Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

(1)

i

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAANDI NAGORI DOLOK

HATARAN KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

OLEH

DEVI LESTARI

110903023

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

i KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Assalaamua’laikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi ALLAH SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun”. Skripsi ini diajukan sebagai sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) dari Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari telah menerima banyak

bimbingan, dorongan dan doa dari berbagai pihak. Seiring dengan rasa syukur yang tiada henti kehadirat ALLAH SWT, penulis mengucapkan terima kasih yangsebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. BapakDrs Rasudyn Ginting, M.Si. selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Hatta Ridho, S.SOS, M.SP selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sejak awal perkuliahan sampai pada penyelesaian skripsi ini. Yang mana dengan begitu banyaknya kesibukan, beliau masih bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan berupa nasihat maupun materi yang berguna dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku dosen wali yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan.


(3)

ii 5. Seluruh dosen di lingkungan Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan bekal berupa ilmu pengetahuan, arahan, dan bimbingan selama penulis menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh jajaran staf di lingkungan Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya Kak Mega dan Kak Dian atas kelancaran dalam proses administrasi selama penulis menjalani perkuliahan.

7. Bapak Eko Syahputra, selaku Sekretaris Bagian TI/TB & Manajemen Resiko di Kantor PTPN III (Persero) Medan yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan selama penelitian.

8. Seluruh staf pegawai PTPN III (Persero) Medan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di PTPN III (Persero) Medan. 9. Secara khusus dan teristimewa kepada keluarga, terutama kedua orangtua yang telah

melahirkan dan membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang sehingga penulis sampai seperti ini, serta selalu memberikan dukungan dan doa yang selalu menjadi pendorong bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Begitu pula dengan kakak dan abang yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, dan doa.

10.Orang yang paling teristimewa bagi penulis, yaitu kelompok magang desa padang genting kecamatan talawi batu bara yaitu Endang Jaka Malik, Wandi Siagian, Muhammad Fajar Fadli, Bayu Azhari, Rudi Salim, Abdi Pratama, Abdul Haris, Mardiana Hutagalung, Nur Kholijah Siregar, Finta Kuhini, Evy Hardianti dan Rissa Nurfiani yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun materiil dan memberikan semangat yang tiada henti-hentinya ketika penulis merasa jenuh dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

iii 11.Terima kasih kepada sahabatku Bintang Erika Nasution dan kepada kak Sri asnani S.E, kakEvi MM,Ak, kak Fitrah S.TI, kak Mida SPd., kak Nazmi S.Edan Vera nisa yang selalu menemani hari-hariku dalam suka dan duka.

12.Sahabat-sahabat penulis yaitu Siti Aisyah Rangkuti, Sella Wilma, Usmul Safti Kartika, Suci Syahfitri, Ani Hasibuan, Devi Ariza, dan Uswatun Arifah terima kasih yang sebesar-besarnya atas kebersamaan yang telah kita jalani selama 4 tahun ini. Penulis sangat beruntung memiliki sahabat-sahabat seperti kalian. Semoga semua diantara kita menjadi orang yang sukses nantinya. Amin Ya Allah.

13.Teman-teman seperjuangan Departemen Administrasi Negara 2011, terima kasih atas kerja sama dan tolong-menolongnya selama ini, baik dalam perkuliahan maupun dalam kegiatan organisasi. Salam sukses buat kita semua.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi serta menjalani pendidikan perkuliahan dari awal hingga akhir.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran begitu juga waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2015


(5)

iv ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAANDI NAGORI DOLOK HATARAN

KECAMATANSIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN”.

Nama : Devi Lestari

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Hatta Ridho, S SOS, M SP

Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan amanat konstitusi dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut menyelenggarakan kehidupan dunia yang berdasarkan kemerdekaan abadi, dan keadilan sosial.

Pemerintah menetapkan dua strategi pendekatan dalam upaya menurunkan angka kemiskinan, yaitu: pertama, mengurangi beban pengeluaran penduduk miskin; kedua, meningkatkan taraf hidup penduduk miskin melalui pengembangan usaha ekonomi produktif. Untuk mengimplementasikan kedua strategi tersebut, kebijakan yang sedang dan akan terus dilaksanakan senantiasa diarahkan pada upaya perluasan kerja,pemberdayaan ekonomi masyarakat dan peningkatan perlindungan sosial bagi keluarga miskin.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri diharapkan dapat menjadi suatu sistem pembangunan yang memungkinan segala bentuk sumber daya pembangunan dapat diakses secara merata dan adil oleh seluruh pelaku dankomponen bangsaini. Tujuan dari PNPM Mandiri Perkotaan adalah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara nasional melalui pemberian bantuan modal untuk pengembangan kegiatan usaha produktif dan pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi perkotaan dengan tekanan pada partisipasi masyarakat, kegiatan usaha, sarana dan prasarana pengembangan kegiatan sosial ekonomi, serta kemampuan lembaga dan aparat ditingkat desa atau kecamatan dalam pemberdayaan masyarakat sedangkan secara khusus tujuan dari PNPM MP yaitu membantu masyarakat miskin perkotaan di kelurahan atau desa peserta program mendapatkan manfaat dari peningkatan kondisi lingkungan dan tata kepemerintahan yang baik..

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode bentuk deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah Untuk menggambarkan Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Nagoro Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun serta bagaimana kendala atau hambatan yang terjadi di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun dalam Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah Dalam implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun ini yang yang telah berjalan kurang lebih enam tahun terakhir ini peneliti merasakan sudah baik dalam pelaksanaanya sesuai yang dilihat didalam masyarakat.


(6)

v DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Kerangka Teori... 6

1.5.1 Kebijakan Publik... 7

1.5.2 Implementasi Kebijakan Publik... 9

1.5.3 PNPM Mandiri... 14

1.6 Defenisi Konsep... 37

1.7 Sistematika Penulisan... 38

BAB II METODE PENELITIAN...40

2.1 Bentuk Penelitian...40

2.2 Lokasi Penelitian...41

2.3 Informasi Penelitian...41

2.4 Teknik Pengumpulan Data...41

2.5 Teknik Analisis Data...43

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN...45

3.1 Sejarah Singkat PNPM...45

3.2 Visi dan Misi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat...48

3.3 Luas Wilayah dan Batas Wilayah Nagori Dolok Hataran...49

3.4 Struktur Pemerintahan Nagori Dolok Hataran...50

3.5 Potensi Wilayah Dolok Hataran...50


(7)

vi

BAB IV PENYAJIAN DATA...54

4.1 Identitas Informan...55

4.2 Penyajian Data Hasil Wawancara...56

4.2.1 Komunikasi...57

4.2.2 Sumber Daya...58

4.2.3 Disposisi...59

4.2.4 Struktur Birokrasi...60

4.2.5 Perubahan yang terjadi dimasyarakat ...62

4.2.6 Permasalahan dalam Kegiatan Pembangunan...62

BAB V ANALISIS DATA...64

5.1 Implementasi PNPM Mandiri...64

5.1.1 Komunikasi...65

5.1.2 Sumber Daya...67

5.1.3 Disposisi...69

5.1.4 Struktur Birokrasi...70

5.2 Analisis Hubungan Semua Variabel dengan Masing-Masing PNPM...71

BAB IV KESIMPILAN DAN SARAN...76

6.1 Kesimpulan...76

6.2 Saran...78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Program Penangguangan Kemiskinan……… 19 Tabel 3.1 Daftar Nama Pengurus BKM Dolok Hataran …...52 Tabel 4.1 Karakteristik Informan Peneitian Menurut Jenis Kelamin ………55 Tabel 4. 2 Karakteristik Informan Peneitian Menurut Usia...55 Tabel 4.3 Karakteristik Informan Peneitian Menurut Tingkat Pendidikan … 56


(9)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Kelembagaan PNPM Mandiri... 16 Gambar 3.4 Struktur Pemerintahan di Nagori Dolok Hataran …...50 Gambar 5.1 Hubungan Variabel Dalam PNPM...…..71


(10)

ix LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara...81

Lampiran 2 Berita Acara Pembentukan KSM di Dolok Hataran …...82

Lampiran 3 Usulan Kegiatan Pembangunan Jalan di DolokHataran... 83

Lampiran 4 Daftar calon Pekerja Proyek Pembangunan Jalan di DolokHataran... 84

Lampiran 5 Rencana Anggaran Biaya Swadaya Dan PNPM/BLM di DolokHataran...85


(11)

iv ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAANDI NAGORI DOLOK HATARAN

KECAMATANSIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN”.

Nama : Devi Lestari

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Hatta Ridho, S SOS, M SP

Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan amanat konstitusi dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut menyelenggarakan kehidupan dunia yang berdasarkan kemerdekaan abadi, dan keadilan sosial.

