334
menunggu hingga orang lain - seperti pemerintah atau sektor swasta – datang mengulurkan tangan kepada masing-masing individu sebagai sebuah harapan
pertolongan, tetapi justru masyarakat harus aktif mencari jalan untuk mengatasi permasalahan pelik yang dihadapinya. Jika melihat dari kaca mata positif, maka
keadaan saat ini terkait dengan perkembangan teknologi informasi di tahan air sudah lumayan bagus. Dengan semangat peribahasa ’ala biasa karena biasa’ dan ’tak kenal
maka tak sayang’, maka untuk menjadi seorang individu yang memiliki keunggulan kompetitif, tidak lagi harus ’mencari ilmu sampai ke negeri Cina’, namun cukup dengan
keinginan dan usaha untuk ’mencari ilmu sampai ke Warung Internet Warnet terdekat’.
Dalam kehidupan bermasyarakat, masyarakat perguruan tinggi dianggap sebagai suatu komunitas terpelajar yang dianggap sebagai komunitas panutan dalam berbagai usaha
terkait dengan pembelajaran atau pendidikan. Hal apapun yang dilakukan oleh para masyarakat pendidikan – baik yang bergelar sarjana, magister, dan doktor – kan
memiliki dampak
yang signifikan
terhadap masyarakat
di sekitarnya.
Mempertimbangkan hal tersebut di atas, maka merupakan tugas dari perguruan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan e-literacy
masyarakat Indonesia agar komunitas berbasis pengetahuan dapat dengan segera terbentuk.
C. PERAN KEDUA : MENGURANGI DAMPAT DIGITAL GAP.
Salah satu musuh utama negara berkembang dan negara miskin di era globalisasi dan teknologi informasi dewasa ini adalah masalah kesenjangan digital atau yang lebih
dikenal dengan istilah ’digital gap’. Beragam hasil penelitian memperlihatkan, bahwa isu utama dari berbagai aspek kesenjangan digital yang ditemui berakar pada kualitas
sumber daya manusia – dalam arti kata tingkat kompetensi individu terkait dengan pemahaman akan kegunaan atau manfaat teknologi informasi dan bagaimana
mendayagunakannya untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. Agregasi
335
dari seluruh individu ini akan membentuk sebuah masyarakat ’buta digital’ yang secara
langsung berpengaruh pada tingkat dan kecepatan perkembangan suatu negara.
Oleh karena itu adalah merupakan tanggung jawab pemerintah sebuah negara untuk dapat mengidentifikasi permasalahan ini dan mencari jalan keluar atau menyusun
strategi solusi yang ampuh dan tepat untuk mengatasi isu kesenjangan terkait. Karena jika kesenjangan tersebut tidak segera teratasi, maka tidak mustahil Indonesia akan
diasingkan dari pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Melihat permasalahan ini, maka segenap komponen bangsa – dimana perguruan tinggi menjadi fokusnya - harus
memiliki suatu kerangka pemikiran yang holistik agar segala usaha yang dilakukan dapat secara konvergen mengurangi kesenjangan yang dimaksud Gambar 45.
Kerangka Program Perguruan Tinggi.
Adapun kerangka yang dapat dipergunakan oleh perguruan tinggi dalam memposisikan dirinya sebagai salah satu agent dalam penuntasan masalah kesenjangan
digital dapat dibagi menjadi 4 empat domain utama, masing-masing adalah :
1. Domain Pemicu Driver Domain; 2. Domain Kebutuhan Demand Domain;
3. Domain Penyediaan Supply Domain; dan 4. Domain Strategi Strategy Domain.
Penjelasan secara singkat untuk masing-masing domain tersebut diberikan seperti di bawah ini.
Gambar 45 Knowledge Based Society Yang Holistik
336
337
Domain Pemicu
Domain Pemicu terkait dengan berbagai aspek latar belakang yang menyebabkan dibutuhkannya individu atau tatanan masyarakat berbasis digital atau yang kerap
diistilahkan sebagai the digital society. Mengingat bahwa setiap negara memiliki konteks pemahaman dan kebutuhan yang berbeda akan karakterstik individu yang dimaksud,
338
maka perlu dilakukan kajian terlebih dahulu terhadap aspek-aspek yang terkait dengan domain ini. Hasil akhir dari analisa pada domain ini adalah ciri atau karakteristik dari
individu maupun masyarakat yang dimaksud, menyangkut hal-hal seperti kompetensi, keahlian, keunggulan, perilaku, dan lain sebagainya. Di Indonesia, sejumlah kondisi
makro yang dianggap seabgai pemicu adalah: globalisasi, fenomena ekonomi baru digital economy, perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi, serta agenda
reformasi.
