mahar berasal dari bahasa Arab yang secara syara' artinya adalah
pemberian wajib dari pihak mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan
sebagai pembayaran pernikahan. Adapun dalil wajib dari mahar ini ada dalam
surat An-Nisa ayat 4. "Berikanlah mahar kepada wanita-wanita yang kalian
nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan" Bentuk mahar tersebut
dapat berupa apapun, baik harta benda (emas, rumah, perhiasan), Al-quran,
alat shalat, bahkan keislaman seorang lelaki yang sebelumnya kafir”
Penjabaran di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya mahar juga berarti
mas kawin. Sedangkan pengertian mahar menurut istilah ilmu Fiqih adalah

4

pemberian yang wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati
calon suami, untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon
suaminya.
Mahar merupakan salah satu syari’at dalam agama Islam.Namun pada
perkembangannya (salah satunya karena mayoritas penduduk Indonesia adalah
Muslim), syari’at ini lama-kelamaan menjadi adat dalam pernikahan di hampir
seluruh daerah di Indonesia.
Dari

uraian

latar

belakang

diatas,

penulis

berkeinginan

untuk

melaksanakan penelitian dengan judul: “ Makna Mahar Dalam Perkawinan
Ethnic Aceh Tamiang di Desa Tanah Terban Kec.Karang Baru Kab. Aceh
Tamiang.

1.2.Identifikasi Masalah
Dari pemaparan latar belakang diatas penulis mengidentifikasi hal yang ingin
diketahui oleh penulis dalam penelitian yang akan dilakukan, sebagai berikut:
1.

Adat istiadat perkawinan dalam masyarakat Aceh Tamiang

2. Sistem bermahar dalam masyarakat Aceh Tamiang
3. Pentingnya mahar dalam perkawinan masyarakat Aceh Tamiang
4. Nilai mahar dalam masyarakat Aceh Tamiang
5. Makna mahar dalam masyarakat Aceh Tamiang

5

1.3 Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan terarah maka penulis
membatasi masalah yang akan di teliti pada “ Makna Mahar dalam
perkawinan ethnic Aceh tamiang di Desa Tanah Terban Kecamatan Karang
Baru Kabupaten Aceh Tamiang.

1.4 Rumusan Masalah
1. Apakah makna mahar dalam masyarakat Aceh Tamiang?
2. Bagaimana kedudukan mahar dalam masyarakat Aceh Tamiang?
3. Siapa yang menentukan mahar dalam masyarakat Aceh Tamiang?
4. Bagaimana bentuk dan nilai mahar di Aceh Tamiang sesuai dengan
perkembangan zaman?

1.5 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui makna mahar dalam masyarakat Aceh Tamiang.
2. Untuk mengetahui kedudukan mahar dalam masyarakat Aceh Tamiang.
3. Untuk mengetahui penentuan mahar dalam masyarakat Aceh Tamiang.
4. Untuk mengetahui bentuk dan nilai mahar di Aceh Tamiang sesuai dengan
perkembangan zaman.