Pemerintah menetapkan dua strategi pendekatan dalam upaya menurunkan angka kemiskinan, yaitu: pertama, mengurangi beban pengeluaran penduduk miskin; kedua, meningkatkan taraf hidup penduduk miskin melalui pengembangan usaha ekonomi produktif. Untuk mengimplementasikan kedua strategi tersebut, kebijakan yang sedang dan akan terus dilaksanakan senantiasa diarahkan pada upaya perluasan kerja,pemberdayaan ekonomi masyarakat dan peningkatan perlindungan sosial bagi keluarga miskin.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri diharapkan dapat menjadi suatu sistem pembangunan yang memungkinan segala bentuk sumber daya pembangunan dapat diakses secara merata dan adil oleh seluruh pelaku dankomponen bangsaini. Tujuan dari PNPM Mandiri Perkotaan adalah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara nasional melalui pemberian bantuan modal untuk pengembangan kegiatan usaha produktif dan pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi perkotaan dengan tekanan pada partisipasi masyarakat, kegiatan usaha, sarana dan prasarana pengembangan kegiatan sosial ekonomi, serta kemampuan lembaga dan aparat ditingkat desa atau kecamatan dalam pemberdayaan masyarakat sedangkan secara khusus tujuan dari PNPM MP yaitu membantu masyarakat miskin perkotaan di kelurahan atau desa peserta program mendapatkan manfaat dari peningkatan kondisi lingkungan dan tata kepemerintahan yang baik..

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode bentuk deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah Untuk menggambarkan Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Nagoro Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun serta bagaimana kendala atau hambatan yang terjadi di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun dalam Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah Dalam implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun ini yang yang telah berjalan kurang lebih enam tahun terakhir ini peneliti merasakan sudah baik dalam pelaksanaanya sesuai yang dilihat didalam masyarakat.


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan amanat konstitusi dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut menyelenggarakan kehidupan dunia yang berdasarkan kemerdekaan abadi, dan keadilan sosial.

Pemerintah menetapkan dua strategi pendekatan dalam upaya menurunkan angka kemiskinan, yaitu: pertama, mengurangi beban pengeluaran penduduk miskin; kedua, meningkatkan taraf hidup penduduk miskin melalui pengembangan usaha ekonomi produktif. Untuk mengimplementasikan kedua strategi tersebut, kebijakan yang sedang dan akan terus dilaksanakan senantiasa diarahkan pada upaya perluasan kerja,pemberdayaan ekonomi masyarakat dan peningkatan perlindungan sosial bagi keluarga miskin.

Tujuan penanggulangan kemiskinan dalam jangka panjang adalah mewujudkan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin secara bertahap dan progresif agar dapat menjalani kehidupan yang bermartabat dan menurunkan jumlah penduduk miskin.hal ini sejalan dengan Pembukaan Undang-Undang 1945 dan komitmen dalam mendukung pencapaian TujuanPembangunan Milenium(Millenium

Development Goal atau MDGs).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka kemiskinan di indonesia pada tahun 2014 berkurang 0,32 juta jiwa dari 28,60 juta jiwa di banding dengan pada tahun 2013 sekitar 28,28 juta jiwa.

Banyak program dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan, seperti Kredit Usaha Kecil (KUK), Program Pengembangan Kawasan terpadu


(13)

2 (PPKT), kegiatan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor Keluarga Berencana (UPPKA KB), Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4NK), dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang semuanya diarahkan untuk memberdayakan masyarakat yang hidup dalam garis kemiskinan.

Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai suatu kebijakan yang ditujukan untuk memberdayakan masyarakat miskin sebagai kelanjutan inpres Desa Tertinggal yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahtraan masyakat perkotaan, meningkatkan kinerja pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.secara khusus Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di rancang untuk meningkatkan keterpaduan pengembangan usaha produktif melalui pemberian modal usaha maupun pembangunan sarana dan prasarana.

Program ini terus dilakukan oleh pemerintah pada 1 september 2006 Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dirubah menjadi Program Nasonal Pemberdayaan Masyarakat dan terakhir pada tanggal 30 April 2007 disempurnakan menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). PNPM Mandiri terdiri dari PNPM Mandiri Perkotaan untuk masyarakat daerah Kabupaten, PNPM Mandiri Perkotaan untuk masyarakat daerah Kota, PNPM Mandiri Daerah Tertinggal dan Khusus, PNPM Mandiri Infrastruktur Perkotaan dan PNPM Mandiri Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah.

Pengurus PNPM Mandiri Perkotaan belum mampu memberdayakan masyarakat dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan keterampilan-keterampilan lainnya, sedangkan dalam indikator keberhasilannya dalam program pembangunan jalan, dan pembangunan saluran air yang dimanfaatkan masyarakat, maka dari itu, pihak-pihak yang terkait dalam PNPM Mandiri Perkotaan perlu diperhatikan lebih serius dan perlu dilakukan sosialisasi dan evaluasi secara efektif dan efesien sehingga program dilakukan sesuai dengan apa yang diharapkan.


(14)

3 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri diharapkan dapat menjadi suatu sistem pembangunan yang memungkinan segala bentuk sumber daya pembangunan dapat diakses secara merata dan adil oleh seluruh pelaku dankomponen bangsaini. Tujuan dari PNPM Mandiri Perkotaan adalah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara nasional melalui pemberian bantuan modal untuk pengembangan kegiatan usaha produktif dan pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi perkotaan dengan tekanan pada partisipasi masyarakat, kegiatan usaha, sarana dan prasarana pengembangan kegiatan sosial ekonomi, serta kemampuan lembaga dan aparat ditingkat desa atau kecamatan dalam pemberdayaan masyarakat sedangkan secara khusus tujuan dari PNPM MP yaitu membantu masyarakat miskin perkotaan di kelurahan atau desa peserta program mendapatkan manfaat dari peningkatan kondisi lingkungan dan tata kepemerintahan yang baik.

PNPM Mandiri perkotaan telah menjadi bagian dari tahapan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dan telah melaksanaka berbagai kegiatan pembangunan fisik dan non fisik dan telah melibatkan hampir seluruh masyarakat. PNPM Mandiri perkotaan menekankan pada strategi pembangunan bottom up yakni masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan, dengan strategi ini masyarakat menjadimotor utama pembangunan, PNPM Mandiri perkotaan memiliki proses yang cukup baik dilihat dari pelaksanaan kegiata yang sesuai dengan agenda yang direncanakan baik dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, kegiatan lingkungan fisik.

Dalam hal ini, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri perkotaan di Dolok Hataran Kecamatan Siantar kabupaten simalungun ini memiliki tiga (3) kegiatan yaitu kegiatan ekonomi, kegiatan lingkungan dan kegiatan sosial namun dalam pelaksanaannya di masyarakat yang berjalan dengan baik dan tetap bertahan yaitu kegiatan lingkungan dan


(15)

4 kegiatan sosial sedangkan kegiatan ekonomi tidak berjalan lagi dikarenakan masyarakat yang telah meminjam uang tidak dapat mengembalikan uang yang telah dipinjam tersebut.

Adapun kegiatan lingkungan seperti membangun jembatan, membangun parit, memperbaiki jalan yang rusak dan kegiatan sosial seperti memberikan bantuann atau sumbangan berupa dana, bahan pokok kepada masyarakat miskin yang membutuhkannya, pengetahuan warga seperti pengajian ibu-ibu dan posyandu yang sampai saat ini masih berjalan dengan baik.

Berdasarkan pada latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan mengangkat judul “ Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP) di Nagori Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

1.2Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Bagaimana proses implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan di Nagori Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun”.

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk menggambarkan Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Nagoro Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.. b. Untuk mengetahui bagaimana kendala atau hambatan yang terjadi di Kecamatan Siantar

Kabupaten Simalungun dalam Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.


(16)

5 1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini antara lain: a. Manfaat secara ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis dan pengembangan kemampuan menulis berdasarkan kajian teoriyang diperoleh dari Ilmu Administarsi Negara.

b. Manfaat secara praktis

Hasil dari penelitian ini diharapakn akan memberikan masukan pada pihak-pihak berkepentingan untuk mengambil keputusan dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaaan di Nagori Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

1.5 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat-pendapat, teori, thesis mengenai situasi kasus ataupun permasalahan dan merupakan masukan eksternal bagi peneliti.

1.5.1 Kebijakan Publik

1.5.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

Istilah kebijakan lebih sering dan secara luas dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan pemerintah serta perilaku Negara, pada umumnya atau seringkali diberikan makna sebagai tindakan politik. Menurut Easton (1969), Kebijakan publik diartikan sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat.

Maka secara etimilogi, kebijakan publik terdiri dari dua kata yaitu kebijakan danpublik. Kebijakan. Kebijakan publik membahas soal bagaimana


(17)

isu-6 isu dan persoalan -persoalan tersebut disusun dan didefenisikan dan bagaimana semua itu diletakkan dalam agenda kebijakan dan agenda politik

Menurut james E. Anderson, kebijakan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu, sebaliknya David Easton walau tidak dianggap sebagai karya utama kebijakan publik telah memberikan kontribusi penting bagi pembentukan pendekatan kebijakan.

Dengan ini, bentuk perhatian terhadap kebijakan publik benar-benar mengandung manfaat yang paling besar terhadap masyarakat. Artinya dengan mengenali rakyatnya berarti pemerintah sangat sadar benar atas apa yang di butuhkan oleh rakyatnya.