Domain Kebutuhan.
Domain Kebutuhan adalah bagian yang mencoba untuk melakukan perkiraan terhadap jumlah sumber daya manusia telematika yang dibutuhkan atau demand berdasarkan
klasifikasi atau kategori tertentu dengan memperhatikan aspek karakteristik seperti yang telah didefinisikan sebelumnya. Hasil akhir kajian pada domain ini adalah ballpark
atau perhitungan kasar terhadap jumlah kebutuhan individu yang dimaksud dari tahun ke tahun sesuai dengan pertumbuhan industri atau organisasi yang membutuhkannya,
baik ditinjau dari segi kuantitas maupun kualitas. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, memang secara ideal diharapkan seluruh masyarakat Indonesia harus
memiliki e-literacy dalam tingkatan tertentu, yang berarti dalam konteks Indonesia keseluruhan 220 juta rakyatnya harus menjadi ’manusia telematika’. Namun untuk
menuju hal tersebut tentu saja dibutuhkan waktu dan tahapan yang lebih pragmatis sesuai dengan kebutuhan yang ada. UNESCO sendiri mengklasifikasikan manusia
telematika menjadi dua kategori besar, yaitu IT-Worker dan IT-Enabled Worker . IT Worker
adalah orang-orang yang memiliki kemampuan mengembangkan produk-produk teknologi informasi dan komunikasi seperti perangkat keras, perangkat lunak, dan jasa-
jasa, baik yang berada dalam lingkungan industri telematika itu sendiri maupun yang tersebar di berbagai perusahaan atau organisasi yang menerapkan teknologi telematika
. Sementara itu IT-Enabled Worker adalah orang-orang yang secara aktif berperan sebagai
user atau pemakaipengguna perangkat telematika untuk menunjang aktivitas sehari-
hari.
Domain Penyediaan.
339
Domain Ketersediaan adalah bagian yang memperlihatkan kondisi supply atau keberadaan sumber daya dimaksud yang dimiliki pada saat ini, baik dipandang dari
segi kuantitas maupun kualitas. Tentu saja perlu dilakukan kajian secara menyeluruh terhadap semua lembaga formal maupun informal yang telah berkontribusi terhadap
penciptaan individu atau masyarakat yang dimaksud. Di sinilah secara jelas terlihat peranan perguruan tinggi yang dimaksud, yaitu sebagai sebuah lembaga formal
tertinggi yang bertanggung jawab dalam penciptaan sumber daya berkualitas di bidang telematika, baik para individu bertipe IT Worker maupun IT-Enabled Worker. Secara
khusus terlihat bahwa IT Worker akan banyak dihasilkan oleh perguruan tinggi yang memiliki fakultas, jurusan, atau program studi terkait dengan informatika karena
darinyalah akan lahir para profesional dengan jenjang sarjana, magister, maupun doktor.
Domain Strategi.
Domain Strategi merupakan bagian yang terpenting karena berisi jawaban bagaimana negara terkait berusaha untuk menyusun strateginya berdasarkan hasil analisa gap
terhadap kenyataan demand dan supply yang dimaksud. Jika ternyata ketersediaan sumber daya manusia lebih rendah dari kebutuhan yang ada, tentu saja perlu dilakukan
berbagai usaha untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Kebalikannya seandainya ketersediaan sumber daya manusia melampaui tingkat kebutuhan yang ada, perlu pula
dicarikan strategi bagaimana memanfaatkan kelebihan sumber daya tersebut. Hasil akhir dari domain ini adalah berupa portofolio kegiatan atau program yang perlu
dilaksanakan, dimana keseluruhannya akan membentuk suatu strategi holistik utuh dan menyeluruh dalam usaha mengembangan sumber daya manusia di bidang
telematika.
D. PERAN KETIGA : MELAHIRKAN DAYA SAING NASIONAL.