6

1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang di kaji oleh penulis sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Dalam penelitian ini,peneliti menyelesaikan satu tugas akakdemik,
sebagai persyaratan mendapatkan gelar sarjana strata satu, sekaligus
peneliti dapat mengetahui tradisi bermahar di daerah sendiri
2. Bagi masyarakat
Terutama massyarakat desa tanah terban, dimana seelumnya penelitian
ini belum pernah dilakukan. Maka hasil penelitian ini akan menjadi
dokumen pertama bagi desa tanah terban.
3. Bagi kalangan akademis
Bagi sesama mahasiswa atau kalangan akademis lainnya, hasil penelitian
ini diharapakan dapat dijadikan bahan pedoman dan tambahan referensi
di masa yang akan datang, yang memungkinkan akan dilakukannya
penelitian sejenis oleh kalangan akademis lainnya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Masyarakat Aceh Tamiang memiliki pluralitas budaya dan multi etnik.
Kendati suku bangsa Aceh Tamiang tergolong kedalam etnik atau ras melayu.
Tidak berarti bahwa masyarakat Aceh memiliki budaya yang homogen. Pluralitas
budaya dan kemultietnikan Aceh nyata terlihat dari keberagaman adat istiadat dan
bahasa yang di gunakan oleh masyarakat yang mendiami provinsi ini. Dan di
sebabkan oleh keberagaman tersebut dan juga dipengaruhi oleh sejarah kedaulatan
Aceh dibawah kerajaan Aceh Darussalam.
Masyarakat Aceh Tamiang merupakan masyarakat yang berpegang teguh
terhadap syariat – syariat islam. Sebagai filosofinya adat bersendikan Syariat,
Syariat bersendikan kitab Allah (Al-qur’an dan Hadist).
Dari beberapa Analisa yang di jelaskan di bab – bab terdahulu, disini
penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Makna Mahar dalam Masyarakat Aceh Tamiang memiliki arti atau pengertian
yang sangat luas, sudah mencakup nilai dan sistem bermahar masyarat dalam
Perkawinan Etnik Tamiang. Dan nilai dan sistem bermahar itu sendiri tidak
pernah lepas dari Adat – Adat Etnik Tamiang dan ajaran Islam.Pada Etnik
Aceh Tamiang, khususunya perempuan, mahar sangat besar maknanya karena
mahar bagi wanita merupakan sebuah harga diri. Maka mahar itu dikatakan
sangat penting dalam Etnik Tamiang

55

56

2. Kedudukan mahar dalam Masyarakat Aceh Tamiang memiliki peranan atau
kedudukan yang sangat penting bahkan sangat tinggi. Karena tanpa adanya
mahar, pernikahan atau perkawinan kedua calom mempelai wanita tidak akan
sah. Selain adanya Ijab Qabul yang dikatakan penting dalam sebuah
pernikahan atau perkawinan, mahar juga memiliki kedudukan yang sangat
penting. Karena mahar itu juga merupakan salah satu syarat dan rukun dalam
suatu pernikahan atau perkawinan.
3. Penentuan mahar dalam Masyarakat Aceh Tamiang yaitu calon mempelai
wanita yang menentukan jumlah mahar beserta walinya, kemudian wali
tersebut yang mengurus ketentuannya dengan calon suami berdasarkan apa
yang telah dikatakan dari mempelai wanita tersebut. Jika dia menentukan
untuk calon suaminya mahar tertentu, maka tidak boleh bagi calon suami
untuk menentangnya, dan tidak pula mengurangi dari jumlah yang telah
disebutkan. Mempelai putri boleh mewakilkan kepada walinya secara mutlak,
kemudian wali menentukan mahar sesuai apa yang dikehendaki. Hal inilah
yang banyak dilakukan oleh kebanyakan orang, sesungguhnya walinya lah
yang menentukan mahar dan dialah yang membuat kesepakatan dengan calon
suami, dia juga yang menentukan apa yang berlaku dengan adat istiadat dan
kebiasaan di masyarakat.

57

4. Bentuk mahar tersebut dapat berupa apapun, baik harta benda (emas, perak,
perhiasaan) Al- Qur’an, dan Alat sholat. Bentuak mahar zaman dulu dengan
zaman sekarang memiliki sedikit perbedaan, kalau zaman dulu segala sesuat
yang berguna dan bermanfaat sudah pasti bisa dijadikan mahar. Asalkan
sesuai dengat adat dan ajaran – ajaran islam. Contohnya: sawah,kerbau,
kambing dan hewan - hewan ternak lainnya. Bentuk – bentuk mahar tersebut
memiki arti khusus atau kandungan makna tersesndiriTradisi pemberian
mahar yang ada adalah mahar yang di tetapkan oleh adat.
Pemberian mahar yang tinggi memang pada dasarnya sudah menjadi
ketentuan adat pada Etnik itu sendiri. Dalam hal bentuk mahar, kadar nilai dan
lainnya. Dan untuk menetapkan suatu proses penentuan mhara juga banyak
tahap-tahap yang harus dijalankan. Dan itu semua juga tidak terlepas dari yang
namanya adat Etnik tersebut. Patokan tingginya jumlah mas kawin di Aceh
juga bukan berarti kemulian terhadap wanita, karena dalam islam disebutkan ,
bahwa wanita yang baik dan mulia adalah yang meminta mas kawin sedikit
meskipun dikasi maksimum.