1.5.1.2 Tahapan Kebijakan Publik

Kebijakan publik memiliki tahapan yang cukup kompleks karena memiliki banyak proses dan variabel. Menurut William Dunn (1998), tahap-tahap kebijakan publik adalah sebagai berikut:

a.Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Kelompok masyarakat seperti partai politi, organisasi masyarakat, atau pun kelompok lainnya yang menyuarakan isu mereka kepada pemerintah. Isu yang di sampaikan kepada mereka bersaing untuk dapat masuk kedalam agenda kebijakan. Mereka yang membuat kebijakan akan memilih isu yang akan mereka angkat dan isu yang lain ada yang tidak tersentuh sekalipun dan sebagian lagi akan didiamkan dalam waktu yang cukup lama.

b. Formulasi Kebijakan (Folicy Formulation)

Menurut woll (1966) berpendapat bahwa formulasi kebijakan berarti pengembangan sebuah sebuah mekanisme untuk menyelesaikan maslah publik.


(18)

7 Pada analisis ini kebijakan publik menerapkan beberapa teknik untuk menyimpulkan bahwa sebuah pilihan yang terbaik dari kebijakan merupakan pilihan yang terbaik untuk kebijakan yang lain.

c. Adopsi Kebijakan (Policy Adoption)

Tahap adopsi merupakan tahapa untuk menentukan pilihankebijakanmelalui dukungan atau pelaku yang terlibat, dukungan yang seperti dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

d. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)

Pada tahapan ini, kebikjakan yang sudah di adopsi kemudian dirangkum melalui program-program yang harus diimplementasikan yang dilaksanakan oleh badan administrasi maupun agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil akan dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansialdan manusia dan juga berbagai kepentingan akan bersaing. e. Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation)

Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi dan mengetahui apakah proses implementasinya sesuai dengan apa yang telah tentukan dan direncanakan untuk melihat sejauh mana kebijakan yang telah mampu memecahkan masalah dan kritik terhapan nilai-nilai yang mendasari kebijakan.

1.5.2Implementasi Kebijakan Publik

1.5.2.1 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang yang krusial dalam proses kebijakan publik. Jika suatu kebijakan telah ditetapkan , kebijakan tersebut tidak akan berhasil dan terwujud jika tidak diimplementasikan.Suatu program yang kongkrit dengan aturan-aturan yang dapat dirumuskan berdasrkan tujuan dan


(19)

8 sasaran kebijakan-kebijakan dan apabila hal ini tidak di sertai dengan pengawasan maka akan menimbulkan kesalahan dan kekeliruan.

Edward III (1980:2), berpendapat bahwa implementasi kebijakan dapat mencakup kesimpulan dan tindakan yang luas, yaitu menetapkan dan mengimplementasikan intruksi-intruksi, menentukan dana pinjaman, menyerahkan bantuan, menyetujui perjanjian, mengumpulkan data, menyerahkan informasi, menganalisa masalah-masalah, mengangkat dan mengkaji, membentuk unit-unit organisasi, merencanakan masa yang akan datang dengan bermusyawarah dengan rakyat, dengan kelompok-kelompok kepentingan, dengan komisi legislatif bahkan dengan negara lain.

Van Meter dan Van Horn (1975), mendefenisikan implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu, pejabat, kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan untuk tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.

Dari beberapa defenisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu:

1. Adanya tujuan dan sarana kebijakan

2. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan 3. Adanya hasilnya kegiatan

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis dan suatu upaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, maka yang perlu diperlukan dalam implementasi kebijakan tidak hanya menyangkut tindakan atau perilaku institusi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program yang telah di rencanakan sebelumnya.


(20)

9 1.5.2.2 Model-Model Implementasi Kebijakan

A. Model Van Meter dan Van Horn (1975)

Model pendekatan implementasi kebijakan yang dirumuskanVan Meter dan Van Horn, model ini menjelaskan bahwa dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling berkaitan, variabel-variabel tersebut yaitu:

1. Standart dan sasaran kebijakan 2. Sumber daya

3. Karakteristik organisasi pelaksana 4. Sikap para pelaksana

5. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan 6. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik

B. Model MerileeGrindle (1980)

MerileeGrindle (1980), memberikan pemahaman bahwa studi implementasi kebijakan ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Grindle juga menyatakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut. Keunikan model Grindle terletak pada pemahaman yang konteks kebijakan kebijakan yang menyangkut implementor, penerima implementasi dan arena konflik yang mungkin terjadi serta umberaya yang akan diperukan selama proses implementasi. Secara konsep dijelaskan bahwa keberhasilan proses implementasi kebijakan sampai kepada tercapainya hasil tergantung kepada kegitan program yang telah dirancang dan pembiayaan yang cukup, selain dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan yang dimaksud meliputi:

1.Kepentingan yang di pengaruhi 2.Jenis manfaat


(21)

10 3.Derajat perubahan yang diinginkan

4.Status pembuat kepurusan 5.Pelaksanaan program 6.Serta sumber yang tersedia

C. Model Mazmanian dan Sabatier (1983)

Menyatakan bahwa studi implementasi kebijakan publik adalah upaya melaksanakan keputusan kebijakan. Model ini disebut sebagai kerangka analisis implementasi.Mazmanian dan Sabatier mengklasifikasikan proses implementasi kebijakan kedalam tiga variabel, yaitu:

1. Karakteristik dari masalah, indikatornya adalah:

a) Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan b) Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran

c) Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi d) Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan 2. Karakteristik kebijakan, indikatornya adalah

a) Kejelasan isi kebijakan

b) Besar alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut c) Tingkat komitmen aparat terhadap kebijakan

d) Konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksanaan 3. Variabel lingkungan, indikatornya yaitu

a) Sikap dari kelompok pemilih

b) Dukungan publik terhadap suatu kebijakan

c) Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor d) Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi D. Model George Edwards III


(22)

11 Menurut George Edward III, menegaskan bahwa masalah utama administrasi publik adalah lack of attention to implementation. Edward menyarankan untuk memperhatikan empat isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif yaitu:

a) Komunikasi, berkenaan dengan ini, bagaimana kebijakan dikomunikasikan pada organisasi atau pubik, ketersediaan sumberdaya untuk melaksanakan kebijakan, sikap dan tanggap dari pihak yang terlibat dan bagaimana struktur organisasi pelaksanaan kebijakan.

b) Sumberdaya, dengan ini, ketersediaan sumberdaya pendukung, khususnya sumberdaya manusia, hal ini berkenaan dengan kecakapan pelaksanaan yang secara efektif.

c) Disposisi, berkenaan dengan kesediaan dari para implementor untuk carry out kebijakan publik tersebut, kecakapan saja tidak mencukupi tanpa kesediaan dan komitmen untuk melaksanakan kebijakan.

d) Struktur Birokrasi, organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara implementasi kebijakan publik. Di indonesia sering terjadi inefektivitas implementasi kebijakan karena kurangnya koordinasi dan kerja sama diantara lembaga-lembaga negara atau pemerintah.

1.5.3Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

1.5.3.1 Gambaran Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Merupakan Program yang telah diluncurkan Presiden RI pada tanggal 30 April 2007 di Kota Palu Sulawesi Tengah merupakanrepresestasi dari kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat


(23)

12 (Klaster 2) adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan system serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

Pendekatan pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk memperbaiki stabilitas sosial, membuka lapangan kerja, memperbaikitata pemerintahan daerah dan mencip menciptakan aset untuk kelompok miskin. Program-program penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja yang berbasis pemberdayaan masyarakat dicirikan dengan: a) menggunakan pendekatan partisipasi masyarakat; b) melakukan penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat; dan c) kegiatan program dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dankesejahteraannya.Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.


(24)

13 Gambar Struktur Kelembagaan PNPM Mandiri


(25)

14 a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik yang bersumber

dari Rupiahv Murni maupun dari pinjaman/hibah;

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi, terutama untukvmendukung penyediaan dana pendamping bagi kabupaten dengan kapasitas fiscal rendah;

c. APBD Kabupaten/Kota sebagai dana pendamping, dengan ketentuan minimal 20 (dua puluh) persen bagi kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal rendah dan minimal 50 (lima puluh) persen bagi kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal menengah ke atas dari total BLM di kabupaten/kota;

d. Kontribusi swasta sebagai perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility);

e. Swadaya masyarakat (asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dan individu/kelompok peduli lainnya).

PNPM Mandiri dapat dikategorikan atas :

1.PNPM-Inti: terdiri dari program/kegiatan pemberdayaan masyrakat berbasis kewilayahan seperti PNPM Perkotaan, PNPM Perkotaan, PNPM Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), PNPM Infrastruktur Perkotaan (PPIP) dan PNPM daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) yang telah selesai tahun 2012.


(26)

15 2. PNPM Penguatan : terdiri dari program-program pemberdayaan

masyarakat berbasis sektoral, kewilayahan, serta khusus untuk mendukung penanggulangan kemiskinan yang pelaksanaannya terkait dengan capaian tertentu. Termasuk dalam PNPM penguatan adalah PNPM Peningkatan Usaha Agrobisnis Pertanian (PUAP), PNPM Kelautan dan Perikanan (KP), PNPM Pariwisata, PNPM Generasi, PNPM Green Kecamatan Development

Program (G-KDP), PNPM Neigbourhood Development (ND), PNPM

Perumahan dan Permukiman.

