rekayasa manusia, akhirnya mengalami proses pembusukan oleh mikroorganisme sehingga menjadi senyawa yang halus berwarna coklat kehitaman dan disebut sebagai
humus. Humus pada umumnya terletak pada bagian paling atas permukaan tanah dengan jumlah hanya 3-5 dari total seluruh tanah. Ketebalan humus yang ideal adalah sekitar
20-30 cm. Semakin kebawah lapisan tanah kandungan humusnya semakin sedikit.
Proses dekomposisi bahan organik secara liar berjalan pada suhu lebih dari 37
o
C dengan disertai perubahan pH. Hal ini akan melibatkan kerja sama beberapa jenis
mikroorganisme di dalamnya, seperti sejumlah bakteri, aktinomisetes, jamur, protozoa, dan lain-lain.
Pada saat pertama bahan kompos tertumpuk, suhu dan pHnya masih sama dengan kondisi lingkungan yaitu pH +6 dan suhu rata-rata 18-25
o
C. Masing-masing bahan organik yang bertumpuk tersebut mengeluarkan panas. Seiring waktu berjalan,
mikroorganisme sudah memulai aktivitasnya dalam bahan sehingga suhu meningkat dan pH turun.
Pengomposan secara liar atau pembentukan humus dialam berjalan dalam kondisi tidak terkendali. Mikroba aerobik dan anaerobik saling bergantian mengambil peran
sesuai kondisi lingkungannya. Faktor utama yang menyebabkan pergantian peran kedua jenis bakteri tersebut adalah ada atau tidaknya oksigen. Hal inilah yang mengakibatkan
jangka waktu pembentukan humus relatif lama.
2.3.2. Kompos
Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, kotoran hewan, sampah kota, dan sebagainya. Proses pelapukan bahan-
bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia. Secara garis besar membuat kompos berarti merangsang perkembangan bakteri mikroorganisme untuk
menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan hingga terurai menjadi senyawa lain. Penguraian bahan-bahan tersebut dibantu oleh suhu 60
o
C. Proses
Universitas Sumatera Utara
penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukar larut menjadi senyawa organik yang larut sehingga berguna bagi tanaman.
Pembuatan kompos sebenarnya meniru proses terbentuknya humus dialam. Melalui rekayasa kondisi lingkungan, kompos dapat dibuat serta dipercepat prosesnya hanya
dalam beberapa minggu. Waktu melebihi kecepatan pembentukan humus secara alami. Oleh karena itu, kompos dapat tersedia dalam waktu yang relatif singkat.
Pengomposan juga bertujuan untuk menurunkan rasio CN dan tergantung jenis tanamannya. Rasio CN sisa tanaman yang masih segar umumnya tinggi sehingga tidak
mendekati rasio CN tanah. Bila rasio bahan organik yang memiliki rasio CN tinggi tidak dikomposkan terlebih dahulu, maka proses penguraiannya akan terjadi di tanah . Ini tentu
kurang baik karena proses penguraian bahan segar dalam tanah biasanya berjalan cepat karena kandungan air dan udaranya cukup. Akibatnya, CO
2
dalam tanah akan meningkat sehingga dapat berpengaruh buruk bagi pertumbuhan tanaman. Bahkan, untuk tanah
ringan dapat mengakibatkan daya ikatnya terhadap air menjadi kecil serta struktur tanahnya menjadi kasar dan berserat. Lingga, P, 2002
2.3.3. Manfaat Kompos Bagi Tanaman
Kompos sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Kompos tidak hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik. Manfaat kompos bagi tanaman adalah:
1.Kompos memberikan nutrisi bagi tanaman Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman, unsur hara yang diperlukan tanaman
dibagi menjadi dua golongan. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti
Nitrogen N, Posfor P, dan Kalium K.
Universitas Sumatera Utara
Unsur hara mikro yaitu unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit seperti Kalsium Ca, Magnesium Mg, Belerang S, Besi Fe, Mangan Mn, Klor Cl,
Molibdenum Mo, dan lain-lain.
2. Kompos memperbaiki struktur tanah Kompos merupakan perekat pada butir-butir tanah dan mampu menjadi penyeimbang
tingkat kerekatan tanah. Selain itu, kehadiran kompos pada tanah menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah. Dengan demikian, tanah yang
semula keras dan sulit ditembus air dan udara, kini dapat menjadi gembur akibat mikroorganisme. Struktur tanah yang gembur sangat baik bagi tanaman.
3. Kompos meningkatkan kapasitas tukar kation Kapasitas tukar kation KTK adalah sifat kimia yang berkaitan erat dengan kesuburan
tanah. Tanah dengan KTK tinggi lebih mampu menyediakan unsur hara dari pada tanah dengan KTK rendah.
4. Kompos menambah kemampuan tanah untuk menahan air Tanah mempunyai pori-pori, yaitu suatu bagian yang tidak terisi bahan padat. Bagian
yang tidak terisi ini akan diisi oleh air dan udara. Tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti kompos mempunyai pori-pori dengan daya rekat yang lebih baik sehingga
mampu mengikat serta menahan ketersediaan air didalam tanah. Kompos dapat menahan erosi secara langsung.
5. Kompos meningkatkan aktivitas biologi tanah Kompos berisi mikroorganisme yang menguntungkan tanaman. Jika berada di dalam
tanah, kompos akan membantu kehidupan mikroorganisme di dalam tanah. Selain berisi bakteri dan jamur dekomposer, keberadaan kompos akan membuat tanah menjadi sejuk,
kondisi ini disenangi oleh mikroorganisme.
6. Kompos mampu meningkatkan pH pada tanah asam
Universitas Sumatera Utara
Unsur hara lebih mudah diserap oleh tanaman pada kondisi pH tanah netral , yaitu tujuh 7 . Pada nilai ini, unsur hara menjadi mudah larut di dalam air. Jika tanah
semakin asam maka dengan penambahan kompos pH tanah akan meningkat
7. Kompos meningkatkan unsur hara mikro Disamping unsur hara makro, kompos juga menyediakan unsur hara mikro yang sangat
penting bagi tanaman.
8. Kompos tidak menimbulkan masalah lingkungan Pupuk kimia dapat menimbulkan masalah lingkungan yaitu dapat merusak keadaan
tanah dan air, sedangkan kompos justru memperbaiki sifat tanah dan lingkungan. Dipo Yuwono, 2007
2.3.4. Bahan - Bahan Pembuat Kompos