Tiang Dukung Ujung dan Tiang Gesek Tiang Pancang Kelompok

2.7. Tiang Dukung Ujung dan Tiang Gesek

Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 dua macam Hardiyatmo, H. C.,2002, yaitu : 1. Tiang dukung ujung end bearing pile adalah tiang yang kapasitas dukungnya ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zone tanah yang lunak yang berada diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas tiang sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada dibawah ujung tiang Gambar 2.6a. 2. Tiang gesek friction pile adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya Gambar 2.6b. Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnya diperhitungkan pada hitungan kapasitas tiang. a b Gambar 2.6 Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya Hardiyatmo, H. C., 2002 Universitas Sumatera Utara

2.8. Tiang Pancang Kelompok

Pile Group Pada keadaan sebenarnya jarang sekali didapatkan tiang pancang yang berdiri sendiri Single Pile, akan tetapi kita sering mendapatkan pondasi tiang pancang dalam bentuk kelompok Pile Group seperti dalam Gambar 2.7. Untuk mempersatukan tiang-tiang pancang tersebut dalam satu kelompok tiang biasanya di atas tiang tersebut diberi poer footing. Dalam perhitungan poer dianggapdibuat kaku sempurna, sehingga: 1. Bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut menimbulkan penurunan, maka setelah penurunan bidang poer tetap merupakan bidang datar. 2. Gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang-tiang. a Universitas Sumatera Utara b Gambar 2.7 Pola-pola kelompok tiang pancang khusus : a Untuk kaki tunggal, b Untuk dinding pondasi Bowles, J. E., 1991 Jarak antar tiang dalam kelompok yang diisyaratkan oleh Dirjen Bina Marga Departemen P.U.T.L. adalah: S = 2,5 D S = 3 D Gambar 2.8 Jarak antar tiang dalam kelompok Sardjono, H. S., 1988 dimana : S = Jarak masing- masing tiang dalam kelompok spacing D = Diameter tiang. Biasanya jarak antara 2 tiang dalam kelompok diisyaratkan minimum 0,60 m dan maximum 2,00 m. Ketentuan ini berdasarkan pada pertimbangan- pertimbangan sebagai berikut : 1. Bila S 2,5 D Pada pemancangan tiang no. 3 Gambar 2.8 akan menyebabkan : Universitas Sumatera Utara a. Kemungkinan tanah di sekitar kelompok tiang akan naik terlalu berlebihan karena terdesak oleh tiang-tiang yang dipancang terlalu berdekatan. b. Terangkatnya tiang-tiang di sekitarnya yang telah dipancang lebih dahulu. 2. Bila S 3 D Apabila S 3 D maka tidak ekonomis, karena akan memperbesar ukurandimensi dari poer footing. Pada perencanaan pondasi tiang pancang biasanya setelah jumlah tiang pancang dan jarak antara tiang-tiang pancang yang diperlukan kita tentukan, maka kita dapat menentukan luas poer yang diperlukan untuk tiap-tiap kolom portal. Bila ternyata luas poer total yang diperlukan lebih kecil dari pada setengah luas bangunan, maka kita gunakan pondasi setempat dengan poer di atas kelompok tiang pancang. Dan bila luas poer total diperlukan lebih besar daripada setengah luas bangunan, maka biasanya kita pilih pondasi penuh raft fondation di atas tiang- tiang pancang. Gambar 2.9 Pengaruh tiang akibat pemancangan Sardjono, H. S., 1988 Universitas Sumatera Utara

2.9. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang dari Hasil Sondir