3. Berdasarkan Jumlah Program yang Tergabung Dalam PNPM Mandiri : PNPM Mandiri terdiri dari 12 (duabelas) program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat sebagaimana Tabel

dibawah ini:

Tabel 1.1Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat/PNPM Mandiri dan Penerima Manfaatnya

No Program Sasaran

1 PNPM Mandiri Perkotaan Kelompok Masyarakat Perkotaan

2 PNPM Mandiri Perkotaan Kelompok

MasyarakatPerkotaan

3

PNPM Daerah Tertinggal dan Khusus (Berakhir Tahun 2012)

Kelompok Masyarakat Pedalaman, Tertinggal dan Khusus (Bencana, Konflik dll)

4 Rural Infrastructur Support(RIS PNPM)

Kelompok Masyarakat Perkotaan

5 PNPM Pembangunan


(27)

16 Wilayah (PISEW) Perkotaan

6

PNPM Peningkatan Usaha Agrobisnis Pertanian (PUAP)

Kelompok Masyarakat Pertanian Perkotaan

7 PNPM Kelautan dan Perikanan (KP)

Kelompok Masyarakat Pesisir dan Pelaut 8 PNPM Pariwisata Kelompok Masyarakat

Perkotaan Potensial 9 PNPM Generasi Kelompok Masyarakat

Perkotaan

10

PNPM Green Kecamatan

Development Program

(G-KDP)

Kelompok Masyarakat Perkotaan

11 PNPM Neigbourhood Development (ND)

elompok Masyarakat Perkotaan

12 PNPM Perumahan dan Permukiman

Masyarakat Perkotaan da Perkotaan

1.5.3.2 Prinsip-prinsip Dasar PNPM Mandiri

PNPM Mandiri menekankan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:

1.Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.

2.Desentralisasi. Kewenanga pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.


(28)

17 3.Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan

mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

4.Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royomg menjalankan pembangunan.

5.Demokrasi. Setiap pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.

6.Transparan dan akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka

1.5.3.3 Dasar Hukum PNPM Mandiri

Dasar hukum pelaksanaan PNPM Mandiri mengacu pada landasan konstitusional UUD 1945 beserta amandemennya, landasan idiil Pancasila, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta landasan khusus pelaksanaan PNPM Mandiri yang akan disusun kemudian. Peraturan perundang-undangan khususnya terkait sistem pemerintahan, perencanaan, keuangan negara, dan kebijakan penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut:

1. Sistem Pemerintahan,Dasar peraturan perundangan sistem pemerintahan yang digunakan adalah:

a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintah Desa. c. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan.


(29)

18 d. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan.

2. Sistem Perencanaan, Dasar peraturan perundangan sistem perencanaan terkait adalah:

a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).

b. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

c. Peraturan Presiden Nomor. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004-2009.

d. Peraturan Pemerintah Nomor. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

e. Peraturan Pemerintah Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.

f. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional.

3. Sistem Keuangan Negara, Dasar peraturan perundangan sistem keuangan negara adalah:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4455);


(30)

19 c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

d. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

e. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4597);

f. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Barang/jasa Pemerintah;

g. Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor.005/MPPN/06/2006 tentang Tata cara Perencanaan dan Pengajuan Usulan serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri;

h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.010/2006 tentang Tata Cara Pemberian Hibah kepada Daerah;

i. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

1.5.3.4 Tujuan PNPM Mandiri 1. Tujuan Umum

Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.


(31)

20 a) Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat

miskin,kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusandan pengelolaan pembangunan.

b) Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak atas masyarakat miskin.

c) Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

d) Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal

e) Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulngi kemiskinan diwilayahnya.

f) meningkatnya sinergi msyatakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat,dan kelompok peduli lainnya, untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

1.5.3.5 Ruang Lingkup Kegiatan PNPM Mandiri

Ruang lingkup kegiatan PNPM-Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat meliputi:

1. Penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan permukiman, sosial, dan ekonomi secara padat karya;


(32)

21 2. Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar perlu diberikan bagi kaum perempuan dalam memanfaatkan dana bergulir ini; 3. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang

bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs;

4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.

1.5.3.6 Program

Dalam melakukan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang berkeseimbangan, dapat dilakukan melalui penetapan sebuah program atau proyek pembangunan yang rumusannya dilakukan melalui perencanaan program.

Program dapat di rumuskan sebagai perangkat kegiatan yang saling bergantung dan diarahkan pada satu atau beberapa tujuan khusus,penyusunan program dalam proses perencanaan sosial mencakup keputusan tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam proses perumusan program Suharto (2005:71) ada beberapa hal yang perlu di pertimbangkan yaitu:

1.Identifikasi program alternatif adalah penyusunan program yang merupakan tahap yang membutuhkan kreatifitas, karenanya sebelum satu program dipilih ada baiknya jika didentifikasikan beberapa program alternatifnya.

2.Menentukan hasil program merupakan bagian dari identifikasi program alternatif yang penentuan hasinya yang akan diproleh oleh setiap program alternatif. Hasil tersebut dapat dinyatakan dalam tiga tingkatan, yaitu: pelaksanaan tugas, unit pelayanan dan jumlah konsumen.


(33)

22 3.Penentu biaya adalah informasi tentang biaya mencakup keseluruhan biaya

program maupun biaya perhasil.

4.Kriteria pemilihan program adalah setelah program-program alternatif diidentifikasikan, maka harus dilakukan pemilihan diantara mereka. Pemilihan dapat dilakukan atas dasar rasional, bersandar pada kriteria tertentu. Kriteria yang tergolong rasional adalah menyangkut pentingnya efisiensi, efektivitas, keadilan dan hal-hal tertentu.

Rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui komponen program sebagai berikut:

1. Pengembangan Masyarakat: Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah dicapai.Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, disediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan, dan operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi.

2. Peran fasilitator terutama pada saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.

3. Bantuan Langsung Masyarakat: Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin.Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal. Komponen peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal adalah serangkaian kegiatan untuk meningkatkan


(34)

23 kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal/kelompok peduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini antara lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan secara selektif, dan sebagainya.

4. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program

Komponen bantuan pengelolaan dan pengembangan program meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program.

Pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri dilakukan oleh masyarakat secara swakelola berdasarkan prinsip otonomi dan difasilitasi oleh perangkat pemerintahan yang dibantu oleh fasilitator atau konsultan. Tahap pelaksanaan kegiatan dilakukan setelah proses perencanaan selesai dan telah ada keputusan tentang pengalokasian dana kegiatan. Pelaksanaan kegiatan meliputi pemilihan dan penetapan tim pengelola kegiatan, pencairan atau pengajuan dana, pengerahan tenaga kerja, pengadaan barang/jasa, serta pelaksanaan kegiatan yang diusulkan. Personil tim pengelola kegiatan yang dipilih dan ditetapkan oleh masyarakat, bertanggung jawab dalam realisasi fisik, keuangan, serta administrasi kegiatan/pekerjaan yang dilakukan sesuai rencana. Pada pelaksanaan kegiatan secara swakelola, apabila dibutuhkan barang/jasa berupa bahan, alat, dan tenaga ahli (konsultan) perseorangan yang tidak dapat disediakan atau tidak dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat, maka dinas teknis terkait dapat membantu masyarakat untuk menyediakan kebutuhan tersebut. Dalam proses pengadaan barang/jasa yang dilakukan harus diperhatikan prinsip-prinsip efisien, efektif, terbuka, adil, dan bertanggung jawab.


(35)

24 1. Efisiensi diwujudkan dalam bentuk mencari dan membandingkan harga barang/jasa

untuk kualitas yang sama/setara, serta memilih harga yang terendah sesuai kebutuhan.Untuk mendapatkan harga yang terendah, masyarakat dapat melakukan pengadaan langsung kepada sumber penghasil barang/jasa, seperti pabrikan atau distributor/agen resmi atau pangkalan pasir/batu (dalam hal kegiatan fisik), dan sedapat mungkin menghindari pengadaan barang/jasa melalui perantara yang tidak memberikan nilai tambah.

2. Efektivitas diwujudkan dalam bentuk pengadaan barang/jasa oleh masyarakat harus dilakukan secara tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat waktu, dan tepat pemanfaatan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan kegiatan.

3. Keterbukaan diwujudkan dalam bentuk publikasi sekurang-kurangnya pada papan pengumuman di lokasi pelaksanaan kegiatan yang mudah dilihat dan di secretariat pelaksana kegiatan dengan mencantumkan jenis kegiatan, besaran dana, penyedia barang/jasa di atas Rp 50 juta, waktu pelaksanaan, dan penanggungjawab kegiatan sehingga memberikan ruang bagi masyarakat untuk mengetahui, memonitor, dan mengontrol pelaksanaan kegiatan.

4. Keadilan diwujudkan dalam bentuk partisipasi setiap komponen masyarakat untuk terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari hasil kegiatan tersebut.

5. Akuntabilitas diwujudkan dalam bentuk setiap pengeluaran dana dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa dan kegiatan dapat dipertanggungjawabkan baik secara administrasi, seperti pencatatan penerimaan dan pengeluaran, kuitansi pembelian dan bukti pembayaran honor, maupun secara teknis seperti kuantitas dan kualitas barang/jasa sesuai dengan rencana.


