Uji Heterokedastisitas Uji Asumsi Klasik

46 variableleveragedapat dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas. b. Nilai VIF untuk variabel profitabilitas adalah 1,057 10 dan nilai tolerance variabel profitabilitas adalah 0,946 0,10 maka variabel profitabilitas dapat dinyatakan tidak terjadimultikolinearitas. c. Nilai VIF untuk variabel ukuran perusahaan adalah 1,013 10 dan nilai tolerance variabel ukuran perusahaan adalah 0,987 0,10makavariable ukuran perusahaan dapat dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas.

4.2.2.3. Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, dengan dasar analisis Ghozali, 2005:139: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, 47 melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot di tunjukkan pada gambar 4.1 dibawah ini: Gambar 4.1 Grafik Scatterplot Berdasarkan gambar scatterplot gambar 4.1 menunjukkan titik tidak membentuk pola tertentu dan penyebaran sebagian besar terletak antara 1 sampai -1.Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak digunakan dalam 48 pengujian Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas. 4.2.2.4. Uji Autokorelasi Bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson Uji DW. Dalam pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: 1. Bila nilai DW terletak diantara batas atau upper bound du dan 4-du maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi. 2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound dl maka koefisien autokorelasi 0, berarti tidak ada autokorelasi positif. 3. Bila nilai DW lebih besar dari 4-dl maka koefisien autokorelasi 0, berarti ada autokorelasi negatif. 49 4. Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara 4-du dan 4-dl, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Hasil uji autokorelasi dengan Durbin-Watson dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson Dari hasil uji autokorelasi Durbin–Watsonmaka diperoleh nilai DW sebesar 1.657. Dengan melihat kriteria nilai uji Durbin–Watson yaitu 1,65DW2,35 maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Model Summary b Mode l R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .330 a .109 -.002 .4606 1.657 a. Predictors: Constant, Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas b. Dependent Variable: Pengungkapan Manajemen Risiko 50

4.2.3. Uji Regresi Berganda