Prinsip-Prinsip Pemasaran Dalam Islam

30 m. Menerapkan proses bisnis yang amanah – practice a reliable business process process n. Membangun nilai yang baik dimata konsumen – crete value to your stakeholders scorecard o. Membangun inspirasi yang mulia – crate a noble cause inspiration p. Menjadikan budaya perusahaan beretika – develop an ethical corporate culture culture q. Pengukuran yang jelas dan transparan – meansurement be clear and transparent institution Dari ke tujuh belas prinsip di atas, empat prinsip yan pertama terdiri dari change, competitor, customer, dan company menjelaskan lanskap bisnis syariah. Ketiga elemen pertama adalah elemen-elemen utama dari lanskap bisnis, sedangkan factor terakhir merupakan factor internal yang penting dalam proses pembutan strategi. Prinsip lima sampai prinsip tiga belas menerangkan Sembilan elemen dari arsitektur bisnis strategis, yang terbagi menjadi tiga paradigma yaitu: syariah marketing strategy untuk memenangkan mind shere, syariah marketing taktik untuk memenangkan marketing value untuk memenangkan heart-shere. Kemudian tiga prinsip terakhir adalah prinsip-prinsip yang membahas soal inspirasi inspiration budaya culture dan institusi institution. Ketiga disebut enterprise. Maka dapat disimpulkan bahwa adanya prinsip-prinsip pemasaran sangatlah penting dalam sebuah 31 perusahaan yang berbasis syariah. Prinsip pemasaran memberikan instisari perbedaan antar konsep penjualan dan pemasaran seperti berikut: Tabel 1 Prinsip pemasaran 38 Penjualan Pemasaran 1. Tekanan Pada Produk 1. Tekanan Pada keinginan Konsumen 2. Perusahaan pertama- tama membuat produk dan kemudian mereka- reka bagaimana menjaualnya. 2. Perushaan pertama-tama menentukan apa yang diinginkan dan kemudian mereka-rekabagaimana membuat dan menyerahkan produknya untuk memenuhi keinginan itu. 3. Menejemen berorientasi ke volume penjualan. 3. Menejemen berorientasi ke laba usaha. 4. Perencanaan berorientasi jangka pendek, berdasarkan produk dan pasar. 4. Perencanaan berorientasi jangka panjang, berdasarkan produk- produk baru, pasar hari esok dan pertumbuhan yang akan 38 Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing Jakarta: Mizan, 2006, h. 151 32 datang. Dengan pembedaan tersebut, memberi pengertian bahwa pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.

C. Pembiayaan Murabahah

1. Pengertian Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan Murabahah adalah merupakan transaksi jual-beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya.Bank bertindak sebagai penjual, lalu sementara itu nasabah sebagai pembeli. Harga jual bank adalah harga beli bank di pemasok ditambah keuntungan margin.Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.Haraga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan bila telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan, Murabahah selaludilakukan dengan cara pembayaran cicilan bi tsaman ajil, atau muajjal. Dalam transaksi di Bank Syariah Mandiri Cabang Bintaro ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan secara 33 tangguhcicilan. 39 Transaksi murabahah ini juga pernah dilakukan oleh Rasullah Saw dan para sabatnya. Secara sederhana berarti murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang telah disepakati. Misalnya, seseorag membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu.Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk presentase dari harga pembelinya, misalnya 10 atau 20. Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certaintly contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required nete of profit-nya keuntungan yang ingin diperoleh. 40 Karena dalam definisinya disebut adanya “keuntungan yang disepakati”, karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberitahu si pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah, dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat untuk membeli barang yang dipesannya bank dapat meminta uang muka pembelian kepada nasabah. Dalam kasus jual beli biasa, misalnya 39 Ir. Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007, Cet. Ke-3, hal. 88 40 M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung, Alfabet, 2010, hal. 36 34 seseorang ingin membeli barang tertentu dengan spesifikasi tertentu, sedangkan barang tersebut belum ada pada saat pemesanan, maka sipenjual akan mencari dan pembeli barang yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkannya, kemudian menjualnya kepada sipemesan. 41 Contoh mudahnya, si fulan ingin membeli mobil dengan perlengkapan tertentu yang harus dicarai,dibei, dan dipasang pada mobil pesanannya oleh deler mobil. Transaksi murabahah melalui pesanan ini adalah sah dalam fiqih islam, antara lain dikatakan oleh Imam Muhammad ibnul-Hasan asy-Syaibani, Imam Syafi’I, dan Imam Ja’far ash-Shiddiq. Dalam murabahah melalui pesanan ini, sipenjual boleh meminta pembayaran Hamish ghadiyah, uang tanda jadi ketika ijab-kabul.Hal ini sekedar untuk menunjukkan bukti keseriusan sipembeli.Bila kemudian si penjual telah membeli dan memasangkan berbagai perlengakapan di mobil pesanannya, sedangkan sipembeli membatalkannya, Hamish ghadiyah ini dapat digunakan untuk menutupi kerugian si deler mobil.Bila bila jumlah Hamish ghadiyah-nya lebih kecil dari pada jumlah kerusakannya yang harus ditanggung oleh sipenjual,penjual dapat meminta kekurangannya, sebaliknya bila berlebihan sipembeli berhak atas kelebihan itu.Dalam murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat, pembeli tidak dapat membatakan pesanannya. 42 41 H. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah: Membahas Ekonomi Islam, Kedudukan Harta, Hak Milik, Jual Beli, Bunga Bank dan Riba, Musyarakah, Ijarah, Mudayanah, Koperasi, Asuransi, Etika Bisnis dan ain-lain, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hal. 182 42 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 163