(36)

25 Pemantauan dan pengawasan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul. Untuk mendukung pengendalian pelaksanaan PNPM Mandiri, sistem pemantauan dan pengawasan yang dilakukan meliputi:

a. Pemantauan dan pemeriksaan partisipatif oleh masyarakat – Keterlibatan masyarakat dalam pemantauan dan pemeriksaan dari mulai perencanaan partisipatif tingkat desa hingga kabupaten/kota dan pelaksanaan PNPM Mandiri.

b. Pemantauan dan pemeriksaan oleh Pemerintah – Kegiatan ini dilakukan secara berjenjang dan bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan PNPM Mandiri dilaksanakan sesuai dengan prinsip dan prosedur yang berlaku dan dana dimanfaatkan sesuai dengan tujuan program.

c. Pemantauan dan pengawasan oleh Konsultan dan Fasilitator – Pemantauan dan pengawasan oleh konsultan akan dilakukan secara berjenjang dari tingkat nasional, regional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan. Kegiatan ini dilakukan secara rutin dengan memanfaatkan sistem informasi pengelolaan program dan kunjungan rutin ke lokasi program. Pengawasan melekat juga dilakukan oleh fasilitator dalam setiap tahapan pengelolaan program dengan maksud agar perbaikan dan penyesuaian pelaksanaan program dapat dilakukan dengan segera.

d. Pemantauan independen oleh berbagai pihak lainnya – PNPM Mandiri membuka kesempatan bagi berbagai pihak, antara lain, LSM, universitas, wartawan yang ingin melakukan pemantauan secara independen terhadap PNPM Mandiri dan melaporkan temuannya kepada proyek atau instansi terkait yang berwenang.

e. Kajian Keuangan dan Audit – Untuk mengantisipasi dan memastikan ada atau tidaknya penyimpangan penggunaan dana, maka Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pengawas Daerah (Bawasda) sebagai lembaga


(37)

26 audit milik pemerintah akan melakukan pemeriksaan secara rutin di beberapa lokasi yang dipilih secara acak. Mekanisme pemantauan lebih lanjut akan diatur dalam pedoman pelaksanaan monitoring dan evaluasi PNPM Mandiri.

Evaluasi program bertujuan untuk menilai kinerja pelaksanaan, manfaat, dampak, dan keberlanjutan kegiatan yang dilaksanakan dalam kerangka PNPM Mandiri terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan evaluasi dilakukan secara rutin dan berkala, baik oleh pengelola program maupun pihak independen seperti antara lain LSM, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan sebagainya. Kegiatan evaluasi ini perlu disusun secara sistematis, obyektif, dan transparan.Kegiatan evaluasi dilakukan berdasarkan laporan, hasil pengawasan, dan pengaduan dari berbagai pihak. Mekanisme evaluasi lebih lanjut akan diatur dalam pedoman pelaksanaan monitoring dan evaluasi PNPM Mandiri.

1.5.3.7 Latar Belakang PNPM Mandiri Perkotaan

PNPM Mandiri Perkotaan adalah bagian dari upaya pemerintah Indonesia untuk memberdayakan masyarakat perkotaan dengan menanggulangi masalah kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. PNPM Mandiri perkotaan merupakan koreksi terhadap sistem pembangunan terdahulu yang pada umumnya bersifat sentralistik. PNPM Mandiri Perkotaan diharapkan dapat menjadi suatu sistem pembangunan yang memungkinkan segala bentuk sumberdaya pembangunan dapat diakses secara merata dan adil oleh seluruh pelaku.

Secara umum, visi PNPM Mandiri Perkotaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perkotaan. Mandiri berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumberdaya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumberdaya diluar lingkungan dan mampu mengelola sumberdaya tersebut untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, khususnya masalah kemiskinan.


(38)

27 Dalam mewujudkan visi tersebut di atas, misi PNPM Mandiri Perkotaan adalah memberdayakan masyarakat perkotaan dalam rangka menanggulangi permasalahan kemiskinan melalui:

1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya 2. Kelembagaan sistem pembangunan partisipasif

3. Pengoptimalan fungsi dan peran pemerintah local

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dasar masyarakat. 5. Pengembangan kemitraan dalam pembangunan.

1.5.3.8 Cara Kerja PNPM Mandiri Perkotaan

PNPM Mandiri Perkotaan dilaksanakan melalui upaya-upaya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat di wilayah perkotaan melalui tahapan-tahapan kegiatan berikut:

1. Sosialisasi dan penyebaran informasi program. Baik secara langsung melalui fórum-forum pertemuan maupun dengan mengembangkan/ memanfaatkan media/ saluran informasi masyarakat di berbagai tingkat pemerintahan

2. Proses Partisipatif Pemetaan Rumahtangga Miskin (RTM) dan Pemetaan Sosial. Masyarakat diajak untuk bersama-sama menentukan kriteria kurang mampu dan bersama-sama pula menentukan rumahtangga yang termasuk kategori miskin/ sangat miskin (RTM). Masyarakat juga difasilitasi untuk membuat peta sosial desa dengan tujuan agar lebih mengenal kondisi/ situasi sesungguhnya desa mereka, yang berguna untuk mengagas masa depan desa, penggalian gagasan untuk menentukan kegiatan yang paling dibutuhkan, serta mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pemantauannya


(39)

28 3. Perencanaan Partisipatif di Tingkat Dusun, Desa dan Kecamatan. Masyarakat memilih Fasilitator Desa atau Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) --satu laki–laki, satu perempuan-- untuk mendampingi proses sosialisasi dan perencanaan. KPMD ini kemudian mendapat peningkatan kapasitas untuk menjalankan tugas dan fungsinya dalam mengatur pertemuan kelompok, termasuk pertemuan khusus perempuan, untuk melakukan penggalian gagasan berdasarkan potensi sumberdaya alam dan manusia di desa masing-masing, untuk Menggagas Masa Depan Desa. Masyarakat kemudian bersama-sama membahas kebutuhan dan prioritas pembangunan di desa dan bermusyawarah untuk menentukan pilihan jenis kegiatan pembangunan yang prioritas untuk didanai. PNPM Mandiri Perkotaan sendiri menyediakan tenaga konsultan pemberdayaan dan teknis di tingkat kecamatan dan kabupaten guna memfasilitasi/ membantu upaya sosialisasi, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Usulan/ gagasan dari masayarakat akan menjadi bahan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)

4. Seleksi/ Prioritas Kegiatan di Tingkat Desa dan Kecamatan. Masyarakat melakukan musyawarah di tingkat desa dan kecamatan untuk memutuskan usulan kegiatan prioritas yang akan didanai. Musyawarah ini terbuka bagi segenap anggota masyarakat untuk menghadiri dan memutuskan jenis kegiatan yang paling prioritas/ mendesak. Keputusan akhir mengenai kegiatan yang akan didanai, diambil dalam forum musyawarah antar-desa (MAD) di tingkat kecamatan, yang dihadiri oleh wakil–wakil dari setiap desa dalam kecamatan yang bersangkutan. Pilihan kegiatan adalah open menu untuk semua investasi produktif, kecuali yang tercantum dalam daftar larangan (negative list). Dalam hal terdapat usulan masyarakat yang belum terdanai, maka usulan tersebut


(40)

29 akan menjadi bahan kajian dalam Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

5. Masyarakat Melaksanakan Kegiatan Mereka. Dalam forum musyawarah, masyarakat memilih anggotanya sendiri untuk menjadi Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) di setiap desa untuk mengelola kegiatan yang diusulkan desa yang bersangkutan dan mendapat prioritas pendanaan program. Fasilitator Teknis PNPM Mandiri Perkotaan akan mendampingi TPK dalam mendisain sarana/ prasarana (bila usulan yang didanai berupa pembangunan infrastruktur perkotaan), penganggaran kegiatan, verifikasi mutu dan supervisi. Para pekerja yang terlibat dalam pembangunan sarana/ prasarana tersebut berasal dari warga desa penerima manfaat

6. Akuntabilitas dan Laporan Perkembangan. Selama pelaksanaan kegiatan, TPK harus memberikan laporan perkembangan kegiatan minimal dua kali dalam pertemuan terbuka desa, yakni sebelum program mencairkan dana tahap berikutnya dan pada pertemuan akhir, dimana TPK akan melakukan serah terima kegiatan kepada desa, serta badan operasional dan pemeliharaan kegiatan atau Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana (TP3).

1.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang di gunakan untuk menggambarkan secara abstrak, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial Singarimbun (2006:33).

Agar mendapatkan pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang akan diteliti, maka penulis mencoba mengemukakan defenisi dari berbagai konsep yang digunakan, yaitu:

1.Implementasi kebijakan merupakan tahap pelaksanaan serangkaian kegiatan setelah kebijakan dirumuskan.


(41)

30 2.PNPM Mandiri adalah program nasional yang menjadi kerangka kebijakan dan acuan pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.


(42)

31 BAB II

METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang sesuai dengan kenyataan dan mencoba menganalisis untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang di peroleh (Danin Sudirman, 2002). Pada pendekatankualitatif ini menekankan pada prosesnya menyimpulkan hubungan masalah-masalah penelitian yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.