58

5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian tentang makna mahar dalam perkawinan
Etnik Tamiang, maka penulis menyarankan untuk:
1.

Majelis Adat Aceh(MAA) yang selama ini aktif melestarikan adat
aceh agar bisa memberikan peran sertanya yang signifikan dalam
rangka menyelesaikan persoalan anak bangsa tersebut.misalnya:
penentuan nilai Mahar tersebut apakah sudah pantas dengan
kondisi ekonomi di Kabupaten Aceh Tamiang.

2.

Menjadi saham dan peran serta kita di hadapan Allah Swt kelak
dalam upaya penegakan syariat secara totalitas.

3.

Menyesuaikan penentuan mahar dengan kondisi ekonomi diantara
kedua mempelai agar tidak terjadi ingkar di antara keduanya serta
memperbaiki ketentuan adat yang sudah di tetapkan agar lebih
sesuai lagi dengan patokan dan kaidah – kaidah islam

59

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Abdullah,adnan, 1994. Kebudayaan Suku-suku Bangsa di Daerah Aceh. Aceh:
yayasan pendidikan.
Hadikusuma,Hilman, 1995. Hukum Perkawinan Adat, Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti.
Hamdani. 2015. Bahasa Nenek moyang (Indatu) Orang Aceh. Aceh: sefa bumi
persada.
Koentjaningrat, 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Malang: Bumi Aksara
Moleong, Lexy A. 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja
Rosdakarya
Muntasir Wan Diman,2003.masyarakat Tamiang dalam lintasan sejarah.yayasan
pendidikan,Tamiang.
Muntasir Wan Diman,Resam Kanun peradatan mengawinkan anak suku
perkauman Tamiang. Lembaga adat kebudayaan Aceh (laka) Aceh Timur
(T.T)
Poerwadarminta,wjs, Kamus Umum Bahasa Indonesia.jakarta:Balai Pustaka.
Ratno Lukito,Pergumulan Antara Hukum Islam Dan Adat Di Indonesia,(Jakarta:
INIS, 1998),20.
Restu, Buku Pedoman Karya Ilmiah, 2005. Penulisan Karya Ilmiah Fakultas
Syari’ah, UIN Malang

60

Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta: Penerbit CV.Rajawali
Press, 2008
Susanto,gatot. Konsep Pemberian Mahar Dalam Adat Perkawinan, Yogyakarta.
2010
Sugiono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan(Pendidikan Kuantitatif,Kualitatif,
R&D). Bandung: Alfabeta

Sumber Skripsi dan Thesis
Al-Faroby,“Transformasi Pemahaman Masyarakat Tentang Mahar Dalam Adat
Jambi, ( Studi Kasus Desa Penegah Kecamatan Pelawan Kabupaten
Sarolangun)” Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta: 2010,diunduh pada tanggal 10 Juni 2014.

Sri Wulandari,”Tradisi Mahar Dalam Perkawinan Pada Masyarakat Dusun
Melur Kampung Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Aceh Tamiang di
Tinjau Menurut Hukum Islam,Stain Zawiyah Cut Kala Langsa,Aceh,2013.

Syamsul Rizal,”Pelaksanaan Pemberian Mahar Perkawinan Dikecamatan Ingin
Jaya Kabupaten Aceh Besar (Persepektif Hukum Islam)”,Fakultas Syari’ah
UIN Sunan Kalijaga Yogjakart : 2003,di unduh pada tanggal 10 Juni 2014.

Sumber Jurnal dan Artikel
Pelli. Usman. 2013. I’m Moslem. Artikel. Medan: Koran Waspada