Dalam penelitian ini, bentuk penelitian yang digunakanyaitu pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara secara mendalam. Peneliti memilih penelitian ini karena karena bersifat menyeluruh, dinamis, dan menggeneralisasi. Hal ini sejalan dengan tujuan penelitian yang melihat bagaimana implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun, yang merupakan fenomena sosial yang memerlukan informasi secara mendalam dan menyeluruh dari masing-masing informas kunci maupun utama agar terlihat jelas apa yang sebenarnya terjadi dilapanagn.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Dolok Hataran, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun.


(43)

32 Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Menurut Bagong Suyanto(2005), informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu:

1.Informan Kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Sebagai informan kunci adalah Kepala Desa Dolok Hataran.

2.Informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan utama adalah masyarakat yang terlibat dan menjadi anggotanya.

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua cara, yaitu:

1.Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara:

a) Metode observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian, kemudian melakukan pencatatan terhadap gejala-gejala yang ditemukan dilapangan terkait dengan implementasi PNPM Mandiri Perkotaan. b) Metode wawancara, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data


(44)

33 melalui pertanyaan secara lisan kepada informan sehubungan dengan implementasi PNPM Mandiri Perkotaan.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan-bahan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

a) Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumenyang ada dilokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang berkait dengan objek penelitian.

b) Objek kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah dan pendapat para ahliyang berkompetensi, serta memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

2.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Menurut Moleong (2006), teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menelaah dan menyusunnya dalam satuan-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan serta menafsirkan dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. Terdapat beberapa langkah dalam melakukan analisis data, yaitu:

1.Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan merangkum dan memfokuskan hal-hal yang terpenting tentang penelitian dengan mencari tema dan pola hingga memberikan


(45)

34 gambaran yang lebih jelas serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Penyajian data ini dilakukan dalm bentuk teks yang bersifat naratif, bagan, dan dalam bentuk tabel.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang ditemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan databerikutnya. Namun apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang di temukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(46)

35 BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Singkat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat MandiriPerkotaan (PNPM MP)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan dimulai pada tahun 1993 sampai 1994, Program ini merupakan manivestari dari Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1993 tentang program IDT (Inpres Desa Tertinggal. Ditinjau dari aspek historis, PNPM Mandiri diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 30 April 2007 di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Dan program ini merupakan scaling up (pengembangan yang lebih luas) dari program-program penanggulangan kemiskinan pada era-era sebelumnya. PNPM Mandiri digagas untuk menjadi payung (koordinasi) dari puluhan program penanggulangan kemiskinan dari berbagai departemen yang ada pada saat itu, khususnya yang menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat (community

development) sebagai pendekatanoperasionalnya.

Lahirnya PNPM Mandiri tidak secara spontan. Setelah Presiden mendapat laporan dari berbagai pihak, mengirim utusan ke berbagai daerah, wawancara langsung dengan pelaku program, bahkan sudah lebih dari 30 negara mengirimkan dutanya untuk belajar tentang pemberdayaan masyarakat di Indonesia. Tepatnya pada bulan Agustus 2006, presiden memutuskan bahwa pemberdayaan masyarakat harus menjadi program nasional. Kemudian lahirlah pada tahun itu kebijakan tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Dua program yang menjadi pilar utama PNPM Mandiri sebelum program-program lain bergabung seperti PPK (Program Pengembangan Kecamatan) dan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan).


(47)

36 Tujuan dari PNPM Mandiri Perkotaan adalah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara nasional melalui pemberian bantuan modal untuk pengembangan kegiatan usaha produktif dan pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi perkotaan dengan tekanan pada partisipasi masyarakat, kegiatan usaha, sarana dan prasarana pengembangan kegiatan sosial ekonomi, serta kemampuan lembaga dan aparat ditingkat desa atau kecamatan dalam pemberdayaan masyarakat sedangkan secara khusus tujuan dari PNPM MP yaitu membantu masyarakat miskin perkotaan di kelurahan atau desa peserta program mendapatkan manfaat dari peningkatan kondisi lingkungan dan tata kepemerintahan yang baik.

Pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan di simalungun ini pada tahun 2008 pertengahan dan pada tahun 2015 program nasional pemberdayaan masyarakat berubah menjadi program peningkatan kualitas pemukiman. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri perkotaan di Dolok Hataran Kecamatan Siantar kabupaten simalungun ini memiliki tiga (3) kegiatan yaitu kegiatan ekonomi, kegiatan lingkungan dan kegiatan sosial namun dalam pelaksanaannya di masyarakat yang berjalan dengan baik dan tetap bertahan yaitu kegiatan lingkungan dan kegiatan sosial sedangkan kegiatan ekonomi tidak berjalan lagi dikarenakan masyarakat yang telah meminjam uang tidak dapat mengembalikan uang yang telah dipinjam tersebut.

Adapun kegiatan lingkungan seperti membangun jembatan, membangun parit, memperbaiki jalan yang rusak dan kegiatan sosial seperti memberikan bantuann atau sumbangan berupa dana, bahan pokok kepada masyarakat miskin yang membutuhkannya, pengetahuan warga seperti pengajian ibu-ibu dan posyandu yang sampai saat ini masih berjalan dengan baik.

Dalam hal ini, PNPM Mandiri menggambarkan simbol bunga yang sedang mekar yang merepresentasikan tingkat kemajuan masyarakat. Bunga ini terdiri dari tiga buah kelopak


(48)

37 yang diartikan sebagai tiga tahapan prosespemberdayaan yaitu tahap pembelajaran,

kemandirian dan keberlanjutan.

Penggunaan warna pada logo PNPM Mandiri mengandung arti sebagai berikut 1. Biru laut melambangkan pelayanan publik

2. Hijau daun melambangkan kesejahteraan, dan 3. Orange keemasan melambangkan kemuliaan.

Secara keseluruhan warna-warna pada logo mengandung arti bahwa dengan pelayanan publik yang baik akan tercipta kesejahteraan yang pada akhirnya menuju kepada kemuliaan (melalui peningkatan harkat, martabat, dan derajat manusia).

Tulisan PNPM Mandiri juga mengandung arti bahwa program ini dirancang secara nasional sebagai upaya pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian. Logo PNPM Mandiri dapat digunakan oleh berbagai pihak yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dan sejalan dengan PNPM Mandiri.

1.2Visi dan Misi

VISI


(49)

38 MISI

1. Menciptakan lingkungan yang sehat 2. Meningkatkan perekonomian masyarakat

3. Membina kerukunan dan kepedulian sesama warga 4. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Masyarakat 5. Menciptakan kesempatan kerja

6. Meningkatkan kualitas pendidikan

3.3 Luas Wilayah dengan Batas Wilayah pada Desa Dolok Hataran.

Nagori Dolok Hataran memiliki Luas Wilayah seluas 400,580 ha. Yang terdiri dari 6 huta atau dusun. Nagori ini berbatasan dengan Sebalah Utara dengan batas wilayah PTPN III Bangun, Sebelah Selatan dengan batas wilayah Sungai Bah Bolon PTPN IV Bah Jambi, Sebelah Barat dengan batas wilayah Nagori Sejahtera, Sebelah Timur dengan batas wilayah Kecamatan Tanah Jawa.

Jarak antara perumahan penduduk cukup dekat dan padat sehingga penyebaran berita atau informasi tidak terlalu sulit. Di Nagori ini sarana dan prasarana transportasi cukup baik, dimana sebagian besar jalan sudah diperkeras dan sebagian kecil masih merupakan jalan tanah. Intensitas angkutan umum yang masuk ke daerah ini sangat tinggi karena dekat dengan jalan lintas Asahan.


(50)

39 GAMOT HUTA

MELATI

GAMOT HUTA

MAWAR

3.4 Struktur Pemerintahan di Nagori Dolok Hataran, dapat dilihat gambar berikut ini :

3.5 Potensi Wilayah

Nagori Dolok Hataran terdiri dari 5 Huta yakni : Huta Sidauruk (Gamot/Kepala Lingkungan : Buyung Usman ), Huta Batu 8 (Gamot/Kepala Lingkungan : Deni Iswandi), dan Huta Sidodadi (Gamot/Kepala Lingkungan : Bapak Manan) dan Huta batu 7 (Gamot/Kepala Lingkungan : Bapak Arif Adi Wijaya) dan Huta Batu 6 (Gamot/Kepala Lingkungan : Bapak Haposan Raja Guguk).

1. Sarana dan prasarana transportasi

Yang ada di nagori ini cukup baik, dimana sebagian besar jalan sudah diperkeras dan sebagian kecil masih merupakan jalan tanah. Intensitas angkutan umum yang masuk ke nagori ini cukup baik.

P A N G U L U S I ANTAR ESTATE MAUJANA NAGORI

SEKRETARIS

KAUR

PEMERINTAHAN

KAUR

PEMBANGUNAN

GAMOT HUTA

ANGGREK

KAUR


(51)

40 2. Sarana pendidikan

Di Nagori Dolok Hataran tidak tepat berada di tengah-tengah Nagori Dolok Hataran, letaknya di luar nagori tapi dekat ke pemukiman warga yaitu jalan Asahan. Sarana Pendidikan tersebut terdiri dari 1 (satu) Sekolah Dasar Madrasyah, 1 (satu) Sekolah Menengah Pertama Madrasyah dan 1 (satu) Sekolah Menegah Atas Madrasyah. Ini berarti akses masyarakat untuk menempuh pendidikan cukup mudah (dari sisi jarak tempuh).

3. Sarana Kesehatan

Di Nagori ini terdapat dua orang Bidan desa, 1 puskesmas pembantu dan 3 posyandu di setiap huta nya. Sarana beribadah di Nagori Dolok Hataran terdiri dari mesjid dan gereja. Untuk melaksanakan ibadah secara massal baik bagi masyarakat muslim maupun nasrani mudah dilaksanakan karena jarak tidak jauh dari permukiman warga. 3.6 Gambaran Umum pelaksanaan Kegiatan Pembangunan PNPM Mandiri- Perkotaan di Dolok

Hataran Kecamatan Siantar

Program kegiatan pembangunan PNPM Mandiri Perkotaan di Dolok Hataran Kecamatan Siantar sudah berlangsung sejak awal tahun 2007 yang di perkenalkan oleh Fasilitator Kelurahan. Program ini dikelola oleh masyarakatsendiri maka dibentuklah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM).

Pembentukan BKM dilakukan melalui Rembug dalam 2 (dua) tahapan yaitu pemilihan anggota BKM tingkat Basis dan pemilihan anggota BKM tingkat Kelurahan yang dilaksanakan setelah pemilihan di tingkat basis. Pemilihan tingkat Nagori dilaksanakan pada tanggal tanggal sepuluh bulan Desember tahun dua ribu dua belas, dilaksanakan melalui voting tertutup memilih 9 anggota BKM.

Tabel 3.1

Nama-nama Anggota BKM

No NamaAnggota BKM L/P Jabatan


(52)

41 2 Syamsul bahri Nainggolan L Anggota BKM

3 Mushab Sitanggang L Anggota BKM

4 Makmur Hanuddin S L Anggota BKM

5 Buyung Usman L Anggota BKM

6 Arif Adi Wijaya L Anggota BKM

7 Supriadi L Anggota BKM

8 Wawan L Anggota BKM

9 Jumiran L Anggota BKM

Dalam melaksanakan peran dan fungsinya BKM dilengkapi dengan Sekretariat, UP-UP yaitu terdri dar 1 orang UPK ( Unit pengelola Keuangan) UPL ( Unit pengelolah lingkungan ) dan UPS ( unt pengelolah Sosial dan BadanPengawas Keuangan BKM KARYA

BERSAMA untuk periodetahun 2012 s/d tahun 2015.

Selanjutnya BKM memfasilitasi Rembug Penyepakatan dan Penetapan Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) untuk jangka waktu 3 tahun dan Rencana Tahunan Program Penanggulangan Kemiskinan (Renta Pronangkis) untuk jangka waktu satu tahun. Adapun PJM Pronangkis disepakati pada tanggal 20 bulan desember tahun 2012.

Pembiayaan kegiatan yang tercantum dalam PJM Pronangkis dialokasikan sejumlah Rp282.576.000,- dengan komposisi swadaya sebesar Rp 59.572.000,- BLM P2KP sebesar Rp 225.000.000,- APBD sebesar Rp 9.900.000,- dan kontribusi pihak-pihak lain (kelompok peduli) sebesar Rp.0,-


(53)

42 Selain mempertanggungjawabkan kepada masyarakat, BKM juga menginformasikan perkembangan kegiatannya kepada Pemerintah Daerah dalam bentuk laporan rutin melalui Pangulu/dan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Kecamatan.BKMtelah melaksanakan rembug tahunan dalam rangkapertanggungjawaban kinerja dan pelaksanaan amanah Program Jangka Menengah (PJM) Pronangkis kepada masyarakat secara rutin.


(54)

43 BAB IV

PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini penulis akan menyajikan data-data dari hasil pengamatan dan penelitian yang diperoleh melalui proses wawancara tentang Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh melalui metode wawancara mendalam dengan informan, data-data tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan dari informan mengenai permasalahan yang diteliti.

Penyajian data identitas informan adalah bertujuan untuk mengidentifikasi ciri-ciri khusus yang dimiliki informan, sehingga memudahkan penulis dalam mengadakan analisis penelitian nantinya, informan dalam penelitian ini terdiri dari dua katagori yaitu informan kunci dan informan utama. Setelah penulis kelapangan diperoleh informan sebagai berikut:

1. informan kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang di perlukan yaitu kepala desa dolok hataran.

2. Informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalampelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan yaitu masyarakat yang terlibat didalamnya.

4.1 Identitas Informan

Tabel 4.1 Karakteristik informan penelitian menurut jenis kelamin NO Jenis Kelamin Frekuensi Presentase


(55)

44

1 Laki-Laki 5 50

2 Perempuan 5 50

Jumlah 10 100

Sumber : Hasil Penelitian 2015

Tabel diatas menunjukkan identitas informan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 5 orang dengan presentasi 50% dan perempuan sebanyak 5 orang dengan presentasi 50%.

Tabel 4.2Karakteristik informan penelitian menurut usia

NO Usia Frekuensi Presentase

1 21 Tahun - 30 Tahun 4 40

2 31 Tahun – 40 Tahun 2 20

3 41 Tahun – 50 Tahun 2 20

4 51 Tahun – 60 Tahun 2 20

5 >60 Tahun 0 0

Jumlah 10 100

Sumber : Hasil Penelitian 2015

Tabel diatas menunjukkan identitas informan berdasarkan usia yaitu pada usia 21 sampai 30 tahun sebanyak 4 orang dengan presentase 40% , usia 31 sampai 40 tahun sebanyak 2 orang dengan presentasi 20% , usia 41 sampai 50 tahun sebanyak 2 orang dengan


(56)

45 presentasi 20% , usia 51 sampai 60 tahun sebanyak 2 orang dengan prekuensi 20% dan usia yang lebih dari 60 tahun tidak ada.

Tabel 4.3 Karakteristik informan mnurut tingkat pendidikan No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentasi

1 SMA atau Sederajat 5 50

2 S-1 3 30

3 S-2 2 20

Jumlah 10 100

Sumber : Hasil Penelitian 2015

Tabel diatas menunjukkan identitas informan berdasarkan tingkat pendidikan yaitu untuk SMA atau sederajat sebanyak 5 orang dengan presentase 50% , untuk S-1 sebanyak 3 orang dengan presentase 30% , dan untuk S-2 sebanyak 2 orang dengan presentase 20%. 4.2 Penyajian Data Hasil Wawancara

Setelah peneliti melakukan penelitian dan melakukan wawancara dengan beberapa informan, maka dapat diperoleh beberapa informasi tentang beberapa faktor yang menjadi fokus dalam Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun, antara lain:

4.2.1 Komunikasi

Suatu keberhasilan dari implementasi kebijakan atau program dapat terwujud apabila komunikasi yang dijalani antara implementor dengan implementor kepada masyarakat berjalan dengan baik dan jelas. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk


(57)

46 menghindari kurangnya kejelasan dalam perintah-perintah implenentasi dan tumpang tindih makna.

Sosialisai merupakan tahapan pertama kegiatan Implementasi PNPM Mandiri Perkotaan dimana pada tahap ini masyarakat, khususnya masyarakat miskin, diberikan pemahaman bahwa mereka dapat bangkit dari kemiskinan melalui program kegiatan pembangunan PNPM Mandiri Perkotaan. Sosilalisasi dilakukukan dengan mengumpulkan warga Dolok Hataran memberikan penjelasan tentang program kegiatan pembangunan.

Untuk mengetahui bagaimana komunikasi antara tim pelaksana dengan masyarakatsetempat, berikut kutipan jawaban wawancara:

“Komunikasi baik dengan masyarakat setempat hanya saja tidak bertemu setiap

hari karena bersifat relawan, mereka pun mempunyai pekerjaannya masing-masing”

Dalam wawancara ini diperkuat dengan wawancara pada ibu fitri selaku konsultan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan di desa dolok hataran kecamatan siantar kabupaten simalungun

“Dalam sosialisasi kami selalu mengadakan rapat rutin yang dilaksanakan minimal

sebulan dua kali, akan tetapi jika sedang ada kegiatan maka rapat bisa jadi dilaksanakan seminggu dua kali, dirapat rutin itulah yang dibahas mengenai kegiatan seperti apa, kendala-kendala, apa yang akan dilakukan kedepan itu yang akan di bahas dalam rapat rutin tersebut untuk laporan sekretarisnya”

Pada wawancara tersebut telah jelas bahwa komunikasi dilakukan dengan baik terhadap masyarakat desa dolok hataran ini.


(58)

47 4.2.2Sumber Daya

Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif, tanpa sumberdaya kebijakan hanya tinggal diatas kertas saja bukan merupakan kebijakan yang samadilakukan dalam praktek. Sumberdaya yang dimaksud yaaitu sumberdaya manusia (SDM) sarana dan prasaranaa dan wewenang dalam implementasi kebijakan.

Komponen sumber daya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program.

Untuk mengetahui mengenai sumberdaya manusia yang terlibat penulis mengajukan pertanyaan mengenai jumlah dan siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan. Berikut kutipan jawaban wawancara:

“yang membuat pembangunan kayak parit ya orang yang ahli dalam bidangnya” Wawancara diperkuat lagi dengan ibu fitri tentang fasilitas-fasilitas pendukung terlaksananya program PNPM ini.

“Fasilitas yang diberi seperticomputer, printer, meja, kursi itu adaKantor LKM berada di kantor kelurahan yang digunakan untuk membagikan informasi informasi kepada masyarakat, di depan ada papan pengumuman, disitu biasanya kita tempelkan pengumuman-pengumuman, disini juga kita adakan rembug warga.”

4.2.3 Disposisi

Disposisi merupakan sikap dari implementor yaitu karakteristik yang menempel erat pada pelaksana, implementor tidak hanya harus tahu mengenai apa yang akan dikerjakan dan memiliki kapasitas tetapi mesti mesti berkehendak untuk melakukan suatu kebijakan.


(59)

48 Untuk mengetahui disposisi pelaksanaan safeguard lingkungan dalam pelaksanaan implementasi program nasional perberdayaan masyarakat mandiri perkotaan maka penulis mengajukan pertanyaan kepada pelaksana lingkungan dan sosial,Masyarakat Dolok Hataran yang merupakan objek dan juga sebagai pelaksana program sangat antusias dengan adanya program ini, seperti yang disampaikan oleh warga setempat yang mengatakan :

“Ibu sangat bersyukur dengan adanya kegiatan pembangunan jadi tidak pernah lagi ada jalan yang rusak, kalau pergi ke kota menghemat waktu saya, Ya sangat membantu lah dalam aktivitas sehari-hari”.

Senada dengan yang disampaikan oleh koordinator BKM yang menyampaikan:

“kita sebagai BKM merasa program ini sangat membantu , khususnya masyarakat

yang selama ini berjualan keliling. Kita berusaha agar melalui program ini kesejahteraan masyarakat bisa terangkat”

4.2.4 Struktur birokrasi

Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering atau dominan menjadi pelaksana kebijakan. Apabila para pelaksana kebijakan telah mengetahui apa yang dilakukan dan mempunyai cukup keinginan serta sumber sumber untuk melakukannya, tetapi dalam pelaksanaanya masih terhambat oleh struktur struktur organisasi maka tujuan dari kebijakan tidak akan tercapai.

Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam bahan-bahan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyatadengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijakan. Menurut Edward Struktur Birokrasi terdapat 2 (dua) karakteristik dari birokrasi, yakni


(60)

49 posedur-prosedur kerja atau ukuran ukuran dasar yang sering disebut sebagai Standart Operating Procedures (SOP) dan Fragmentasi.

SOP merupakan Salah satu dari aspek struktur paling mendasar dari struktur birokrasi, SOP ini menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.

Fragmentasi merupakan pembagian tanggung jawab untuk sebuah bidang kebijakan antar unit- unit organisasional.Dalam implementasi program kegiatan pembangunan ini maka penulis mengamatikoordinasi antara aparatur kelurahan, BKM serta UPK. Berdasarkan jawaban kutipan wawancara dengn kepala lurah dolok hataran yaitu:

“Sayamemberikan dukungan pelaksanaan program melalui keikutsertaaan dalam memantu sosialisasi, dan memfasilitasi pertemuan antara masyarakat dengan Tim Fasilitator”.

Berdasarkan obesevasi penulis, semua unit organisasi yang berkaitan dengan Program kegiatan pembangunan ini,memiliki peran masing masing. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) memiliki peran dalam mengkoordinir pelaksanaan program. Unit Pengelola Keuangan merupakan organisasi pengelola keuangan pembangunan serta berperan dalam Pembiayaan kegiatan pembangunan.

Berdasarkan jawaban kutipan wawancara dengan Unit Pengelola Keuangan (UPK) dolok hataran yaitu:

“ Untuk pencairan dana, BKM membuka Rekening Bank dengan specimen yang ditanda tangani oleh 3 orang anggota BKM di Bank BSM Cabang Pematang Siantar.serta pembiayaan kegiatan yang tercantum dalam PJM Pronangkis dialokasikan sejumlah Rp282.576.000,- dengan komposisi swadaya sebesar Rp 59.572.000,- BLM P2KP sebesar Rp 225.000.000,- APBD sebesar Rp 9.900.000,- dan kontribusi pihak-pihak lain (kelompok peduli) sebesar Rp.0,-“.


(1)

60 Dari sisi variabel disposisi atau sikap para pelaksana dari hasil analisis dijelaskan bagaimana sikap para pelaksana dalam menentukan keberhasilan dari suatu kebijakan maupun program yang diimplementasikan. Program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan ini mendapat respon yang sangat baik oleh pihak kepala desa dan masyarakat sendiri karena dengan adanya program ini untuk beberapa masyarakat yang kurang mampu sangat terbantu dengan adanya kegiatan sosia, dan juga kegiatan pembangunan jalan umum maupun jalan kecil yang diperbaiki untuk jalan yang akan dilewati masyarakat setempat.

Dengan demikian keempat factor yang disebutkan pada George Edward III dalam implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan di desa dolok hataran kecamatan siantar kabupaten simalungun yang telah dijelaskan oleh peneliti terkait dengan saling mempengaruhinya setiap variabel yang satu dengan variabel yang lainnya.

Komunikasi yang baik antara implementor akan didukung oleh Standar Operasional Prosedur (SOP) dan tanggung jawab yang jelas dan tegas. Kemudian kualitas ataupun kompetensi petugas pelaksanaan program sudah baik dengan didukung komunikasi antar petugas pelaksana dengan konsultan program yang baik pula dalam implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP).

Secara keseluruhan Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun ini dipengaruhi oleh semua faktor yang saling berkaitan seperti yang telah dijelaskan diatas. Dalam mengimplementasikan program ini seluruh pihak yang terkait didalam program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan ini terus-menerus melakukan rembug atau rapat dan melakukan kegiatan tersebut agar masyarakat senang dan tidak lagi sulit dalam penanggulangan kemiskinan.


(2)

61 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah peneliti paparkan pada bagian-bagian diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan tentang implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan di desa dolok hataran kecamatan siantar kabupaten simalungun telah dilaksanakan dengan baik, dilihat melalui empat variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan berdasarkan teori George Edward III yaitu :

1. Komunikasi

Penyampaian informasi yang baik kepada masyarakat dengan mengadakan sosialisasi seperti rapat yang dilakukan pada tiap seminggu dua kali jika ada kegiatan yang akan diselesaikan dan sebulan dua kali rapat dilakukan jika tidak ada kegiatan yang segera dilakukan.

2. Sumber Daya

Dapat dilihat dari sumber daya manusia, dari segi fasilitas dalam pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan sudah terlihat sangat baik karena kepala desa telah menyediakan keperluan dan kelengkapan seperti printer, computer, meja kursi yang dirasakan sudah cukup dalam pelaksaannya.


(3)

62 3. Disposisi

Para pelaksana dari program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan dalam penelitian ini bersikap baik, menunjukkan sikap peduli kepada masyarakat dan paham akan tujuan dari program tersebut.

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi dalam program nasional permberdayaan masyarakat mandiri perkotaan di desa dolok hataran kecamatan siantar ini sudah jelas diatur dalam peraturan dan buku pedoman PNPM yang digunakan dalam pelaksanaan PNPM

5. Faktor pendukung dalam pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan yang bekerja sama dengan pemda, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang dilaksanakan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM).

6. Factor penghambat dari segi dana yang masih minim dan waktu para pelaksana karena mereka bekerja hanya bersifat relawan.


(4)

63 6.2 Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan tetap menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

2. Dalam kegiatan ekonomi sebaiknya dapat dijalankan kembali, tidak hanya dalam kegiatan pembangunan dan kegiatan sosial saja yang dapat berjalan dengan baik.

3. Dari pihak kepala desa sebaiknya secara berkala melakukan pengawasan terhadap berjalnnya implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan.


(5)

64 DAFTAR PUSTAKA

Adi,Isbandi Rukminto.2001.Pemberdayaan, Pengembengan, Masyarakat dan Intervensi Komunitas (pengantar pada pemikiran dan pendekatan praktis), Jakarta: Lembaga Penertit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Kartasasmita, Ginanjar, 1996. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunanyang Berakar Pada Masyarakat. Jakarta: Bappenas.

Moleong, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.

Siahaan, dkk. 2006. Manajemen Pengawas Pendidikan Jakarta: Kuantum Teaching.

Singarimbun, Masri. 2006. Metode Penelitian Survay. LP3ES: Jakarta.

Suharto, Edi, dkk. 2005. Kemiskinan dan keberfungsian sosial. Bandung: STKS Press.

Sumodiningrat, Gunawan, 1990. Pemberdayaan Masyarakat dan JPS. Jakarta: Grmedia Pustaka Utama.

Wrihatnolo, dkk, 2007. Manajemen Pemberdayaan, Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Gramedia.


(6)

65 Sumber- sumber lain


Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan (studi kasus : Pinjaman Bergulir di Kelurahan Bantan Kecamatan Tembung)

4 79 75

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 0 10

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 0 30

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 0 4

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 0 2